Ferri yang paling berjasa dalam menyebarkan ajarannya. Sebagai seorang ahli ilmu pengetahuan, ia sudah mengetahui bahwa ajaran Lombroso
dalam bentuk aslinbya tidak dapat dipertahankan. Dengan tidak mengubah intinya Ferri mengubah bentuknya, sehingga tidak lagi begitu berat
sebelah, dengan mengakui pengaruh lingkungan. Kita lihat dari uraian di atas aliran bio-sosiologis ini bersynthese
kepada aliran antropologi yaitu keadaan lingkungan yang menjadi sebab kejahatan, dan ini berasal dari Ferri. Rumusnya berbunyi:
“ Tiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur ang terdapat dalam individu yaitu seperti unsur-unsur yang diterngakan oleh Lombroso”.
Penyebab penyimpangan seksual boisa terjadin karena faktor genetik dan bias juga karena faktor non genetik sebagai salah satu penyebab penyimpangan
seksual biseks, orgy, gaylesbi, pedofilia, dsb. Adapun yang termasuk faktor non genetik antara lain adalah lingkungan dan kejiwaanmental dari orang
yang bersnagkutan termasuk konsepsinya dalam menyikapi dan memperlakukan seks
42
D. Faktor Pendorong Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Eksploitasi
Seksual Pemerkosaan Terhadap Anak Tiri
.
Setelah kita ketahui etiologi kriminal secara umum , selanjutnya penulis akan menguraikan faktor-faktor pendorong terjadinya tindak pidana permerkosaan
terhadap anak tiri di bawah umur, yaitu:
42
Heman Elia, Psikolog http:www.kompas.comkompascetak030721swara439150.html, terakhir kali diakses pada
tanggal 20 Mei 2011
1. Faktor Intern
e. Faktor Keluarga
f. Faktor Ekonomi dan status sosial
g. Faktor Religi
h. Faktor Psikis
2. Faktor Ekstern
e. Faktor Lingkungan
f. Faktor Pendidikan
g. Faktor Minum-minuman dan obat-obatan keras
h. Pengaruh komunikasi Community Influence
1. Faktor Intern terjadinya Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Perkosaan
terhadap anak tiri dibawah umur
a. Faktor keluarga
Lingkungan melieu keluarga dan masyarakat homo dan community influencies dapat memberikan dampak kejahatan. Dalam kehidupan keluarga
merupakan organisasi yang terkecil namun mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Karena dari keluargalah kehidupan seseorang akan
dapat terlihat penuh kebahagiaan seperti adanya kasih sayang, saling pengertian diantara sesame anggota keluarga. Sehingga dalam hal ini
seseorang akan cenderung berkembang dengan baik dalam berperilaku maupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Dan sebaliknya bila dalam
suatu keluarga tidak terdapat keharmonisan, maka seseorang itu akan tumbuh
dengan gaya kehidupan yang keras, karena dari kecil seseorang itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Seseorang dalam
masa pertumbuhannya ataupun dalam masa perkembangan hidupnya akan selalu terbawa sifat-sifat jahatnya yang dianggap sebagai suatu kebiasaan
dalam hidupnya sehingga mendorong seseorang itu menjadi pemarah, cepat emosi dan pendendam ataupun dapat mengarah pada penyimpangankelainan
perkembangan psikoseksual
43
Menurut Ruth Shonle Cavan “Family background of crime”, seseorang dapat saja berpeluang menjadi pelaku kejahatan misalnya
44
a. Broken Homes perpecahan dalam Rumah Tangga.
:
b. The emosionally Unedeuquaete family kurangnya perasaan
kekeluargaanperasaan kekeluargaan yang tidak mencukupi c.
Family failure in supervision keluarga yang kurang dalam pengawasan
d. Hubungan keluarga yang kurang baik terhadap masyarakat
e. Keluarga yang ekonominya tertekan, menganggur, penghasilannya
kecil, dan ibu bekerja di luarsering meninggalkan rumah. b.
Faktor ekonomi dan status sosial Economic factors and crime causation Salah satu teori yang tertua diketahui orang ialah bahwa kejahatan
timbul karena kemiskinan “divergent theories”
45
43
Ibid.
