Aktivitas Antimikrob Dan Identifikasi Senyawa Bioaktif Ekstrak Bawang Batak (Allium Chinense G. Don.).

AKTIVITAS ANTIMIKROB DAN IDENTIFIKASI SENYAWA
BIOAKTIF EKSTRAK BAWANG BATAK
(Allium chinense G. Don.)

FRANS GROVY NAIBAHO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aktivitas Antimikrob dan
Identifikasi Senyawa Bioaktif Ekstrak Bawang Batak (Allium chinense G. Don.)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Frans Grovy Naibaho
NIM G851130281

RINGKASAN
FRANS GROVY NAIBAHO. Aktivitas Antimikrob dan Identifikasi Senyawa
Bioaktif Ekstrak Bawang Batak (Allium chinense G. Don.). Dibimbing oleh
MARIA BINTANG dan FACHRIYAN HASMI PASARIBU.
Salah satu tanaman yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia khususnya Suku batak adalah bawang batak (Allium chinense G. Don.).
Bawang batak biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan dan
obat tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antimikrob ekstrak umbi bawang batak, sekaligus mengetahui komponen senyawa
aktifnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada bidang
farmasi tentang senyawa-senyawa aktif dari tanaman bawang Batak sebagai agen
antimikrob. Metode ekstraksi yang dilakukan berdasarkan Harborne, metode uji
aktivitas antimikrob dan penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM)
berdasarkan metode difusi agar terhadap bakteri Eschericia coli, Salmonella typhi,
Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan khamir Candida albicans.

Penelitian ini diawali dengan pembuatan simplisia umbi bawang batak
dengan cara mengeringkan umbi bawang batak segar dan bersih pada oven dengan
suhu 50 °C selama 12 jam. Umbi bawang batak yang kering kemudian dihaluskan
menjadi bubuk simplisia. Bubuk umbi bawang batak kemudian diekstraksi dengan
pelarut etanol 70%, etanol 96%, etil asetat, n-heksana dan akuades selama 72 jam
dengan metode maserasi dan dipekatkan menggunakan rotarievaporator pada suhu
60 °C. Ekstrak umbi bawang batak yang diperoleh dari 5 jenis pelarut kemudian
diuji aktivitas antimikrob. Penentuan nilai KHM dan uji fitokimia dilakukan pada
ekstrak yang memiliki aktivitas antimikrob paling besar yaitu ekstrak etil asetat.
Analisis GC-MS dilakukan untuk mengetahui komponen senyawa ekstrak bawang
batak.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa semua ekstrak
memiliki aktivitas antimikrob pada konsentrasi 1.000 mg ml-1. Aktivitas
antimikrob ekstrak etil asetat paling tinggi daripada ekstrak lain. Konsentrasi
hambat minimun (MIC) ekstrak etil asetat terhadap C. albicans, B. Subtilis, E.
coli, S. aureus, S. typhi adalah 25, 100, 250, 250, 1.000 mg ml-1 secara berurutan.
Hasil analisis GC-MS diperoleh 25 komponen senyawa yang sebagian besar
diketahui merupakan senyawa antimikrob seperti furan, furfural dan allyl aceton.
Penelitian ini membuktikan bahwa bawang batak (Allium chinense G. Don)
mengandung senyawa bioaktif sebagai agen antimikrob terutama sebagai antiCandida.


Kata kunci: Allium chinense G. Don, analisis GC-MS, antimikrob, ekstrak etil
asetat

SUMMARY
FRANS GROVY NAIBAHO. Antimicrobial Activity and Identification
Biologically Active Compounds of Allium chinense G. Don Extract. Supervised
by MARIA BINTANG and FACHRIYAN HASMI PASARIBU.
One of the most widely used plant of Indonesian people especially
Bataknese is Allium chinense and is know as bawang batak. It is use as spices and
traditional medicines. The aims of research were to know antimicrobial activity of
A. chinense G. Don extract and to know the active compounds. The results of this
research were expected to contribute valuable information on pharmacological
field about active compounds from A. chinense as antimicrobial agent. Extraction
method was carried out based on Harborne, antimicrobial activity and minimum
inhibitory concentration tests were carried out by using agar diffusion method
against Eschericia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis
and Candida albicans.
This research was started with preparation of A. chinense bulbs powder.
The bulbs were washed and cut into small pieces ± 5 mm. The pieces were dried

on oven at 50 °C for 12 hours. The dried pieces were further ground to powdery
form with electric blender. A. chinense powders were extracted by using
maseration method with solvents (ethanol 70%, ethanol 96%, ethyl acetate, nhexane, and aquadest) for 72 hours and then were concentrated using a rotary
evaporator at 60 °C. All extracts were tested to determine the antimicrobial
activity. Ethyl acetate extract showed the highest antimicrobial and then were
further tested for minimum inhibitory concentration and chemical grup
identification. GC-MS analysis was carried out to determine the active
compounds of A. chinense extract.
The results of research showed that all extracts could inhibit microbial
growth at 1.000 mg ml-1. Ethyl acetate extract has the highest antimicrobial
activity against all the microbial isolates. Minimum inhibitory concentration
(MIC) of ethyl acetate extract against C. albicans, B. subtilis, E. coli, S. aureus, S.
typhi were 25, 100, 250, 250, 1.000 mg ml-1 respectively. 25 compounds were
derived from GC-MS analysis and most of them were known as the antimicrobial
compounds such as furan, furfural and allyl aceton. This study revealed that A.
chinense contains biologically active compounds as antimicrobial agent
particularly anti-Candida.

Keywords: Allium chinense G. Don, Antimicrobial, Ethyl acetate extract, GC-MS
analysis


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

AKTIVITAS ANTIMIKROB DAN IDENTIFIKASI SENYAWA
BIOAKTIF EKSTRAK BAWANG BATAK
(Allium chinense G. Don.)

