Potensi Antioksidan, Inhibitor Tirosinase, dan Nilai Toksisitas dari Beberapa Spesies Tanaman Mangrove di Indonesia

i

POTENSI ANTIOKSIDAN, INHIBITOR TIROSINASE, DAN NILAI
TOKSISITAS DARI BEBERAPA SPESIES TANAMAN MANGROVE
DI INDONESIA

MAHISHA SAMPURNA ADHI BUDIYANTO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Antioksidan,
Inhibitor Tirosinase, dan Nilai Toksisitas dari Beberapa Spesies Tanaman
Mangrove Di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2015

Mahisha Sampurna Adhi B
NIM C34100074

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
MAHISHA SAMPURNA ADHI. Potensi Antioksidan, Inhibitor Tirosinase , dan
Nilai Toksisitas dari Beberapa Spesies Tanaman Mangrove Di Indonesia.
Dibimbing oleh SRI PURWANINGSIH dan ELLA SALAMAH
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Mangrove merupakan tanaman yang cukup melimpah di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan potensi antioksidan, inhibitor tirosinase, dan
toksisitas dari beberapa jenis tanaman mangrove. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rendemen ekstrak jenis kulit batang R. stylosa merupakan rendemen

tertinggi dari ekstrak lainnya dengan nilai 18,07%. Ekstrak buah S. caseolaris
memiliki nilai LC50 terendah dengan nilai 126,73 µg/mL. Ekstrak kulit batang
S. caseolaris memiliki nilai antioksidan terbaik dengan IC50 sebesar 3,03 µg/mL.
Ekstrak ini juga memiliki kemampuan inhibitor tirosinase terbaik dengan nilai IC 50
117,67 μg/mL untuk monofenolase dan 364,99 μg/mL untuk difenolase. Komponen
aktif yang terkandung dalam ekstrak kulit batang S. caseolaris adalah tanin, saponin,
fenol hidrokuinon, dan flavonoid. Ekstrak kulit batang S. caseolaris merupakan
ekstrak terbaik karena memiliki kemampuan antioksidan dan inhibitor tirosinase
terbaik.
Kata kunci: antioksidan, ekstrak terbaik, inhibitor tirosinase, mangrove, toksisitas

ABSTRACT
MAHISHA SAMPURNA ADHI. Antioxidant, Tyrosinase Inhibitors, and
Toxicity Potential from Some Species of Mangrove Plants in Indonesia.
Supervised by SRI PURWANINGSIH and ELLA SALAMAH
Indonesia is a country rich in biodiversity. Mangrove is a plant that quite a
lot in Indonesia. This research was conducted to determine potency of antioxidant,
tyrosine inhibitors, and toxicity from some types of mangrove plants. The result
showed that the yield of R. stylosa bark extract was 18.07% and it was the highest
yield extract. S. caseolaris fruit extract had the lowest LC50 of toxicity

(126.73 µg/mL). S. caseolaris bark extract had antioxidant best value with IC50 of
3.03 µg/mL. This extract also had the best potency of tyrosinase inhibitors with IC50
value of 117.67 mg/mL for monophenols and 364.99 mg/mL for diphenols. Active
compounds detected in S. caseolaris extract were tannins, saponin, flavonoid, and
phenol hydroquinone. S. caseolaris bark extract was the best extract due to the best
ability of antioxidant activity and tyrosinase inhibitory activity.
Keywords: antioxidant, best extract, inhibitors tyrosinase, mangrove, toxicity

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POTENSI ANTIOKSIDAN, INHIBITOR TIROSINASE, DAN
NILAI TOKSISITAS DARI BEBERAPA SPESIES TANAMAN

MANGROVE DI INDONESIA

MAHISHA SAMPURNA ADHI BUDIYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi


: Potensi Antioksidan, Inhibitor Tirosinase, dan Nilai Toksisitas dari
Beberapa Spesies Tanaman Mangrove di Indonesia
: Mahisha Sampurna Adhi B
: C34100074
: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi
Pembimbing I

Drs Ella Salamah, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul : Potensi Antioksidan, Inhibitor Tirosinase, dan Nilai
Toksisitas dari Ekstrak Beberapa Jenis Tanaman Mangrove di Indonesia
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1) Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi dan Dra Ella Salamah, MSi selaku dosen
pembimbing atas pengarahan yang diberikan kepada penulis
2) Dr Kustiariyah Tarman, SPi MSi selaku dosen penguji atas pengarahan
yang diberikan kepada penulis
3) Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan
4) Kedua orang tua saya ibu Priandini Nawangsari, ayah Dwi Budiyanto,dan
adik perempuan saya Smita Tri Buanandari dan Gita Saraswati Hambarani
yang telah mendoakan dan memberikan motivasi
5) Ema Masruroh SSi, Dini Indriani AMd, Saeful Bahri AMd, dan Bapak
Eman yang telah membantu penulis selama penelitian di Laboratorium
6) Teman Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia (Ni Komang Ayu Oka

Padmi, Risvan, Dhio, Indah, dan Nisa), keluarga besar THP 47, THP 48,
dan THP 49 atas segala bantuan, doa, semangat, dan dukungan yang telah
diberikan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Januari 2015

Mahisha Sampurna

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ...........................................................................................
Perumusan Masalah ...................................................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................................
Manfaat Penelitian .....................................................................................

Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................
METODE PENELITIAN .................................................................................
Bahan .........................................................................................................
Alat ............................................................................................................
Prosedur Analisis Penelitian .......................................................................
Preparasi dan Karakterisasi Fisik ................................................................
Metode Analisis .........................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Karakteristik Buah Tanaman Mangrove .....................................................
Rendemen Ekstrak Tanaman Bakau ...........................................................
Nilai Toksisitas ..........................................................................................
Aktivitas Antioksidan .................................................................................
Inhibitor Tirosinase ....................................................................................
Ekstrak Terbaik ..........................................................................................
Komponen Aktif Ekstrak Terbaik ...............................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ................................................................................................
Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

ii
ii
ii
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
4
5
8
9
10

11
13
14
15
17
19
19
19
20
24
37

DAFTAR TABEL
1 Hasil pengukuran morfometrik daun mangrove ........................................
2 Hasil pengukuran morfometrik buah mangrove ........................................
3 Rendemen ekstrak ....................................................................................
4 Hasil uji toksisitas ....................................................................................
5 Hasil uji aktivitas antioksidan ...................................................................
6 Hasil uji inhibitor tirosinase ......................................................................
7 Hasil fitokimia ekstrak kasar kulit batang S. caseolaris .............................