44
ibid, halaman 21
45
Ibid, halaman 25
. Bila seseorang hidup serba kekurangan maka akan menyebabkan mereka ingin melakukan apa saja yang
mereka inginkan. Dan apabila ini terjadi pada diri seseorang maka aklan
menyebabkan mereka untuk melakukan perbuatan jahat yang melanggar hukum dengan tujuan untuk memenuhi kekurangannya dan juga untuk
meringankan penderitaannya yangdialaminya. Keluarga yang ekonominya tertekan, menganggur, penghasilan kecil dapat mempengaruhi orang untuk
berbuat jahat. Misalnya, seseorang ingin melampiaskan nafsu birahinya tersebut pada wanita dewasa, merasa impoten atau merasa tidak mampu untuk
mjembayar atau tidakm mempunyai uang untuk melampiaskan nafsu birahinya pada wanita dewasa maka objek seksual pada pada pemerkosaan ini
ditujukan pada anak di bawah umur dengan cara yang biasa digunakan dalam melakukan kekerasan seksual terhadap anak-anak dengan bujukan memberi
iming-iming dengan permenuang, tipuan pura-pura diajak main,ancaman maupun paksaan kekuatan fisik. Sebaliknya dengan berbagai fasilitas yang
dimiliki seseorang akan menyebabkan seseorang untuk melakukan kejahatan, karena seseorang itu mendapatkan apa yang mereka inginkan dan apabila
seseorang ingin melampiaskan nafsunya terhadap orang lain maka seseorang itu akan mempergunakan fasilitas yang ada pada dirinya untuk melakuakn hal-
hal yang diinginkan ternasuk salah satunya dengan cara melakuakan aktivitas seksual terhadap anak di bawah unmur. Yang mana seseorang itu berani
melakukan hal tersebut karena status sosial yang dimilikinya lebih terhormat daripada orang lain, sehingga pada akhirnya mereka lupa bahwa keadaan
status sosilalah yang menyebabkan mereka melakukan kejahatan perkosaan anak di bawah umur tersebut, khusunya anak tiri dalam pembahasan ini
46
46
Ibid.
.
c. Faktor religi ke-agamaan
Bila seseorang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tipis kemungkinan akan mudah melakukan kejahatan kekerasan seksual yang
sangat merugikan orang lain karena tidak didalami ajaran agama. Oleh karena itu seseorang dapat diisi ilmu keAgamaan sejak masih muda hingga dewasa
sehingga tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan tidak terdapat dalam jiwa manusia maka
mereka akan mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang bersifat merugikan orang lain, seperti mereka-mereka yang tidak berpikir panjang lagi untuk
melakukan kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur khususnya anak tiri.
Moralitas anak bangsa yang semakin meninggalkan ajaran-ajaran agamanya menjadi problem yang sangat kompleks. Nilai-nilai modern dan
liberal yang disaksikan setiap hari oleh media massa mempunyai pengaruh yang luas bagi anak-anak. Banyaknya film-film kekerasan yang
dipertontonkan di media elektronik, seperti TV, VCD, Internet secara bebas dikonsumsi oleh masyarakat. Anak-anak menonton film dan menelan mentah-
mentah isi yang mereka lihat. Kartini Kartono, mengatakan bahwa anak-anak pubertas termasuk
remaja itu mulanya belum punya keinginan seksual, oleh karena pengaruh- pengaruh buruk yang merangsang sekali dan meilhat preaktek tidak senonoh
bias melalui televise atau film-film porno akhirnya mereka akan berusaha mempraktekkannya di luar
47
d. Faktor psikis kejiwaan
.
Kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari seseorang dapat juga mendorong seseorang melakukan kejahatan. Misalnya nafsu seks
yang abnormal, sehingga melakukan kekerasan seksual terhadap anak-anak sebagai korbannya yang tidak menyadari keadaan diri si pelaku, yakni sakit
jiwa, dan aspek psikologis dari instink-seksual. Dalam keadaan sakit jiwa, si penderita memiliki kelainan mental yang
didapat dari faktor keturunan maupun dari sikap berlebihan dalam pribadi orang tersebut, sehingga pada akhirnya ia sulit menetralisir rangsangan
seksual yang tumbuh dalam dirinya dan rangsangan seksual sebagai energy psikis tersebut bila tidak diarahkan akan menimbulkan hubungan-hubungan
yang menyimpang dan dapat menimbulkan korban pada pihak lain. Sedangkan aspek psikologis sebagai salah satu aspek dari hubungan
seksual adalah aspek yang mendasari puas atau tidak puasnya dalam melakukan hubungan seksual dengan segala eksesnya. Jadi bukanlah berarti
dalam mengadakan setiap hubungan seksual dapat memberikan kepuasan, oleh karena itu pula kemungkinan ekses-ekses tertentu yang merupakan aspek
psikologis tersebut akan muncul akibat dari ketidakpuasan dalam melakukan hubungan seks. Dan aspek inilah yang dapat merupakan faktor kekerasan
seksual terhadap anak-anak yang menjadi korbannya.