FRANS GROVY NAIBAHO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

Pada
Program Studi Biokimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah
Aktivitas Antimikrob dan Identifikasi Senyawa Bioaktif Ekstrak Bawang Batak
(Allium chinense G. Don.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Drh Maria Bintang, MS
dan Bapak Prof Dr Drh Fachriyan H. Pasaribu selaku pembimbing, serta Bapak
Agus dari Laboratorium Bakteriologi FKH IPB yang telah banyak memberi saran.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Frans Grovy Naibaho

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
2
2
2
2
2

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian

HASIL
Kadar Air dan Rendemen
Aktivitas Antimikrob
Konsentrasi Hambat Minimum
Senyawa Fitokimia
Identifikasi Senyawa Antimikrob
PEMBAHASAN
Aktivitas Antimikrob
Konsentrasi Hambat minimum
Senyawa Fitokimia
Identifikasi Senyawa Antimikrob
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

3
3

3
3
3
7
7
7
8
8
9
10
10
11
11
12
13
13
13
14
17
26


DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Rendemen ekstrak bawang batak
Zona hambat ekstrak bawang batak terhadap mikrob uji
Analisis fitokimia ekstrak etil asetat
Komponen senyawa ekstrak bawang batak dengan GC-MS

7
7
9
9

DAFTAR GAMBAR
1 Diameter zona hambat pada penentuan KHM
2 Zona hambat aktivitas antimikrob ekstrak etil asetat terhadap C.albicans

8
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian

17

2 Surat identifikasi tanaman

18

3 Simplisia dan ekstrak bawang batak (Allium chinense G. Don)

19

4 Komposisi media untuk pertumbuhan bakteri

20

5 Formula pembuatan larutan standar Mc Farland

20

6 Kadar air simplisia

20

7 Randemen ekstrak

21

8 Diameter zona hambat dari uji aktivitas antimikrob

21

9 Zona hambat penentuan konsentrasi hambat minimun (KHM)

22

10 Foto zona hambat dari uji aktivitas antimikrob dan penentuan KHM

22

11 Foto uji fitokimia

24

12 Kromatogram GC-MS ekstrak etanol umbi bawang batak

25

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki biodiversitas
yang tinggi dan kaya akan flora dan fauna. Indonesia memiliki ribuan jenis
tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar
tumbuhan tersebut dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan karena
bersifat alami (Poeloengan et al. 2006). Secara turun-temurun masyarakat
Indonesia telah memanfaatkan tanaman yang hidup di alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka, termasuk pemanfaatan tanaman sebagai bahan obatobatan. Salah satu genus tumbuhan yang terkenal dan banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat adalah Allium. 280 lebih genus Allium yang tersebar di seluruh dunia
(Robinowitch & Currah 2002). Sebagian besar genus ini digunakan oleh
masyarakat sebagai bumbu masakan dan obat tradisional. Allium banyak
dimanfaatkan sebagai antimikrob dan antijamur. Di samping itu, Allium juga
digunakan dalam preservasi makanan untuk menggantikan senyawa kimia yang
banyak digunakan di industri makanan (Mau et al. 2001).
Berbagai senyawa antimikrob dari genus ini telah lama dikenal seperti
allicin, diallyl disulfida, ajoene, dan 3-(allyltrisulfanyl)-2-amino-propanoic acid
yang sudah terbukti dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, virus dan parasit (Kyung 2012). Senyawa antimikrob yang diteliti
dari ekstrak Allium diyakini mampu membantu menyelesaikan permasalahan
resistensi mikrob patogen yang timbul akibat pemakaian antibiotik. Resistensi
mikrob timbul dari paparan senyawa antibiotik secara terus menerus sehingga
menyebabkan materi genetik mikrob termutasi dan kebal terhadap senyawa
antibiotik. (Yasni 2013).
Aktivitas antimikrob dari Allium telah banyak diteliti karena berpotensi
sebagai antibakteri dan antijamur maupun pengawet makanan. Jenis tanaman
Allium seperti Allium sativum, Allium cepa, Allium tuberosu, Allium ascalonicum,
Allium minutiflorum sangat gencar diteliti. Hannan et al. (2010) melaporkan
bawang merah (Allium cepa) diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap
isolat klinik Vibrio cholerae. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa (Abubakar 2009). Senyawa
allicin dan produk transformasi seperti dialil polisulfida dan ajoene dari Allium
sativum memiliki aktivitas antivirus (Weber et al. 1992). Rattanachaikunsopon &
Phumkhachorn (2009) meneliti tentang kemampuan Allium ascalonicum (shallot)
dalam menghambat bakteri patogen pada makanan.
Salah satu tanaman yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia khususnya Suku Batak adalah bawang batak (Allium chinense G. Don.).
Bawang batak atau lokio merupakan tumbuhan bawang-bawangan yang tidak jauh
berbeda dengan bawang kucai (Allium tuberosum). Bentuk morfologi daun dan
umbinya sama tetapi ukuran bawang batak lebih kecil daripada bawang kucai.
Bawang batak merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat
Sumatera Utara sebagai bumbu masakan, sayuran dan obat. Berdasarkan studi
literatur, sampai saat ini masih minimnya penelitian tanaman bawang batak
terutama informasi mengenai senyawa antimikrob dari ekstrak tanaman bawang

batak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengevaluasi aktivitas antimikrob
dari umbi tanaman bawang batak terhadap beberapa mikrob patogen serta
menganalisis senyawa aktifnya.

Perumusan Masalah
Bawang batak atau lokio merupakan tanaman yang sudah dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk bumbu masakan dan obat. Penelitian mengenai aktivitas
antimikrob dan analisis senyawa aktif dari ekstrak umbi tanaman bawang batak
dari Sumatera Utara sejauh ini belum diketahui, sehingga perlu adanya pengujian
terhadap mikrob patogen seperti Eschericia coli, Salmonella typhi,
Straphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan khamir Candida albicans.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antimikrob dari ekstrak
air, etanol dan N-heksan umbi bawang batak terhadap bakteri E. coli, S. typhi, S.
aureus dan khamir C. albicans. Serta Menganalisis senyawa aktif dari ekstrak
umbi bawang batak (Allium chinense).