8
10
11
12
13
15
17

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian daun dan kulit batang mangrove ............................
2 Daun mangrove: (a) daun S. caseolaris, (b) daun B. gymnorhiza, (c)
daun A. marina, (d) daun R. apiculata, (e) daun R. stylosa, (f) daun R.
mucronata . .............................................................................................
3 Buah mangrove: (a) buah S. caseolaris, (b) buah B. gymnorhiza, (c)
buah A. marina, (d) buah R. apiculata, (e) buah R. stylosa, (f) buah R.
mucronata ...............................................................................................
4 Nilai antioksidan, inhibitor tirosinase, dan toksisitas, (A) kulit batang
S.Caseolaris (B) Daun R. stylosa, (C) Daun R. mucronata, (D) Daun
R. apiculata ..............................................................................................

4

8

9

16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan rendemen ekstrak ..................................................................
2 Contoh perhitungan rendemen ..................................................................
3 Tabel hasil uji toksisitas ............................................................................
4 Grafik hasil toksisitas ...............................................................................
5 Hasil uji antioksidan .................................................................................
6 Contoh perhitungan antioksidan................................................................
7 Hasil uji inhibitor tirosinase ......................................................................
8 Contoh perhitungan inhibitor tirosinase ....................................................
9 Gambar uji inhibitor tirosinase..................................................................
10 Gambar uji antioksidan ...........................................................................
11 Hasil uji fitokimia ...................................................................................

25
25
25
26
30
32
32
32
32
33
34

2

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman jenis
tanaman. Tanaman yang tumbuh di Indonesia meliputi tanaman terestrial maupun
tanaman yang hidup di daerah pasang surut. Tanaman yang mampu hidup di
daerah pasang surut adalah tanaman mangrove. Indonesia memiliki 202 jenis
tanaman mangrove yang tercatat hingga saat ini (Noor et al. 2006). Tingginya
keanekaragaman jenis tanaman mangrove ini didukung dengan luasnya hutan
yang tersedia. Data FAO (2010) menunjukkan Indonesia memiliki hutan
mangrove dengan total luas mencapai 94 juta Ha. Tanaman mangrove yang
cukup dikenal di Indonesia adalah jenis tanaman Avicennia sp., Rhizopora sp.,
Bruguiera sp., dan Sonneratia sp.
Tanaman mangrove umumnya banyak mengandung senyawa aktif.
Wu et al. (2009) menyatakan bahwa buah S. caseolaris memiliki kandungan yang
tinggi akan triterpenoid. Suh et al. (2014) menyatakan kulit batang R. stylosa
memiliki kandungan fenol yang cukup tinggi. Senyawa aktif yang cukup beragam
di dalam tanaman mangrove berpotensi dimanfaatkan secara lebih lanjut menjadi
bahan obat maupun suplemen berbasis herbal.
Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui bahan pangan yang boleh
dikonsumsi. Uji toksisitas juga merupakan langkah awal untuk mendapatkan jenis
obat-obatan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui senyawa yang bersifat toksik pada sel. Menurut Manilal et al. (2009)
uji sitotoksik juga berkorelasi dengan aktivitas antitumor.
Tirosinase merupakan enzim yang berperan dalam biosintesis melanin.
Melanin merupakan pigmen di kulit manusia yang membantu melindungi tubuh
dari sinar ultraviolet (Saewan et al. 2011). Melanin yang berlebihan di dalam
tubuh akan menimbulkan masalah terutama bagi kecantikan tubuh. Hal ini
menyebabkan zat inhibitor tirosinase banyak dicari dari beberapa sumber bahan
alam. Senyawa yeng berpotensi sebagai inhibitor tirosinase dapat mengobati
gangguan pigmentasi yang abnormal dan untuk digunakan sebagai agen pemutih
kulit dalam kosmetik (Lee et al. 2004)
Tumbuhan tingkat tinggi seperti tanaman mangrove memiliki potensi
kandungan antioksidan. Antioksidan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
senyawa yang dapat mengurangi dan menunda oksidasi. Antioksidan berguna
bagi tubuh manusia. Antioksidan digunakan sebagai penangkap radikal bebas
yang ada di dalam tubuh. Liu (2014) menyatakan bahwa radikal bebas akan
membuat makromolekul tubuh seperti protein, lemak, dan DNA mengalami
kerusakan. Hal ini yang dapat menyebabkan seseorang terkena kanker dan
penyakit jantung koroner.
Perumusan Masalah
Daun, buah, dan kulit batang tanaman mangrove cukup melimpah
keberadaannya dan banyak mengandung senyawa aktif. Tanaman mangrove ini
tidak diimbangi dengan informasi potensi dari masing-masing jenis. Nilai
toksisitas, aktivitas inhibitor tirosinase, dan aktivitas antioksidan dari berbagai

2

spesies tanaman mangrove diperlukan untuk informasi dasar pemanfaatan
tanaman mangrove yang lebih lanjut.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan ektrak metanol,
menentukan rendemennya, menentukan nilai toksisitas, menentukan aktivitas
antioksidan, menentukan aktivitas inhibitor enzim tirosinase, menentukan
komponen aktif yang ada pada beberapa jenis tanaman mangrove, dan
menentukan ekstrak terbaik.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi tentang nilai
toksisitas, aktivitas antioksidan, aktivitas inhibitor tirosinase, dan kandungan
senyawa aktif yang ada di beberapa bagian dan jenis tanaman mangrove.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian antioksidan, aktivitas
inhibitor tirosinase, dan toksisitas dari daun, kulit batang, dan buah tanaman
mangrove. Analisis yang dilakukan meliputi ekstraksi (Peteros & Mylene 2012),
analisis aktivitas antioksidan (Hanani et al. 2005 yang dimodifikasi), analisis
aktivitas inhibitor tirosinase (Batubara et al. 2010), analisis nilai toksisitas
(Meyer et al. 1982) dan analisis fitokimia (Harborne 1987).
Penelitian ini dimulai dengan preparasi sampel, yakni pencucian dan
pengupasan kulit buah. Sampel kulit batang dan daun yang dikering anginkan
hingga kadar air mencapai sekitar 10% kemudian dihaluskan hingga berbentuk
serbuk. Sampel buah dijadikan serbuk halus dengan cara dikupas dan diblender.
Sampel yang telah halus kemudian diekstrak menggunakan pelarut metanol.
Sampel diekstrak dengan metode maserasi perbandingan 1:5 (b:v) selama 24 jam.
Ekstrak kemudian difiltrasi dengan kertas saring Whatman no. 42, kemudian
dihilangkan pelarutnya dengan rotary vaccum evaporator. Hasil ekstrak kasar
ditimbang untuk mendapatkan rendemennya. Ekstrak selanjutnya dianalisis
aktivitas antioksidan dan nilai toksisitas. Hasil terbaik kemudian dilanjutkan pada
analisis penghambatan enzim tirosinase dan analisis fitokimia.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2014.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan dan
Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Laboratorium kimia
Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka.

