HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY, STRES POSITIF, DAN KEPUASAN HIDUP PADA KARYAWAN (Studi pada Mahasiswa Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

(1)

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY, EUSTRESS, AND LIFE SATISFACTION EMPLOYEES

(Study at Among Undergraduates Of College Students At Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

SKRIPSI

Oleh:

DHANTI INDRIATI 20120410058

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

iv

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY, EUSTRESS, AND LIFE SATISFACTION EMPLOYEES

(Study at Among Undergraduates Of College Students At Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

SKRIPSI

Oleh:

DHANTI INDRIATI 20120410058

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

(4)

iv

-Al-Insyirah: 5:8-

K o ledge & a a e ess a e ague, a d pe haps ette alled illusio s. E e yo e li es ithi thei su je ti e

-Uchiha Itachi-

Po e is ’t dete i d y you size, ut the size of you hea t a d d ea s

-Monkey D Luffy-

Whe thi gs go rong, as they sometimes will;

Whe the oad you’ e t udgi g see s all uphill;

When the funds are low and the debts are high; And you want to smile but you have to sigh.

When all is pressing you down a bit-

Rest if you ust, ut do ’y you uit.

Success is failure turned inside out; The silver tint on the clouds of doubt; And you can never tell how close you are;

It may be near when it seems far.

“p sti k to the fight he you’ e ha dest hit-

It’s he thi gs go o g that you ust NOT QUIT.

-John Greenleaf Whittier-

Too fast to life too you g to die

G-DRAGON

Me u da “k ipsi sa a de ga e u da ta ggal pe ikaha


(5)

iv

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang dan atas duku ga da do’a da i o a g-orang tercinta, akhirnya skripsi ini telah dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan dipenuhi rasa syukur dan terimakasih saya

persembahkan kepada: Keluarga Tercinta

1. Mama saya tercinta Haidar yang tidak henti-he ti ya e do’a, e gi gatka , e oti asi, dan menghibur saya saat dari mulai menempuh perkuliahan sampai pada proses pengerjaan skripsi. Sosok yang akan selalu menemani saya disaat orang-orang terdekat di dunia inipun tidak ada di samping. Terimakasih atas semua yang telah mama luangkan baik dari segi waktu, emosi, dan materi untuk mencapai kesuksesan anaknya.

2. Bapak saya tercinta Triyana yang walaupun jarang bertemu tetapi peran beliau begitu esa pula te hadap pe didika da sk ipsi saya i i. Te i akasih selalu e do’a, sa a , selalu mengingatkan, memberi masukan, motivasi disaat down dan kerja keras yang Bapak lakukan demi kesuksesan anaknya.

3. Kedua Adik te saya g Dhi ta Dia tika & De i Fadhilah Pi astika ya g selalu e do’a, membantu, dan menyemangati saya walaupun dengan cara yang berbeda.

Terimakasih untuk keluarga kecil yang sangat saya cintai dan kasihi, mungkin saya tidak akan pernah bisa dan mampu untuk membalas budi kepada Mama dan Bapak, tapi saya berjanji untuk menjadi orang yang dibanggakan dan akan selalu mengasihi dan menyayangi keluarga kecil ini.

Bugan Dekkeng

1. Suci Latifah a.k.a Uni U ik. Te i akasih u tuk do’a, oti asi, a tua , da tidak pe ah berhenti untuk mengingatkan tenggat deadline yang saya buat-buat sendiri. Selalu menemani saya tidak hanya disaat senang tetapi disaat terpuruk juga.

2. Zulfika Nanda Hadi a.k.a Julak Ijul. Terimakasih sudah turut membantu dalam proses pembuatan skripsi, menemani dan memberi keberanian menyebarkan kuesioner untuk pertama kalinya. Salah satu orang yang cerewet jika saya menunda-nunda skripsi.

3. Ahmad Ghiffary a.k.a Pak Bugis. Terimakasih sudah ikut membantu dalam sumbangasih pemikiran SDM karena cuma jurusan kita yang sama di Dekkeng.


(6)

iv

skripsi bareng karena dibawah naungan Ayah pembimbing yang sama.

Terimakasih kalian sudah berbagi canda tawa, suka duka, kalian sudah saya anggap saudara sendiri, semoga kita semua menjadi orang yang bisa membanggakan kedua orang tua dan dapat bertemu kembali dilain waktu dan kesempatan.