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada bidang farmasi
tentang senyawa-senyawa aktif dari tanaman bawang batak sebagai agen
antimikrob.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengekstrak umbi bawang batak (Allium
chinense G. Don.) dan diuji aktivitas antimikrobnya terhadap beberapa mikrob
patogen. Untuk mengetahui komponen senyawa pada ekstrak A. chinense
dilakukan analisis GC-MS.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 hingga Maret 2015 di
Laboratorium Bakteriologi, Divisi Mikrobiologi Medik FKH IPB. Ekstraksi dan
uji fitokimia dilakukan di Laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia FMIPAIPB dan analisis GC-MS dilakukan di Laboratorium Pengujian Hasil Hutan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
Hutan.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang
batak (Allium chinense G. Don.) yang berasal dari Sidikalang, Sumatera Utara.
Untuk mikrob uji digunakan bakteri patogen koleksi Laboratorium Bakteriologi
FKH IPB yaitu Eschericia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis dan khamir Candida albicans. Bahan pendukung yang digunakan antara
lain aquadest, alkohol 70%, kloramfenikol, nistatin, etanol 96%, etanol 70%, etil
asetat, n-heksana, dimetilsulfoksida (DMSO), media Potato Dextrose Agar
(PDA), media Nutrient Agar (NA), Mueller Hinton Agar (MHA), larutan Mc
Fraland 0.5, kertas Whatman no.40, reagent Deragendorff, Mayer, Wagner,
Lieberman Burchard, H2SO4, FeCl3 1%,
Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan digital, magnetic stirrer,
rotarievaporator, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet, gelas ukur, batang
pengaduk, jarum ose, vortex mixer, autoklaf, inkubator, shaker, cork borer. Untuk
pemisahan dan mengidentifikasi senyawa aktif dari ekstrak bawang batak
digunakan dengan GC-MS.
Prosedur Penelitian
Preparasi sampel, Penentuan kadar air dan Ekstraksi Sampel
Tumbuhan bawang batak diidentifikasi terlebih dahulu di Herbarium
Bogoriense LIPI Cibinong untuk peneguhan jenis. Umbi bawang batak diiris
sampai ketebalan ± 5 mm, kemudian dikeringkan dioven pada suhu 50 °C selama
12 jam sampai diperoleh berat akhir yang konstan. Umbi bawang batak yang telah
kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan disaring hingga
menjadi bubuk. Sebelum diekstrak, terlebih dahulu dilakukan penentuan kadar air
sampel dengan metode oven (AOAC 2005). Prinsipnya adalah menguapkan
molekul air (H2O) bebas yang ada dalam sampel. Kemudian sampel ditimbang
sampai didapat bobot konstan yang diasumsikan semua air yang terkandung
dalam sampel sudah diuapkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan
merupakan banyaknya air yang diuapkan. Prosedur analisis kadar air sebagai

berikut: cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada
suhu 105 °C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air
dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dalam cawan yang sudah
dikeringkan (B) kemudian dioven pada suhu 105 °C selama 3 jam lalu
didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (C). Tahap ini
diulangi hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan
persamaan:
% Kadar air =





x 100%

Pembuatan ekstrak bawang batak (Harborne 1996)
Pada tahap ini digunakan 5 pelarut, yaitu heksana, etanol 96%, etanol 70%,
etil asetat dan air. 25 gram simplisia dimaserasi dengan masing-masing pelarut
dengan perbandingan 1 : 5 selama 3x24 jam pada suhu ruang. Kemudian sampel
disaring dengan kertas Whatman no.40. Masing-masing filtrat dievaporasi dengan
rotavapor vakum pada suhu 60 °C untuk menguapkan dan memekatkan ekstrak.
Ekstrak pekat ditimbang dan didapatkan rendemennya. Rendemen ekstrak yang
didapat selanjutnya diuji aktivitas antimikrobnya. Rendemen ekstrak dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Rendemen (%)=

ek

k

x 100%

Uji aktivitas antimikrob
Uji aktivitas antimikrob dilakukan dengan metode difusi agar. Beberapa
spesies bakteri patogen seperti E. coli, S. typhi, S. aureus, B.subtilis dan khamir C.
albicans diperoleh dari koleksi Laboratorium Bakteriologi Fakultas Kedokteran
Hewan IPB. Inokulan bakteri ditumbuhkan pada media Tryptone Soya Agar
(TSA) (OxoidTM) sedangkan C. albicans ditumbuhkan pada media Potato
Dextrose Agar (PDA) (DifcoTM USA). Biakan bakteri dan C. albicans kemudian
diencerkan dengan NaCl 0.85% menggunakan metode McFarland 0.5 (setara
dengan 108 CFU/ml). Sebanyak 0.1 ml masing-masing suspensi bakteri yang telah
diencerkan kemudian dicampurkan ke dalam 20 ml media Mueller-Hinton Agar
(MHA) (OxoidTM) suhu ± 45 °C. Untuk C. albicans, 0.1 ml biakan dicampurkan
ke dalam 20 ml media PDA suhu ± 45 °C. Setelah memadat, media dilubangi
dengan cork borrer berdiameter 5,7 mm. Ekstrak etanol 70%, etanol 96%, etil
asetat, n-heksana dan air masing-masing dilarutkan dengan DMSO (Dimethyl
sulfoxide) 10% (konsentrasi 1 g ml-1). Sebanyak 50 μl dari masing-masing ekstrak
dimasukkan ke dalam sumuran. Kloramfenikol dilarutkan dengan akuades steril
sampai konsentrasi 60 μg ml-1 sebagai kontrol positif untuk bakteri, nistatin (60 μg
ml-1) untuk C. albicans dan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Selanjutnya
diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Zona bening yang terbentuk di
sekeliling sumuran diukur menggunakan jangka sorong.

Penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM)
Ekstrak yang menunjukkan aktivitas antimikrob tertinggi selajutnya diuji,
untuk menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM). Prosedur penentuan
KHM dilakukan menggunakan metode difusi agar dengan prosedur sama seperti
yang telah dijelaskan pada uji aktivitas antimikrob. Ekstrak teraktif dibuat
menjadi beberapa konsentrasi yaitu 10, 25, 50, 100, 150, 250, 500 mg ml -1. 50 μl
ekstrak dimasukkan ke dalam sumuran. Kloramfenikol (60 μg ml-1) sebagai
kontrol positif untuk bakteri, nistatin (60 μg ml-1) untuk C. albicans dan DMSO
10% sebagai kontrol negatif. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24
jam. Zona bening yang terbentuk di sekeliling sumuran diukur menggunakan
jangka sorong.
Analisis Fitokimia (Harborne 2006)
Ekstrak yang memiliki aktivitas antimikrob tertinggi diuji fitokimia untuk
mengetahui kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan triterpenoidsteroid. Semua uji fitokimia dilakukan menurut Harborne (1996).
Uji Triterpenoid-Steroid
Sebanyak 10 mg sampel ditambahkan dengan 5 ml eter, kemudian diuapkan
dalam cawan penguap. Larutan uji ditambahkan dengan pereaksi LiebermanBurchard (asam asetat anhidrat dan asam asulfat pekat).
Uji Alkaloid
Sebanyak 10 mg ekstrak ditambahkan dengan 1 mL HCl 2N dan 9 mL
aquades, kemudian dipanaskan selama 2 menit dan didinginkan. Filtrat disaring
dan ditampung. Filtrat yang diperoleh merupakan larutan uji untuk pereaksi
Meyer, Wagner dan Dragendorf. Keberadaan alkaloid dalam sampel ditunjukkan
dengan terbentuknya endapan putih atau kuning pada pereaksi Meyer, endapan
coklat sampai hitam pada pereaksi Wagner dan endapan jingga coklat pada
pereaksi Dragendorf.
Uji Saponin
Sebanyak 10 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 10 mL air panas lalu didinginkan. Larutan uji dikocok vertikal
selama 10 detik, kemudian diamati selama 10 menit. Terbentuknya buih setinggi
1-10 cm menunjukkan adanya saponin dalam sampel. Pada penambahan 1 tetes
HCl 2N buih tidak hilang.
Uji Flavanoid
Sebanyak 10 mg sampel direaksikan dengan 10 mL air kemudian
dipanaskan. Campuran dipisahkan dan filtrat diberi serbuk Mg, 1 mL HCl pekat
dan 1 mL amil alkohol. Uji positif ditandai dengan munculnya warna pada lapisan
amil alkohol.
Uji Tanin
Larutan uji dibuat dengan mereaksikan 10 mg sampel dengan 50 ml air,
kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit dan filtrat disaring.
Sebanyak 5 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan beberapa tetes FeCL3. Terbentuknya warna hijau violet
menunjukkan adanya tanin.