3

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun, kulit batang, dan
buah dari 6 spesies mangrove (Avicennia marina, Bruguiera gymnorhiza,
Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, dan
Sonneratia caseolaris). Sampel diambil dari tiga tempat yang berbeda. Kawasan
Mangrove Angke Kapuk, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (daun, buah, dan
kulit batang A. marina dan S. caseolaris, daun dan kulit batang B. gymnorhiza,
R. mucronata, dan R. apiculata), Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu (daun,
buah, dan kulit batang R. Stylosa, buah R. mucronata dan R. apiculata), dan
pantai utara Surabaya, Jawa Timur (Buah B. gymnorhiza). Bahan yang digunakan
dalam ekstraksi adalah larutan metanol. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pengujian senyawa fitokimia meliputi H2SO4 2 N, pereaksi Wagner, pereaksi
Meyer, pereaksi Dragendorff, larutan FeCl3 1%, CHCl3, larutan anhidra asam
asetat, larutan H2SO4, serbuk Mg, larutan amil alkohol, HCl 2 N, etanol, dan
larutan FeCl3 5%. Bahan-bahan yang digunakan untuk uji BSLT adalah air laut,
ekstrak kasar tumbuhan mangrove, dan Artemia salina Lach. Bahan yang
digunakan untuk uji antioksidan adalah kristal 1,1-Diphenil-2-picryl hydrazil
(DPPH), metanol p.a., dan asam askorbat. Bahan yang digunakan untuk uji
inhibitor tirosinase adalah substrat L-Dopa, substrat L-Tirosin, enzim tirosinase,
dan buffer fosfat.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi blender, cawan
porselen, oven model DV-41, Labu Erlenmeyer, timbangan analitik (HF400 dan
Max 410g) , alumunium foil, desikator, kertas saring Whatman 42, kapas bebas
lemak, rotary vacuum evaporator, multipipette, micropipette, EpochTM
Microplate, Spectrophotometer, inkubator, vortex, lampu TL, aerator, gelas ukur,
sudip, labu takar, corong, tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan microplate.
Prosedur Analisis Penelitian
Penelitian ini menggunakan daun, buah, dan kulit batang dari enam jenis
tanaman mangrove, yakni B. gymnorhiza, A. marina, S. caseolaris, R. stylosa,
R. apiculata, dan R. mucronata. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu karakterisasi buah dan daun mangrove, ekstraksi buah, daun, kulit
batang mangrove dan analisis kimia. Tahap karakterisasi tanaman mangrove
meliputi preparasi dan pengukuran morfometrik buah dan daun. Ekstraksi buah
bakau menggunakan metode maserasi. Analisis kimia meliputi pengujian aktivitas
antioksidan, pengujian nilai toksisitas, dan pengujian penghambatan enzim
tirosinase. Ekstrak terbaik yang didapatkan dari pengujian antioksidan dan
inhibitor tirosinase, akan dilanjutkan dengan pengujian fitokimia. Diagram alir
prosedur penelitian pada daun, kulit batang, dan buah disajikan pada Gambar 1.

4

Kulit batang dan
daun mangrove

Buah
mangrove
Karakterisasi

Morfometrik

Pengeringan
Kulit batang
dan daun kering

Preparasi

Penghalusan

Bubuk kulit
batang dan daun

Serbuk
buah

Ekstraksi (maserasi tunggal, b:v = 1:5) selama 24 jam
Filtrasi

Ekstrak metanol

Residu

Uji toksisitas

Perhitungan
rendemen

Uji aktivitas antioksidan

Ekstrak terpilih
Uji inhibitor tirosinase
Uji fitokimia
Komponen aktif yang memiliki
aktivitas antioksidan dan inhibitor
tirosinase

Gambar 1 Diagram alir penelitian daun dan kulit batang mangrove
Keterangan :

= input dan output
= proses

Preparasi dan Karakterisasi Fisik
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun, kulit
batang, dan buah dari beberapa tanaman mangrove (A. marina, B. gymnorhiza,

5

R. apiculata, R. mucronata, R. stylosa, dan S. caseolaris) segar. Daun dihitung
lebar, panjang, dan bobotnya sebelum dipreparasi, sedangkan buah akan dihitung
panjang, diameter, dan bobotnya.
Preparasi sampel dilakukan dengan mengeringkan sampel daun dan kulit
batang pada suhu 40o C dengan menggunakan oven sampai kadar air sampel
kurang lebih 10%. Daun dan kulit batang yang telah kering kemudian dihaluskan
menggunakan blender hingga berbentuk serbuk. Serbuk ini diuji kadar airnya
untuk mengetahui kadar air serbuk kering.
Buah mangrove tidak melalui proses pengeringan. Hal ini dikarenakan
kandungan vitamin C pada beberapa buah mangrove dikhawatirkan hilang apabila
dilakukan proses pengeringan. Buah dikupas kulitnya dan kemudian dihaluskan
menggunakan blender kemudian digunakan dalam proses ekstraksi.
Ekstraksi Tanaman Mangrove
Daun, kulit batang dan buah mangrove diekstraksi dengan menggunakan
pelarut metanol (Peteros & Mylene 2010) yang telah dimodifikasi. Modifikasi
yang dilakukan adalah perbandingan pelarut metanol yang digunakan, yakni
sebanyak 1:5 (b:v). Serbuk daun, serbuk kulit batang, dan buah segar ditimbang
seberat 50 g kemudian dimasukkan ke dalam labu elenmeyer. Sampel kemudian
ditutup kapas dan almunium foil untuk menghindari dari pengaruh lingkungan.
Sampel kemudian dimaserasi dengan menggunakan orbital shaker selama 24 jam
dengan kecepatan 180 rpm. Larutan yang dihasilkan kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman 42 untuk mendapatkan filtrat. Filtrat yang
diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacum evaporator dengan
suhu 40o C. Ekstrak kasar kemudian dimasukkan ke dalam botol ekstrak dan
dilakukan penghitungan rendemen ekstrak. Rumus perhitungan rendemen adalah
sebagai berikut:
Rendemen (%) =
Metode Analisis
Uji toksisitas brine shrimp lethality test (BSLT) (Meyer et al. 1982)
Uji BSLT diawali dengan menetaskan telur larva Artemia salina selama 48
jam sebelum dilakukan uji. Penetasan dilakukan dengan cara merendam telur
tersebut dalam air laut di dalam wadah yang diberi suplai oksigen dari aerator dan
diberi penerangan dengan lampu TL 20 Watt. Pelaksanaan uji dilakukan dengan
memasukkan larva ke dalam sumur uji dengan 6 kelompok perlakuan yang berisi
larutan 0 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm dari ekstrak
metanol tumbuhan mangrove dengan pelarut air laut. Masing-masing sumur uji
berisi 10 ekor larva dan volume akhir setiap sumur sebesar 2 mL. Setiap
perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Inkubasi dilakukan selama 24 jam,
selanjutnya dihitung jumlah larva yang mati. Nilai LC50 diperoleh dengan cara
menghitung menggunakan rumus y = a + bx. Nilai a dan b diperoleh dengan
perhitungan menggunakan rumus regresi linier berdasarkan data dari titik
a)