47
Kartini Kartono, Psikologi Anak, Alumni, Bandung, 1982, Halaman 41
Orang yang mengidap kelainan jiwa, dalam hal melakukan kekerasan seksual cenderung melakukan dengan sadis, misalnya seorang anak yang
memendam dendam terhadap ibunya sejak kecil, sehingga kelak ia menjadi pelaku sadistis dalam hal kegiatanb seksual, meski ia sendiri tidak menaglami
kekerasan fisik
48
2. Faktor Ekstern terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap
anak tiri dibawah umur
. Selain itu faktor kejiwaan seseorang bisa berubah sesaat akibat
meminum-minuman keras yang mengandung alcohol dapat beresiko melakukan kejahatan dengan mudahnya, sehingga perbuatan kejahatan tidak
terkendali lagi.
a. Faktor lingkungan
Pembentukan terhadap kepribadian dan perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana tempat ia beraktifitas sehari-
hari. Seseorang tentunya membutuhkan pergaulan dengan orang lain sehingga dengan demikian dari situlah mereka mengetahui apa yang tidak mereka
ketahui, lihat, dengar, rasakan. Sehingga apa yang mereka alami akan menjadi pertanyaan apakah akan dilakukan atau tidak dilakukan dikemudian hari
nantinya. Dalam hal ini lingkungan sangat menentukan karakter seseorang untuk dapat berkembang dengan baik dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Soedjono D dan B Siamnjuntak mengatakan proses dimana orang bertindak adalah:
48
Abdul Wahid, perlindungan terhadap korban kekerasan seksual, Refika Aditama, Bandung, 2001, halaman 67
a. Tingkah laku itu dipelajari secara negative dikatakan bahwa
tingkah laku kriminal itu tidak diwarisi sehingga atas dasar itu tidak ada seseorang itu menjadi jahat secara mekanis.
b. Bagian yang pokok dari tingkah laku kriminal itu dipelajari
dalam pokok pergaulan yang intim. c.
Tingkah laku kriminal dipelajari dalam hubungan komunikasi dan dapat dilakukan dengan lisan atau dengan gerakan-gerakan
badan yang mengandung suatu sikap tertentu
49
b. Segi pendidikan dan pengajaran pribadi sehari-hari
.
Baik buruknya jiwa seseorang tergantung dari salah satu faktor yaitu faktor pendidikan yang diberikan kepadanya. Baik pendidikan di sekolah atau
pendidikan dirumah sendiri maupun diluar sekolah. Keburukan-keburukan dan ketidakteraturan maupun kekacauan
pendidikan pengajaran yang dialami seseorang dalam perkembangannya dapatmerangsang dan mempengaruhi tingkahj laku seseorang itu kepada
perbuatan-perbuatan jahat. Apalagi kalau seseorang itu sama sekali tidak pernah mendapat pendidikan yang tidak teratur baik dari sekolah maupun dari
orang tuanya besar pengaruhnya. Selain daripada itu juga kesalahan-kesalahan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah dapat merangsang
seseorang berbuat jahat, misalnya sistem pendidikan colonial yang memperbesar sukuisme, penekanan kearah pendidikan dalam kehidupan
demokrasi dsb. Juga kesalahan-kesalahan GuruDosen di dalam memberikan
49
A Qiram S. Meliala, E Soemardjono, Kejahatan Anak, Yogyakarta, liberty, 1985, Halaman 34
pendidikan, misalnya penolakanpengusiran seseorang dari kelas, kebencian GuruDosen terhadap, balas dendam GuruDosen yang menimbulkan frustasi
terhadap seseorang, demikian pula cara pendidikna dan pengajaran yang hanya dilaksanakan dengan kekerasan, pukulan, hinaan, makian. Selain
daripada itu, contoh-contoh yang jelek yang doterima seseorang dari GuruDosen, misalnya GuruDosen yang sering main judi, berzinah, pemabuk,
penipu, tukang gadauh tingkah laku tidak sesuai dengan perbuatan. Sebaliknya pendidikan yang bermanfaat akan menjadikan seseorang itu
mengerti dan memahami nilai-nilai : kesopanan, keagamaan, ketertiban, kedisiplinan, kekeluargaan, dan keindahan. Dengan adanya norma-norma
yang baik yang diajarkan pada diri seseorang akan menjadikannya berkualitas dan berpotensi menjadi harapan bangsa yang dapat membangun dan berkarya
dalam mencapai cita-cita yang diinginkannya. Seseorang yang dalam lingkungan pendidikan yang baik akan mengisi hari-hari dengan hal yang
positif yang dapat menunjang tingkat kecerdasan anak tersebut. Dengan adanya kegiatan yang bersifat positif tersebut akan dapat
memotiovasi seseorang untuk selalu berbuat yang terbaik dalam kehidupannya dan tidak akan terjebak kepada perbuatan-perbuatan yang akan merugikan
masa depannya sendiri. Dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat tersebut dapat mengembangkan kreatifitasnya dan dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan kejahatan sedini mungkin.