Analisis senyawa ekstrak bawang batak dengan GC-MS
Identifikasi komponen senyawa dari ekstrak bawang batak dianalisis
menggunakan GC-MS Pyrolysis. Senyawa yang diidentifikasi dengan GC-MS
adalah ekstrak etanol 70% karena memiliki nilai randemen dan aktivitas
antimikrob yang tinggi. Kondisi GC-MS untuk analisis ini adalah:
Merek
: Shimadzu tipe GCMS-QP2010
Gas pembawa
: Helium
Detektor
: MS (Mass Spectometer)
Jenis kolom
: Caliper type Phase Rtx-5MS
Panjang kolom
: 60 m
Diameter kolom
: 0.25 mm
Suhu kolom
: 50 °C
Inlet Press
: 101.0 kPa
Laju alir
: 0.85 ml/menit
Split ratio
: 50
Suhu MS interface
: 280 °C
Suhu ion source
: 200 °C
Suhu pyrolysis
: 400 °C

3 HASIL
Kadar Air dan Rendemen
Identifikasi menunjukkan bahwa bawang batak termasuk famili
Amarillydaceae dengan nama ilmiah Allium chinense G. Don. Umbi bawang
batak yang diekstrak dengan pelarut etanol 70%, etanol 96%, etil asetat, nheksana dan air menghasilkan rendemen yang berbeda-beda ekstrak air memiliki
rendemen yang lebih tinggi yaitu 38% dan yang terendah adalah ekstrak etil asetat
3.22% (Tabel 1). Sedangkan hasil analisis kadar air simplisia yang didapat adalah
11%.
Tabel 1 Rendemen ekstrak bawang batak
Ekstrak
Etanol 70%
Etanol 96%
Etil asetat
N-heksana
Air

Rendemen (%)
17.41
8
3.22
5.74
38

Aktivitas Antimikrob
Pengukuran aktivitas antimikrob menunjukkan bahwa semua ekstrak
menghambat pertumbuhan mikrob uji pada konsentrasi 1.000 mg ml-1 dengan
diameter zona hambat yang berbeda-beda, tetapi ekstrak etanol 96% dan ekstrak
air tidak menghambat Salmonella typhi. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas
antimikrob tertinggi daripada ekstrak lainnya. Zona hambat terbesar ditunjukkan
pada ekstrak etil asetat terhadap C. albicans dengan diameter zona hambat
mencapai 18.32 ± 0.66 mm, diikuti ektrak n-heksana terhadap C. albicans (18.02±
0.64) dan ekstrak etanol 96% terhadap C. albicans (17.65 ± 0) (Tabel 2).
Tabel 2 Zona hambat ekstrak bawang batak terhadap mikrob uji
Ekstrak
Etanol 96%

E. coli
7.07 ± 0.33

Etanol 70%
Etil asetat
N-heksana
Air

8.20 ± 0.99
10.84 ± 0
10.38 ± 0.56
6.41 ± 0.41

Kloa
Nisb
DMSO 10%c

18.14 ± 0
Tidak
menghambat

Zona hambat pada mikrob uji (mm)
S. typhi
S. aureus
B. subtilis
Tidak
8.41 ± 1,08
8.58 ± 0.27
menghambat
6.45 ± 0.40
7.25 ± 0.52 10.42 ± 0.15
6.54 ± 0.09 10.03 ± 0.04 13.55 ± 0.17
6.27 ± 0.09
9.83 ± 0.48 12.32 ± 0.41
Tidak
8.40 ± 0.92
9.30 ± 1.01
menghambat
12.14 ± 0
13.65 ± 0
11.06 ± 0.08
Tidak
Tidak
Tidak
menghambat menghambat menghambat

C. albicans
17.65 ± 0
13.51
18.32
18.02
14.32

± 0.32
± 0.66
± 0.64
± 0.55

15.34 ± 0
Tidak
menghambat

Kloramfenikol (60 μl/ml) kontrol positif untuk bakteri, bNistatin (60 μl/ml) kontrol positif untuk
Candida albicans, cDMSO 10% sebagai kontrol negatif.
a

Konsentrasi Hambat Minimun

Diameter zona hambat (mm)

Ekstrak etil asetat dipilih untuk pengujian lebih lanjut karena memiliki
aktivitas antimikrob paling besar daripada ekstrak lainnya. Penentuan KHM
dilakukan dengan membuat konsentrasi yang bervariasi yaitu 10, 25, 50, 100, 150,
250, 500 mg ml-1. Konsentrasi minimum ekstrak etil asetat yang mampu
menghambat pertumbuhan C. albicans adalah 25 mg ml-1 ppm (Gambar 3). KHM
ekstrak etil asetat terhadap B. subtilis, E. coli, S. aureus, S. typhi adalah 25, 100,
250, 250, 1.000 mg ml-1 secara berurutan. Diameter zona hambat konsentrasi
hambat minimum ekstrak etil asetat disajikan pada Gambar 2.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
10

25

50

100

150

250

500

Axis Title
Konsentrasi ekstrak
(mg ml-1)
Salmonella typhii

Escherichia coli

Staphylococcus aureus

Bacillus subtilis

Candida albicans

Gambar 1 Diameter zona hambat pada penentuan KHM

Gambar 2 Zona hambat aktivitas antimikrob ekstrak etil asetat terhadap Candida
albicans

Senyawa Fitokimia
Hasil analisis kualitatif uji fitokimia ekstrak etil asetat bawang batak
menunjukkan adanya senyawa-senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid dan
steroid. Hasil uji fitokimia ekstrak etil asetat bawang batak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Analisis fitokimia ekstrak etil asetat
Senyawa kimia
Alkaloid

Saponin
Flavonoid
Tanin
Triterpenoid
Steroid

Reagent
Dragendorff
Mayer
Wagner
Water
H2SO4
FeCl3 1%
Lieberman Burchard
Lieberman Burchard

+: sampel mengandung senyawa , ̶ : sampel tidak mengandung senyawa.