6

konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi
larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva.
Uji antioksidan (Hanani et al. 2005) yang telah dimodifikasi
Uji antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode 1,1-diphenyl-2picrylhdrazyl (DPPH). Uji DPPH didasarkan dari teori hidrogen donor dari
antioksidan. Efek penambahan antioksidan akan membuat hilangnya DPPH
(Peteros & Mylene 2010). Uji antioksidan diawali dengan mempersiapkan larutan
sampel. Sampel ekstrak kasar dari bagian mangrove masing masing dilarutkan
dalam metanol dengan konsentrasi 0,5 ppm, 2,5 ppm, 12,5 ppm, 62,5 ppm, dan
312,5 ppm. Larutan blanko dengan konsentrasi 125 µM dibuat menggunakan
kristal DPPH yang dilarutkan dalam etanol p.a. Proses pembuatan larutan DPPH
dilakukan dalam kondisi terlindung dari cahaya matahari. Kontrol positif
menggunakan larutan asam askorbat 100 ppm yang dibuat dengan cara
melarutkan kristal Vitamin C pada etanol p.a. Larutan DPPH dengan konsentrasi
125 µM diambil sebanyak 100 µL dan ditambah dengan 100 µL ekstrak,
kemudian dimasukkan ke dalam microplate yang telah disiapkan. Campuran
larutan tersebut dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit.
Serapan yang dihasilkan diukur dengan menggunakan EpochTM Microplate
Spectrophotometer pada panjang gelombang 517 nm. Hasil yang didapat secara
langsung ditandai oleh perubahan warna ungu menjadi kuning (Molyneux 2004).
Setelah itu, aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel dan antioksidan
pembanding Vitamin C dinyatakan dengan persen inhibisi yang dihitung dengan
rumus berikut.
b)

Uji inhibitor tirosinase (Batubara et al. 2010)
Ekstrak tanaman dari masing-masing bagian tanaman dilarutkan di dalam
DMSO hingga konsentrasi 20 mg/mL. Larutan stok ekstrak disiapkan dengan cara
melarutkan ekstrak pekat ke dalam bufer fosfat 50 mM (pH 6,5) sehingga
diperoleh konsentrasi 60 µg/mL. Ekstrak diuji dengan konsentrasi 0−2000 µg/mL
dan asam kojat sebagai kontrol positif yang juga diuji pada konsentrasi 0−2000
µg/mL dalam pelat tetes 96 sumur, 70 µl dari masing-masing ekstrak pengenceran
ini digabungkan dengan 30 µl enzim tirosinase (Sigma, 333 unit/mL dalam bufer
fosfat). Pelat kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 5 menit. Pelat yang
diinkubasi kemudian ditambahkan 110 µl substrat L-tirosin 2 mM ke dalam
sumur. Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Larutan pada masing-masing
sumur diukur dengan menggunakan multi-well plate reader pada panjang
gelombang 490 nm untuk menentukan persen inhibisi dan nilai konsentrasi
hambat 50% (IC50). Persen inhibisi dihitung dengan cara membandingkan serapan
sampel tanpa penambahan ekstrak dan sampel dengan penambahan ekstrak.

c)

Inhibisi (%) =
Keterangan:
A = absorbans pada 490 nm tanpa ekstrak
B = absorbans pada 490 nm dengan penambahan ekstrak

7

.
d) Penapisan komponen aktif (Harborne 1987)
Penapisan komponen aktif dilakukan melalui uji fitokimia yang meliputi
pemeriksaan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol hidrokuinon, dan
steroid/triterpenoid pada ekstrak terpilih diantara daun, kulit batang, dan buah
keenam jenis mangrove.
(1)

Alkaloid
Sebanyak 0,1 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
dilakukan penambahan H2SO4 dan dikocok hingga benar-benar tercampur.
Kemudian disaring dan dilakukan penambahan pereaksi Meyer dengan melihat
endapan putih, Wagner dengan melihat endapan coklat dan Dragendorff dengan
endapan jingga, jika terdapat endapan tersebut maka sampel dikatakan positif.
(2)

Flavonoid
Sebanyak 0,1 mg sampel ditambahkan serbuk Mg sebanyak 0,05 mg, setelah
itu ditambahkan 0,2 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol. Hasil uji positif bila
larutan berwarna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.
(3)

Saponin
Uji saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Sampel
sebanyak 0,1 mg diletakan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan air
panas, dan tabung reaksi dikocok. Setelah tabung dikocok, dibiarkan 30 menit dan
ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1 tetes. Hasil positif uji saponin ditunjukan
dengan adanya busa yang stabil.
(4)

Tanin
Sebanyak 0,1 mg sampel diseduh dengan air panas yang telah didihkan
selama 3 menit, sampel tersebut disaring setelah itu ditetesi dengan FeCl3 1%.
Hasil uji positif jika larutan bewarna biru tua atau hijau kehitaman.
(5)

Fenol hidrokuinon
Sebanyak 0,1 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
dicampurkan dengan 0,25 mL etanol. Selanjutnya ditambahkan FeCl3 5%
sebanyak 2 tetes. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau
atau hijau biru.
(6)

