Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia

(1)

S E K

O L A

H P

A S

C

A S A R JA

N

A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HARGA CRUDE PALM OIL (CPO) DUNIA

TESIS

Oleh

SUHERWIN

097018016/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HARGA CRUDE PALM OIL (CPO) DUNIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUHERWIN

097018016/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HARGA CRUDE PALM OIL

(CPO) DUNIA Nama Mahasiswa : Suherwin

Nomor Pokok : 097018016

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec) (Dr. HB. Tarmizi, SU, MSi

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur,


(4)

Tanggal lulus : 20 Januari 2012 Telah diuji pada

Tanggal : 20 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E.,M.Ec Anggota : 1. Dr. H.B. Tarmizi

2.

, SU, MSi Prof. Dr. Lic. Rer. Reg

3. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi

, Sirojuzilam, SE


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2012 Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Crude Palm Oil yang sering disingkat dengan CPO saat ini merupakan komoditi primadona dan menjadi komoditi andalan ekspor Indonesia, hal ini dapat dilihat dari produksi dan ekspor CPO nasional yang terus meningkat. Tidak hanya di Indonesia, ternyata pada tingkat dunia market share CPO dari tahun ke tahun terus meningkat dan sejak tahun 2004 CPO telah menempati urutan pertama sebagai pemasok utama minyak nabati dunia. Pasokan CPO dunia tersebut didominasi oleh dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Namun hingga saat ini harga pasar CPO dunia masih dikendalikan di Eropa khususnya pasar Roterdam sebagai tolok ukurnya. Hal ini disebabkan karena harga CPO lebih sensitive terhadap perubahan permintaan dan harga minyak kedelai sebagai pesaing utama. Melihat kondisi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga CPO dunia.

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menganalisis variable-variabel seperti luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya, dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia baik secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui intervening variable.

Data yang digunakan adalah data sekunder sebanyak 40 data triwulanan antara tahun 2000 s.d 2009. Penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi CPO dan produksi minyak kedelai dunia berpengaruh dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia. Selanjutnya luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, produksi minyak kedelai dunia, penawaran CPO dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya dan harga minyak bumi berpengaruh dan signifikan terhadap harga CPO dunia. Sedangkan variable yang tidak signifikan adalah luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun terhadap penawaran CPO dunia dan biaya produksi CPO terhadap harga CPO dunia.

Kata kunci: Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia dan harga minyak bumi.


(7)

ABSTRACT

Crude Palm Oil which often abbreviated as CPO is now becomes the belle of Indonesian export commodity. It can be seen from the growing export and production of national CPO. Not only in Indonesia, the world’s market share of CPO has increase since 2004 and CPO has been a primary supplier for world vegetable oil. CPO supply is dominated by two countries; Indonesia and Malaysia. But until now the world market price of CPO still controlled in Europe, particularly Rotterdam markets as criterion. This is because the price of CPO is more sensitive for the changes of demand and the price of soybean oil as the main competitor. By considered this conditions, it is necessary to do research on what factors are affecting the world price of CPO.

The general objective of the study is to analyse the factors that affect the world price of CPO. Then the particular purpose to analyze variables such as the width of world’s palm plantations for 5 years time lag, the cost of crude palm oil production, world production of soybean oil, world’s soybean oil prices, world CPO demand for the previous year, and world crude oil prices vs world’s CPO price both directly or indirectly through intervening variables.

The source of secondary data as many as 40 quarterly data between 2000 to 2009. This study used structural equation Path Analyis supported with AMOS (Analysis of Moment Structure) application program.

The result of study shown that CPO production costs and world soybean oil production has the significant influence on the world's CPO supply. Furthermore, oil palm plantations world wide with 5 years time lag, world production of soybean oil, world palm oil supply, world soybean oil price, the previous year palm oil demand and world crude oil prices has significant influence on the world CPO price. The variables that unsignificantly affect was world palm plantations wide for 5 years time lag towards the world’s CPO supply and the cost of CPO production influence on the world CPO price.

Key words: World’s palm oil plantations wide for 5 years time lag, the cost of CPO production, world’s soybean oil production, world’s soybean oil prices, world CPO demand for the previous year and crude oil prices.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia” ini.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai pihak terutama dari istriku Sitti Hajijah SPd. dan kedua putra-putri ku Nansha Hernanda dan Ladinda Dzihni, serta dukungan orang tua kami.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H, M.S selaku

Wakil Direktur I dan II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin S, S.E, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

6. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin S, S.E, M.Ec, selaku Ketua Pembimbing dan Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, MSi,

7. Bapak

selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.

Prof. Dr. Lic. Rer. Reg, Sirojuzilam, SE, Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi dan Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

selaku Pembanding atas masukan dan arahan yang diberikan.

9. Kedua orangtua ku serta istri ku Sitti Hajijah, SPd, dan kedua anak ku Nansha Hernanda dan Ladinda Dzihni yang selalu memberi motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Teman-teman yang banyak membantu dalam berdiskusi dan teman

seperjuangan: Elysa, Mail, Heru, Kiki, Rizka, Bang Leo, Mahdi dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

11. Seluruh rekan-rekan kerja KJPP MBPRU Cabang Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Januari 2012


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : SUHERWIN Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Sei Rampah / 20 Juli 1978 Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Konsultan Appraisal di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) MBPRU & Rekan, Cabang Medan

Alamat : Jalan Jermal XV Gg. Harapan, Komplek Graha Harapan No. 3C, Medan Tenggara, Medan Nama Orang Tua Laki-laki : H. Sukirman

Nama Orang Tua Perempuan : Junaidah

Sekolah Dasar : SD Alwashliyah Simp. Empat Sei Rampah Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Menengah Pertama : SMP Alwashliyah 23 Simp. Empat Sei Rampah Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Sei Rampah, Serdang Bedagai Diploma III : Politeknik Negeri Medan Jurusan Teknik Mesin Sarjana (S1) : Program Ekstension, Teknik Industri USU Sekolah Pascasarjana : Ekonomi Pembangunan, USU


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori ... 12

2.2. Industri Kelapa Sawit ... 31

2.3. Peneliti Terdahulu ... 37

2.4. Kerangka Konseptual ... 40

2.5. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 45


(12)

3.3. Metode Analisis Data ... 46

3.4. Metode Path Analysis... 50

3.5. Defenisi Operasional ... 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN59 ... 59

4.1. Gambaran Umum Indurti Kelapa Sawit ... 59

4.2. Perkembangan Luas Kebun Kelapa Sawit Dunia ... 60

4.3. Biaya Produksi CPO ... 61

4.4. Penawaran dan Permintaan CPO Dunia ... 62

4.5. Perkembangan Produksi Minyak Kedelai Dunia ... 64

4.6. Harga Minyak Bumi Dunia ... 66

4.7. Harga CPO Dunia ... 70

4.8. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1. Kesimpulan ... 108

5.2. Saran ... 110


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Produksi Minyak Nabati Dunia Tahun 2003-2009 ... 1

1.2. Perkembangan Harga CPO ... 5

1.3. Perkembangan Harga Minyak Nabati Dunia ... 6

1.4. Perkembangan Penawaran dan Harga Minyak Dunia ... 7

3.1. Indeks Pengujian Kelayakan Model... 57

4.1. Hasil Komputerisasi Criteria Goodness of Fit Indices Mode ... 74

4.2. Regression Weight Measurement Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 76

4.3. Koefisien Jalur Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 80

4.4. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 81

4.5. Kovarians Variable Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 87


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Market Share Minyak Nabati Dunia Tahun 2009 ... 2

1.2. Produsen CPO Dunia Tahun 2009 ... 3

1.3. Perkembangan Harga CPO, Soya Oil dan Minyak Mentah Dunia Tahun 2000 – 2009 ... 8

2.1. Potongan Permintaan dan Penawaran Menurut Marshall ... 13

2.2. Kurva Hukum Penawaran ... 19

2.3. Kurva Pergeseran Penawaran ... 20

2.4. Pergerakan Kurva Permintaan Individu ... 24

2.5. Pergeseran Kurva Permintaan Pasar ... 25

2.6. Pergerakan Kurva Permintaan... 25

2.7. Pohon Industri Kelapa Sawit & Produk Turunannya ... 34

2.8. Kerangka Konseptual Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 40

2.9. Hipotesis Penelitian Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 44

4.1. Luas Kebun Kelapa Sawit Dunia (Ha) ... 61


(15)