Hasil
+
+
+
+

Identifikasi Senyawa Antimikrob
Analisis GC-MS terhadap ekstrak etanol 70% diperoleh 25 komponen
senyawa yang teridentifikasi. Senyawa-senyawa furan dan turunannya seperti
furfural mendominasi komponen dari ekstrak. Kemudian terdapat senyawasenyawa seperti asam asetat, formamide, allylaceton, turunan asam lemak dan
turunan alkohol. Hasil identifikasi komponen senyawa dari ekstrak bawang batak
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4 Komponen senyawa ekstrak bawang batak dengan GC-MS
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Senyawa
2-Furancarboxaldehyde, 5-(hydroxymethyl)
Acetic acid (CAS) Ethylic acid
Formamide
Acetic acid, hydrazide
2-Furancarboxaldehyde, 5-methyl- (CAS) 5-Methyl-2-furfural
2-Furancarboxaldehyde (CAS) Furfural
Furan, 2,5-dimethyl- (CAS) 2,5-Dimethylfuran
2,2-Diethyl-Butyraldehyde
5-Formyl-2-furfurylethanoate
2-Propanone, 1-hydroxy- (CAS) Acetol
5-Hexen-2-one (CAS) Allylacetone
2,5-Dimethyl-4-hydroxy-3(2H)-furanone
Furan, 2-methyl- (CAS) 2-Methylfuran
9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)- (CAS) Linoleic acid
1.63 2(3H)-Furanone, dihydro- (CAS) Butyrolactone
1.58 2-Butanone, 1-(acetyloxy)- (CAS) 1-Acetoxy-2-butanone
Propanoic acid, 2-oxo-, methyl ester (CAS) Methyl pyruvate
Pyrazine, 2,6-dimethyl- (CAS) 2,6-Dimethylpyrazine
2-Cyclopenten-1-one, 2-hydroxy-3-methyl- (CAS) Corylon
Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid
Ketone, isopropylidenecyclopropyl methyl
2-Pentatone, 4-methyl
9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester (CAS) Methyl
linoleate
2-Pentanone, 4-methyl- (CAS) 4-Methyl-2-pentanone
Eicosanoic acid, methyl ester (CAS) Arachidic acid methyl ester

Kadar (%)
18.23
17.32
10.12
5.68
5.68
5.32
5.26
3.85
3.75
3.57
2.72
2.67
2.65
1.69
1.63
1.58
1.45
1.39
1.25
1.05
0.80
0.76
0.66
0.55
0.37

4 PEMBAHASAN
Penentuan kadar air bertujuan untuk menyatakan kandungan zat dalam
tumbuhan sebagai persen bahan kering dan untuk mengetahui ketahanan suatu
bahan dalam penyimpanan (Harjadi 1993). Kadar air yang baik adalah kurang dari
10% karena pada kadar ini bahan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama
sehingga terhindar dari kerusakan oleh bakteri dan jamur. Kadar air yang tinggi
menyebabkan mikrob lebih mudah mengalami pertumbuhan. Selain rentan
terhadap kerusakan mikrob, kadar air yang tinggi juga berpengaruh terhadap
rendemen (yield) yang dihasilkan dari tanaman yang akan diekstrak. Metode
maserasi dipilih karena perlakuannya yang sederhana dan menghindari rusaknya
senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam umbi bawang batak yang tidak tahan
terhadap suhu tinggi saat proses ekstraksi. Pemilihan pelarut yang digunakan
untuk maserasi berdasarkan pada prinsip kelarutan “like disolve like” artinya
senyawa polar hanya larut dalam pelarut polar dan begitu pula sebaliknya untuk
senyawa-senyawa yang bersifat semi polar dan polar (Harborne 1996).

Aktivitas Antimikrob
Perbedaan sensitivitas antara bakteri Gram positif dan negatif diduga berasal
dari perbedaan morfologi struktur dinding sel antara keduanya. Menurut Hodges
(2002), bakteri Gram negatif memiliki membran fospolipid bagian luar yang
menjaga struktur komponen lipopolisakarida sehingga dinding sel menjadi
impermeable terhadap senyawa antimikroba. Hal ini menyebabkan dinding sel
bakteri Gram negatif dapat bertindak sebagai penghalang terjadinya difusi dan
membuatnya kurang sensitif terhadap senyawa antibakteri dibandingkan dengan
bakteri Gram positif. Dinding sel bakteri Gram positif berlapis tunggal dengan
lapisan peptidoglikon luar yang tidak efektif menahan permeabilitas (Pelczar &
Chan 1988).
Menurut Kanazawa et al. (1995) suatu senyawa yang mempunyai polaritas
optimum akan mempunyai aktivitas antimikrob maksimum. Interaksi suatu
senyawa antimikrob dengan mikrob memerlukan keseimbangan hidrofiliklipofilik (HLB: hydrophilic lipophilic balance). Sifat hidrofilik diperlukan untuk
melarutkan senyawa dalam fase air yang merupakan tempat hidup mikrob, tetapi
senyawa yang bekerja pada membran sel yang bersifat hidrofobik memerlukan
sifat lipofilik (Branen & Davidson 1993). Hal ini sesuai dengan penelitian
Naufalin et al. (2005) bahwa ekstrak semipolar (etil asetat) bunga kecombrang
(Etlingera elatior) lebih berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri E. coli,
Salmonella typhmurium, S. aureus, Bacillus cereus daripada ekstrak n-heksana
dan etanol. Demikian juga dengan penelitian Saeidi et al. (2014) ekstrak etil asetat
dari tanaman Mentha longifolia lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri patogen pada manusia dibandingkan dengan ekstrak air.

Konsentrasi Hambat Minimun
Berdasarkan nilai KHM, ternyata S. typhi merupakan mikrob yang kurang
sensitif terhadap ekstrak, sedangkan C. albicans merupakan mikrob yang lebih
sensitif daripada mikrob uji lainnya. Kecilnya zona hambat ektrak etil asetat
terhadap S. typhi kemungkinan disebabkan karena strain bakteri ini kurang sensitif
terhadap ektrak bawang batak. Menurut Jaroni (2014) beberapa strain bakteri S.
typhi telah resisten terhadap beberapa antibiotik (multidrug resistance) sehingga
ekstrak bawang batak tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri ini.
Zona hambat yang dihasilkan oleh semua jenis ekstrak terhadap C. albicans
lebih besar dibandingkan dengan zona hambat terhadap bakteri. Hal ini
mengindikasikan bahwa C. albicans lebih sensitif terhadap senyawa yang
terkandung pada ekstrak bawang batak daripada mikrob uji lainya. Hal ini
disebabkan karena kemungkinan adanya senyawa-senyawa seperti alliin, allyl
alcohol, triterpenoid dan minyak atsiri yang memiliki aktivitas anti-Candida.
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, senyawa allyl alcohol dari
bawang putih dapat menghambat Candida albicans (Bibi et al. 2013; Lemar et al.
2005). Naeini et al. (2014) mengemukakan beberapa senyawa penyusun minyak
atsiri seperti α-pinene, limonene dan 1,8-cineole yang berasal dari tanaman jinten
(Cuminum cyminum L.) memiliki aktivitas anti-Candida albicans dengan
diameter zona hambat sebesar 37 mm. Hal serupa juga dinyatakan oleh Nchu et
al. (2010) yang berhasil mengisolasi senyawa triterpenoid dari tumbuhan
Markhamia obtusifolia (Bignoniaceae) sebagai anti-Candida albicans.