Steroid/Triterpenoid
Sebanyak 0,1 mg sampel ditambah dengan kloroform kemudian ditetesi
dengan anhidrida asam asetat sebanyak 5 tetes. Setelah itu ditetesi dengan H2SO4
sebanyak 3 tetes. Larutan akan berwarna merah. Hasil uji steroid positif bila
warna larutan berubah menjadi biru, sedangkan hasil uji triterpenoid positif bila
terbentuk warna merah kecoklatan pada lapisan permukaan sampel.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Daun Tanaman Mangrove
Daun dapat dijadikan sebagai indikator keadaan dari suatu tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang tidak optimal maka akan
mempengaruhi bagian daunnya (Ai & Banyo 2011). Daun yang digunakan pada
penelitian ini merupakan daun yang segar dan diambil dengan ukuran yang
seragam. Daun diambil dari beberapa daerah di pesisir Utara Pulau Jawa. Gambar
daun dari keenam jenis tanaman mangrove disajikan pada Gambar 2.
a

b

c

d

e

f

Gambar 2 Daun mangrove: (a) daun S. caseolaris, (b) daun B. gymnorhiza,
(c) daun A. marina, (d) daun R. apiculata, (e) daun R. stylosa, (f)
daun R. mucronata
Daun mangrove yang digunakan merupakan daun yang memiliki kondisi
baik. Daun dihilangkan kotoran dan tangkainya kemudian diambil sebanyak 30
helai untuk dilakukan pengukuran morfometrik. Hasil morfometrik disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengukuran morfometrik daun mangrove
Sampel
A. marina
B. gymnorhiza
R apiculata
R .mucronata
R. stylosa
S. caseolaris

Panjang (cm)
7,70 ± 0,65
20,74 ± 1,58
17,01 ± 1,26
18,38 ± 1,45
11,47 ± 0,84
11,46 ± 1,26

Lebar (cm)
3,86 ± 0,31
8,02 ± 0,81
6,44 ± 0,48
9,50 ± 0,88
5,25 ± 0,38
4,45 ± 0,59

Bobot (g)
0,66 ± 0,14
5,13 ± 0,71
3,29 ± 0,52
5,99 ± 1,27
3,15 ± 0,83
0,10 ± 0,23

Daun bakau yang diambil memiliki panjang dan lebar yang bervariasi
sesuai dengan jenisnya. Data yang didapat menunjukkan daun yang digunakan
merupakan daun yang cukup besar atau hampir dalam ukuran maksimal. Hal ini
sesuai dengan apa yang dinyatakan FAO (2007) yakni daun B. gymnorhiza

9

memiki panjang berkisar 8-22 cm. Noor et al. (2006) menambahkan daun jenis
A. marina memiliki ukuran daun panjang 9 cm dan lebar 4,5 cm, jenis
S. caseolaris memiliki panjang maksimal 13 cm dan lebar maksimal 5 cm, jenis
R. mucronata panjang maksimal mencapai 23 cm dan lebar maksimal 13 cm, dan
jenis R. apiculata yang memiki panjang dan lebar maksimal 19 dan 8 cm. Daun
jenis R. stylosa menurut Setyawan & Ulumudin (2012) memiliki panjang
maksimal 12,5 cm dan lebar maksimal 7,5 cm.
Daun yang terpanjang di antara keenam jenis tanaman mangrove adalah
daun jenis B. gymnorhiza dengan panjang rata-rata sebesar 20,74 cm dan lebar
sebesar 8,02 cm. Panjang daun B. gymnorhiza tidak jauh berbeda dari apa yang
dinyatakan FAO (2007) yakni daun B. gymnorhiza memiki panjang berkisar
8-22 cm.
Daun dengan ukuran terkecil dari seluruh sampel adalah jenis A. marina
yang memiliki panjang 7,7 cm dengan lebar 3,86 cm. Panjang daun jenis
A. marina tidak jauh berbeda dari apa yang dinyatakan oleh Noor et al. (2006)
yakni daun A. marina memiliki panjang 9 cm dengan lebar 4,5 cm.
Karakteristik Buah Tanaman Mangrove
Buah merupakan bagian tanaman yang memiliki beberapa fungsi. Pada
umumnya buah digunakan sebagai tempat menyimpan hasil fotosintesis, namun
pada beberapa tanaman mangrove propagul buah digunakan sebagai alat
reproduksi (Jamili et al. 2009). Buah bakau yang diuji dalam penelitian ini
diambil dari tiga tempat yang berbeda. Gambar buah dari keenam jenis tanaman
mangrove disajikan pada Gambar 3.
a

b

d

e

c

f

Gambar 3 Buah mangrove: (a) buah S. caseolaris, (b) buah B. gymnorhiza,
(c) buah A. marina, (d) buah R. apiculata, (e) buah R. stylosa, (f)
buah R. mucronata
Buah mangrove dibersihkan dan dipotong bagian tangkainya. Buah yang
telah bersih kemudian diukur berat, panjang dan diameternya sebanyak masing

10

masing 30 buah. Hasil pengukran morfometrik buah mangrove disajikan pada
Tabel 2
Tabel 2 Hasil pengukuran morfometrik buah mangrove
Sampel

Panjang (cm)

Lebar (cm)

Bobot (g)