4.3. Permintaan dan Penawaran CPO Dunia (Ton) ... 63

4.4. Konsumsi CPO Dunia (USD/Ton) ... 64

4.5. Produksi dan Konsumsi Minyak Kedelai (Ribu Ton) ... 65

4.6. Harga Minyak Kedelai (USD/Ton) ... 66

4.7. Harga Minyak Bumi Dunia (USD/Barrel) ... 70

4.8. Harga CPO Dunia (Ton) ... 71

4.9. Hasil Perhitungan Regression Weight Measurement ... 75

4.10. Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia ... 83


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Luas Kebun Kelapa Sawit Dunia (Ha) ... 118

2. Biaya Produksi CPO (USD/Ton) ... 118

3. Produksi Minyak Kedelai Dunia (Soya Oil) (Ton/Tahun) ... 119

4. Penawaran dan Permintaan CPO dunia (Ton/tahun) ... 119

5. Harga Minyak Kedelai (USD/Ton) ... 120

6. Konsumsi CPO Dunia (Ton/Tahun) ... 120

7. Harga Minyak Bumi Dunia (USD/Barrel) ... 121

8. Data Variabel Hasil Interpolasi Tahun 2000-2009 ... 122


(17)

DAFTAR SINGKATAN

AGFI Adjusted Goodness of Fit Index

AMOZ Analysis of Moment Structure

BBM Bahan Bakar Minyak

BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal

BI Bank Indonesia

BPS Badan Pusat Statistik

CMIN/DF The Minimum Sample Discrepancy Function/Degree of Freedom

CPO Crude Palm Oil

CR

FFA Free Fatty Acids

Critical ratio

GFI Goodness of Fit Index

GDP Gross Domestic Product

IMF International Monetary Fund

MPOB Malaysian Palm Oil Board

PBS Perkebunan Besar Swasta

PKO Palm Kernel Oil

PKS Pabrik Kelapa Sawit

PR Perkebunan Rakyat

PTPN PT. Perkebunan Nusantara


(18)

RMSEA The Root Mean Square of Approximation

TBS Tandan Buah Segar

TLI Tucker Lewis Index

QLK Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun

TCP Biaya produksi CPO

QMK Produksi minyak kedelai dunia

SCPO Penawaran CPO Dunia

PMK Harga minyak kedelai dunia

DCPO Permintaan CPO dunia tahun sebelumnya

PMB Harga minyak bumi dunia


(19)

ABSTRAK

Crude Palm Oil yang sering disingkat dengan CPO saat ini merupakan komoditi primadona dan menjadi komoditi andalan ekspor Indonesia, hal ini dapat dilihat dari produksi dan ekspor CPO nasional yang terus meningkat. Tidak hanya di Indonesia, ternyata pada tingkat dunia market share CPO dari tahun ke tahun terus meningkat dan sejak tahun 2004 CPO telah menempati urutan pertama sebagai pemasok utama minyak nabati dunia. Pasokan CPO dunia tersebut didominasi oleh dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Namun hingga saat ini harga pasar CPO dunia masih dikendalikan di Eropa khususnya pasar Roterdam sebagai tolok ukurnya. Hal ini disebabkan karena harga CPO lebih sensitive terhadap perubahan permintaan dan harga minyak kedelai sebagai pesaing utama. Melihat kondisi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga CPO dunia.

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menganalisis variable-variabel seperti luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya, dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia baik secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui intervening variable.

Data yang digunakan adalah data sekunder sebanyak 40 data triwulanan antara tahun 2000 s.d 2009. Penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi CPO dan produksi minyak kedelai dunia berpengaruh dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia. Selanjutnya luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, produksi minyak kedelai dunia, penawaran CPO dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya dan harga minyak bumi berpengaruh dan signifikan terhadap harga CPO dunia. Sedangkan variable yang tidak signifikan adalah luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun terhadap penawaran CPO dunia dan biaya produksi CPO terhadap harga CPO dunia.

Kata kunci: Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia dan harga minyak bumi.


(20)

ABSTRACT

Crude Palm Oil which often abbreviated as CPO is now becomes the belle of Indonesian export commodity. It can be seen from the growing export and production of national CPO. Not only in Indonesia, the world’s market share of CPO has increase since 2004 and CPO has been a primary supplier for world vegetable oil. CPO supply is dominated by two countries; Indonesia and Malaysia. But until now the world market price of CPO still controlled in Europe, particularly Rotterdam markets as criterion. This is because the price of CPO is more sensitive for the changes of demand and the price of soybean oil as the main competitor. By considered this conditions, it is necessary to do research on what factors are affecting the world price of CPO.

The general objective of the study is to analyse the factors that affect the world price of CPO. Then the particular purpose to analyze variables such as the width of world’s palm plantations for 5 years time lag, the cost of crude palm oil production, world production of soybean oil, world’s soybean oil prices, world CPO demand for the previous year, and world crude oil prices vs world’s CPO price both directly or indirectly through intervening variables.

The source of secondary data as many as 40 quarterly data between 2000 to 2009. This study used structural equation Path Analyis supported with AMOS (Analysis of Moment Structure) application program.

The result of study shown that CPO production costs and world soybean oil production has the significant influence on the world's CPO supply. Furthermore, oil palm plantations world wide with 5 years time lag, world production of soybean oil, world palm oil supply, world soybean oil price, the previous year palm oil demand and world crude oil prices has significant influence on the world CPO price. The variables that unsignificantly affect was world palm plantations wide for 5 years time lag towards the world’s CPO supply and the cost of CPO production influence on the world CPO price.

Key words: World’s palm oil plantations wide for 5 years time lag, the cost of CPO production, world’s soybean oil production, world’s soybean oil prices, world CPO demand for the previous year and crude oil prices.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 2004, Crude Palm Oil (CPO) menjadi penyumbang terbesar terhadap produksi minyak nabati dunia, dimana pada tahun 2002, market share CPO terhadap penawaran minyak nabati masih sebesar 25,8% atau tertinggi kedua setelah minyak kedelai dengan market share sebesar 30,3%. Pada tahun 2004 produksi CPO dunia mencapai 30,98 juta ton atau sebesar 28,4% sementara minyak kedelai sebesar 30,27 juta ton, dengan demikian sejak tahun 2004 CPO telah naik ke peringkat pertama sebagai pemasok minyak nabati dunia.

Tabel 1.1. Produksi Minyak Nabati Dunia Tahun 2003-2009 (Ribu Ton) Jenis 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Growth Palm Oil 28.259 30.987 33.846 37.142 38.674 43.118 46.860 9,2% Palm Kernel Oil 3.347 3.581 3.976 4.344 4.496 4.989 5.419 8,6% Soyabean Oil 31.241 30.729 33.612 35.278 37.354 37.164 38.670 3,8% Cottonseed Oil 3.987 4.367 4.978 4.903 5.043 5.029 5.189 3,2% Groundnut Oil 4.508 4.706 4.506 4.382 4.194 4.445 4.342 -2,3% Sunflower Oil 8.917 9.423 9.785 11.191 10.843 10.687 9.480 3,6% Rapeseed Oil 12.698 15.088 16.294 18.510 18.746 19.847 20.390 6,5% Corn Oil 2.017 2.025 2.133 2.264 2.319 2.408 2.481 3,0% Coconut Oil 3.270 3.040 3.237 3.083 3.114 3.130 3.197 0,6% Olive Oil 2.904 3.110 2.965 2.798 3.020 3.081 3.140 1,9%

Castrol Oil 425 500 540 535 524 603 622 5,4%

Sesame Oil 810 831 868 860 831 803 821 0,3%

Linseed Oil 594 635 626 695 693 643 674 2,3%

Total Vegetable

Oils 102.977 109.022 117.366 125.985 129.851 135.947 141.284 3,5% Sumber :Oilworld & Annual 2010


(22)

Dari Tabeli 1.1. di atas terlihat dalam 7 tahun terakhir pertumbuhan produksi CPO dunia rata-rata sebesar 9,2%, sementara pertumbuhan minyak kedelai sebagai pesaing utama hanya sebesar 3,8%.

Sumber :Oilworld & Annual 2010

Gambar 1.1. Market Share Minyak Nabati Dunia Tahun 2009

Tingginya produktivitas minyak kelapa sawit dibanding minyak kedelai, dan laju pertambahan luas tanaman yang tinggi menyebabkan produksi CPO dunia meningkat tajam. CPO yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit hanya tumbuh di Asia Tenggara dan sebagian Afrika. CPO terbesar diproduksi oleh dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia.

