Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar

(1)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA I MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN PENGAWASAN TERHADAP

EFISIENSI KERJA KARYAWAN PADA ASURANSI

BUMIPUTERA CABANG PEMATANGSIANTAR

DRAFT SKRIPSI

OLEH

HERAWATI SARAGIH 050502131 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

HERAWATI SARAGIH (2009), Correlation Analysis between Controlling and Job Efficiency in AJB Bumiputera Pematang Siantar.

The purpose of the research is to analize the correlation of controlling to job efficiency in AJB Bumiputera Pematang Siantar. The data in this research is collected from the observation and quetionary to the sample of the population target . In the correlation model, controlling was as independent variable and job efficiency was as dependent variable.

The overall test showed the Pearson product moment coefficient of correlation in 0,528. The quantitative analysis recommended that there were positif correlation between controlling and job efficiency. The value meant that the correlation between Controlling and Job Efficiency in AJB Bumiputera Pematang Siantar was strong enough.The determinan coefficient (R2) showed that the controlling could explained the job efficiency in 28,7 %. The result of this research showed that the hypothesis was approved.


(3)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

HERAWATI SARAGIH (2009). Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisisensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar. Pembimbing : Dra. Lucy Anna, M.Si. Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,M.Si. Penguji I : Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, M.Si. Penguji II : Nisrul Irawati, SE, MBA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengawasan dan efisiensi kerja pada AJB Bumiputera Pematang Siantar. Data dari penelitian ini diperoleh dari observasi dan penyebaran kuesioner kepada target sample. Penelitian dilakukan pada 39 orang responden yang merupakan karyawan Asuransi Bumiputera.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis korelasi pearson. Pada persamaan korelasi, pengawasan sebagai variabel bebas, dan efisiensi sebagai variabel terikat.

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai koefisien korelasi pearson sebesar 0,528. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif antara pengawasan dan efisiensi kerja. Nilai ini juga menunjukkan bahwa hubungan pengawasan dan efisiensi cukup kuat. Koefisien determinan (R2) bernilai 28,7 % yang menujukkan kemampuan variabel pengawasan dalam menjelaskan variabel efisiensi kerja.


(4)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Kerangka konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode penelitian ... 8

1. Batasan Operasional ... 8

2. Definisi Operasional ... 8

3. Pengukuran Variabel ... 8

4. Lokasi dan Waktu Penelitian... 9

5. Populasi dan Sampel ... 9

6. Jenis dan Sumber Data ... 10

7. Teknik Pengumpulan data ... 10

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 11

9. Teknik Analisis Data ... 11

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Pengawasan ... 13

1. Definisi Pengawasan ... 14

2. Prinsip Pengawasan ... 15

3. Tujuan Pengawasan ... 17

4. Jenis Pengawasan ... 19

5. Proses Pengawasan ... 20

6. Sifat dan Waktu Pengawasan ... 23

7. Mengintegrasikan Pengendalian dan Strategi ... 24

8. Karakteristik Pengendalian yang Efektif ... 25

C. Efisiensi ... 29

1. Definisi Efisiensi Kerja ... 26

2. Sumber-Sumber Efisiensi Kerja ... 27

3. Syarat dicapainya Efisiensi Kerja ... 28

D. Hubungan Pengawasan dan Efisiensi Kerja... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Bumiputera ... 30


(5)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

B. Falsafah, Visi, dan Misi Perusahaan ... 32

1. Falsafah ... 32

2. Visi ... 32

3. Misi ... 32

C. Struktur Organisasi ... 33

D. Produk dan Pelayanan... 35

E. Sistem Pengawasan Kerja... 38

BAB IV ANALISIS A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 40

1. Pengujian Validitas ... 40

2. Pengujian Reliabilitas ... 42

B. Analisis Deskriptif ... 43

1. Keadaan Responden ... 43

2. Analisis Variabel Pengawasan ... 44

3. Analisis Variabel Efisiensi Kerja ... 47

C. Analisis Kuantitatif ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perbandingan Target dan Realisasi Produksi ... ... 4 Tabel 1.2. Evaluasi Kerja Para Agen Bulan November ... ... 4 Tabel 1.3 Evaluasi Kerja Para Agen Bulan Desember ... ... 5 Tabel 1.4. Operasionalisasi Variabel ... ... 9 Tabel 4.1. Validitas Instrumen Penelitian ... ... 41 Tabel 4.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 43 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... ... 44 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ... 44 Tabel 4.6. Pendapat Responden Tentang Pengawasan ... ... 45 Tabel 4.7. Pendapat Responden Tentang Efisiensi Kerja ... ... 48 Tabel 4.8. Koefisien Korelasi Pearson ... ... 51 Tabel 4.9. Uji Signifikansi (Uji-t)... ... 52 Tabel 4.10. Model Summary ... ... 52


(7)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ... ... 6 Gambar 2.1. Tujuan Pengendalian ... ... 18 Gambar 2.2 Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan ... ... 20 Gambar 3.1 Struktur Organisasi ... ... 40


(8)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Efisiensi kerja merupakan salah satu pendorong utama dalam kelancaran bisnis dan manajemen. Hal ini tidak pernah terlepas dari kultur organisasi dan kultur di dalam masyarakat tertentu. Efisiensi kerja merupakan gambaran bahwa pengawasan berjalan dengan baik serta adanya kesadaran kerja dan modal kerja untuk melakukan tugas yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan pimpinan (Hasibuan, 2006: 243).

Efisiensi kerja adalah bukti dilaksanakannya prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk lebih menjamin terlaksananya prosedur kerja yang baik, maka diadakan pengawasan. Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik pada aktivitas awal manejemen, selama proses manajemen berlangsung maupun setelah berakhir untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau unit kerja. Dengan kata lain fungsi pengawasan harus dilakukan terhadap perencanaan dan pelaksanaan untuk mengetahui sejauh mana keunggulan perencanaan yang disusun dan diimplementasikan.

Pengawasan yang diterapkan umumnya terlalu ketat atau kurang fleksibel sehingga menyebabkan para pegawai merasa tertekan. Hal ini dapat membuat pegawai tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam melakukan pekerjaan. Pengawasan merupakan proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif lebih lanjut (Usman , 2006:400).


(9)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan yang akan terjadi, sehingga hambatan tersebut dapat segera diantisipasi dan untuk menjaga efisiensi kerja demi kelancaran operasi perusahaan. Sistem pengawasan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan perusahaan dapat meningkatkan efisiensi kerja pegawai sehingga segala aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

Asuransi Bumiputera, sebagai salah satu perusahaan yang telah membuktikan eksistensinya sejak tahun 1912, telah mengkaryakan sekitar 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia. Dengan jumlah yang sebanyak itu, asuransi Bumiputera tentu perlu memperhatikan tingkat pengawasan karyawannya mengingat jaringan kantornya yaitu sejumlah 576 kantor yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.

Jumlah yang tidak sedikit ini menuntut para pimpinan di kantor masing-masing cabang untuk mengembangkan suatu sistem pengawasan yang efektif agar mampu meningkatkan efisiensi kerja. Dengan tercapainya efisiensi kerja, Asuransi Bumiputera akan mampu mengelola sistem kerja karyawan dengan lebih baik dan berorientasi pada pencapaian tujuan utama perusahaan.