c. Faktor Minuman-minuman Keras dan obat-obatan
Pengaruh minuman keras mempunyai akibat yang sangat buruk terhadap kesehatan tubuh dan jiwa akal pikiran. Pengaruh alcohol yang terkandung
dalam minuman tersebut dapat menyebabkan seseorang menjadi pecandu minuman keras dan kehilangan penguasaan diri sert a mulai melakukan hal-
hal yang buruk akibat dari minuman tersebut, dan mendorong mereka untuk melakukan kejahatan. Dalam keadaan mabuk, tanpa disadarinya mereka akan
mencari kepuasan diri untuk menyalurkan keinginannya dengan melakukan kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur.
Begitu juga dengan obat-obatan terlarang, mereka yang menjadi pemakai dan akhirnya menjadi ketagihan dapat melakukan apa saja yanbg dianggapnya
dapat memberikan kepuasan terhadap dirinya termasuk kekerasan seksual terhadap anak-anak dibawah umur.
d. Pengaruh komunikasi Community Influence atau Media Massa
Pengaruh komunikasi terdiri dari 4 bagian, seperti: a. Pengaruh komunikasi Pers
Pengaruh dari media massa seperti Pers. Pers adalah suatu sarana untuk memberitahukan informasi secara tulisan. Kranenburg dan Van Der
Pot menyatakan : “Yang dimaksud dengan pers itu hanyalah meliputi pemberitaan dengan tulisan”
50
Surat kabar berisikan publikasi yang memberikan informasi kepada masyarakat tentang kejadian-kejadian di berbagai kehidupan masyarakat.
50
Mahmud Gandhy, Kedudukan Pers dalam Hukum Indonesia, Andess, Jakarta, 1986, halaman 1
Akan tetapi ada kemungkinan terjadi pemberitaan dan surat kabar menjadi faktor terjadinya kejahatan. Pemberitahuan ataupun pemberitaan tentang
kejahatan perkosaan dan pencabulan sering diberitakan secara terbuka dan didramatisir serta secara mendetail. Demikian juga dengan
menggambarkan kepuasan sin pelaku, dapat merangsang para pembaca surat kabar, khususnya orang yang bermental jahat dapat terpengaruh
untuk melakukan perkosaan atau pencabulan. Berita yang berkaitan dengan kekerasan, seks dan kriminal berdampak negatif. Seperti yang
diungkapkan oleh Dr. W. Klaassen dalam buku Misdaad en Pers, yang diamini sekaligus ditambah beberapa alasan oleh Jakob Oetama,
mengungkapkan beberapa dampak negatif yaitu
51
a. Menyebabkan meluasya gejala kriminal dalam masyarakat, karena
orang meniru apa yang dibaca dan ditonton lewat media massa. :
b. Membantu tumbuh sikap keras dan sadistik masyarakat
c.
Menyebabkan orang belajar kejahatan dari berita, baik belajar membuat rencana, maupun belajar memeperoleh instrumen serta
cara melakukan kejahatan.
d.
Menimbulkan kesan bahwa masyarakat tidak aman, bahwa kriminalitas tak terkendali, bahwa crime doesn’t pay
e.
Menghambat pengejaran, penangkapan, bahkan penyidikan oleh polisi
f.
Merusak terutama anak-anak dan remaja.
51
Jakob Oetama. Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara. 2001 Halaman 30-31
Faktor lain juga terdapat dalam buku-buku komik, novel, dan majalah cabul misalnya, majalah Playboy versi Amerika. Buku-buku bacaaan
sering menjadi sebab-sebab terjadinya perbuatan kejahatan, khususnya kejahatan kesusilaan, karena dapat menimbulkan birahi seks si
pembaca. Hal ini sangat berbahaya bagi seseorang yang mengalami kelainan seksual.
b. Pengaruh komunikasi Film Film merupakan salah satu alat media massa yang paling
mempengaruhi terjadi detik kesusilaan. Pengaruh film-film barat tidak sesuai dengan budaya kita seperti free sex sangat mudah mempengaruhi
seseorang. Contoh film Indonesia yang dikategorikan pornografi dan terinspirasi oleh budaya barat, yang oleh AA Gym sangat ditentang dan ia
berhasil menyadarkan lembaga sensor film untuk menarik kembali beredarnya, yaitu film “Buruan Cium Gue”. Film lain yang banyak beredar
lewat VCD adalah “Bandung Lautan Asmara”, Kamar Mandi, Gadis Ingusan, dan blue film lainnya yang beredar di masyrakat illegal yang
dapat diperoleh dengan harga murah. Penggambaran yang detail dalam bentuk visualisasi hubungan seks
ini menimbulkan terciptanya “theatreof mind” penonton, sehingga
fantasi seksual penonton menjadi menggebu-gebu terhadap objek hubungan seks tersebut
52
.