Senyawa Fitokimia
Adanya senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid dan steroid pada ekstrak
umbi bawang batak sesuai dengan hasil yang dikemukakan oleh beberapa peneliti
sebelumnya yang menyebutkan bahwa ekstrak Allium chinense G. Don
mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti saponin, triterpenoid,
steroid, flavonoid, minyak atsiri (Liu et al. 2014; Jiang et al. 1999; Kuroda et al.
1995) yang diyakini memiliki aktivitas antimikrob.
Triterpenoid adalah senyawa yang memiliki kerangka karbon berasal dari
enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon asiklik
yaitu skualen. Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang merupakan
senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Mekanisme saponin sebagai
antimikrob adalah dengan berinteraksi dengan membran sterol. Bakteri dengan
membran sel mengandung kadar kolesterol yang rendah tidak akan sensitif
terhadap saponin. Efek umum dari aktivitas saponin pada bakteri adalah
kebocoran sel sehingga terjadi sel kehilangan protein dan enzim (Naidu 2000).
Sedangkan senyawa flavonoid dapat melignifikasi dinding sel bakteri, sehingga
senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Harborne 1996).

Identifikasi Senyawa Antimikrob
Dari 25 komponen senyawa ekstrak bawang batak yang diperoleh, sebagian
besar merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antimikrob, seperti furan
(Zanatta et al. 2007), furfural (Chai et al. 2013; Sutar et al. 2012), dan allyl
aceton. Furfural (C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid,
merupakan senyawa turunan dari golongan furan. Sampai saat ini mekanisme
antimikrob dari senyawa ini belum diketahui. Allyl aceton adalah senyawa
turunan dari alliin. Alliin merupakan senyawa sulfoksida turunan dari asam amino
sistein yang terdapat pada tanaman bawang-bawangan. Beberapa turunan alliin
seperti allyl alcohol dan 3-(allyltrisulfanyl)-2-amino-propanoic acid (Kang et al.
2010) memiliki aktivitas antimikrob terutama sebagai antifungi.
Sebelum allyl alcohol dapat menghambat mikroorganisme, allyl alcohol
dioksidasi secara intraseluler menjadi akrolein (Allyl Aldehyde). Allyl alcohol, 3(allyltrisulfanyl)-2-amino-propanoic acid merupakan senyawa nonvolatil (Kang et
al. 2010). Mekanisme antimikrob dari senyawa ini adalah bereaksi dengan gugus
sulfhidril (-SH) protein seluler. Beberapa studi juga menemukan bahwa senyawa
allyl alcohol menghambat enzim acetyl-CoA synthetase dan cysteine protease
(Focke et al. 1990; Waag et al. 2010). Meskipun senyawa furfural adalah senyawa
antimikrob yang mendominasi pada ekstrak, adanya efek sinergis dan antagonis
dari senyawa yang memiliki persentase kecil harus dipertimbangkan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Umbi bawang batak (A. Chinense) yang diekstrak dengan pelarut etanol
70%, etanol 96%, etil asetat, n-heksana dan air memiliki aktivitas antimikrob
terhadap C. albicans, B. subtilis, E. coli, S. aureus dan S. typhi. Ekstrak etil asetat
memiliki aktivitas antimikrob yang lebih besar daripada ekstrak lainnya. Ekstrak
bawang batak mengandung 25 komponen senyawa yang sebagian besar diketahui
merupakan senyawa antimikrob diantaranya furan, furfural, dan allylaceton.
Saran
Untuk mendapatkan aktivitas antimikrob yang lebih tinggi perlu dilakukan
isolasi dan pemurnian senyawa aktif. Selain itu perlu dilakukan uji in vivo dan
analisis toksisitasdari ekstrak bawang batak.

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar EM. 2009. Efficacy of crude extracts of garlic (Allium sativum Linn.)
against nosocomial Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae and Pseudomonas aeruginosa. J. Med Plants Res. 3(4): 179185.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of
Analytical of The association of Official Analytical Chemist. Washington
DC (US). AOAC.
Bibi F, Mohammadi F, Shah QA, Shah AH. 2013. Inhibitory activity of allyl
alcohol derived from alliin in garlic against food borne pathogen Candida
albicans. Can J App Sci. 1(3): 399-412.
Branen AL and Davidson PM. 2005. Antimicrobial in Food. 3rd ed. New York
(US): CRC Pr.
Chai WM, Liu X, Hu YH, Feng HL, Jia YL, Guo YJ, Zhou HT, Chen QX. 2013.
Antityrosine and antimicrobial activities of furfuryl alcohol, furfural and
furoic acid. International J of Biological Macromolecules. 57: 151-155.
Focke M, Feld A, Lichtenthaler HK. 1990. Allicin, a naturally occurring antibiotic
from garlic, specifically inhibits acetyl-CoA synthase. FEBS Lett. 261:106108.
Hannan A, Humayun T, Hussain MB, Yasir M, Sikandar S. 2010. In vitro
antibacterial activity of onion (Allium cepa) against clinical isolates of
Vibrio cholera. J. Ayub Med Coll Abbottabad. 22(2): 160-163.
Harborne JB. 1996. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques of
Plant Analysis. London (GB): Chapman and Hall Inc.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.
Hodges S. 2002. Pharmaceutical Applications of Microbiological Techniques In:
Pharmaceutics: The Science of Dosage Desaign. Aulton ME, editor. Ed ke2. London (GB). Harcourt Publisher Ltd.
Pelczar MJ Jr, Chan ECS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Volume ke-1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah Jakarta
(ID): UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Jaroni D. 2014. Salmonella typhi. Encyclopedia of Food Microbiology. 3: 349352.
Jiang Y, Wang NL, Yao XS, Kitanaka S. 1999. Steroidal saponin from the bulbs
of Allium chinense. Studies in Plant Science. 6: 212-219.
Kanazawa A, Ikeda T, Endo T. 1995. A novel approach to made of action on
cationic biocides: morfological effect on antibacterial activity. J. Appl
Bacteriol. 78:55-60.
Kang SS, Lim DR, Kyung KH. 2010. 3-(allyltrisulfanyl)-2-amino-propanoic
acidI, a novel nonvolatile water-soluble antimicrobial sulfur compound in
heated garlic. J. Med Food. 13(5):1247-253.
Kuroda M, Mimaki Y, Kameyama A, Sashida Y, Nikaido T. 1995. Steroidal
saponin from Allium chinense and their inhibitory activities on cyclic AMP
phosphodiesterase and Na+/K+ ATPase. J. Phytochemistry. 40(4): 10711076.