A. marina
B. gymnorhiza

2,04 ± 0,30
20,60 ± 1,75

1,37 ± 0,18
1,66 ± 0,17

1,64 ± 0,45
39,82 ± 6,87

R. apiculata

25,79 ± 4,23

0,99 ± 0,14

17,38 ± 6,30

R. mucronata

43,29 ± 4,15

1,33 ± 0,14

42,93 ± 5,94

R. stylosa

35,20 ± 0,28

1,06 ± 0,25

31,65 ± 4,19

S. caseolaris

3,63 ± 0,69

5,22 ± 0,60

55,27 ± 14,21

Buah mangrove dari keenam jenis yang diteliti memiliki bentuk yang
cukup beragam. Buah mangrove dari jenis S. caseolaris memiliki bentuk bulat
sedangkan buah mangrove jenis R. stylosa, R. apiculata, R. mucronata, dan
B. gymnorhiza memiliki bentuk yang memanjang. Buah mangrove jenis
A. marina memiliki bentuk seperti buah mangga dalam ukuran yang lebih kecil.
Buah jenis B. gymnorhiza memiliki panjang berkisar 15-25 cm dengan
diameter 1.5-2 cm. Buah R. mucronata memiliki panjang antara 40-70 cm dengan
diameter 1-2 cm, dan buah R. apiculata memiliki panjang 25-30 cm (FAO 2007).
Noor et al. (2006) menyatakan buah mangrove jenis A. marina memiliki ukuran
panjang 2-3 cm, buah R. stylosa memiliki panjang 20-35 cm dan diameter 1-2 cm,
dan buah S. caseolaris memiliki diameter 5-8 cm. Hal ini menunjukkan buah yang
digunakan dalam penelitian ini termasuk buah yang sudah matang.
Buah yang memiliki nilai panjang terbesar adalah buah jenis R. mucronata
dengan panjang rata-rata 43,29 cm dan lebar 1,33 cm. Panjang dan lebar buah
yang digunakan tidak jauh berbeda dari apa yang dinyatakan FAO (2007) yakni
panjang buah R. mucronata berkisar 40-70 cm.
Buah yang memiliki ukuran terkecil adalah buah jenis A. marina. Buah
A. marina yang didapat memiliki panjang 2,04 cm dan lebar 1,37 cm. Panjang dan
lebar buah A. marina tidak jauh berbeda dari apa yang dinyatakan beberapa
penelitian. Noor et al. (2006) menyatakan buah jenis A. marina memiliki panjang
2-3 cm.
Rendemen Ekstrak Tanaman Bakau
Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menarik unsur-unsur maupun
komponen zat aktif yang ada dalam suatu bahan. Proses yang secara selektif
mengambil zat terlarut dari suatu campuran dengan bantuan pelarut disebut
ekstraksi (Harborne 1987). Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai
pelarut sesuai dengan kepolarannya. Penelitian ini menggunakan pelarut polar
yakni jenis methanol. Rendemen ekstrak adalah persentase hasil ekstrak dengan
bahan baku yang digunakan. Semakin tinggi rendemen ekstrak maka semakin
tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku. Rendemen ektrak
tanaman mangrove dapat dilihat pada Tabel 3.

11

Tabel 3 Rendemen ekstrak
Jenis
Avicennia marina

Bruguiera gymnorhiza

Rhizopora apiculata

Rhizopora mucronata

Rhizopora stylosa

Sonneratia caseolaris

Bagian
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang

Rendemen (%)
6,59
12,59
9,37
7,94
2,66
8,22
8,90
4,60
4,31
11,02
4,10
5,54
13,99
3,80
18,07
6,24
4,29
4,10

Rendemen merupakan persentase bagian yang dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil ekstraksi enam jenis tanaman mangrove, kulit batang R. stylosa
yang memiliki rendemen paling tinggi yakni 18,07 %. Hal ini berbeda dari hasil
yang ditunjukkan Batubara et al. (2010) yang menyatakan batang Rhizopora sp.
memiliki rendemen 11 %.
Rendemen ekstrak dipengaruhi oleh jenis sampel, jenis pelarut, rasio
pelarut, waktu dan suhu ekstraksi (Qusti et al. 2010). Perbedaan rendemen kulit
batang Rhizopora stylosa diduga disebabkan perbedaan daerah pengambilan
sampel. Tempat pengambilan sampel yang berbeda menyebabkan kandungan
bahan berbeda satu sama lainnya.
Rendemen ekstrak buah Bruguiera gymnorhiza terendah dari semua jenis
tanaman mangrove. Rendemen ekstrak buah B. gymnorhiza sebesar 2,66 %. Hasil
ini berbeda dari hasil penelitian Sudirman (2013) yakni sebesar 9,94% untuk buah
tua dan 6,83% untuk buah muda. Perbedaan ini diduga akibat perlakuan awal
sampel yang berbeda. Sampel yang digunakan oleh Sudirman (2013) merupakan
sampel kering dengan kadar air kurang lebih 10%, sedangkan sampel yang
digunakan pada penelitian ini merupakan sampel segar. Bobot sampel segar tidak
sama dengan bobot sampel kering karena masih tingginya kadar air di dalam
sampel basah. Dugaan ini diperkuat dengan hasil penelitian Anwar et al. (2013),
bahwa sampel yang dikeringkan menggunakan oven lebih tinggi rendemennya
dibandingkan dengan sampel yang diangin-anginkan.
Nilai Toksisitas
Penentuan nilai toksisitas merupakan salah satu cara penapisan awal
dalam pembuatan obat-obatan. Penentuan nilai toksisitas ini dilakukan dengan
metode brine shrimp letal test. Meyer et al. (1982) menjelaskan uji BSLT

12

merupakan cara untuk memprediksi aktivitas sitotoksik dan senyawa yang bersifat
racun dengan mudah dan sederhana. Menurut Mesnage et al. (2011) sitotoksik
memilki arti sifat senyawa yang memiliki kemampuan dalam membunuh sel.
Hasil uji toksisitas dari beberapa bagian tanaman mangrove dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji toksisitas
Jenis
Avicennia marina

Bruguiera gymnorhiza

Rhizopora apiculata

Rhizopora mucronata

Rhizopora stylosa

Sonneratia caseolaris

Bagian
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang

LC50 (µg/mL)
863,69
924,23
1410,41
1372,51
728,67
322,36
512,82
329,28
936,06
1404,36
327,09
774,66
814,66
518,11
215,11
852,03
126,73
996,05

Hasil dari pengujian nilai toksisitas menunjukkan buah S. caseolaris
memiliki nilai LC50 terendah yakni sebesar 126,73 µg/mL. Hal ini dapat dikatakan
buah S. caseolaris memiliki senyawa yang lebih toksik diantara jenis sampel
lainnya. Menurut Mclaughlin et al. (1998) nilai LC50 antara 31-200 ppm dapat
dinyatakan sebagai senyawa toksik. Nilai LC50 pada buah S. caseolaris sasuai
dengan hasil penelitian Bandarayake (2002) yang menyatakan bahwa buah
S. caseolaris bersifat toksik pada larva nyamuk.
Aktivitas toksik yang ditemukan dalam uji BSLT menunjukkan senyawa
tersebut memiliki potensi sebagai senyawa antikanker dan antitumor baru
(Peteros & Mylene 2010). Hasil dari uji BSLT adalah nilai LC50 yang memiliki
arti bahwa konsentrasi yang dapat membunuh 50 % dari populasi total. Nilai LC50
yang dihasilkan pada penelitian kali ini belum dapat dikatakan sebagai bahan
yang berpotensi sebagai antitumor. Mojica & Micor (2007) mengungkapkan
untuk menjadi zat yang efektif dalam menjadi obat kanker harus memiliki nilai
LC50 diantara atau lebih rendah dari 30 ppm.
Nilai toksisitas dipengaruhi oleh kandungan aktif dari suatu bahan. Hasil
toksisitas buah S. caseolaris juga diduga akibat senyawa aktif yang terkandung di
dalamnya. Menurut Wu et al. (2009) sebagian besar kandungan buah S. caseolaris
adalah senyawa triterpenoid. Senyawa triterpenoid yang tinggi memiliki pengaruh
terhadap nilai toksisitas buah S. caseolaris. Hal ini sesuai dengan apa yang
dinyatakan Anaya et al. (2003) yakni senyawa triterpenoid dari C. acuminata