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera sebagai perusahaan yang memberikan jasa harus selalu menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabahnya dan megetahui keberadaan dan kondisi dari nasabah. Oleh karena itu Bumiputera merekrut sejumlah karyawan yang sebagian besar ditempatkan sebagai agen. Bumiputera cabang Pematang Siantar, menurut data intern perusahaan , mempekerjakan 57 orang karyawan. Mayoritas karyawan yaitu sebanyak 42 orang merupakan karyawan dinas luar kota atau yang sering disebut dengan agen. Agen terdiri atas Agen Produksi dan Agen Debet. Agen Produksi memiliki tugas untuk


(10)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

menjaring nasabah dan membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pembuatan polis asuransi. Agen Debet melakukan pengutipan atas pembayaran premi dari nasabah dan melakukan pengecekan terhadap nasabah yang bermasalah.

Para agen tidak memiliki ruang kerja khusus di kantor. Mereka bekerja di luar kantor dan bekerja dengan jam kerja fleksibel. Jam kerja fleksibel merupakan suatu jadwal kerja yang tidak standar, populer digunakan di berbagai perusahaan karena dapat menurunkan tingkat ketidakhadiran karyawan, meningkatkan semangat kerja karyawan serta memperbaiki hubungan karyawan-pimpinan ; mendorong partisipasi karyawan yang tinggi dalam pengambilan keputusan, pengendalian terhadap kerja, dan kebijakan ( Schuller, 1997: 167).

Jam kerja fleksibel ini tidak dipungkiri membuat perusahaan mengalami kesulitan dalam mengawasi kegiatan para agen. Perusahaan memerlukan suatu sistem pengawasan yang efektif untuk dapat diterapkan diperusahaan dengan melihat kondisi kerja karyawan. Walaupun bekerja diluar kantor, para agen harus selalu diawasi untuk melihat kinerja mereka. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan tidak membayar kompensasi secara sia-sia tanpa ada produktivitas dari para agen. Sejauh ini sistem pengawasan yang diterapkan Bumiputera yaitu melalui penentuan target produksi. Selebihnya pengawasan dilakukan secara informal oleh atasan yaitu dengan memberikan teguran dan peringatan.

Pembayaran premi total pada Bumiputera Cabang Pematang Siantar tahun 2008 tidak mengalami permasalahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara target dan realisasi produksi dari aktivitas para agen dan supervisor seperti yang terlihat pada Tabel 1.


(11)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 1.1

Perbandingan Target dan Realisasi Produksi Bumiputera Cabang Pematang Siantar

Tahun 2008

BULAN

TARGET REALISASI RASIO

Polis Premi (Rp) Polis Premi (Rp) Polis Premi (Rp)

November 160 120.000.000 73 382.031.507 45,63% 318,36 %

Desember 160 120.000.000 90 1.599.348.650 56,25% 1021,05 % Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa target produksi bulan Desember tercapai dalam hitungan rupiah saja (berdasarkan pembayaran premi ). Pada kenyataannya target jumlah polis yang diproduksi hanya mencapai 45,63 % pada bulan November dan 56,25 pada bulan Desember.

Kinerja para agen secara individu juga sebenarnya menurun pada Bulan Desember dibandingkan pada Bulan November. Evaluasi kerja para agen untuk bulan November dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2

Evaluasi Kerja Para Agen Bumiputera Cab. Pematang Siantar Bulan November Tahun 2008

November

Agen

Jumlah Yang

Berproduksi

Yang tidak Berproduksi

Agen Debet 15 orang 4 orang 19 orang

Agen Produksi 18 orang 3 orang 21 orang

Jumlah Agen 33 orang 7 orang 40 orang

Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar

Pada bulan Desember kinerja para agen mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kinerja para agen pada bulan Desember tahun 2008. Evaluasi kerja para agen untuk bulan November dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.


(12)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 1.3

Evaluasi Kerja Para Agen Bumiputera Cab. Pematang Siantar Bulan Desember Tahun 2008

Keterangan

Agen

Jumlah Yang

Berproduksi

Yang tidak Berproduksi

Agen Debet 14 orang 4 orang 18 orang

Agen Produksi 8 orang 16 orang 24 orang

Jumlah Agen 22 orang 20 orang 42 orang

Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada bulan Desember terjadi penambahan karyawan. Sementara Agen Produksi yang tidak berproduksi juga meningkat pada yaitu sebanyak 3 orang pada bulan November dan sebanyak 16 orang pada bulan Desember. Penambahan jumlah karyawan seharusnya mampu meningkatkan produktivitas perusahaan lebih signifikan. Sebaliknya pada bulan Desember terjadi penurunan kinerja yang ekstrim dari para Agen Produksi. Hal ini mengindikasikan inefisiensi pemanfaatan sumber daya manusia. Walaupun target pembayaran premi nasabah tercapai, namun hal ini memperlihatkan kinerja Agen Produksi yang lebih rendah dibandingkan Agen Debet. Apabila masalah ini dibiarkan berlarut-larut, maka hanya akan menambah biaya tenaga kerja dan pada akhirnya akan mengurangi laba perusahaan.

Masalah ini tentu memerlukan perhatian khusus pihak perusahaan terutama dalam proses pengawasan. Perusahaan memerlukan sistem pengawasan yang lebih efektif untuk diterapkan pada situasi yang dialami perusahaan itu sendiri.

Pelaksanaan pengawasan sangat penting terhadap pencapaian efisiensi kerja karyawan. Oleh karena itu penulis tertarik memilih judul untuk penelitian


(13)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

yaitu: “Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar.”

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pengawasan berhubungan positif terhadap efisiensi kerja karyawan pada Asuransi Bumiputera Pematang Siantar?

C. KERANGKA KONSEPTUAL

Pengawasan yang dilaksanakan di perusahaan bertujuan agar sumber daya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak terjadi pemborosan yang dapat mengakibatkan kerugian. Didalam pengawasan terdapat elemen-elemen, yaitu : metode dan sifat pengawasan (Siagian, 2003:114). Sedangkan efisiensi kerja adalah pelaksanaan pekerjaan yang terbaik dengan membandingkan output dengan input yang digunakan. Efisiensi disini adalah cara mengerjakannya, biaya, waktu, beban, dan jaraknya ( Sedarmayanti, 2001:112).

Siagian (2003:113) menyatakan bahwa fungsi pengawasan harus dilaksanakan seefektif mungkin karena pelaksanaan fungsi pengawasan dengan baik akan memberikan sumbangan yang besar dalam meningkatkan efisiensi.

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Sumber : Siagian (2003), Sedarmayanti (2001), dimodifikasi Pengawasan (X)

- Metode - Sifat

Efisiensi Kerja (Y) - Waktu


(14)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

D. HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah , penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Pengawasan Berhubungan Positif Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar.