Kyung KH. 2012. Antimicrobial properties of allium species. Current Opinion in
Biotechnology. 23:142-147.
Lemar KM, Passa O, Aon MA, Cortassa S, Muller CT, Plummer S, O’Rourke B,
Lloyd D. 2005. Allyl alcohol and garlic (Allium sativum) extract produce
oxidative stress in Candida albicans. J. Microbiol. 151: 3257-3265.
Liu XC, Lu XN, Liu QZ, Liu ZL. 2014. Evaluation of insecticidal activity of the
essential oil of Allium chinense G. Don and its major constituents against
Liposcelis bostrychophila Badonnel. J. of Asia-Pacific Entomology. 17:
853-856.
Mau JL, Chiung PC, Pao CH. 2001. Antimicrobial effect of extracts from
chinense chive, cinnamon, and corni fructus. J. Agric Food Chem. 49: 183188.
Naeini A, Naderi NJ, Shokri H. 2014. Analysis and in vitro anti-Candida
antifungal activity of Cuminum cyminum and Salvadora persica herbs
extracts againts pathogenic Candida strains. J. of Medical Mycology. 24: 1318.
Naidu AS, Davidson PM. 2000. Phyto-phenols. In: Naidu AS. Natural food
Antimicrobial System. New York: CRC Pr.
Naufalin R, Jenie BSL, Kusnandar F, Sudarwamto M, Rukmini H. 2005. Aktivitas
antibakteri ekstrak bunga kecombrang terhadap bakteri patogen dan perusak
pangan. J. Teknol dan Industri Pangan. 16(2): 119-125.
Nchu F, Aderogba MA, Mdee LK, Eloff JN. 2010. Isolation of anti-Candida
albicans compound from Markhamia obtusifolia (Baker) Sprague
(Bignoniaceae). South African J of Botany. 76: 54-57.
Poeloengan M, Chairul, Iyep K, Siti S, Susan MN. 2006. Aktivitas Antimikrob dan
Fitokimia dari Beberapa Tanamam Obat. [Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. 974-978.
Rattanachaikunsopon P and Phumkhachorn P. 2009. Diallyl sulfide content and
antimicrobial activity against food-borne pathogenic bacteria of chives
(Allium schoenoprasum). J. Biosci. Biotechnol. Biochem. 72(11): 29872991.
Saeidi S, Hassanpour K, Ghamgosha M, Heiat M, Taheri RA, Mirhosseini A,
Farnoosh G. 2014. Antibacterial activity of ethyl acetate and aqueous
extracts of Mentha longifolia L. And hydroalcoholic extract of Boiss. plants
against important human pathogens. Asian Pac J. Trop Med. 7(10): 186189.
Sutar RL, Mane SP, Ghosh JS. Antimicrobial activity of extract of dried kokum
(Garcinia indica C). International Food Research Journal. 19(3): 12071210.
Waag T, Gelhaus C, Rath J, Stich A, Leippe M, Schirmeister T. 2010. Allicin and
derivates are cysteine protease inhibitors with antiparasitic activity. Bioorg
Med Chem Lett. 20:5541-5543.
Weber ND, Andersen DO, North JA, Murry BK, Lawson LD, Hughes BG. 1992.
In vitro virucidal effects of Allium sativum (garlic) extract and compounds.
J. Planta Med. 58:417-423.
Yasni S. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif
Rempah. Bogor: IPB Pr.

Zanatta N, Alves SH, Coelho HS, Borchhardt DM, Machado P, Flores KM, Da
Silva FM, Spader TB, Santurio JM, Bonacorso HG, Martins MAP. 2007.
Synthesis, antimicrobial activity, and QSAR studies of furan-3carboxamides. J. Bioorganic & Medical Chemistry. 15(5): 1947-1958.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian
Umbi bawang batak

Diiris sampai
ketebalan ±5 mm

Dikeringkan di oven pada
suhu ±500C

Dihaluskan dan
disaring

Serbuk bawang
batak


Ekstrak etanol
70%

Ekstrak etanol
96%

%Kadar air

Etil asetat

Ekstrak air



% Randemen




Uji aktivitas mikrob

Ekstrak Nheksan

Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM)

Ekstrak teraktif


Uji fitokimia



Analisis GC-MS

Senyawa aktif
antimikrob

Lampiran 2 Surat Identifikasi Tanaman

Lampiran 3 Simplisia dan Ekstrak bawang batak (Allium chinense G. Don.)

Umbi bawang batak

Proses maserasi di atas Shaker

Bubuk umbi bawang batak

Ekstrak etanol bawang batak

Ekstrak bawang batak yang dilarutkan dengan DMSO 10%

Lampiran 4 Komposisi media untuk pertumbuahan bakteri
A. Nutrien agar (NA)
Setiap 1000 ml media mengandung:
Beef ekstrak : 3 g
Bakto pepton : 5 g
Bakto agar
: 15 g
B. Potato dextrose agar (PDA)
Potatoes
Dextrose
Agar powder
C. Muller-Hinton agar (MHA)
Setiap 1000 ml media mengandung:
30% Beef infusion
1.75% Casein hydrolysate
1.7% Agar

Lampiran 5 Formula pembuatan larutan standar Mc Farland 0.5
Sebanyak 0.05 ml BaCl2 0.048 M (1.17% b/v BaCl2 2H2O) dicampurkan ke
dalam 99.05 ml H2SO4 0.18 M (1% b/v) disertai pengadukan. Larutan standar
dapat digunakan sampai 6 bulan sejak pembuatan, dengan penyimpanan tertutup
rapat dan terhindar dari cahaya pada suhu kamar. Larutan harus dikocok sebelum
digunakan.

Lampiran 6 Kadar air simplisia
Ulangan

1
2

Bobot cawan Bobot sampel di
(A) (g)
dalam cawan (B)
(g)
44.22
45.22
44.22
45.22
Rataan

Bobot sampel
yang telah
dioven (C) (g)
45.11
45.11

Kadar air (%)

11 %
11%
11 %

Perhitungan :
% Kadar air =
=





x 100%
.

.





= 11%

.

.

˟ 100%

Keterangan :
A = Bobot cawan yang telah dioven pada suhu 105
°C, 30 menit
B = Bobot Sampel di dalam cawan
C = Bobot sampel yang telah dioven pada suhu 105
°C, 3 jam

Lampiran 7 Rendemen ekstrak
Pelarut
Etanol 70%
Etanol 96%
Etil asetat
N-heksan
Air

Bobot sampel (g)
250
250
250
250
250

Bobot ekstrak (g)
43.525
20
8.05
14.35
95

Randemen (%)
17.41
8
3.22
5.74
38

Lampiran 8 Diameter zona hambat dari uji aktivitas antimikrob
Mikrob uji
Eschericia coli

Rataan
Salmonella
typhii

Rataan
Staphylococcus
aureus

Rataan
Bacillus subtilis

Rataan
Candida
albicans

Rataan

Etanol 96%
7.35
7.16
6.7
7.07

Ekstrak
Etanol 70%
Etil asetat
8.74
10.84
8.82
10.84
7.05
10.84
8.1
10.84
8.203
10.84

N-heksana
10.88
9.62
10.64
10.12
10.38

Air
6.85
6.02
6.36
6.41

0
0
0
0

6.92
6.2
6.23
6.45

6.52
6.64
6.46
6.54

6.22
6.22
6.38
6.273

0
0
0
0

7.78
9.67
7.8
8.416
8.38
8.89
8.47
8.58

7.12
7.32
7.32
6.22
7.253
10.54
10.52
10.2
10.4
10.42

10.04
10.02
10.04
10.12
10.033
13.62
13.62
13.42
13.26
13.553

10.14
10.12
9.24
9.34
9.833
12.74
12.22
12.02
12.88
12.326

7.5
8.37
9.35
8.406
10.44
8.5
8.98
9.306

17.65
17.65
17.65
17.65

13.14
13.54
13.86
13.22
13.513

18.32
18.54
18.12
19.62
18.326

18.62
17.32
18.12
18.74
18.02

14.96
14.33
13.85
14.38

Lampiran 9 Zona hambat dari penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM)
Konsentrasi Ekstrak (mg/ml)
Mikrob uji

0

Kontrol
positif
18.14

Kontrol
negatif
0

0

0

18.14

0

0

0

0

18.14

0

0

0

0

0

12.14

0

0

0

0

0

0

12.14

0

0

0

0

0

0

0

12.14

0

11.25

9.85

0

0

0

0

0

13.65

0

11.9

9.68

0

0

0

0

0

13.65

0

Rataan

11.575

9.765

0

0

0

0

0

13.65

0

Bacillus
subtilis

12.15

11.65

9.45

8.65

0

0

0

11

0

12.15

11.2

9.64

8.65

0

0

0

11.12

0

Rataan

12.15

11.425

9.545

8.65

0

0

0

11.06

0

Candida
albicans

16.66

13.76

9.36

8.65

7.45

6.64

0

15.34

0

16.55

13.54

9.82

8.65

7.84

6.85

0

15.34

0

Rataan

16.605

13.65

9.59

8.65

7.645

6.745

0

15.34

0

500

250

150

100

50

25

10

Eschericia
coli

7.25

6.35

0

0

0

0

7.25

6.35

0

0

0

Rataan

7.25

6.35

0

0

Salmonella
typhii

0

0

0

0

0

Rataan

0

Staphylococcu
s aureus

Lampiran 10 Foto zona hambat dari uji aktivitas antimikrob dan penentuan KHM
A. Aktivita antimikrob

C. albicans

E. coli

B. Subtilis

S. aureus

Keterangan :
1 : Ekstrak etanol 70%
2 : Ekstrak etil asetat
3 : Ekstrak n-heksan
4 : Kontrol positif
5 : Kontrol negatif
B. Penentuan KHM

E. coli

S. aureus

B. Subtilis

C. albicans

Lampiran 11 Uji fitokimia

Uji flavonid dan alkaloid

Uji triterpenoid-steroid

Uji saponin

Lampiran 12 Kromatogram GC-MS ekstrak etanol umbi bawang batak

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Nopember 1990 sebagai anak
kedua dari pasangan Luhut Naibaho dan Else Simbolon. Penulis menyelesaikan
pendidikan menengah atas di SMA Raksana Medan pada tahun 2008. Pendidikan
sarjana ditempuh di Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (USU), lulus pada tahun 2013.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Pascasarjana
IPB di Departemen Biokimia dengan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam
Negeri (BPPDN) yang diberikan oleh Direktorat pendidikan Tinggi (DIKTI) pada
tahun 2013.
Selama mengikuti perkuliahan penulis sering mengikuti pelatihan dan
seminar yang diadakan baik di dalam maupun di luar kampus. Selama perkuliahan
penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan Himpunan
Mahasiswa Biologi (HIMABIO) USU dan Mikrobiologi Sains Club (MSC) USU.
Penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU
(2011-2013). Selain itu penulis juga merupakan pengurus organisasi kerohanian
kampus yaitu Persekutuan Keluarga Besar Kristen Biologi Universitas Sumatera
Utara (PKBKB-USU). Penulis pernah aktif mengajar di salah satu bimbingan
belajar di Medan (2012-2013).
Penulis telah menulis artikel yang berjudul Isolasi dan Uji Potensi Bakteri
Penghasil Biosurfaktan Asal Laut Belawan Sumatera Utara dalam Mendegradasi
Pestisida Karbosulfan di Jurnal Saintia Biologi Departemen Biologi USU tahun
2013. Penulis juga telah menulis artikel yang berjudul Aktivitas Antimikrob
Ekstrak Bawang Batak (Allium chinense G. Don.) terhadap Bakteri Patogen dan
Candida albicans di Jurnal Current Biochemistry Departemen Biokimia, Institut
Pertanian Bogor (IPB) tahun 2015.

Dokumen yang terkait

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.)

23 154 61

Potensi Esktrak Umbi Bawang Lokio (Allium chinense G. Don) Dalam Menghambat Escherichia coli Dan Meningkatkan Masa Simpan Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.)

17 130 59

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

14 112 66

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

0 1 12

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

0 2 2

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

1 6 4

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

1 9 18

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

0 1 2

Uji Antioksidan Ekstrak Air Bawang Merah (Allium Cepa L.), Bawang Putih (Allium Sativum L Bawang Batak (Allium Chinense L.) dengan Metode DPPH

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Bawang Lokio (Allium chinense G.Don) - Potensi Esktrak Umbi Bawang Lokio (Allium chinense G. Don) Dalam Menghambat Escherichia coli Dan Meningkatkan Masa Simpan Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.)

0 0 7