52
Burhan Bungin, Pornomedia : Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa, kencana, bogor, 2003, Halaman 154-155
c. Pengaruh komunikasi Radio Materi pornografi dapat juga disebvarkan melalui radio. Hal ini
termasuk kategori pornosuara, yaitu suara, tuturan dan kalimat-kalimat yang diucapkan seseorang yang langsung atau tidak langsung, bahkan
secara halus atau vulgar tentang objek seksual aktivitas seksual
53
. Porno suara ini secara langsung atau tidak, member respons seksual terhadap
pendengar atau penerima informasi seksual itu. Meskipun ada tokoh yang membedakan pornografi dengan pornosuara, pornoteks, dan pornoaksi
54
. Itulah adanya porno melalui komunikasi radio.
d.Pengaruh komunikasi Televisi Televisi telah menjadi bagian hidup masyarakat dan menyita
sebagian besar waktu, menyedot perhatian dan merampas pikiran serta menyajikan petualangan dan berbagai impian. Pengaruh sedemikian kuat,
hingga tak mengherankan bila ada yang disajikan dalam televisi bias menjadi trend di tengah masyarakat.
Pada saat sekarang akan timbul keresahan masyarakat akibat tayangan-tayangan televisi. Tayangan dengan berbagai kemasan tersebut
antara lain berupa tayangan-tayangan yang bernuansa mistik, pornografi, kekerasan, dan tema remaja terutama yang direpresentasikan dalam dunia
sekolah.
53
Ibid, Halaman 155
54
Ibid, Halaman 154
e. Pengaruh komunikasi Internet Internet adalah media massa tanpa batas dan global. Kenyataan
menunjukkan, internet telah digunakan oleh khalayak ramai dan umumnya penggunaannya adalah remaja. Namun jaringan internet lebih banyak
digunakan untuk mengakses gambar-ganbar erotic dan porno dari situs- situs yang ada di internet.
Surat kabar, majalah-majalah, brosur-brosur, buku-buku cerita, foto, radio, televise, dan film. Buku-buku komik dan berita-berita lain dalam
kebudayaan tentang kejahatan besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang dalam pola pikir sehari-hari.
Banyak yang sengaja diekspose di surat kabar, majalah, komik mengenai unsur-unsur jahat, seks, zinah, kekerasan seksual atau cabul agar
laris untuk dapat mendapatkan keuntungan yang banyak. Film misalnya, kebanyakan seseorang itu belajar berbuat jahat seperti memperkosa,
berzinah, dan berbuat cabul adalah dari film, dan kebanyakan dari film tidak ditujukan untuk memperdalam pandangan khalayak ramai tentang
keadaan yang sesungguhnya. Tujuannya bukan untuk memperdalam rasa tanggung jawab mereka, bukan untuk memperhebat semangat bekerja,
bukan untuk memesrakan kesetiaan dan kasih saying melainkan untuk memindahkan mereka dari suasana kenyataan ke dalam suasana khayal,
impian keinginan nafsu birahi erotis, seks. Apalagi film-film barat Amerika banyak yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran.
Herbert. S Blummer bersama rekannya Philip M Herbes berpendapat:
“Dorongan atau ide kejahatan muncul dengan melihat kejahatan, tetapi tidak segera terlibat dalam perbuatan. Hal ini disampaikan pada
batin dan pikiran yang dikekang sampai batas waktu tertentu. Hal ini bias saja mendapat kesulitan dalam kehidupan mereka mungkin akan member
pengaruh yang nyata dalam dorongan pelaku untuk melakukan kejahatan dalam benak mereka”
55
Sekelompok orang berpendapat bahwa pengaruh televisi terhadap seseorang untuk berbuat kejahatan jauh lebih berbahaya daripada komik.
55
Soedjono D, Doktrin-doktrin Kriminologi, Bandung, Armiko, 1973, Halaman 119
BAB IV PENERAPAN SANKSI PIDANA PERKOSAAN OLEH ORANG TUA TIRI
TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR STUDI PUTUSAN NOMOR: 1599PID. B2007PN Mdn.
C. Kasus