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai pada Asuransi Bumputera Pematangsiantar. 2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi perusahaan

Perusahaan diharapkan dapat mengetahui kendala yang dihadapi dan berusaha mencari solusi untuk masalah yang berkaitan dengan pengawasan dan efisiensi kerja.

b. Bagi penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori yang penulis terima di bangku perkuliahan serta menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesionalisme dalam memasuki dunia kerja sesuai dengan profesinya nanti.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.


(15)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

F. METODE PENELITIAN

1. Batasan Operasional

Penelitian ini dibatasi hanya membahas pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja dimana pengawasan sebagai variabel bebas (independent variable) dan efisiensi kerja sebagai variabel terikat (dependent variabel). Penelitian dilakukan terhadap karyawan Asuransi Bumiputera cabang Pematangsiantar. 2. Definisi Operasional Variabel

a. Pengawasan Sebagai Variabel Bebas (x)

Pengawasan adalah proses pemantauan aktivitas kerja karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan.

b. Efisiensi Kerja sebagai Variabel terikat (Y)

Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik atau rasionalitas antara hasil yang diperoleh (output ) dengan kegiatan yang dilakukan serta sumber-sumber dan waktu yang dipergunakan.

3. Pengukuran Variabel (Parameter Variabel)

Pengukuran variabel menggunakan itemized rating scale dimana dipilih suatu jawaban dalam bentuk berurutan (Kuncoro, 2003:15). Dalam hubungan ini akan ditentukan item-item yang relevan dengan apa yang ingin diketahui, kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban-jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya. Masing-masing item jawaban diberi bobot tertentu. Skor responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang akan ditafsirkan sebagai posisi responden dalam rating scale (skala penilaian).


(16)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 1.3.

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Pengawasan (X) a. metode yang digunakan baik langsung

(pengamatan) maupun tidak langsung (laporan)

rating scale

b. sifat pengawasan

(preventive atau reppresive)

rating scale

Efisiensi kerja (Y) a. waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan

rating scale

b. cara kerja, cara

mengerjakan dengan

memperhatikan kuantitas.

rating scale

Sumber : Siagian (2003), Sedarmayanti (2001), diolah penulis

Skala penilaian pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) tingkatan jawaban sebagai berikut :

Jawaban A diberi skor : 3 Jawaban B diberi skor : 2 Jawaban C diberi skor : 1 4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kantor Asuransi Bumiputera cabang Pematang Siantar Jalan Letjend S.Parman no 3, dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2009.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Asuransi Bumiputera kantor cabang Pematangsiantar yaitu sebanyak 57 karyawan.


(17)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

b. Sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan metode Judgement Sampling (berdasarkan pertimbangan). Judgement Sampling merupakan tipe pengambilan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau penelitian (Indiantoro, 2002:131). Maka penulis mengambil karyawan dinas luar AJB Bumiputera Pematang Siantar sebanyak 42 orang sebagai sampel penelitian. 6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian menggunakan dua jenis sumber data yakni: a. Data Primer

Data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner dan wawancara kepada anggota populasi .

b. Data Sekunder

Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data berupa buku-buku, laporan perusahaan, dan literatur lainnya

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan pengawasan dan efisiensi kerja yaitu kepada pimpinan dan bagian administrasi dan keuangan.

b. Kuesioner


(18)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

responden yaitu karyawan Asuransi Bumiputera Pematangsiantar. c. Studi Dokumentasi

Mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, tulisan ilmiah, internet dan literatur-literatur lainnya yang memiliki relevansi dengan penelitian. 8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada instrumen penelitian dalam hal ini adalah kuesioner untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji validitas dan reliabilitas ini akan dilaksanakan pada PT. Asuransi Jiwasraya Pematang Siantar Jl. Ahmad Yani No.83.

9. Teknik Analisis Data

a. Analisis Statistik Deskriptif

Metode ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang dihadapi.

b. Analisis Korelasi Pearson

Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan memakai metode

pearson product moment coefficient of correlation (koefisien korelasi pearson).

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Korelasi dilambangkan dengan r (Supranto, 2000:183).


(19)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Rumus Koefisien Korelasi Pearson:

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) ).( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

Dengan ketentuan : -1 ≤ r ≤ 1

Apabila r = -1 artinya korelasi negatif r = 0 artinya tidak ada korelasi r = 1 artinya korelasi sangat kuat

Penelitian ini juga akan menguji data dengan beberapa tahap antara lain : a. Uji Signifikansi (uji t)

Uji t merupakan pengujian dengan menggunakan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

Ho : β = 0 (tidak ada hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja) H1 : β ≠0 (ada hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja)

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung < t tabel = 5%

Ho ditolak jika t hitung >t tabel = 5%

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar

(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika R2 semakin kecil

(mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah kecil terhadap variabel terikat (Y).


(20)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Harahap (2004) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja pada PT. SUNINDO VARIA MOTOR . Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengawasan yang positif terhadap efisiensi kerja dengan nilai koefisien korelasi r = 0.4049 . Selain itu hasil penelitian Idris (2007) tentang Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) cabang medan juga menyatakan hal yang sama yaitu ada pengaruh positif pengawasan terhadap efisiensi kerja. Dari hasil perhitungan diketahui nilai koefisien korelasi r = 0,522.

B. Pengawasan

1. Definisi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001:242) mengemukakan hal sebagai berikut :

“Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai


(21)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001: 10)mengartikan pengawasan sebagai berikut:

“control consist in verifying whether everything occurs in conformity with the plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrance”.

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Pengawasan adalah memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan (Siagian, 2003:30)

Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan.

2. Prinsip Pengawasan

Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif, perlu dipenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana


(22)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.

Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.

Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Menurut Duncan dalam Harahap (2001:246) mengemukakan bahwa beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :

a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaanya. Oleh karena itu harus dikomunikasikan.

Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk bidang penjualan dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas penjualan, sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada penerimaan dan penggunaan dana.


(23)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usaha atau organisasi yang bersangkutan. Karyawan merupakan aspek intern perusahaan yang kegiatan-kegiatannya tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola organisasi. Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi yang bersangkutan.

c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan benar-benar efektif, artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi kesalahan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya identifikasi masalah atau penyimpangan, maka organisasi dapat segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.

d. Pengawasan harus fleksibel

Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.

e. Pengawasan harus ekonomis

Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang


(24)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah bagaimana membuat suatu sistem pengawasan dengan benar-benar merealisasikan motif ekonomi.

Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Tidak ada satu sistem pengawasan yang berlaku untuk semua situasi dan semua perusahaan.

3. Tujuan Pengawasan

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.

Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya manusia- sebagai objek pengawasan- mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husaini (2001:400) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :

1. menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, dan hambatan

2. mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan hambatan

3. meningkatkan kelancaran operasi perusahaan

4. melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang baik.


(25)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Ricky W. Griffin mendeskripsikan tujuan pengendalian seperti Gambar 2.1. berikut :

Gambar 2.1 : Tujuan Pengendalian Sumber : Griffin, 2004:163

1. Beradaptasi dengan perubahan lingkungan

Dalam lingkungan bisnis yang tidak stabil dan bergejolak dewasa ini, semua organisasi harus menghadapi perubahan. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang dapat menuntun pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan yang baik dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon perubahan. 2. Membatasi akumulasi kesalahan

Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang.