13

memiliki efek merusak organ perasa pada Artemia salina sehingga menghentikan
asupan makanannya. Peteros & mylene (2010) menyatakan nilai LC50 bervariasi
akibat perbedaan dalam jumlah zat aktif. Jenis zat aktif yang mempengaruhi nilai
toksisitas adalah tanin, flavonoid, dan triterpenoid. Mojica & Micor (2007) dalam
penelitiannya tentang tanaman pantai Barringtonia asiatica menambahkan nilai
LC50 dipengaruhi oleh zat aktif saponin.
Aktivitas Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda dan memperlambat
aktivitas oksidasi. Antioksidan juga membantu tubuh dalam menangkal radikal
bebas yang ada di lingkungan. Molyneux (2004) menyatakan antioksidan bekerja
berdasarkan mekanisme menyumbangkan satu atau lebih elektron untuk meredam
radikal bebas. Astuti (2008) menambahkan radikal bebas yang berikatan dengan
molekul protein maupun lemak di dalam sel akan menyebabkan kerusakan pada
sel.
Antioksidan dapat diketahui aktivitasnya dengan menggunakan uji DPPH.
Zheng et al. (2011) menyatakan aktivitas antioksidan dinyatakan dengan
presentase penghambatan (inhibisi) yang diperoleh dari nilai absorbansi blanko
dikurangi absorbansi sampel. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan
aktivitas antioksidan adalah inhibitor concentration (IC50). Nilai IC50 menyatakan
besarnya konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal
bebas DPPH sebesar 50%. Molyneux (2004) menyatakan bahwa semakin kecil
nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Hasil IC50 dari keenam
jenis tanaman mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji aktivitas antioksidan
Jenis
Avicennia marina

Bruguiera gymnorhiza

Rhizopora apiculata

Rhizopora mucronata

Rhizopora stylosa

Sonneratia caseolaris

Bagian
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang
Daun
Buah
Kulit Batang

IC50 (µg/mL)
101,78
477,34
93,99
59,17
24,90
19,11
102,05
25,53
6,51
20,77
6,65
13,39
21,15
65,12
7,23
37,70
55,39
3,03

Ekstrak kulit batang S. caseolaris memiliki nilai IC50 yang cukup rendah
yakni sebesar 3,03 µg/mL. Hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh
Milon et al. (2012) menyatakan bahwa kulit batang S. caseolaris memiliki nilai

14

IC50 sebesar 14 µg/mL. Menurut Molyneux (2004), nilai IC50 kurang dari 50 ppm
dapat dinyatakan sebagai antioksidan sangat kuat.
Nilai aktivitas antioksidan banyak dipengaruhi oleh senyawa aktif yang ada di
dalam suatu bahan. Salah satu senyawa aktif yang mampu berperan sebagai
antioksidan adalah fenol. Hakim et al. (2008) menyatakan fenol merupakan
kelompok antioksidan yang penting guna menghambat terjadinya oksidasi pada
jaringan tubuh.
Kemampuan antioksidan kulit batang S. caseolaris diduga akibat
tingginya kandungan fenol yang ada. Hasil penelitian Suh et al. (2004) yakni
kandungan fenol di kulit batang S. caseolaris yang hampir mencapai dua kali lipat
dari kandungan fenol teh hijau. Total fenol yang terkandung di dalam ekstrak
metanol kulit batang S. caseolaris sebesar 10,58 mg/g, sedangkan total fenol yang
ada pada ekstrak metanol teh hijau sebesar 6,29 mg/g.
Nilai IC50 tertinggi dari seluruh sampel adalah buah Avicennia marina
dengan nilai IC50 sebesar 477,34 µg/mL. Hasil ini dapat dikategorikan buah
A. marina tidak memiliki kemampuan antioksidan. Hasil ini berbeda dengan hasil
yang ditemukan oleh Bunyapraphatsara (2003) pada buah Avicennia alba. Nilai
IC50 pada buah Avicennia alba adalah sebesar 20,67 µg/mL
Antioksidan dalam tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor
internal maupun eksternal. Qusti et al. (2010) pada penelitiannya tentang
antioksidan pada madu dan minyak zaitun menyatakan bahwa perbedaan aktivitas
antioksidan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yakni varietas tanaman,
kondisi tempat tumbuh, tingkat kematangan, musim, lokasi geografis yang
berbeda, jenis tanah dan jumlah sinar matahari yang diterima. Yulianto &
Widyaningsih (2013) menambahkan kandungan kimia dalam tanaman cincau
hitam, jahe, dan kayu manis dipengaruhi oleh faktor cara pemeliharaan tanaman,
cara pemanenan, kematangan pada waktu panen, dan kondisi penyimpanan
setelah panen.
Hasil uji aktivitas antioksidan dipilih yang terbaik untuk kemudian
dilakukan uji selanjutnya yakni uji inhibitor tirosinase. Uji inhibitor tirosinase
dilakukan untuk mengetahui ekstrak yang mampu menghambat enzim tirosinase.
Sampel yang diuji inhibitor tirosinase adalah bagian daun R. stylosa, daun
R. apiculata, daun R. mucronata dan kulit batang S. caseolaris.
Inhibitor Tirosinase
Uji aktivitas inhibitor tirosinase merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan ekstrak dalam menghambat jalannya melanogenesis.
Melanogenesis adalah seluruh proses yang mengarah pada pembentukan pigmen
makromolekul gelap, yakni melanin (Chang 2009). Tirosinase yang merupakan
enzim biosintesis melanin, akan dihambat sehingga menurunkan produksi
melanin (Hartanti & Setiawan 2009). Hasil uji inhibitor tirosinase dinyatakan
dengan nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan konsentrasi dimana ekstrak mampu
menghambat aktivitas tirosinase sebesar 50%.
Pigmen dikatalisasi oleh enzim tirosinase melalui dua reaksi yang berbeda.
Reaksi yang pertama adalah proses autooksidasi dari tirosin (monofenolase)
menjadi 3,4-dihidroksiphenilalanin atau DOPA. Reaksi ini disebut aktivitas
menofenolase. Reaksi kedua adalah aktivitas oksidasi DOPA menjadi dopaquinon

15

yang dinamakan aktivitas difenolase (Batubara et al. 2010). Hasil dari oksidasi
keduanya akan menghasilkan pigmen berwarna hitam, merah, atau coklat. Hasil
uji inhibitor tirosinase dari keempat jenis mangrove ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil uji inhibitor tirosinase
Jenis