Sejak tahun 2006 Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan volume 19,2 juta ton tahun 2009. Tahun 2008 ekspor CPO Indonesia 16 juta ton senilai 12,4 miliar dollar AS. Indonesia memasok 46,3 persen kebutuhan CPO dunia


(23)

85 persen pasar CPO dunia. Komposisi produsen CPO tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Sumber :Oilworld & Annual 2010

Gambar 1.2. Produsen CPO Dunia Tahun 2009

Namun walaupun Indonesia merupakan produsen terbesar CPO dunia, Indonesia belum mampu menjadi pemimpin pasar yang dapat memberi andil terbesar terhadap penentuan harga pasar CPO. Selain itu Indonesia dan Malaysia sebagai produsen salah satu jenis minyak nabati terbesar dunia juga tidak mampu mempengaruhi harga minyak nabati dunia. Harga CPO dunia lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar, terutama permintaan CPO dari eropa yang diwakili oleh pasar Amsterdam, India dan China. Selain itu produksi dan harga minyak kedelai juga sangat menentukan naik turunnya harga CPO. Produksi kedelai dari tanaman kedelai yang bersifat tanaman semusim, sering terjadi naik turun akibat gagal panen dan


(24)

faktor lainnya di Amerika sering menyebabkan fluktuasi harga CPO yang cukup signifikan. Fakta ini sudah umum terjadi di pasar internasional. Beberapa analis pasar komoditas di dunia menyebutkan bahwa kenaikan harga CPO pada November dan Desember 2011 disebabkan oleh kenaikan permintaan CPO akibat melambungnya harga minyak kedelai, seperti yang di sampaikan analis dari Australia & New Zealand Banking Group Ltd. Victor Thianpiriya menilai, harga kedelai yang sudah ketinggian berimbas pada kenaikan permintaan terhadap minyak sawit. Permintaan ekspor masih ada, sehingga bisa menjaga harga CPO di sekitar atau di atas level US$ 1022 per metrik ton pada perdagangan September 2011. ( sumber, Kontan.co.id)

Perkembangan harga CPO dunia pada dasarnya terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi harga dari tahun ke tahun. Namun secara umum tren harga terlihat naik. Harga CPO dunia mencapai puncaknya di tahun 2008, yaitu sekitar US$ 946,8 per ton (harga rata-rata CIF Rotterdam). Meningkatnya harga tersebut disebabkan oleh naiknya permintaan CPO dunia terutama setelah berkembangnya isue biodiesel berbahan dasar minyak sawit di Uni Eropa dan Jepang, serta meningkatnya permintaan CPO dari Negara importer utama (China, India, Uni Eropa dan lain-lain). Perkembangan harga CPO Dunia, di pasar Malaysia dan pasar domestik dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut :


(25)

Tabel 1.2. Perkembangan Harga CPO

Tahun CPO (RM/Ton) Malaysia

CPO (US$/Ton) Rotterdam

CPO (US$/Ton) Indonesia

1999 1.453,9 429,9 390,5

2000 927,1 282,7 242,8

2001 927,1 282,7 242,8

2002 1.376,6 388,9 348,9

2003 1.579,5 441,9 401,9

2004 1.672,0 471,5 429,8

2005 1.413,3 420,2 375,6

2006 1.547,4 475,2 415,8

2007 2.342,6 726,5 666,5

2008 2.857,8 946,8 873,3

2009 1.963,2 574,6 512,1

Sumber :Oil World Annual & MPOB

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, dalam periode tahun 2001 harga CPO dunia tidak terjadi perubahan yang signifikan dibanding tahun 2000. Hal ini disebabkan oleh karena over supply yang disebabkan oleh meningkatnya produksi CPO dunia sejalan dengan berakhirnya kemarau panjang dalam periode tersebut.

Harga CPO tersebut selanjutnya mulai meningkat pada periode tahun 2002-2003. Hal tersebut disebabkan oleh karena meningkatnya permintaan CPO dunia (demand > supply). Selain itu meningkatnya harga tersebut diakibatkan pula menurunnya produksi minyak nabati lainnya yang merupakan substitusi dari CPO.

Pada akhir tahun 2009 harga rata-rata CPO dunia mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2009 harga CPO rata-rata hanya berkisar US$ 574,6 per ton.


(26)

Tabel 1.3. Perkembangan Harga Minyak Nabati Dunia (USD/Ton)

Tahun Soya Oil CPO Sun Oil Rapeseed Oil Coconut Oil

2000 397 311 392 408 450 2001 445 283 484 503 318 2002 458 390 594 485 420 2003 554 442 587 597 465 2004 614 470 679 691 653 2005 544 420 678 670 613 2006 595 477 657 793 604 2007 884 777 1016 965 918 2008 1315 982 1561 1375 1278 2009 798 596 948 835 776

Sumber :Oil World Annual & reuters 2010

Melihat kondisi tersebut, maka sebagai salah satu Negara produsen minyak nabati terbesar dunia khususnya CPO, maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga CPO dunia dan seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi harga CPO, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan, sehingga kedepan pemerintah, swasta maupun pihak yang terkait pada industri CPO dapat memprediksi harga CPO kedepan dengan melihat kondisi dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia tersebut. Karena sebagai produsen terbesar, seharusnya Indonesia dapat menjadi pemimpin pasar yang dapat membentuk atau mempengaruhi harga pasar CPO di dunia dengan porsi yang lebih besar.

Fenomena lain yang terjadi terkait harga CPO dunia adalah harga minyak mentah dunia, dimana tren harga CPO selalu mengikut tren harga minyak mentah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.4. berikut :


(27)

Tabel 1.4. Perkembangan Penawaran dan Harga Minyak Dunia

Tahun Supply Minyak

(Ribu Barel/Hari)

Oil Crude Price (USD/bbl)

% Kenaikan / Penurunan 2004 83.104,80 42,02 29,3% 2005 84.561,47 57,90 37,8% 2006 84.521,21 67,03 15,8% 2007 85.619,05 69,18 3,2% 2008 85.239,18 95,62 38,2% 2009 84.076,88 60,06 -37,2% 2010 87.735,34 76,46 27,3%

Sumber :IMF, EIA

Dari tabel 1.3.dan 1.4. dapat kita bandingkan pada saat harga minyak mentah dunia naik tertinggi pada tahun 2008 yang mencapai 95,62 USD/barrel, harga CPO dunia juga melambung tinggi mencapai 982 USD/ton, begitu juga pada saat harga minyak mentah turun di tahun berikutnya harga CPO juga ikut turun. Beberapa sumber menyebutkan bahwa fenomena ini terjadi karena issue pengembangan produk turunan CPO menjadi biofuel yang sudah dikembangkan di eropa. Sehingga keterkaitan dengan produk subtitusi ini menyebabkan harga masing-masing produk tersebut saling mempengaruhi. Perkembangan harga CPO dunia per ton, minyak kedelai (soya oil) per ton dan minyak mentah dunia (crude oil) per kilo liter pada priode tahun 2000 – 2009 dapat dilihat pada Gambar berikut:


(28)

Sumber : Oil World & Annual, IMF, EIA, data diolah

Gambar 1.3. Perkembangan Harga CPO, Soya Oil dan Minyak Mentah Dunia Tahun 2000 – 2009 Per Kilo Liter

Berdasarkan uraian di atas maka perlu untuk dilakukan penelitian sehingga diperoleh hasil seberapa besar pengaruh permintaan, penawaran CPO dunia serta faktor-faktor penawaran dan permintaan terhadap harga CPO dunia, serta bagaimana arah hubungan tersebut, sehingga judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi yang telah disampaikan di atas, maka pembahasan penelitian ini akan dibatasi pada beberapa pokok perumusan masalah sebagai berikut:


(29)

1. Apakah luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun berpengaruh terhadap penawaran CPO dunia.

2. Apakah biaya produksi CPO berpengaruh terhadap penawaran CPO dunia.

3. Apakah produksi minyak kedelai dunia berpengaruh terhadap penawaran CPO

dunia.

4. Apakah penawaran CPO dunia berpengaruh terhadap harga CPO dunia.

5. Apakah luas kebun kelapa sawit dunia berpengaruh terhadap harga CPO dunia.

6. Apakah biaya produksi CPO berpengaruh terhadap terhadap harga CPO dunia.

7. Apakah produksi minyak kedelai dunia berpengaruh terhadap harga CPO dunia

8. Apakah harga minyak kedelai dunia berpengaruh terhadap harga CPO dunia.

9. Apakah permintaan CPO dunia tahun sebelumnya berpengaruh terhadap harga

CPO dunia.

10. Apakah harga minyak bumi dunia berpengaruh terhadap harga CPO dunia.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun terhadap penawaran CPO dunia.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh biaya produksi CPO terhadap

penawaran CPO dunia.

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi minyak kedelai dunia


(30)

4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh penawaran CPO dunia terhadap harga CPO dunia.

5. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh luas kebun kelapa sawit dunia

terhadap harga CPO dunia.

6. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh biaya produksi CPO terhadap harga

CPO dunia.

7. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi minyak kedelai dunia

terhadap harga CPO dunia.

8. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga minyak kedelai dunia

terhadap harga CPO dunia.

9. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh permintaan CPO dunia tahun

sebelumnya terhadap harga CPO dunia.

10. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga minyak bumi dunia terhadap

harga CPO dunia.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat menambah wawasan mahasiswa dalam mendalami perkembangan harga

CPO dunia sebagai salah satu komoditi unggulan di Indonesia.

2. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga


(31)

sebagai referensi dalam menganalisa ataupun memprediksi harga CPO dunia dimasa mendatang.

3. Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut dan mendalam.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga

Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Oleh karena itu dalam penelitian ini harga pasar CPO akan ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan pasar.

Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya dapat memperoleh barang yang banyak. Sebaliknya, penjual menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan


(33)

Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini.

a. Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar.

b. Adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama dengan

jumlah barang yang ditawarkan.

Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli (demand, D) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara dari sisi penjual (supply, S) semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku permintaan maupun penawaran dalam interaksi pembentukan harga. Namun untuk komoditas pangan/pertanian, pembentukan harga tersebut disinyalir lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran (supply shock) karena sisi permintaan cenderung stabil mengikuti perkembangan trennya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran komoditas pangan/pertanian cenderung sulit untuk dikontrol. Studi empiris yang dilakukan oleh Deaton dan Laroque (1992), Chambers dan Bailey (1996) dan Tomek (2000) menyimpulkan dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga komoditas pangan/pertanian, yakni faktor produksi/panen (harvest disturbance) dan


(34)

perilaku penyimpanan (storage/inventory behavior). Walaupun keberhasilan panen sangat dipengaruhi oleh kondisi musim/cuaca yang sifatnya uncontrolable, pengaruh pola tanam terhadap perkembangan harga komoditas pertanian di Amerika Serikat terlihat sangat dominan. Terdapat pola cyclical yang sistematis antara pola tanam dan variance harga komoditas. Variance harga membesar pada saat musim tanam dan mengecil pada saat musim panen. Sementara keberadaan teknologi penyimpanan atas

produk pertanian, khususnya untuk produk yang mudah busuk/basi (durable

products), akan mengurangi tekanan fluktutasi harga dari komoditas tersebut.

Alfred Marshall (1842-1924) dalam bukunya Principles of Economics, yang diterbitkan tahun 1890 menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran secara simultan menentukan harga. Marshall percaya bahwa permintaan dan penawaran secara bersama-sama menentukan harga (P) dan kuantitas keseimbangan suatu barang (Q) (Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya, Walter Nicholsan, 2002).


(35)

Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.

Menurut kaum klasik harga barang di tentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Jadi yang menentukan harga adalah sisi penawaran (produsen). Namun pendapat klasik tersebut di tentang oleh Jevons, Menger dan Walras (tokoh-tokoh neoklasik). Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan, atau kaum marginalis melihatnya dari sisi konsumen, yaitu dari kepuasan marginal (marginal utility) pengkonsumsian satu unit barang terakhir.

Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan.


(36)

Berkenaan dengan pendapat kedua aliran tersebut, Marshall tidak menyalahkan kedua konsep di atas, melainkan menggabungkannya. Menurut Marshall, selain oleh biaya-biaya, harga juga dipengaruhi oleh usnsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun pihak produsen. Unsure subjektif pihak konsumen adalah pendapatan (daya beli) dan unsure subjektif pihak produsen adalah keadaan keuangan perusahaan. Jika keuangan perusahaan dalam keadaan sulit, misalnya mungkin perusahaan mau menerima harga yang rendah tetapi kalau keadaan keuangan cukup kuat, mereka juga akan lebih berani dalam mempertahankan harga. Jadi teori harga menurut Alfred Marshall adalah sebagai berikut: “Harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen”. Semakin tinggi pendapatan nasional (kesejahteraan suatu negara), semakin tinggi pula permintaan uang untuk tujuan transaksi, dan sebaliknya.

Selain dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan domestik, harga komoditas juga dapat dipengaruhi oleh harga komoditas di pasar internasional. Pada rezim perdagangan bebas, harga komoditas domestik akan bergerak mengikuti harga

internasional, sehingga akan lebih volatile jika pemerintah tidak melakukan

intervensi. Banyak negara reluctant untuk bergerak ke arah perdagangan bebas secara penuh untuk komoditas pangan/pertanian karena komoditas tersebut merupakan komoditas penting yang dapat menimbulkan instabilitas politik (Dawe, 2001). Untuk itu banyak negara, termasuk negara maju sekalipun seperti Jepang, yang masih memberikan proteksi berupa larangan impor untuk komoditas tertentu maupun


(37)

Karakteristik penawaran dan permintaan untuk komoditas pangan/ pertanian

memang ‘unik’ karena keduanya cenderung bersifat inelastic terhadap perubahan

harga. Petani sebagai produsen tidak bisa serta merta meningkatkan produksinya ketika harga mengalami peningkatan. Konsumen juga tidak bisa mengurangi permintaannya ketika harga meningkat karena komoditas pangan/pertanian tersebut menjadi kebutuhan pokok. Kondisi tersebut membuat harga komoditas menjadi sangat sensitif terhadap stock, baik dari sisi penawaran maupun permintaan, termasuk indirect stock yang berpengaruh secara tidak langsung seperti gangguan distribusi.

Tekanan sisi permintaan juga berpotensi meningkatkan harga komoditas pertanian walaupun derajatnya relatif rendah dibanding tekanan dari sisi penawaran. Sumber utama peningkatan permintaan komoditas pangan adalah peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan (Tomek, 2000). Namun untuk negara maju, income effect kepada permintaan komoditas pertanian relatif kecil bila dibandingkan dengan negara berkembang yang mempunyai income elasticity lebih tinggi. Sementara Borensztein et al (1994) berpendapat bahwa permintaan komoditas pertanian lebih dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian (economic growth). Membaiknya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya mendorong konsumsi. Kondisi ini memacu sektor industri untuk meningkatkan produksi makanan sehingga permintaan komoditas pertanian sebagai bahan baku meningkat.


(38)

2.1.2. Penawaran

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. Yang terpenting adalah : (Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, Sadono Sukirno : 2005)

1. Harga

2. Harga barang lain 3. Biaya faktor produksi

4. Teknologi

5. Tujuan perusahaan

6. Ekspektasi (ramalan)

Apabila ditinjau dari jumlah barang yang ditawarkan, penawaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penawaran perorangan dan penawaran kolektif.

a. Penawaran Individu

Penawaran individu adalah jumlah barang yang akan dijual oleh seorang penjual.

b. Penawaran Kolektif

Penawaran kolektif disebut juga penawaran pasar. Penawaran kolektif adalah keseluruhan jumlah suatu barang yang ditawarkan oleh penjual di pasar. Penawaran pasar merupakan penjumlahan dari keseluruhan penawaran perorangan.


(39)

1) Hukum Penawaran

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Secara ringkas dapat disebutkan bila harga (P) naik maka penawaran (Qs) relatif akan naik, bila P turun  Qs turun, asumsi ceteris paribus (the other things on held constant). Hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk kurva sebagai berikut:

DWL 1

1 2

2 P1

P2

Q1 Q2

P

Qs Supply Curve

Gambar 2.2. Kurva Hukum Penawaran

2) Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Harga ekuilibrium tidak dapat dipastikan perubahannya. Dapat naik, dapat turun, dan dapat pula tidak berubah, tergantung kepada perbedaan intensitas perubahan pada permintaan dan penawaran dan juga tergantung kepada perbedaan elastisitas. Perubahan harga tidak dapat dipastikan oleh karena unsur


(40)

bertambahnya permintaan bertendensi menaikkan harga, sebaliknya bertambahnya penawaran bertendensi menurunkan harga.

Sumber : Literatur Ekonomi (blogspot.com, 2010)


(41)

2.1.3. Permintaan

Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain : (Mikro Ekonomi, Sadono Sukirno : 2005)

1. Harga barang yang dimaksud

2. Harga barang substitusi 3. Barang substitusi 4. Rata-rata Pendapatan

5. Jumlah populasi/penduduk

6. Estimasi/perkiraan/ramalan 7. Selera, lokasi dan distribusi

Permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain permintaan berdasarkan daya beli dan jumlah subjek pendukung.

a. Permintaan menurut daya beli

Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu permintaan efektif, permintaan potensial, dan permintaan absolut.

1) Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa yang disertai dengan daya beli atau kemampuan membayar. Pada permintaan jenis ini, seorang konsumen memang membutuhkan barang itu dan ia mampu membayarnya.


(42)

2) Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi belum melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut.

3) Permintaan absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu barang atau

jasa yang tidak disertai dengan daya beli. Pada permintaan absolut konsumen tidak mempunyai kemampuan (uang) untuk membeli barang yang diinginkan.

b. Permintaan menurut jumlah subjek pendukungnya

Berdasarkan jumlah subjek pendukungnya, permintaan terdiri atas permintaan individu dan permintaan kolektif.

1) Permintaan individu

Permintaan individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2) Permintaan kolektif

Permintaan kolektif atau permintaan pasar adalah kumpulan dari permintaan-permintaan perorangan/individu atau permintaan-permintaan secara keseluruhan para konsumen di pasar.

Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang. Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Sepintas lalu pengertian ini tidak menimbulkan masalah akan tetapi bila kita pikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila


(43)

daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial.Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki.

Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), terdapat dua (2) model dasar dalam permintaan, yang pertama adalah permintaan langsung yang dikenal sebagai teori konsumen, dan yang kedua adalah permintaan turunan yaitu permintaan atas bahan baku sebagai input di dalam pembuatan suatu barang atau jasa yang diminta untuk didistribusikan menjadi produk lainnya.

1) Hukum Permintaan

Permintaan suatu barang berkaitan dengan jumlah permintaan suatu barang pada tingkat harga tertentu. Konsumen dapat menentukan jumlah barang yang dikonsumsi tergantung pada harga barang tersebut. Pada umumnya semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah permintaan suatu barang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah permintaan barang tersebut, apabila faktor lain tidak berpengaruh (cateris paribus). Hipotesa seperti itu disebut sebagai hukum permintaan.Dengan demikian, hukum permintaan (law of demand) adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara harga dengan jumlah permintaan suatu barang (cateris paribus) (Wilson Bangun, 2007).


(44)

2) Kurva permintaan

Kurva Permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah.Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik.

3) Gerakan dan perubahan kurva permintaan

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.

P

Q 0 Q2 Q1 Q3 P1

P2

P3

D A1

A3 A2

Gambar 2.4. Pergerakan Kurva Permintaan Individu 4) Pergeseran kurva permintaan

Kurva permintaan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan


(45)

harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.

P1

Q1

Q2 Q3

A1

A2 A3

P

Q 0

D3 D1

D2

Gambar 2.5. Pergeseran Kurva Permintaan Pasar

Pada kenyataannya, jumlah permintaan suatu barang bukan hanya ditentukan oleh harga barang itu sendiri, melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Pergeseran kurva permintaan yang diakibatkan faktor lain selain harga dapat dilihat pada gambar 2.6. berikut:

Sumber : Literatur Ekonomi (blogspot.com, 2010)


(46)

2.1.4. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu denga pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatka

telah terjadi selama ribuan tahun (liha

terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendor kemajua

Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada keadaan swasembada tanpa perdagangan luar negri (Lindert, 1993).

Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan riilnya melalui spesialisai produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Negara-negara akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif. Prinsip keunggulan komparatif menunjukkan bahwa spesialisasi akan


(47)

dalam memproduksi semua barang dibandingkan Negara lainnya. Jika negara-negara itu mau melakukan spesialisasi produk di mana mereka mendapat keunggulaan komparatif (atau efisiensi relatif lebih tinggi), maka perdagangan antar negara akan menguntungkaan bagi semuanya. Karena itu mengingat kondisi produktif di tiap negara sangat berbeda, negara-negara tersebut sangat menyadari bahwa akan lebih menguntungkan jika melakukan spesialisasi dalam produksi suatu jenis barang tertentu (Lindert, 1993).

Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Hecsher dan Ohlin (H-O). Teori ini disebut juga faktor proportion theory atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional misalnya, antara Indonesia dan Amerika Serikat terjadi karena opportunity cost yang berbeda antara kedua negara tersebut. Perbedaan ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan bahan-bahan baku serta tenaga kerja (khususnya dari golongan berpendidikan rendah) yang jauh lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat. Sebaliknya Amerika Serikat memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dalam jumlah yang lebih banyak dari pada Indonesia.

Jadi karena faktor endowment-nya berbeda, maka sesuai hukum pasar, harga

dari faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat.Mialnya hanya ada dua faktor produksi yakni tenaga kerja (L) dan modal (K) dengan harga masing-masing w (gaji) dan r (suku bunga). Dengan demikian tingkat


(48)

gaji di Indonesia lebih murah dari pada di Amerika Serikat dan tingkat suku bunga di Indonesia lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat. Akan tetapi dengan perbedaan harga faktor tersebut dengan sendirinya belum tentu dapat dikatakan bahwa Indonesia unggul dari Amerika Serikat dalam membuat suatu barang. Hal ini tergantung pada tingkat intensitas pemakaian tenaga kerja dan modal dalam memproduksi barang tersebut.

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional (Wikipedia, ensiklopedia bebas), di antaranya sebagai berikut :

• Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

• Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatka

• Adanya perbedaan kemampuan penguasaa

dalam mengolah sumber daya

• Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perl

produk tersebut.

• Adanya perbedaan keadaan seperti

• Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

• Keinginan membuka

lain.


(49)

Seringkali terdapat banyak hambatan dalam melakukan perdagangan internasional. Hambatan itu ada yang berasal dari dalam maupun luar negeri (Wikipedia, ensiklopedia bebas). Adapun hambatan tersebut antara lain :

a. Tidak amannya suatu negara

Jika suatu negara tidak aman, para pedagangnya beralih ke negara lain yang lebih aman. Semakin aman keadaan, semakin mendorong para pedagang untuk melakukan perdagangan internasional.

b. Kebijakan ekonomi internasional yang dilakukan oleh Pemerintah

Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan hambatan bagi kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah impor, pungutan biaya impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit.

c. Tidak stabilnya kurs mata uang asing

Kurs mata uang asing yang tidak stabil membuat para eksportir maupun importir mengalami kesulitan dalam menentukan harga valuta asing. Kesulitan tersebut berdampak pula terhadap harga penawaran maupun permintaan dalam perdagangan. Hal ini membuat para pedagang internasional enggan melakukan kegiatan ekspor dan impor.

Terdapat beberapa perbedaan antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan internasional (Wikipedia, ensiklopedia bebas). Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut :


(50)

a. Jangkauan wilayah

Perdagangan dalam negeri mencakup satu wilayah negara, sedangkan perdagangan antarnegara menjangkau beberapa negara.

b. Cara pembayaran

Cara pembayaran pada perdagangan dalam negeri menggunakan satu macam mata uang, sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan macam-macam mata uang (valuta asing).

c. Sistem distribusi

Perdagangan dalam negeri lebih banyak dilakukan dengan menggunakan sistem distribusi langsung. Sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan sistem distribusi tidak langsung.

d. Peraturan yang berlaku

Peraturan yang harus diikuti dalam perdagangan antar negara lebih rumit dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri. Dalam perdagangan internasional melibatkan sekurang-kurangnya dua negara. Oleh karena itu, peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh pedagang internasional sekurang-kurangnya berlaku pada dua negara tersebut.

e. Tingkat persaingan

Karena penjual dan pembeli suatu barang berasal dari berbagai negara maka tingkat persaingan perdagangan antarnegara lebih ketat dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri.


(51)

f. Satuan ukuran dalam berat, panjang, dan isi

Dalam perdagangan dalam negeri biasanya digunakan ukuran berat, panjang, dan volume yang berlaku di dalam negeri. Namun untuk perdagangan internasional, ukuran-ukuran tersebut harus menggunakan ukuran yang berlaku secara internasional.

g. Biaya angkutan

Dalam perdagangan internasional diperlukan biaya angkutan yang lebih tinggi daripada perdagangan dalam negeri. Ini terjadi karena perbedaan jarak dan sistem administrasi perdagangan.

h. Tatap muka langsung penjual dan pembeli

Dalam perdagangan dalam negeri, antara penjual dan pembeli dapat bertatap secara langsung. Akan tetapi, dalam perdagangan internasional bagi penjual dan pembeli untuk bertatap muka secara langsung tidak mudah.

2.2. Industri Kelapa Sawit

Kelapa Sawit (Elaeis guinenensis) merupakan tanaman perenial (berumur panjang), dapat berproduksi hingga usia 30 tahun. Bibit kelapa sawit diperoleh dengan pembibitan dan setelah 12 bulan, tanaman mulai dapat ditanam di perkebunan. Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang banyak tumbuh di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan

kelapa sawit adalah 28oC, dengan ketinggian tempat 0-500 meter dari permukaan


(52)

per tahun. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah jenis Latosol dan Podsolik Merah Kuning.

