Ditinjau dari struktur, dapat saja diharapkan selulosa mempunyai kelarutan yang besar dalam air, karena banyaknya kandungan gugus hidroksi yang
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air antaraksi yang tinggi antara pelarut- pelarut. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian, dan selulosa bukan
hanya tidak larut dalam air tetapi juga banyak dalam pelarut lain. Penyebabnya ialah kekuatan rantai dan tingginya gaya antar rantai akibat
ikatan hidrogen antara gugus hidroksil pada rantai yang berdekatan. Faktor ini dipandang menjadi penyebab kekristalan yang tinggi dari serat selulosa. Jika
ikatan hidrogen berkurang, gaya antaraksipun berkurang, dan oleh karenanya gugus hidoksil selulosa harus diganti sebagian atau seluruhnya oleh
pengesteran. Hal ini dapat dilakukan, dan ester yang dihasilkan larut dalam sejumlah pelarut.
Selulosa akan larut dalam asam mineral kuat seperti asam sulfat 72, asam klorida 40, dan asam fosfat 85, akan tetapi tidak larut dalam air. Viskositas
larutan selulosa akan meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi atau derajat polimerisasi. Densitas selulosa bervariasi sesuai dengan perlakuan kimia, derajat
polimerisasi, dan media pada saat penentuan densitas. Kegunaan selulosa yang utama adalah sebagai bahan baku pembuatan kertas
dan sebagai bahan untuk pembuatan turunan selulosa seperti selulosa nitrat, selulosa asetat, selulosa butirat, metilselulosa, dan sebagainya.
2.4.1. Sifat Kimia Selulosa
Selulosa yang secara langsung dijadikan serat sangatlah terbatas. Yang lebih lazim dilakukan ialah memproses larutan turunan selulosa dan kemudian
membuat polimer itu menjadi bentuk yang dikehendaki. Selulosa yang diperoleh dengan cara itu disebut selulosa teregenerasi. Di dalam struktur selulosa banyak
terdapat gugus – OH yang merupakan gugus reaktif yang dapat bereaksi dengan gugus lain dari suatu pereaksi. Reaksi yang dapat dilakukan terhadap gugus – OH
tersebut antara lain adalah esterifikasi menjadi selulosa nitrat dan asetilasi menjadi selulosa asetat.
Universitas Sumatera Utara
Selulosa dapat diesterifikasi dengan asam nitrat, yang dalam hal ini digunakan dalam pembuatan selulosa nitrat untuk memperoleh dinitrat dan trinitrat Gert, et.
al., 2003. Selulosa dinitrat disebut juga pirosilin, tak larut dalam eter dan alkohol, tetapi bila dua pelarut tersebut dicampur dengan volume yang sama maka larutan
itu dapat melarutkan selulosa dinitrat. Larutan yang diperoleh disebut kolodion, dan bila dibentangkan hingga pelarutnya cepat menguap maka akan diperoleh film
transparan tidak berwarna. Kolodion bila dipanaskan dengan kamper akan diperoleh seluloid, yang merupakan bahan plastik, sedangkan selulosa trinitrat
yang juga disebut guncotton, digunakan sebagai bahan bakar roket atau sebagai propellant.
Selulosa dapat diasetilasi menggunakan asam asetat anhidrida dengan asam sulfat pekat sebagai katalisator, menghasilkan diasetat atau triasetat Wang, et.
al., 2009. Selulosa asetat dapat larut dalam pelarut metilen klorida-alkohol, dan bila campuran ini kemudian ditekan hingga pelarutnya menguap, akan diperoleh
film yang digunakan untuk fotografi. Bila larutan selulosa asetat ditekan pada suatu tabung yang disebut spinneret dan pelarutnya kemudian diuapkan akan
diperoleh serat halus yang disebut rayon. Asetat rayon digunakan sebagai bahan industri. Selulosa dapat juga bereaksi dengan etil klorida membentuk etil selulosa
yang digunakan untuk membuat plastik.
2.5. SELULOSA ASETAT