Bagian

Sonneratia caseolaris
Rhizopora stylosa
Rhizopora mucronata
Rhizopora apiculata

Kulit batang
Daun
Daun
Daun

Monofenolase
(µg/mL)
117,67
>2000
508,69
>2000

Difenolase
(µg/mL)
364,10
>2000
>2000
>2000

Hasil inhibitor tirosinase yang ditunjukkan pada Tabel 6 memperlihatkan
bahwa nilai inhibitor tirosinase tertinggi dimiliki oleh kulit batang S. caseolaris
dengan nilai IC50 sebesar 117,674 µg/mL untuk monofenolase dan untuk
difenolase sebesar 364,10 µg/mL. Hasil inhibitor tirosinase pada kulit batang
tanaman mangrove jenis lain memiliki hasil yang berbeda. Hasil penelitian
Batubara et al. (2010) menyatakan IC50 batang dari Rhizopora sp. dan jenis
Xylocarpus granatum masing-masing sebesar 108,2 µg/mL dan 215,1 µg/mL
untuk monofenolase, sedangkan untuk difenolase sebesar 124 µg/mL dan sebesar
199,7 µg/mL.
Nilai IC50 pada kulit batang S. caseolaris cukup baik, namun cukup
berbeda jika dibandingkan asam kojat yang biasa digunakan sebagai pencerah
kulit. Nilai IC50 monofenolase asam kojat sebesar 11,18 µg/mL dan difenolase
sebesar 63,64 µg/mL. Perbedaan hasil ini diduga karena asam kojat merupakan
senyawa murni sehingga memiliki kemampuan menghambat enzim tirosinase
yang lebih baik.
Kemampuan suatu bahan baku untuk menghambat tirosinase dipengaruhi
oleh komponen aktif yang terkandung di dalamnya. Flavonoid merupakan
senyawa aktif yang memiliki kemampuan dalam menghambat enzim tirosinase.
Simlai et al. (2014) menyatakan kandungan senyawa aktif tertinggi di dalam
ekstrak kulit batang S. caseolaris adalah flavonoid sebesar 90,04 mg/g berat
kering. Chang (2009) menyatakan flavonoid mampu bersifat kompetitor terhadap
enzim tirosinase sehingga mampu menghambat tirosinase.
Ekstrak Terbaik
Ekstrak kasar dari enam jenis mangrove yakni jenis Avicennia marina,
Bruguiera
gymnorhiza,
Rhizopora
stylosa,
Rhizopora
apiculata,
Rhizopora mucronata, dan Sonneratia caseolaris diuji toksisitas dan antioksidan.
Hasil terbaik dari kedua uji tersebut yakni daun Rhizopora stylosa, daun
Rhizophora apiculata, daun Rhizopora mucronata, dan kulit batang jenis
Sonneratia caseolaris diuji inhibitor tirosinase. Hasil keseluruhan akan
dibandingkan sehingga menghasilkan ekstrak terbaik. Hasil dari kandidat ekstrak
terpilih disajikan pada Gambar 4.

16

1600

1404.3646

1400
Konsentrasi (ppm)
(ppm)(ppm)

1200
996.0679365

1000

814.6627

800
508.6982

600
364.9969

400
200

512.8241

117.674

102.05
21.153

3.0303

0

0

20.77

0

0

0

0
A
Antioksidan

B
Toksisitas

C
Monofenolase

D
Difenolase

Gambar 4 Nilai antioksidan, inhibitor tirosinase, dan toksisitas, (A) kulit batang
S. caseolaris, (B) Daun R. stylosa, (C) Daun R. mucronata, (D) Daun
R. apiculata
Gambar 4 diatas menunjukkan hasil dari uji antioksidan, toksisitas, dan
aktivitas inhibitor tirosinase. Uji antioksidan dan uji inhibitor tirosinase memiliki
keterkaitan. Hal ini dapat dilihat semakin baik aktivitas antioksidan diikuti dengan
semakin baiknya kemampuan dalam inhibitor tirosinase.
Senyawa yang memiliki kemampuan antioksidan dilaporkan dapat pula
menghambat enzim tirosinase. Chang (2009) menyatakan penghambatan aktivitas
enzim tirosinase dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
menghentikan proses oksidasi yang mengubah kembalinya dopa menjadi
dopaquinon sehingga mengurangi terbentuknya dopakrom dan melanin. Senyawa
yang melakukan penghambatan melalui proses ini salah satunya adalah asam
askorbat.
Beberapa senyawa aktif yang ada pada kulit batang Sonneratia caseolaris
memiliki kemampuan antioksidan, maupun inhibitor tirosinase. Redha (2010)
menyatakan senyawa flavonoid memiliki kemampuan untuk mendonorkan atom
hidrogennya sebagai antioksidan. Chang (2009) menambahkan senyawa flavonoid
yang memiliki kamampuan sebagai antioksidan juga memiliki kemampuan dalam
menghambat enzim tirosinase. Senyawa flavonoid yang merupakan golongan
fenolik mampu digunakan sebagai inhibitor tirosinase.
Tanin juga merupakan senyawa aktif yang memiliki kemampuan dalam
antioksidan maupun inhibitor tirosinase. Hagerman (1998) menyatakan senyawa
tanin yang memiliki kemampuan antioksidan juga memiliki kemampuan dalam
menghambat enzim tirosinase. Pernyataan ini diperkuat oleh Kim (2004) yakni
golongan fenolik yang salah satunya tanin memiliki kemampuan dalam
melakukan depigmentasi.
Gambar 4 menunjukkan ekstrak kulit batang Sonneratia caseolaris
memiliki nilai toksisitas yang cukup rendah yakni 996,08 µg/mL. Menurut
Mclaughlin et al. (1998) nilai LC50 201-1000 ppm dikategorikan sebagai toksik
rendah. Kulit batang Sonneratia caseolaris yang memiliki nilai toksisitas rendah,
dengan nilai antioksidan dan inhibitor tirosinase monofenolase maupun difenolase

17

yang cukup baik menjadikan ektrak ini kandidat terbaik sebagai senyawa yang
dapat digunakan bagi keperluan obat obatan.
Komponen Aktif Ekstrak Terbaik
Ekstrak kasar didapat dari proses maserasi menggunakan orbital shaker selama 24
jam menggunakan metanol. Hasil ekstrak kasar kemudian di uji fitokimia untuk
mengetahui komponen aktifnya. Uji ini dilakukan untuk mengetahui senyawa
yang terkandung pada ekstrak terbaik. Senyawa aktif atau yang biasa disebut
metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan d