KONDISI LERENG DENGAN PERKUATAN STANDAR

83

4.2 KONDISI LERENG DENGAN PERKUATAN STANDAR

Perkuatan standar ini menggunakan sheet pile CCSP W-350 dengan pemasangan kedalaman yaitu ±15m dan pemasangan geogrid dan geotextile. Model dari perkuatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut : Gambar 4.5 Potongan melintang tipikal perkuatan standar. Untuk input program plaxis dibutuhkan data-data dari parameter sheet pile, geogrid, dan geotextile non woven yang digunakan, yaitu : Tabel 4.1 Data parameter sheet pile. Section Type Dimensions Width Height Thickness B H T Cold-formed CSP1 550500 150 8 550500 150 10 550500 150 12 550500 150 14 Cold-formed CSP1-B 400350 100 8 400350 100 10 400350 100 10.5 Universitas Sumatera Utara 84 400350 100 12 Cold-formed CSP1-D 515250 150 8 515250 150 10 515250 150 12 515250 150 14 Cold-formed CSP2 630575 210 8 630575 210 10 630575 210 12 630575 210 14 Cold-formed CSP2-A 575520 210 8 575520 210 10 575520 210 12 575520 210 14 Cold-formed CSZ1 670630 380 8 670630 380 10 670630 380 12 450400 15 13 Tabel 4.2 Data parameter Geogrid dan Geotextile. Parameter geogrid : Specification Tensile Strength Tensile Strength Tensile Strength Elongation Carbon Content KNM 2 Elongation 5 Elongation Width KNM KNM M TGDG50 50 12 23 TGDG60 60 16 30 TGDG80 80 21 40 12 2 TGDG110 110 29.5 58 TGDG130 72 130 36.5 TGDG170 170 50 99 Universitas Sumatera Utara 85 Parameter geotextile : ITEM 100 150 200 250 300 350 400 450 500 600 800 Thickness mm= 0.8 1.2 1.6 1.9 2.2 2.5 2.8 3.1 3.4 4.2 5.5 Width m 4-6m Tensile strength knm 4.5 7.5 10 12.5 15 17.5 20.5 22.5 25 30 40 Elongation 40~80 CBRKN= 0.8 1.4 1.8 2.2 2.6 3 3.5 4 4.7 5.5 7 O90O95,mmPore size microns 0.07~0.2 Flow ratecms= KX10-1~10- 3,K=1.0~9.9 Tear strengthKN= 0.14 0.21 0.28 0.35 0.42 0.49 0.56 0.63 0.7 0.82 1.1 Dengan menggunakan program plaxis 2D, perkuatan standar ini dianalisis untuk melihat bagaimana pengaruh perkuatan standar ini terhadap lereng dan menentukan angka keamanan lereng. Perhitungan angka keamanan lereng menggunakan tahapan perhitungan secara umum, yaitu : Phase 0 : Initial condition. Phase 1 : Pembebanan berjalan. Phase 2 : Beban gravitasi Phase 3 : Safety Faktor. Universitas Sumatera Utara 86 Hasil running dari program plaxis 2D, dapat dilihat pada gambar-gambar berikut : Gambar 4.6 Tahapan perhitungan dengan plaxis 2D Gambar 4.7 kondisi displacement dengan perkuatan standar Universitas Sumatera Utara 87 Gambar 4.7 menunjukan displacement yang terjadi pada keseluruhan bagian. Perbedaan warna tersebut menunjukan perbedaan displacement yang terjadi, displacement yang kecil ditunjkukan oleh bagian tanah yang berwarna biru, dan displacement yang terbesar ditunjukan dengan warna merah. Gambar 4.8 Kondisi strain pada lereng dengan perkuatan standar. Untuk Gambar 4.8, tanah-tanah meregang berada pada daerah yang mengalami displacement yang besar seperti pada daerah yang berhubungan langsung dengan beban diatas permukaan dan didaerah dasar dari perkuatan. Jika melihat Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 perkuatan masih berada pada bidang kelongsoran, hal itu yang menyebabkan perkuatan standar dapat gagal pada kondisi tertentu. Universitas Sumatera Utara 88 Gambar 4.9 faktor keamanan dengan perkuatan standar Dari analisi perhitungan plaxis 2D diatas dapat disimpulkan bahwa perkuatan srandar mengalami kegagalan dimana perkuatan standar tersebut tidak memperkuat lereng kelongsoran masih terjadi, beberapa penyebab terjadinya kegagalan ini yaitu :  Nilai keamanan yang kecil 1,1756, nilai angka keamanan yang mendekati satu ini dapat beresiko terjadinya kelongsoran jika ada gangguan terhadap lereng.  Pembebanan yang terjadi disekitar lereng, terutama beban lalu lintas berupa beban kendaraan yang melintas disepanjang lereng.  Kedalaman tanah lunak yang cukup dalam, dimana lapisan tanah lunak ini mencapai kedalaman 15m. Universitas Sumatera Utara 89 4.3 ANALISIS DENGAN PERKUATAN ALTERNATIF 4.3.1 Analisis Perkuatan Alternatif dengan Plaxis 2D