Beradaptasi dengan perubahan lingkungan

Membatasi akumulasi kesalahan

Pengendalian membantu organisasi

Mengatasi kompleksitas organisasi


(26)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.

3. Mengatasi kompleksitas organisasi

Jika perusahaan hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya, membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana, dan mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat membuat sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan sumber daya dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki banyak pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan yang memadai.

4. Meminimisasi Biaya

Apabila dipraktekkan secara efektif, pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan output.

4. Jenis Pengawasan

Hasibuan membedakan pengawasan atas beberapa jenis yaitu : 1. Pengendalian intern (Internal control)

Pengendalian intern adalah pengendalian yang dilakukan oleh seseorang atasan kepada bawahannya. Cakupan dari pengendalian ini meliputi hal-hal yang cukup luas, baik pelaksanaan tugas, prosedur kerja, kedisiplinan, karyawan, dan lain-lain.


(27)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Pengendalian ekstern adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar. Pengendalian ekstern ini dapat dilakukan secara formal atau informal, misalnya pemeriksaan pembukuan oleh kantor akuntan dan penilaian yang dilakukan oleh masyarakat.

2. Pengendalian resmi (formal control)

Pengendalian resmi adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern. Misalnya pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap suatu instansi.

3. Pengendalian konsumen (informal control)

Pengendalian informal adalah penilaian yang dilakukan oleh masyarakat atau konsumen, baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya melalui media massa.

5. Proses Pengawasan

Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental dalam setiap prosesnya (Griffin, 2004: 167). Langkah-langkah tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut :

Gambar 2.2.

Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan

Menetapkan standar

Mengukur kinerja Membandingkan kinerja dengan

standar

Menentukan kebutuhan akan tindakan koreksi


(28)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Sumber : Griffin, 2004 : 167

Masing-masing langkah ini akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Menetapkan Standar.

Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja

dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Strategi pengawasan harus konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung dengan objek yang diawasi.

Standar bagi hasil kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencana-rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami kemana kegiatannya diarahkan dan tujuan apa yang sebenarnya ingin dicapai.

Mengukur Kinerja

Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian besar organisasi. Agar pengawasan berlangsung efektif, ukuran-ukuran kinerja

Mempertahankan status quo

Mengoreksi penyimpangan

Mengubah standar


(29)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

harus valid. Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail. 2. Membandingkan Kinerja dengan Standar

Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan (actual result) dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan karyawan dapat diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan untuk menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil untuk menyampaikan laporannya secara lisan.

Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan, perbandingan dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan produk mereka berada pada urutan pertama di pasar. Standar ini jelas dan relatif mudah dihitung untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum. Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail. Jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.

3. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif

Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer. Setelah membandingkan kinerja dengan standar, manajer dapat memilih salah satu tindakan : mempertahankan

status quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah

standar. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar


(30)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan, maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :

1. kekurangan faktor produksi

2. tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan

resources lainnya dalam lingkungan organisasi

3. sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya

Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2001 : 247) sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :

1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Preventive controll ini dilakukan dengan cara :

a. menentukan proses pelaksanaan pekerjaan

b. membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan


(31)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

d. mengorganisasi segala macam kegiatan

e. menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap individu karyawan

f. menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan

g. menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan

Preventive controll ini adalah pengendalian terbaik karena dilakukan sebelum

terjadi kesalahan.

2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. membandingkan hasil dengan rencana

b. menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya

c. memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya

d. menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada


(32)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

f. jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui

training dan education.

3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki.

4. pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala, misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.

5. pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetatp terjaga dengan baik.

6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.

7. Mengintegrasikan Pengendalian dengan Strategi

Pengendalian Strategik (strategic control) ditujukan untuk memastikan bahwa organisasi tetap selaras dengan lingkungannnya dan tetap bergerak kearah pencapaian tujuan-tujuan strategiknya. Pengendalian strategik secara umum berfokus pada lima aspek organisasi yaitu struktur, kepemimpinan, teknologi, sumber daya manusia, serta pengendalian informasi dan operasional. Dengan kata lain, pengendalian strategik berfokus padasejauh mana strategi yang telah diimplementasikan membantu organisasi meraih tujuan-tujuan strategic


(33)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

8. Karakteristik Pengendalian yang Efektif

Pengendalian yang efektif akan sukses mengatur dan memantau aktivitas organisasi. Griffin (2004: 182) menyatakan bahwa sistem pengendalian yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Integrasi Dengan Perencanaan

Pengendalian harus dikaitkan dengan perencanaa. Semakin eksplisit dan akurat hubungan ini, semakin efektif sistem pengendalian. Cara terbaik untuk mengintegrasikan perencanaan dan pengendalian adalah dengan memperhitungkan pengendalian pada saat rencana dibuat. Dengan kata lain, saat tujuan ditetapkan selama proses perencanaan, perhatian harus diberikan pada pembahasan standar-standar yang akan mencerminkan seberapa baik rencana itu terwujud.

2. Fleksibilitas

Sistem pengendalian itu sendiri harus cukup fleksibel utnuk mengakomodasi perubahan.

3. Akurasi

Sistem pendelain harus berdasarkan informasi yang akurat. Hal ini akan menjadikan sistem pengendalian tersebut layak untuk diterapkan di perusahaan yang bersangkutan.


(34)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Ketepatan waktu tidak berarti kecepatan. Ketepatan waktu menggambarkan sebuah system pengendalian yang menyediakan informasi tepat pada saat yang diperlukan.

5. Objektivitas

Sistem pengendalian harus menyediakan informasi yang seobjektif mungkin. Hal ini dimaksudkan agar sistem pengendalian tersebut mampu untuk mereflektir tujuan dari pembuatan sistem pengendalian itu sendiri.

C. Efisiensi Kerja

1. Definisi Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001 : 112) efisiensi adalah perbandingan terbaik atau rasionalitas antar hasil yang diperolehatau output dengan kegiatan yang dilakukan serta sumber-sumber dan waktu yang dipergunakan atau input.

Perbandingan dilihat dari :

a. Segi hasil

Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersbut memberikan hasil yang maksimal mengenai hasil pekerjaan tersebut.


(35)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu tercapai dengan usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu : pikiran, tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya).

M. Sinungan menyatakan bahwa efisensi kerja adalah perbandingan yang paling harmonis antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh ditinjau dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta tempat yang dipakai.

Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasil yang dicapai. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan itu sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.

2. Sumber-Sumber Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001:118) sumber utama efisiensi kerja adalah manusia. Karena akal, pikiran, dan pengetahuan yang ada, manusia mapau menciptakan cara kerja yang efisien. Unsur efisensi yang melekat pada manusia adalah :

a. Kesadaran

Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi keberhasilannya. Dalam hal efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna efisiensi akan banyak membantu usaha pencapaian efisiensi itu sendiri.

Efisiensi sesungguhnya berkaitan erat dengan tingkah laku dan sikap hidup seseorang. Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup dapat mengarah


(36)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

pada perbuatan yang efisien atau sebaliknya. Dengan adanya kesadaran, seseorang akan terdorong untuk membangkitkan semangat atau kehendak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang disadarinya dalam hal ini yang diamksudakan adalah efisiensi.

b. Keahlian

Sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya hasilnya akan lebih baik dan cendenrung lebih cepat daripada dikerjakan oleh yang bukan ahlinya. Hal ini berarti unsur keahlian yang juga melekat

pada manusia merupakan bagian yang menjadi sumber efisiensi. Keahlian manusia dicapai bila ada pelatihan yang mendukung pekerjaan tersebut. Sehingga apabila suatu pekerjaan difasilitasi dengan suatu peralatan, maka peralatan tersebut menunjang pencapaian efisiensi kerja. Peralatan disediakan dengan maksud agar pekerjaan lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat penyelesaiannya. Penyediaan peralatan atau fasilitas kerja yang tidak disertai dengan keahlian penggunanya malah akan menjadikan sumber biaya yang tidak bermanfaat.

c. Disiplin

Kedua unsur yang telah diuraikan sebelumnya tidak akan menjamin hasil kerja yang baik dan efisien jika tidak disertai dengan unsur disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi diperlukan standar yang akan menjadi penunjuk arah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga keseluruhan sumber daya berada dalam satu aturan yang jelas, tidak menyimpang dari apa yang diharapkan.


(37)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

3. Syarat Dapat Dicapainya Efisiensi Kerja

Adapun syarat-syarat agar tercapainya efisiensi kerja adalah sebagai berikut :

a. Berhasil guna atau efektif b. Ekonomis

c. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan d. Pembagian kerja yang nyata

e. Prosedur kerja yang praktis

Dalam dunis bisnes terkadang terjadi kerancuan antara efisiensi dengan produktivitas. Efisiensi berarti mengahsilkan produk yang berkualitas tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkion. Akan tetapi harus dipertimbagkan apakah produk tersebut dibutuhkan. Efektivitas, efisiensi, dan produktivitas ditentukan secara bersama.

D. Hubungan pengawasan dan efisiensi kerja

Banyak cara yang dapat dilakukan dan harus ditempuh untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam suatu perusahaan. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan rencana yang baik. Peningkatan efisiensi dapat tercapai apabila tidak terjadi kesimpangsiuran tanggung jawab dan wewenang. Dalam organisasi harus terdapat pendelegasian wewenang yang dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih efisien, jujur, dan loyal. Salah satu sasaran pokok manajemen dalam menjalankan kegiatan pada suatu organisasi adalah mencapai efisiensi yang semaksimalnya. Seperti yang dikemukakan oleh Siagian (2003 : 113) bahwa fungsi organik pengawasan harus dilaksanakan seefektif mungkin, karena


(38)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

pelaksanaan fungsi pengawasan yang baik akan memberikan sumbangan yang besar pula dalam meningkatkan efisiensi.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Bumiputera

Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Dwidjosewojo mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha - sebagai salah satu keputusan Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912.

M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang iniah yang kemudian dikenal sebagai "tiga serangkai" pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia.

Bumiputera menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha "mutual" atau "usaha bersama" sejak awal pendiriannya tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) - yang


(39)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu. Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan - yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini.

Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini mencapai 9 dasawarsa. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan Bangsa Indonesia. Termasuk, misalnya, peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun 1965 - yang memangkas asset perusahaan ini; dan bencana paling hangat - multikrisis di penghujung millenium kedua. Bumiputera juga menyaksikan tumbuh, berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian zaman. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan.

Bumiputera yang memperjakan sekitar 18.000 pekerja pada saat memasuki millenium ketiga,, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia, memiliki jaringan kantor sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia; tengah berada di tengah pencapaian baru industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 91 tahun lampau.

Iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru bagi Bumiputera karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun berbekal pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir


(40)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

seabad, menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia - sebagaimana visi awal pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di hati rakyat Indonesia.

B. Falsafah, Visi dan Misi Perusahaan

1. Falsafah

Sebagai perusahaan perjuangan, Bumiputera memiliki falsafah sebagai berikut:

a. Idealisme

Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam mengangkat kemartabatan anak bangsa sesuai sejarah pendirian Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan.

b. Kebersamaan

Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan perusahaan dengan memberdayakan potensi komunitas Bumiputera dari, oleh dan untuk komunitas Bumiputera sebagai manifestasi perusahaan rakyat.

c. Profesionalisme

Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan senantiasa berusaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan lingkungan.


(41)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Kepala Cabang

Supervisor Supervisor Supervisor

Ka. Unit Adm & Keuangan

Kasir Peg. Adm Peg. Adm

Agen produksi Agen debet AJB Bumiputera 1912 menjadi perusahaan asuransi jiwa nasional yang kuat, modern dan menguntungkan didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) profesional yang menjunjung tinggi nilai-nilai idialisme serta mutualisme.

3. Misi

Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati masyarakat Indonesia, dengan:

a. Menyediakan pelayanan dan produk jasa asuransi jiwa berkualitas sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan nasional melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

b. Menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan untuk menjamin pertumbuhan kompetensi karyawan, peningkatan produktivitas dan peningkatan kesejahteraan, dalam kerangka peningkatan kualitas pelayanan perusahaan kepada pemegang polis.

c. Mendorong terciptanya iklim kerja yang motivatif dan inovatif untuk mendorong proses bisnis internal perusahaan yang efektif dan efisien.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi AJB Bumiputera cabang Pematang Siantar dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(42)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Bumiputera Cabang Pematang Siantar Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar a. Kepala Cabang

Kepala cabang bertanggung jawab sepenuhnya atas aktivitas Bumiputera cabang Pematang Siantar serta memimpin karyawan kantor cabang. Kepala cabang menentukan setiap pengambilan keputusan pada kantor cabang, mendelegasikan keputusan dari pusat serta mengirimkan laporan ke kantor pusat. b. Ka. Unit Administrasi dan Keuangan

Unit Administrasi dan keuangan merupakan staf kantor cabang yang melayani kebutuhan nasabah. Memberikan informasi yang berkaitan dengan produk dan pelayanan konsultasi asuransi, serta menjalakan seluruh adiministrasi kantor.

c. Kasir

Kasir melayani pembayaran premi dan pencairan atas pengajuan klaim nasabah.

d. Pegawai Administrasi

Mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi kantor dan membantu Ka.Unit Administrasi.

e. Supervisor

Mengawasi kegiatan para agen serta memberikan laporan kepada Kepala Cabang dan Ka. Unit Administrasi dan Keuangan.


(43)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Agen Produksi bertugas untuk menjaring nasabah baru dan menjalin komunikasi dengan nasabahyang lama.

g. Agen Debet

Agen Debet bertugas untuk melakukan pengutipan pembayaran premi serta menangani pembayaran premi yang bermasalah (menunggak).

D. Produk dan Pelayanan

Secara garis besar, produk AJB Bumiputera di bagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. Asuransi Perorangan 2. Asuransi Kumpulan, dan 3. Asuransi Syariah

Asuransi perorangan merupakan produk asuransi yang ditujukan kepada individu. Asuransi perorangan ini memiliki beberapa jenis yaitu sebagai berikut: a. Asuransi Jiwa Mitra Oetama

Pada jenis asuransi ini nasabah akan mendaptkan tabungan, perlindungan jiwa, dan biaya rawat inap dirumah sakit sekaligus. Mitra Oetama ditawarkan dalam mata uang US Dollar. Pada akhir kontrak, akumulasi premi akan menjelma menjadi tabungan.

b. Asuransi Jiwa Mitra Sejati

Pada program Asuransi Mitra Sejati, nasabah akan mendapatkan proteksi jika sewaktu-waktu nasabah tidak sanggup lagi menghasilkan nilai ekonomi. Mitra Sejati dirancang untuk mengantisipasi situasi terburuk ketika pemegang


(44)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

polis meninggal dunia. Mitra Sejati yang dipasarkan dalam valuta US Dollar, menjanjikan, pertanggungan resiko sebesar 100% dari nilai pertanggungan kecuali jika nasabah meninggal pada masa observasi polis.

c. Asuransi Jiwa Mitra Permata

Pada program asuransi ini nasabah akan mendapatkan perlindungan manfaat tabungan dengan nilai investasi.

d. Asuransi Jiwa Mitra Sehat

Mitra Sehat dirancang khusus bagi nasabah yang karena gangguan kesehatan harus menjalani perawatan kesehatan namun ingin tetap produktif. Program ini tidak hanya menyiapkan dana rawat inap di rumah sakit, tetapi sekaligus memberi kesempatan kepada nasabah untuk mendapatkan hasil investasi yang kompetitif dari pengembangan dana premi asuransi yang dibayarkan.

e. Mitra Pelangi

Mitra Pelangi memenuhi kebutuhan mendasar dari sebuah program asuransi yaitu mendapatkan perlindungan selama program berlangsung, dan menyiapkan warisan jika sewaktu-waktu nasabah meningggal dunia. Program ini juga menawarkan bonus menarik sejak tahun pertma keikutsertaan, dan empat pilihan manfaat tambahan yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan financial masing-masing.

f. Mitra Melati

Mitra Melati merupakan perpaduan antara kebutuhan proteksi dan tabungan/ investasi. Selain mendapatkan perlindungan, mitra melati juga memberikan return maksimal dari dana asuransi yang ditanamkan.


(45)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

g. Mitra Cerdas

Mitra Cerdas dirancang untuk mengembangkan dana yang akan dialokasikan untuk pendidikan.. selain itu progam ini menawarkan proteksi dan tabungan. h. Mitra Beasiswa

Melalui program ini anak nasabah akan secara teratur akan menerima dana kelangsungan belajar sesuai dengan jenjang pendidikannya. Selain itu anak juga mendapatkan perlindungandengan tetap menerima beasiswa bahkan ketika orangtua, sebagai nasabah, meninggal dunia.

Produk Asuransi Syariah terdiri atas : a. Mitra Mabrur

Program asuransi yang menggabungkan unsur tabungan dan perlindungan asuransi. Serta ditujukan untuk melaksanakan niat suci anda, menunaikan ibadah haji.

b. Mitra Sakinah

Asuransi yang merupakan gabungan antara unsur tabungan dan tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian, dengan masa pembayaran premi 3 (tiga) tahun lebih pendek dari masa asuransinya.

c. Mitra Iqra

Program asuransi pendidikan yang menjamin biaya sekolah anak mulai dari Tanam Kanak Kanak sampai Perguruan Tinggi. Mitra Iqra merupakan gabungan antara tabungan dan tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian.

Perusahaan memfokuskan pada sejumlah kebijakan utama agar perusahaan tumbuh pesat, yakni kembali ke core business asuransi jiwa, beroperasi secara


(46)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

menguntungkan, fokus pada upaya-upaya perbaikan internal guna meningkatkan kualitas bisnis dan daya saing, serta fokus pada pengelolaan risiko asuransi jiwa untuk meminimalkan risiko kerugian perusahaan dan upaya menuju tata kelola perusahaan yang baik.

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang berbentuk Usaha Bersama atau Mutual (bukan Perseroan Terbatas) di mana pemegang polis adalah pemilik perusahaan. Sebagai perusahaan mutual menerbitkan jenis polis dengan hak pembagian laba (participating policy) di mana pemegang polis memperoleh surplus dari perusahaan.

E. Sistem Pengawasan Kerja

AJB Bumiputera memiliki sistem pengawasan kerja yang cukup fleksibel. Terutama manyangkut jadwal kerja para karyawan dinas luar atau yang biasa disebut dengan agen. Dengan jadwal kerja ini diharapkan para agen mampu memberikan kontribusi yang terbaik mengingat intentasitas kerja para agen memang sebagian besar berada diluar kantor. Namun hal ini dikembalikan kepada para agen dilapangan. Apakah mereka memiliki kesadaran yang cukup untuk memahami fleksibilitas yang diberikan atasannya. Sejauh ini para supervisor hanya mengawasi karyawan berdasarkan pencapaian target/ standar kerja. Selebihnya diserahkan kepada para agen untuk bekerja sesuai dengan tuntutan jabatannya.

Para pimpinan sebenarnya telah mensosialisasikan pentingnya efisiensi kerja. Hal ini terlihat pada visi dan misi utama perusahaan. Selain itu peringatan


(47)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

hari jadi AJB Bumiputera ke 97 pada 12 Februari 2009, AJB Bumiputera mengusung tema “Maksimalisasi profit melalui peningkatan produktivitas, efisiensi dan profesionalitas SDM”. Hal ini manunjukkan bahwa perusahaan memberikan perhatian khusus terhadap kinerja SDM yang telah terbukti perpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

AJB Bumiputera 1912 juga mencanangkan program efesiensi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Misalnya untuk penyebaran informasi dan administrasi surat

menyurat, kini menggunakan e-mail. Langkah ini diharapkan meminimalisir pengeluaran serta meningkatkan profit di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil. Para pimpinan mengakui bahwa pemanfaatan teknologi informasi akan menghasilkan pelayanan makin cepat. Program tersebut merupakan , bagian dari pencanangan program tahun 2009. Program lainnya katakan dengan e-mail dan pemilihan Duta Bumiputera. Program katakan dengan e-mail mencakup penyediaan SMS centre, ucapan selamat ulangtahun, peringatan jatuh tempo, serta melayani pertanyaan nasabah/pemegang polis. Layanan ini dimulai pada Februari.

Program pemanfaatan teknologi informasi searah dengan tema perayaan ulang tahun AJB Bumiputera ke-97 tahun ini, yakni menuju tahun maksimalisasi profit melalui peningkatan produktifitas efesiensi dan profesionalisme SDM.


(48)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penyajian data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan akan diuraikan dalam bab IV ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Jumlah pertanyaan yaitu 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan untuk variabel X (pengawasan) dan 10 pertanyaan untuk variabel Y (efisiensi kerja). Tujuan dari penelitian ini tergambar dalam kuesioner yang disebarkan kepada responden yang berisikan pertanyaan mengenai hubungan pengawasan dengan efisiensi kerja pada AJB Bumiputera. Pada proses pengumpulan data, jumlah yang disebarkan sebanyak 42 kuesioner. Namun jawaban yang diterima adalah sebanyak 39 kuesioner. Hal ini disebabkan karena responden tidak mengembalikan kuesioner. Berikut ini hasil pengolahan data berdasarkan jawaban responden.

A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

1. Pengujian Validitas Kuesioner

Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan setiap butir pertanyaan dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan untuk mendefinisikan suatu


(49)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

variabel penelitian . Agar memiliki tingkat validitas yang tinggi, maka setiap variabel yang digunakan harus diuji kecermatannya. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai korelasi dan rhitung dari variabel

penelitian dengan rtabel didasarkan pada derajat keyakinan tertentu. Uji validitas

dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan itu valid

2. Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel maka butir pertanyaan itu tidak valid

3. rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang diluar responden. Nilai tabel r dengan ketentuan bahwa data dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel (Situmorang, 2008:44). Untuk data yang

berjumlah 30 maka rtabel adalah sebesar 0,361. Hasil dari uji validitas kuesioner

dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut Tabel 4.1.

Validitas Instrumen Penelitian

Corrected

Item-Total Correlation r table Validitas

V1 .664 0.361 Valid

V2 .702 0.361 Valid

V3 .664 0.361 Valid

V4 .656 0.361 Valid

V5 .609 0.361 Valid

V6 .673 0.361 Valid

V7 .710 0.361 Valid

V9 .675 0.361 Valid

V10 .565 0.361 Valid

V11 693 0.361 Valid

V12 .529 0.361 Valid V13 .816 0.361 Valid V14 .684 0.361 Valid V16 .699 0.361 Valid V18 .612 0.361 Valid V19 .671 0.361 Valid


(50)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

V20 .707 0.361 Valid Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)

Corrected item total merupakan korelasi antara skor item dengan skor total

item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Pada Tabel 4.1 nilai rhitung > rtabel untuk keseluruhan item pertanyaan. Maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh butir pertanyaan adalah valid. Valid berarti bahwa penggunaan kuesioner sebagai instrumen penelitian dapat menghasilkan data yang dibutuhkan untuk mengetahui hasil penelitian.

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan variabel.

Penentuan reliabilitas atau tidaknya suatu data, berdasarkan ketentuan berikut :

1. Jika Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali dalam Situmorang et al,2008) maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel

2. Jika Cronbach Alpha < 0,60 (Ghozali dalam Situmorang et al,2008) maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Reliabilitas data berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Reliabilitas Instrumen Penelitian

Cronbach Alpha Ghozali reliabilitas

V1 .664 .600 Reliable

V2 .693 .600 Reliable

V3 .702 .600 Reliable

V4 .641 .600 Reliable

V5 .865 .600 Reliable

V6 .799 .600 Reliable

V7 .747 .600 Reliable

V9 .865 .600 Reliable


(51)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

V11 .841 .600 Reliable

V12 .899 .600 Reliable

V13 .801 .600 Reliable

V14 .688 .600 Reliable

V16 .850 .600 Reliable

V18 .823 .600 Reliable

V19 .617 .600 Reliable

V20 .713 .600 Reliable

Sumber : Hasil Penelitian 2009 (data diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu, setiap item pertanyaan dinyatakan reliabel untuk pengumpulan data.

B. Analisis Deskriptif

Penulis juga menguraikan hasil analisis data secara deskriptif kemudian ditabulasikan agar mempermudah untuk menginterpretasikannya serta untuk menarik kesimpulan. Berikut ini disajikan beberapa tabel berdasarkan hasil penyebaran kuesioner di lapangan.

1. Keadaan Responden

Pada penelitian dan pengumpulan data yang ada dilapangan, diperoleh berbagai data tentang keadaan responden dalam ruang lingkup hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja pada AJB Bumiputera. Data-data yang diperoleh selama dilapangan akan disajikan dalam bentuk kuantitatif dengan sampel yaitu karyawan dinas luar (agen) AJB Bumiputera.

Penulis mengidentifikasi jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan dari 39 responden, yang disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


(52)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

2 Perempuan 34 87 %

Sumber : Pengolahan Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa karyawan yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 34 orang (87 %) memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan karyawan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu dengan jumlah 5 orang (13 %).

Gambaran tentang tingkat umur karyawan yaitu sebagai berikut : Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur

No Usia Frekuensi Persentase

1 20-25 tahun 5 13 %

2 26-30 tahun 16 41 %

3 31-35 tahun 8 20 %

4 36-40 tahun 4 10 %

5 40-45 tahun 3 8 %

6 45 tahun keatas 3 8 %

Total 39 100 %

Sumber : Pengolahan Data Primer

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah karyawan dengan kelompok usia 26-30 tahun merupakan yang terbanyak yaitu 16 orang (41 %). Sedangkan karyawan dengan kelompok usia 40-45 tahun dan 45 tahun keatas merupakan yang paling sedikit jumlahnya yaitu tiga orang (8 %) .

Selanjutnya akan diberikan gambaran tentang keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD - -

2 SMP - -


(53)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

4 DIII 2 5 %

5 S-1 3 8 %

Total 39 100 %

Sumber : Pengolahan Data Primer

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 37 orang (88.1 %) dan yang paling sedikit yaitu berpendidikan Diploma sebanyak 2 orang (4.8 %).

2. Analisis Variabel Bebas- X (Pengawasan)

Penulis membahas dan menganalisis jawaban-jawaban dari responden yang menyangkut pertanyaan tentang pengawasan dan persentase jawaban responden dan disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Pendapat Responden Tentang Pengawasan

Indikator

Penelitian Frekuensi Total

Persentase

(%) Total

(Pertanyaan) III II I III II I

1 28 11 - 39 72 28 - 100%

2 31 8 - 39 79 21 - 100%

3 10 29 - 39 26 74 - 100%

4 4 35 - 39 10 90 - 100%

5 22 17 - 39 56 44 - 100%

6 36 3 - 39 92 8 - 100%

7 20 19 - 39 51 49 - 100%

8 39 0 - 39 100 0 - 100%

9 33 6 - 39 85 15 - 100%

10 11 28 - 39 28 72 - 100%

Sumber : Pengolahan Data Primer Tabel 4.6 menunjukkan bahwa :

a. Pada pertanyaan pertama, dari 39 responden, 28 responden (72 %) menyatakan bahwa pengawasan di tempat kerja sangat penting. Sedangkan sebanyak 11 responden (28 %) menyatakan bahwa pengawasan ditempat kerja adalah penting. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan sendiri secara pribadi telah menyadari pentingnya pengawasan di tempat kerja.


(54)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

b. Pada pertanyaan kedua, dari 39 responden, 31 responden (79 %) menyatakan bahwa pengawasan dilakukan setiap saat. Sedangkan sebanya 8 responden (21 %) menyatakan bahwa pengawasan dilakukan kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pengawasan yang dilakukan sudah intensif karena sebagian besar supervisor telah mengawasai para agen.

c. Pada pertanyaan ketiga, dari 39 responden, 29 responden (74 %) menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan objektif. Sedangkan sebanyak 10 responden (26 %) menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan sangat objektif.

d. Pada pertanyaan keempat, dari 39 responden, 35 responden (90 %) menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan fleksibel (tidak terlalu ketat). Sedangkan sebanyak 4 responden (10 %) menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan sangat fleksibel . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar supervisor telah menerapkan pengawasan yang fleksibel. e. Pada pertanyaan kelima, dari 42 responden, 22 responden (56 %)

menyatakan bahwa mereka menyerahkan laporan pada setiap akhir bulan yaitu tanggal 30 atau tanggal 31. Sedangkan sebanyak 17 responden (44 %) menyatakan bahwa mereka menyerahkan laporan bulanan pada tanggal 1-3 bulan berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan telah memberikan laporan sesuai dengan ketentuan perusahaan yaitu stiap akhir bulan, namun tetap ada yang tidak mematuhinya.

f. Pada pertanyaan keenam, dari 39 responden, 36 responden (92 %) menyatakan bahwa atasan berdiskusi dengan mereka ketika menghadapi


(55)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

pekerjaan yang sulit. Sedangkan sebanyak 3 responden (8 %) menyatakan bahwa atasan berdiskusi dengan mereka ketika menghadapi pekerjaan yang sederhana. Berdasarkan mayoritas jawaban responden dapat diketahui bahwa atasan melakukan hal yang tepat yaitu berdiskusi ketika bawahan menghadapi pekerjaan yang sulit.

g. Pada pertanyaan ketujuh, dari 39 responden, 20 responden (51 %) menyatakan bahwa atasan mereka setiap saat memberikan teguran apabila responden tidak memenuhi standar kerja. Sedangkan selebihnya yaitu 19 orang (49%) menyatakan bahwa atasan kadang-kadang memberikan teguran, kadang-kadang tidak . Hal ini menunjukkan bahwa atasan telah memberikan teguran kepda bawahannya yang tidak memenuhi standard kerja.

h. Pada pertanyaan kedelapan, seluruh responden yaitu sebanyak 39 orang mereka setuju bahwa pengawasan berpengaruh terhadap kualitas kerja mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kerja mereka tergantung pada tingkat pengawasan yang diterapkan.

i. Pada pertanyaan kesembilan, dari 39 responden, 33 responden (85 %) menyatakan bahwa atasan membimbing mereka dengan memaparkan cara menyelesaikan pekerjaan dengan praktis. Sedangkan sebanyak 6 responden (15 %) menyatakan bahwa atasan membimbing mereka dengan memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar para atasan responden mengutamakan tindakan untuk mencegah terjdinya kesalahan pada waktu bekerja.


(1)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Uji Signifikansi ( Uji-t) merupakan pengujian dengan menggunakan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

Ho : β = 0 (tidak ada hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja) H1 : β ≠0 (ada hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja)

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung < t tabel = 5%

Ho ditolak jika t hitung >t tabel = 5%

Nilai ttabel ditentukan dengan melihat nilai derajat kebebasannya (degree of

freedom-df) terlebih dahulu.

Derajat kebebasan (df)= (n-2)= 39-2=37

Pada tabel nilai t dengan df= 37 maka didapat ttabel= 1,69. Perhitungan nilai t

akan disajikan pada Tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9

Uji Signifikansi (Uji-t)

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 14.732 4.507 3.782 .000

Pengawasan .420 .173 .371 2.427 .000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data diolah (output SPSS)

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai thitung adalah 2,427. Sehingga thitung

(2,427)> ttabel (1,69). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1

diterima yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pengawasan dengan Efisiensi kerja. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian diterima.


(2)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Pengujian dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas (pengawasan) terhadap variabel terikat (efisiensi kerja). Uji koefisien determinasi adalah dengan persentase pengkuadratan nilai koefisien korelasi yang ditemukan (Sugiyono, 2005: 185). Hasil Perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS disajikan pada Tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10 Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .528a .297 .287 .899

a. Predictors: (Constant), Pengawasan b. Dependent Variable: Ef. Kerja Sumber : Data diolah (output SPSS)

Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai adjusted R-Square (R2) adalah 0,287 atau 28,7 %. Hal ini berarti variabel pengawasan mempengaruhi variabel efisiensi kerja sebesar 28,7% sedangkan sisanya yaitu 71,3 % dijelaskan oleh variabel lain seperti komunikasi, struktur organisasi,kepemimpinan, dan faktor-faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.


(3)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan hasil pengolahan data, maka penguji mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Angka koefisien korelasi antara pengawasan dan efisiensi kerja yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 0,528. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa 100 % responden menyatakan terdapat pengaruh antara pengawasan dengan kualitas kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengawasan dan efisiensi kerja pada AJB Bumiputera cabang Pematang Siantar.


(4)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

2. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil bahwa thitung (2,427)> ttabel (1,69)

maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengawasan dan efisiensi kerja diterima.

3. Nilai adjusted R square (R2) sebesar 0,287 atau 28,7 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel pengawasan mempengaruhi variabel efisiensi kerja sebesar 27,8 %. Sedangkan sisanya yaitu 71,3 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti komunikasi, struktur organisasi,kepemimpinan, teknologi informasi dan faktor-faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antar pengawasan dan efisiensi kerja. Oleh karena itu AJB Bumiputera Cabang Pematang Siantar harus memperhatikan kembali sistem pengawasan yang telah diterapkan di perusahaannya untuk meningkatkan efisiensi kerja karyawan. Sistem pengawasan harus mengutamakan tingkat pencapaian tujuan perusahaan.

2. Mengingat bahwa efisiensi kerja diperoleh berdasarkan kesadaran, keahlian, dan disiplin, maka dianjurkan kepada perusahaan untuk mengevaluasi kembali para karyawan yang telah memiliki ketiga faktor


(5)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

tersebut. Pimpinan juga harus mengambil tindakan yang tegas jika terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan.

3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang efisiensi kerja agar memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi efisiensi kerja seperti komunikasi, struktur organisasi, kepemimpinan, teknologi informasi, dan faktor-faktor lainnya yang tidak dibahas pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 2007. Manajemen : jilid 2. Jakarta : Salemba Empat

Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Operasi. Yogyakarta : BPFE Yogya Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Jakarta : Erlangga

Harahap, Sofyan Sari.2001. Sistem Pengawasan Manajemen (Management

Control System). Jakarta : PT Pustaka Quantum

Hasibuan, Malayu P. 2006. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : PT Bumi Aksara

Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga

Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Mathis, Robert l. dan John H Jackson. 2006. Human Resource management:

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi dan Johny Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian

Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Schuller, Randall S dan Susan E Jackson. 1997. Manajemen Sumber Daya

Manusia Menghadapi Abad ke-21. Jakarta : Erlangga

Sedarmayanti. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar Maju


(6)

Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.

USU Repository © 2009

Siagian, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sinungan, Muchdarsyah.2005. Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara Supranto, Johanes. 2000. Statistik : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga Usman, Husaini. 2006. Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara

Wahyono, Teguh. 2002. Belajar Sendiri SPSS 16.Jakarta : PT Elex Media Computindo