Tanaman kelapa sawit dapat berbuah setelah berusia 3 – 4 tahun dengan kemampuan produksi awal sekitar 7 – 9 ton per tahun, tergantung jenis tanah dimana kelapa sawit ditanam. Pohon kelapa sawit yang telah berbuah tingginya dapat mencapai 15 sampai 18 meter dengan diameter batang sekitar 40 – 60 centimeter. Dari tanaman yang telah berbuah tersebut pada kondisi puncak (usia 8 sampai 13 tahun) dapat menghasilkan 10 – 15 tandan buah segar (TBS) per pohon per tahunnya dan beratnya dapat mencapai 10 sampai 20 kilogram per TBS.

Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah secara optimal hingga usia 25 tahun, dengan puncak produksi pada umur 9 sampai 14 tahun (hasil sekitar 27 ton per hektar) dan mulai menurun setelah umur 20 tahun (hasil sekitar 20 ton per hektar), tergantung pada klasifikasi jenis lahan tempat penanaman kelapa sawit. Dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dapat menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) sekitar 17 – 22% dan inti sawit (PK) sekitar 4,6 – 5%. Tingkat ekstraksi CPO dan PK dari tandan buah kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh umur produksi, kondisi tanaman serta penanganan pasca panen. (Iyun Pahang;2006)

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau sering disebut crude palm oil (CPO) yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki


(53)

dan saat ini sudah hampi 200 produk turunan yang dapat dihasilkan dari CPO. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur untuk memisahkan inti dengan cangkang, setelah itu cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur sedangkan inti akan naik kepermukaan dan kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan dryer sekaligus mengalir ke bulk silo atau tangki timbun.

Inti sawit yang sering disebut dengan kernel juga merupakan sumber minyak yang sering disebut minyak inti atau crude palm kernel oil (CPKO). Potensi minyak dari inti yang dapat diperoleh adalah sebesar 42% - 45%. Pengambilan minyak dari inti dilakukan dengan melakukan pressing terhadap inti sawit (kernel) untuk memisahkan ampas dengan minyak. Sisa pengolahan inti sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos (Iyun Pahang;2006). Berikut dapat dilihat Pohon Industri Kelapa Sawit dan produk turunannya.


(54)

FRESH FRUIT BUNCHES

MILL PROCESS

CRUDE PALM OIL PALM KERNEL

FRUIT RESIDUES

Blending Fractionation &

Refining Refining Splitting Bio-Diesel RBD PO RBD Olein RBD Stearin Splitting

Animal Feed Olein Margarine Stearin Fats Confectionery Margarine, Confectioneries, Filled Milk, Ice Cream, Biscuit Creams Hydrogenation HPKO HKO Olein Confectioneries Coffee Whitener Filled Milk Coating Fats Fatty Acids Fatty Alkohol Animes Amides Gycerol Emulsifers Humectantas Explosives Margarine Shortenings Frying Fats Vanaspati Ice Cream Frying Cooking Shortenings Margarine Shortenings Margarine Fatty Acids Soaps Food Emulsifers etc Palm Mid-Fraction Blending Cocoa, Butter, Equivalent Palm Kernel Mill Soaps Palm Kernel Oil

Crushing Extraction

Refining Fractionation & Refining

Soaps Technical Users

Soaps ect

Fuel Other Uses Being Researched

Sumber : Malaysian Palm Oil Board,

Gambar 2.7. Pohon Industri Kelapa Sawit & Produk Turunannya

Beberapa produk dari kelapa sawit yang umum diperdagangkan adalah :

1. Minyak Sawit Kasar atau Crude Palm Oil (CPO)

Berupa minyak yang agak kental berwarna kuning jingga kemerah-merahan. CPO mengandung asam lemak bebas (EFA) 5% dan mengandung banyak Carotene atau pro vitamin E (800-900 ppm). Titik lunak berkisar antara 33-34°C. 2. Minyak Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Oil (PKO)


(55)

Berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%.

3. Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel

Merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50% dan kadar FFA-nya sekitar 5%.

4. Bungkil Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Cake

Bungkil inti kelapa sawit merupakan daging inti kelapa sawit yang telah diambil minyaknya. Minyak dihasilkan melalui proses pemerasan mekanis atau proses ekstraksi dengan pelarut yang lazim dipergunakan. Bungkil mengandung sekitar 2 % minyak.

5. Pretreated Palm Oil

Pretreated palm oil merupakan minyak yang diperoleh dari proses deguming dan prebleaching untuk persiapan “physical refining” minyak daging buah.

Kadar FFA pretreated palm oil sekitar 5%. Nilai titik lunaknya adalah 33-39°C. 6. Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil)

RBD palm oil merupakan minyak kelapa sawit yang telah mengalami proses rafinasi lengkap. RBDPO mengandung FFA 0,15% yang berwarna kuning kejingga-jinggaan dengan titik lunak antara 30-39 °C. RBD Palm Oil hanya digolongkan dalam satu jenis mutu.


(56)

7. Crude Palm Fatty Acid

Adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari refinasi lengkap CPO dan fraksi-fraksinya, kandungan asam lemak bebasnya mencapai 89%.

8. RBD Palm Olein

Adalah minyak yang berwarna kekuning-kuningan. RBD palm olein diperoleh dari CPO yang telah mengalami rafinasi lengkap. Kadar FFA-nya sekitar 0,15% dan titik lunak maksimumnya adalah 24 °C.

9. Crude Palm Stearin

Crude palm stearin merupakan lemak berwarna kuning sampai jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses fraksinasi CPO. Crude palm stearin memiliki kadar FFA sebesar 5% dan nilai titik lunak sekitar 48 °C.

10. Pretreated Palm Stearin

Pretreated palm stearin adalah lemak yang diperoleh dari proses degumming dan prebleaching untuk persiapan “physical refining” fraksi padat CPO. Pretreated palm stearin memiliki kandungan FFA sebesar 5 % dan nilai titik lunak 48 °C.

11. RBD Palm Stearin

Adalah fraksi lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami refinasi lengkap. RBD palm stearin memiliki kadar FFA sebesar 0,2 %. Nilai titik lunaknya sama dengan Crude Palm Stearin, hanya warnanya lebih kuning.

12. Palm Acid Oil


(57)

pengasaman dengan asam sulfat. Palm acid oil memiliki kandungan FFA sebesar 50% dengan total kadar lemak maksimum 95%.

13. Crude Palm Kernel Fatty Acid

Crude palm fatty acid adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari rafinasi lengkap minyak inti sawit (PKO) dan fraksi-fraksinya. Kadar FFA-nya minimum 70%.

Dari produk-produk tersebut yang memegang peranan penting dalam perdagangan dunia adalah minyak sawit, minyak inti sawit dan beberapa produk olahan lanjutan dari minyak sawit antara lain Olein, Stearin, Fatty Acid dan sebagainya.

2.3. Peneliti Terdahulu

Abidin, Zainal (2008) meneliti tentang analisis eksport crude palm oil (CPO) Indonesia. Variabel yang digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik, harga minyak kelapa dan nilai tukar rupiah.Metode analisis yang digunakan adalah

metode 2SLS (Two Stage Least Square). Berdasarkan hasil analisis membuktikan

bahwa harga CPO domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia.

Prastowo, Nugroho Joko (2008) meneliti tentang Pengaruh Distribusi Dalam Pembentukan Harga Komoditas dan Implikasinya Terhadap Inflasi. Faktor distribusi


(58)

yang diamati meliputi rantai distribusi, marjin keuntungan, biaya dan gangguan distribusi. Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika dan survei menunjukkan bahwa komoditas primer cenderung mempunyai mata rantai distribusi yang lebih panjang dan kurang efisien. Sementara gangguan distribusi sangat berpengaruh terhadap harga komoditas yang perishable seperti cabe, namun marjin yang diperoleh pedagang lebih besar dari komoditas lainnya. Hal ini membuat

komoditas yang perisable lebih volatile. Peningkatan harga BBM yang mendorong

peningkatan biaya transportasi tidak signifkan terhadap harga komoditas produk industri seperti minyak goreng dan gula pasir. Namun signifkan terhadap komoditas non-industri dengan peningkatan biaya aktual sekitar 1%, namun peningkatan harga yang terjadi dapat mencapai 5%. Dengan demikian dampak peningkatan BBM terhadap harga komoditas dan inflasi secara keseluruhan lebih besar dari faktor distribusi lainnya.

Idris, M (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan. Variabel yang digunakan harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Data yang digunakan adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuisiooner. Metode analisis yang digunakan Multiple Regression dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah


(59)

Wulantoro, Anis (2009) meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Variabel yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Dan harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda.

M. Efendi Arianto, dkk (2010) meneliti tentang analisis harga minyak sawit, tinjauan kointegrasi harga minyak nabati dan minyak bumi. Penelitian ini mencoba mengkaji keterkaitan harga pada tiga jenis minyak nabati yang paling banyak diproduksi, yaitu minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak rapa, serta keterkaitannya dengan minyak bumi. Data yang dipergunakan terdiri atas data bulanan pada periode 1980-2008. Hasil penelitian menyipulkan dalam jangka panjang CPO adalah variabel yang paling berpengaruh di pasar minyak nabati; hasil variance decomposition menunjukkan variasi dari harga minyak sawit berpengaruh terhadap minyak nabati lainnnya pada kisaran 30-40%. Sementara itu, kemampuan memberikan pengaruh dari PCRO terhadap tiga jenis minyak nabati yaitu, minyak sawit, minyak kedelai dan minyak rapa, meningkat sangat kuat dari tidak berpengaruh pada periode 1980-2003 menjadi sangat berpengaruh pada periode 2004-2008 terutama pada horizon 24 hingga 48 bulan kemudian. Dengan demikian dapat


(60)

disimpulkan bahwa harga minyak bumi memberikan pengaruh pada variabilitas harga minyak nabati, terutama pada periode dinamika harga komoditas tahun 2004-2008.

2.4. Kerangka Konseptual

Pada Gambar 2.8. berikut menunjukkan bahwa luas kebun kelapa sawit dunia, biaya produksi CPO dan produksi minyak kedelai dunia berpengaruh terhadap penawaran CPO dunia, serta penawaran CPO dunia, harga minyak kedelai dunia, konsumsi CPO dunia tahun sebelumnya dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia.

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :


(61)

QLK

TCP

PMK PCPO

PMB

SCPO

DCPO QMK

Gambar 2.8. Kerangka Konseptual Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia

Keterangan:

PCPO = Harga CPO dunia (USD/Ton)

QLK = Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun (Hektar)

TCP = Biaya produksi CPO (USD/Ton)

QMK = Produksi minyak kedelai dunia (Ton/Tahun)

SCPO = Penawaran CPO Dunia (Ton/Tahun)

PMK = Harga minyak kedelai dunia (USD/Ton)

DCPO = Permintaan CPO dunia tahun sebelumnya (Ton/Tahun)


(62)

Adapun pertimbangan pemilihan varibel bebas dan tidak bebas dalam penelitian ini disebabkan karena :

1. Crude Palm Oil (CPO) merupakan produk hilir dari buah kelapa sawit melalui

proses produksi pada pabrik kelapa sawit, sehingga luas kebun kelapa sawit dunia akan berpengaruh positif terhadap produksi CPO sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap penawaran CPO dunia. Namun mengingat bahwa tanaman kelapa sawit baru memberikan hasil yang baik pada usia 5 tahun, maka digunakan time lag 5 tahun.

2. Biaya produksi CPO (TCP) merupakan salah satu faktor pembentuk harga.

Menurut teori ekonom terkemuka seperti Adam Smith dan lain-lain kenaikan biaya-biaya produksi seperti upah tenaga kerja akan menyebabkan penurunan produksi sehingga akan menaikan harga jual produk.

3. Minyak kedelai merupakan pesaing utama CPO di pasar internasional, oleh

karena itu produksi minyak kedelai dunia (QMK) akan berpengaruh terhadap suplay CPO dan harga CPO.

4. Penawaran CPO dunia (SCPO), menurut Alfred Marshall penawaran dan

permintaan secara simultan akan menentukan harga suatu barang pada titik equilibrium kuantitas tertentu. Kenaikan harga akan memicu pertambahan suplai di pasar dan sebaliknya penurunan harga akan menyebabkan penurunan suplai.

5. Harga minyak kedelai dunia (PMK) sangat berpengaruh terhadap harga CPO,


(63)

berimbas peningkatan permintaan CPO sebagai barang subtitusi. Kondisi ini tentunya berdampak pada kenaikan harga CPO dunia.

6. Untuk mewakili dari sisi permintaan maka digunakan variable permintaan CPO

dunia tahun sebelumnya (DCPO). Pemilihan variable ini disebabkan kondisi bahwa penjualan CPO dilakukan dengan sistem kontrak yang sudah dilakukan 6-12 bulan sebelumnya. Sehingga efek dari harga sekarang merupakan imbas dari kontrak sebelumnya.

7. Harga minyak bumi dunia (PMB), dasar pertimbangan pemilihan variable ini

disebabkan adanya fenomena bahwa kenaikan harga minyak bumi selalu diikuti dengan kenaikan harga CPO dunia. Hal ini karena di Eropa telah berkembang industri biodiesel yang menggunakan bahan baku minyak nabati seperti minyak rapa dan CPO. Namun karena satuan yang digunakan pada variable lain seperti CPO dan minyak kedelai menggunakan sataun Ton atau metric ton, maka untuk harga minyak bumi yang kita gunakan juga USD/KL. Mengingat patokan harga minyak bumi (crude oil) yang umum diperoleh adalah dalam satuan USD/barrel, maka untuk memperoleh harga per kilo liter (KL) digunakan standart konversi dari barrel ke KL dimana 1 KL = 8,648 barrel. (sumber:

2.5. Hipotesis Penelitian


(64)

1. Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia, cateris paribus.

2. Biaya produksi CPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penawaran CPO dunia, cateris paribus.

3. Produksi minyak kedelai dunia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia, cateris paribus.

4. Penawaran CPO dunia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga

CPO dunia, cateris paribus.

5. Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.

6. Biaya produksi CPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

CPO dunia, cateris paribus.

7. Produksi minyak kedelai dunia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.

8. Harga minyak kedelai dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga CPO dunia, cateris paribus.

9. Permintaan CPO dunia tahun sebelumnya berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.

10. Harga minyak bumi dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(65)

h1 = + h2 = -QLK

TCP

PMK PCPO

PMB

SCPO

DCPO QMK

h3 =

-h4 = + h5 =

-h6 = +

h7 =

-h8 = +

h9 = +

h10 = +

Gambar 2.9. Hipotesis Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga Crude Palm Oil (CPO) dunia. Secara khusus penelitian ini mengidentifikasi apakah penawaran CPO dunia secara signifikan mempengaruhi harga CPO dunia serta mengidentifikasi apakah luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya, dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia baik secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui intervening variabel.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data triwulanan antara tahun 2000-2009 yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain Oil World Annual & Reuters, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Badan Pusat Statistik (BPS), International Monetary Fund (IMF), Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Pusat Penelitian Kelapa sawit, serta dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.


(67)

menggunakan metode interpolasi untuk memperoleh data triwulanan sehingga total data yang digunakan adalah 40 data triwulanan tahun 2000 sampai dengan 2009. Untuk maksud tersebut dipergunakan suatu cara interpolasi linear dengan cara sebagai berikut: (Nilawati (2000:164):

Q1 = Yt-1 + 4,5/12 (Yt – Yt-1) Q2 = Yt-1 + 1,5/12 (Yt – Yt-1) Q3 = Yt-1 +1,5/12 (Yt – Yt-1) Q4 = Yt-1 + 4,5/12 (Yt –Yt-1)

Dimana Q1 adalah data triwulan 1, dan seterusnya; Yt adalah data tahun yang berlaku dan Yt-1 adalah data satu tahun sebelumnya.

3.3. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.

3.3.1. Model Analisis

Secara matematis model analisis dapat dituliskan melalui fungsi sebagai berikut : Y = f (QLK, TCP, QMK, SCPO, PMK, DCPO, PMB) ………... (1)

Langkah-langkah perhitungan secara matematis adalah dengan menghitung pengaruh langsung (Dirrect Effect) dan tidak langsung (Indirrect Effect)


(68)

masing-masing variable bebas terhadap variable terikat. Berikut adalah perhitungan dirrect effect, indirect effect dan total effect dari persamaan model 1 di atas :

1) Dirrect Effect

QLK → SCPO = P

TCP → SCPO = P

SCPO QLK

SCPO TCP

QMK → SCPO = P

QMK → PCPO = P

SCPO QMK

PMB → PCPO = P

PCPO QMK

DCPO → PCPO = P

PCPO PMB

PCPO DCPO

QLK → PCPO = P

TCP → PCPO = P

PCPO QLK

PMK → PCPO = P

PCPO TCP

SCPO → PCPO = P

PCPO PMK

2) Indirect Effect

PCPO SCPO

QLK → SCPO → Y = (PSCPO QLK) (PPCPO SCPO)

TCP → SCPO → Y = (P

SCPO TCP) (PPCPO SCPO

QMK → SCPO → Y = (P

)

SCPO QMK) (PPCPO SCPO

3) Total Effect

)

QLK → SCPO = P

TCP → SCPO = P

SCPO QLK


(69)

QMK → PCPO = PPCPO QMK + {(PSCPO QMK) (PY SCPO)}

PMB → PCPO = P

DCPO → PCPO = P

PCPO PMB

PCPO DCPO

QLK → PCPO = P

PCPO QLK + {(PSCPO QLK) (PY SCPO)}

TCP → PCPO = PPCPO TCP + {(PSCPO TCP) (PY SCPO)}

PMK → PCPO = P

SCPO → PCPO = P

PCPO PMK

Dari fungsi tersebut dibuat persamaan pengaruh langsung, tidak langsung dan pengaruh total yang dituliskan sebagai berikut :

PCPO SCPO

1) Pengaruh langsung

SCPO= β1QLK + β2TCP+ β3QMK+ e1

Y =

…...……….… (2)

β4SCPO + β5PMK + β6DCPO+ β7PMB+ e2

2) Pengaruh tidak langsung

…...….……….…. (3)

Y = β1QLK + β2TCP + β3QMK+ β4SCPO + e3

3) Pengaruh Total

…...……….……. (4)

Y = β1QLK + β2TCP + β3QMK+ β4SCPO+ β5PMK + β6DCPO +

β7PMB + e4

Keterangan :

…..……….... (5)

Y = Harga CPO dunia (USD/Ton)


(70)

TCP = Biaya produksi CPO (USD/Ton)

QMK = Produksi minyak kedelai dunia (Ton/Tahun)

SCPO = Penawaran CPO Dunia (Ton/Tahun)

PMK = Harga minyak kedelai dunia (USD/Ton)

DCPO = Konsumsi CPO dunia tahun sebelumnya (Ton/Tahun)

PMB = Harga minyak bumi dunia (USD/KL)

β1 - β7

e

= Koefisien Regresi

1 - e4

3.3.2. Variabel Penelitian

= Term of error

Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.1 maka variabel dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu :

1. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu : Harga CPO dunia 2. Variabel antara (intervening variabel) yaitu : Penawaran CPO dunia 3. Variabel bebasnya (independent variabel) yaitu :

a. Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun

b. Biaya produksi CPO dunia

c. Produksi minyak kedelai dunia d. Harga minyak kedelai dunia

e. Permintaan CPO dunia tahun sebelumnya


(1)

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate

SCPO <--- QLK ,114 SCPO <--- TCP 1,022 SCPO <--- QMK -,154 PCPO <--- PMK ,853 PCPO <--- TCP ,391 PCPO <--- QLK -,831 PCPO <--- DCPO ,974 PCPO <--- PMB ,216 PCPO <--- SCPO -,870 PCPO <--- QMK ,309

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label TCP <--> QLK 14188,327 3255,962 4,358 ***

PMK <--> QLK 196533,390 68292,973 2,878 ,004 QLK <--> DCPO 14685282,455 3349993,538 4,384 *** QLK <--> PMB 156406,488 45774,718 3,417 *** PMK <--> TCP 180,327 60,586 2,976 ,003 TCP <--> DCPO 12754,955 2927,062 4,358 *** TCP <--> PMB 133,816 39,910 3,353 *** PMK <--> DCPO 163586,208 60458,008 2,706 ,007 PMK <--> PMB 4660,133 1149,901 4,053 *** DCPO <--> PMB 122205,275 39613,834 3,085 ,002 PMK <--> QMK 50349,330 18801,264 2,678 ,007 TCP <--> QMK 3879,424 901,702 4,302 *** QLK <--> QMK 4367901,230 1020957,081 4,278 *** DCPO <--> QMK 3937482,860 919016,617 4,284 *** PMB <--> QMK 38085,156 12348,301 3,084 ,002


(2)

Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

TCP <--> QLK ,974 PMK <--> QLK ,519 QLK <--> DCPO ,986 QLK <--> PMB ,654 PMK <--> TCP ,542 TCP <--> DCPO ,974 TCP <--> PMB ,636 PMK <--> DCPO ,481 PMK <--> PMB ,853 DCPO <--> PMB ,568 PMK <--> QMK ,475 TCP <--> QMK ,950 QLK <--> QMK ,940 DCPO <--> QMK ,943 PMB <--> QMK ,568

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

PMK

8643,503 1957,433 4,416 *** TCP

12,799 2,898 4,416 ***

QLK

16574375,140 3753356,865 4,416 *** DCPO

13394861,857 3033431,012 4,416 *** PMB

3453,381 782,206 4,415 *** QMK

1301600,798 294754,538 4,416 *** e1

361610,168 81998,882 4,410 *** e2

132,690 30,048 4,416 *** Matrices (Group number 1 - Default model)

Total Effects (Group number 1 - Default model)

QMK PMB DCPO QLK TCP PMK SCPO

SCPO -,542 ,000 ,000 ,113 1148,212 ,000 ,000 PCPO ,027 ,259 ,019 -,016 -9,845 ,648 -,015


(3)

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model) QMK PMB DCPO QLK TCP PMK SCPO SCPO -,154 ,000 ,000 ,114 1,022 ,000 ,000 PCPO ,443 ,216 ,974 -,931 -,498 ,853 -,870 Direct Effects (Group number 1 - Default model)

QMK PMB DCPO QLK TCP PMK SCPO

SCPO -,542 ,000 ,000 ,113 1148,212 ,000 ,000 PCPO ,019 ,259 ,019 -,014 7,732 ,648 -,015 Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

QMK PMB DCPO QLK TCP PMK SCPO SCPO -,154 ,000 ,000 ,114 1,022 ,000 ,000 PCPO ,309 ,216 ,974 -,831 ,391 ,853 -,870 Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

QMK PMB DCPO QLK TCP PMK SCPO SCPO ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 PCPO ,008 ,000 ,000 -,002 -17,578 ,000 ,000 Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

QMK PMB DCPO QLK TCP PMK SCPO SCPO ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 PCPO ,134 ,000 ,000 -,100 -,890 ,000 ,000 Modification Indices (Group number 1 - Default model)

Covariances: (Group number 1 - Default model) M.I. Par Change

Variances: (Group number 1 - Default model) M.I. Par Change

Regression Weights: (Group number 1 - Default model) M.I. Par Change


(4)

Minimization History (Default model) Iterati on Negative eigenvalu es Condition # Smallest eigenval ue Diamet

er F

NTri

es Ratio

0 e 0 619935,8

32

9999,0 00

,05

3 0

9999,0 00

1 e 0 622826,7

02 ,000

,05

2 1 1,000

Model Fit Summary CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 33 ,052 3 ,997 ,017

Saturated model 36 ,000 0

Independence model 8 84,206 28 ,000 3,007

Zero model 0 156,000 36 ,000 4,333

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model 1455,126 1,000 ,996 ,083 Saturated model ,000 1,000

Independence model 6302983,123 ,460 ,306 ,358 Zero model 6313704,072 ,000 ,000 ,000 Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1 RFI rho1 IFI Delta2 TLI

rho2 CFI Default model ,999 ,994 1,036 1,489 1,000

Saturated model 1,000 1,000 1,000


(5)

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model ,107 ,107 ,107 Saturated model ,000 ,000 ,000 Independence model 1,000 ,000 ,000 NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model ,000 ,000 ,000 Saturated model ,000 ,000 ,000 Independence model 56,206 32,369 87,673 FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model ,001 ,000 ,000 ,000 Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000 Independence model 2,159 1,441 ,830 2,248 RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,000 ,000 ,000 ,997 Independence model ,227 ,172 ,283 ,000 AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 66,052 85,852 121,785 154,785 Saturated model 72,000 93,600 132,800 168,800 Independence model 100,206 105,006 113,717 121,717 Zero model 156,000 156,000 156,000 156,000


(6)

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model 1,694 1,769 1,769 2,201 Saturated model 1,846 1,846 1,846 2,400 Independence model 2,569 1,958 3,376 2,692 Zero model 4,000 3,104 5,089 4,000 HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER .01

Default model 5814 8440

Independence model 20 23

Zero model 13 15

Execution time summary Minimization: ,062 Miscellaneous: ,047 Bootstrap: ,000 Total: ,109