BOGEMZ

1. Om Arif, Gresia, Om Zein, teteh Fikry, bujah Linggar, aa Ripul, Indah, bunda Bita, mbah Galih, Haryo, Gustian, Erik, dan Ziadi. Terimakasih untuk motivasi, penghibur dan selalu mengingatkan saya dengan deadline skripsi semoga dapat bertemu kembali dilain waktu dan kesempatan.

Geng Merapi

1. Titi Kahandra a.k.a Mba Titi, Rizky Apriani Mulkan a.k.a Kiko Lanjik, Melati Ayu Widati a.k.a Shaggy, Ayuri Nurul a.k.a Te Yur, dan Ayu Levia a.k.a Kak Ay.

Rempong

Te i akasih u tuk Lista, “usi, Puput, I ta , Dessy, Mo a, Vika da “hi ta ya g selalu e do’aka kela a a sk ipsi alaupu dala ja ak ya g egitu jauh :’)

Tim Sukses SEM

Terimakasih sekali untuk Ibu Fauziyah, Alfian, Rudi, Om Arif, Temannya Om Arif dan Bunda Bita yang membantu saya mempelajari dan mengolah SEM.

BIGBANG

Terimakasih lagu-lagu kalian sudah menemani dan memberikan saya semangat.

Suami Khayalan

Kwon Ji Yong a.k.a Gdragon, terimakasih selama 8 tahun ini sudah mau membangun ilusi bahtera rumah tangga bersama saya. Pfftt. Hiks.

Dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mas-mas fotocopy daerah UMY kalo dari, kaka Fella & kak Mega yang membantu berizinan penyebaran kuesioner di Pasca, Sheva Arlinda, Staf-Staf Pascasarjana, dan semua pihak yang membantu proses skripsi ini.


(7)

iv

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

B. Hasil Penelitian Terdahulu Dan Hipotesis ... 25


(8)

iv

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Defnisi Operasional Variabel ... 33

1. Variabel Eksogen ... 33

2. Variabel Endogen ... 34

F. Uji Kualitas Instrumen ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Realibilitas ... 37

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 47

1. Sejarah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ... 47

2. Visi dan Misi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ... 48

a. Visi ... 48

b. Misi ... 48

3. Tujuan Umum ... 49

4. Tujuan Khusus ... 49


(9)

iv

2. Uji Realibilitas ... 57

3. Statistik Deskriptif ... 58

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 60

1.Pengembangan Model Berdasarkan Teori ... 61

2.Menyusun Diagram Alur (Path Diagram) ... 61

3.Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan Struktural ... 62

4.Input Matrix dan Estimasi Model ... 63

5.Menilai Kriteria Godness of Fit ... 67

6.Pengujian Hipotesis ... 69

D. Pembahasan ... 72

1. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Positif ... 72

2. Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup ... 73

3. Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup ... 74

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 77

A. SIMPULAN ... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 77

C. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(10)

iv

2.2. Jurnal Pendukung Hipotesis Penelitian ... 28

2.3. Jurnal Pendukung Hipotesis Penelitian ... 30

3.1. Gambar Kuesioner Penelitian ... 34

3.2. Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 47

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelamin ... 53

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 54

4.4. Hasil Uji Validitas ... 56

4.5. Hasil Uji Reliabilitas ... 57

4.6. Statistik Deskriptif Variabel Self-Efficacy ... 58

4.7. Statistik Deskriptif Variabel Stres Positif ... 59

4.8. Statistik Deskriptif Variabel Kepuasan Hidup ... 60

4.9. Hasil Pengujian Normalitas Data ... 64

4.10. Hasil Jarak Mahalanobis ... 66

4.11. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural ... 67

4.12. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 70


(11)

iv

4.1. Usia Responden ... 52

4.2. Jenis Kelamin Responden ... 53

4.3. Pendapatan Responden ... 54

4.4. Diagram Jalur SEM ... 62


(12)

(13)

(14)

ix

Efficacy, Eustress, and Life Satisfaction. Information of this research is useful for employee who study at undergraduate of college students at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta and organization (University) as a consideration base to improve Self-Efficacy, Eustress, and Life Satisfaction. The subject in this research is employee who study at undergraduate of college students at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Convenience Sampling is the method that used in this research. The method to collect data is by spreading the questionnaire, and through this method, research gained 103 employee as respondent. The data is analyzed by Structural Equation Modelling (SEM).

The results of this research shows that the Self-Efficacy has a positive and significant effect on Eustress, Eustress has a positive and significant effect on Life Satisfaction, and Self-Efficacy has a negative and significant effect on Life Satisfaction.


(15)

1 A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan maupun pangkat tertentu, perusahaan atau lembaga memiliki kualifikasi-kualifikasi yang ditujukan kepada perkerjanya, dari beberapa kualifikasi-kualifikasi tersebut salah satunya ialah memiliki gelar S2 (Magister). Jika karyawan tersebut menginginkan kenaikan pangkat maupun diterima untuk pangkat yang bisa dibilang bergengsi di perusahaan, maka wajib bagi mereka untuk menempuh pendidikan S2. Tidak sedikit pula karyawan yang melanjutkan S2 (Magister) dengan niatan untuk mempelajari ilmu yang diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan kemampuannya dalam pekerjaan, yang tentu saja fakultas yang diambil disesuaikan dengan pekerjaannya. Terkadang kita menemukan bahwa keinginan karyawan untuk menempuh S2 (Magister) seraya bekerja itu sendiri muncul dari individu maupun rekomendasi dari perusahaan tempat seseorang bekerja.

Dalam hal ini, tentu saja karyawan akan mempunyai peran ganda, yaitu sebagai karyawan dan mahasiswa yang masing-masing dari peran tersebut


(16)

tentulah mempunyai bentuk dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Karyawan yang ingin menempuh S2 (Magister) pastilah sebelumnya harus mengetahui sebab-akibat yang akan dihadapi jika nantinya akan menempuh S2 (Magister). Kemampuan dalam mengelola tanggung jawab dan waktu antara pekerjaan dan perkuliahan haruslah dimiliki oleh seorang karyawan yang ingin bekerja seraya menempuh perkuliahan.

Sebuah bentuk rasa Self-Efficacy berperan penting terhadap pencapaian kemampuan dan pencapaian kesuksesan lebih lanjut. Self-Efficacy ialah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya atau percaya diri dengan apa yang dimilikinya dalam menjalani tugas tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata efficacy diartikan sebagai kemujaraban atau kemanjuran. Maka secara harfiah Self-Efficacy dapat diartikan sebagai kemujaraban diri, menurut Bandura dan Wood, (1989 dalam Swanepoel, S et al., 2015). Menurut Bandura (1997 dalam Suprapti V dan Putri Dian Ayusta, 2014) menyatakan Self-Efficacy adalah penilaian terhadap seberapa baik seseorang dapat bertindak dengan cara tertentu agar dapat bertemu tujuan yang diinginkan atau mengatasi situasi stress dengan efektif. Bandura juga mengartikan self efficacy sebagai keyakinan seseorang pada kemampuannya dalam melakukan sesuatu dan muncul dari berbagai macam sumber termasuk prestasi dan kegagalan personal yang pernah dialami, melihat orang yang sukses atau gagal serta persuasi verbal (Hergenhahn 2008).


(17)

Dalam (Jacob et al, 2013) Efficacy adalah persepsi mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self-Efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan tindakan yang diharapkan. Self-Efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Self-Efficacy ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang Self-Efficacy menggambarkan penilaian kemampuan diri. Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (Self-Efficacy). Karyawan yang menempuh S2 (Magister) dengan dibekali sedikit keahlian dan terganggu oleh ketidakyakinan diri, menemukan banyak aspek dalam hidupnya penuh dengan stres.

Terdapat banyak cara keyakinan Self-Efficacy menyumbang terhadap pengembangan dan kesuksesan seseorang dalam menguasai suatu keahlian. Pada fase awal, Self-Efficacy menentukan seberapa baik mengembangkan dasar kognisi, manajemen diri, dan keahlian interpersonal. Keyakinan itu juga ada hubungannya dengan pengelolaan stres yang baik dibutuhkan oleh karyawan yang sudah bekerja seraya menempuh pendidikan S2 (Magister).

Dewasa ini ada banyak orang yang sudah memiliki pekerjaan seraya menempuh pendidikan S2, dan pastilah stres yang didapat akan bertambah yang akan memicu hambatan dan konflik pada pekerjaan. Hambatan dan konflik itu merupakan stressors


(18)

yang akan membuat timbulnya stress pada pekerjaan dan perkuliahan. Stress dibutuhkan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi, karenanya tingkat stress yang optimal dibutuhkan agar selalu bersemangat dan termotivasi dalam bekerja (Shkulaku, 2015).

Menurut Selye, (1976 dalam Shkulaku, 2015) mengkaitkan definisi stres dengan kehidupan organisasi, stres sebagai pola emosi dan reaksi fisik yang terjadi sebagai respon terhadap tuntutan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi. Kedua jenis stres dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek positif dan negatif dari stres masing-masing (McGowan et al., 2006). Lebih khusus lagi, Stres Positif adalah “respon psikologis yang positif untuk stressor” sedangkan stres negatif adalah “sebuah respon psikologis negatif terhadap stressor” Simmons, (2000 dalam O’Sullivan, 2011).

Dalam (Hargrove, 2015) biasanya stress bisa datang kapan saja dengan cara yang tidak kita duga-duga. Stress sendiri terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Stres Positif dan Stres negatif. Stres Positif merupakan bentuk stress yang positif dan tidak menyebabkan efek yang berbahaya baik bagi tubuh dan mental maupun dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Stress ini dapat membuat seseorang untuk bekerja dengan lebih baik. Jenis stress ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan seseorang dan kinerja individu. Stres negatif sendiri merupakan sisi negatives bagi kesehatan mental dan fisik seseorang. Stress jenis ini sering menimbulkan kecemasan, panik berlebih,


(19)

maupun kemarahan, dan tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan maupun kualitas pekerjaan seseorang.

Berkaitan dengan mengatasi stress, telah menunjukkan bahwa “Self-Efficacy dianggap membantu untuk menjelaskan fenomena yang beragam seperti perubahan perilaku, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri perilaku yang keras kepala, dan berusaha keras terhadap tujuannya” Bandura (2006 dalam Swanepoel, S et al., 2015). Ini adalah alasan kenapas Self-Efficacy penting untuk mempertimbangkan Stres Positif pada tingkat akademik. “Self-Efficacy dan harapan itu saling terkait tetapi tidak identic. Keduanya terkait dengan inti pusat harapan dan dikonseptualisasikan sebagai set kognitif yang (a) berkaitan dengan hasil individu (b) berkaitan dengan masa depan (c) merupakan penentu kuat dari perilaku” (Zhdanov dan Kupriyanov, 2014).

Dalam meta-analisis dari 114 studi, Luthans, (2002 dalam O’Sullivan, 2011) menemukan “Hubungan yang lebih kuat antara efikasi dan prestasi kerja yang terkait dari konsep popular lainnya”. Melalui meta analisis pula, peneliti Stajkovic dan Luthans menemukan korelasi yang signifikan antara kinerja dan skor Self-Efficacy menurut (Swanepoel, S et al., 2015).

Karyawan yang sedang menempuh jenjang pendidikan S2 dirasa penting untuk memiliki Self-Efficacy yang tinggi. Keyakinan dalam menjalankan pekerjaan dan dunia perkuliahan sekaligus sangat diperlukan. Sesorang yang percaya akan kemampuan


(20)

dirinya sendiri pastilah akan dengan mudah menjalankan tugas dalam pekerjaan maupun dalam akademik.

Kepuasan hidup dapat mencerminkan pengalaman-pengalaman yang mempengaruhi seseorang pada jalan yang positif. Pengalaman-pengalaman tersebut mampu untuk memotivasi orang-orang untuk mengejar dan mencapai tujuan mereka dalam (Bailey, 2007). Menurut Diener, (1984 dalam Khan & Ansari, 2015) menegaskan seseorang itu perlu melihat kepada aspek kepuasan hidupnya secara kognitif dan menyeluruh. Dalam (Pavot dan Diener, 2013) menyatakan kepuasan hidup sebagai penilaian secara keseluruhan terhadap perasaan dan sikap seseorang berkaitan dengan kehidupannya pada suatu waktu.

Kepuasan hidup didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Merupakan penilaian terhadap kualitas hidup seorang individu berdasarkan kepada kriteria yang dipilih oleh individu itu sendiri (Diener, 1993) dalam (Zuria dan Salleh, 2009). Dalam hal ini, pengalaman dalam menempuh jenjang S2 pastinya akan menambah pengaruh positif terhadap pekerjaan maupun karir seseorang. Tentu saja akan berdampak baik bagi kepuasan hidup seseorang. Jika kepuasan hidup seseorang sudah tercapai maka akan memberikan semangat dan juga mempermudah untuk meraih harapan dalam hidup.

Menurut Hampton, (2000 dalam Khan & Ansari, 2015) menemukan bahwa status kesehatan (Stres Positif) seseorang berkorelasi signifikan terhadap kepuasan hidup.


(21)

Hampton mengatakan bahwa status kesehatan memiliki korelasi parsial tertinggi dengan kepuasan hidup dan selanjutnya diikuti dengan Self-Efficacy. Dalam sebuah studi yang dilakukan pada 204 mahasiswa, Magaletta dan Oliver didistribusikan Hope Scale, Self-Efficacy Scale, General Well Being Questionaire, dan Life Orientation Test Scale (Uji Orientasi Hidup Kesejahteraan Umum) dan menemukan korelasi positif antara semua empat skala. Dalam hal ini, sangat penting untuk mempelajari variabel-variabel ini di tingkat universitas karena efek yang mendalam bahwa stres dimiliki oleh mahasiswa (Shaikh dan Deschamps, 2006).

Sekarang ini, banyak sekali para karyawan yang menjalankan peran sebagai mahasiswa S2. Setiap karyawan pastilah memiliki alasan yang berbeda-beda pada saat ingin menjalankan peran mahasiswa disela-sela tanggung jawab pekerjaan yang ada. Alasan yang paling sering ditemui diantaranya ialah agar karir atau pangkat lebih cepat mengalami kenaikan, ingin menambah kompetensi keilmuan yang lebih spesifik, merasa memiliki waktu luang untuk melanjutkan kegiatan akademik, dan masih banyak lagi.

Dalam menjalankan dua peran yang ada, pastilah seorang karyawan yang mengambil S2 memiliki tekanan yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa S2 yang belum bekerja. Bermacam-macam kendala dan hilangnya motivasi ditengah-tengah perjalanan akademik terkadang menjadi penyebab hilangnya semangat dalam bekerja maupun menempuh pendidikan S2. Beberapa kendala yang sering dijumpai ialah


(22)

kurangnya manajemen waktu yang baik antara urusan pekerjaan maupun perkuliahan, fisik yang tidak stabil karena dikarenakan banyaknya tekanan dan tidak cukup waktu untuk beristirahat, dana yang kurang diperhitungkan, maupun ketidakfokusan saat bekerja dikarenakan stress yang dialami di pekerjaan dan aktivitas akademik.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang beralamat di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terakreditasi “A” dengan SK BAN PT No.061/SK/BAN -PT/Ak-IV/PT/II/2013. UMY memiliki misi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ialah perguruan tinggi swasta islam yang memiliki misi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial. Seperti yang kita ketahui di atas bahwa mahasiswa perguruan tinggi islam harus memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial. Untuk level Magister sendiri permasalahan dalam perkuliahan dirasa lebih kompleks daripada S1. Dikarenakan kebanyakan mahasiswa Magister sudah memiliki kehidupan diluar perkuliahan yang dirasa sangat mempengaruhi kegiatan


(23)

perkuliahan. Misalnya seperti tanggung jawab pekerjaan maupun kegiatan rumah tangga.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Stres Positif, Self-Efficacy dan Kepuasan Hidup pada mahasiswa yang sudah bekerja. Dalam hal ini, karyawan dituntut untuk bagaimana menempuh studi S2 dan mampu mengelola stress yang dihasilkan ke dalam bentuk Stres Positif. Mempercayai diri akan kemampuan yang dimiliki juga merupakan salah satu hal yang harus dimiliki mahasiswa. Semua hal tersebut diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk mendapatkan kepuasan hidup di lingkungan kerja maupun lingkungan akademik.

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya oleh (O’Sullivan, 2011) dengan judul The Relationship Between Hope, Stres Positif, Self-Efficacy, and Kepuasan Hidup Among Undergraduates.

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Seseorang yang sudah bekerja dan memilih untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi pastilah memiliki harapan agar dapat lebih maju dari rekan-rekan kerjanya. Tentu saja dalam mencapai harapan tersebut, mahasiswa mendapatkan tekanan-tekanan yang menyebabkan stress. Agar berhasil mencapai harapan yang diinginkan, mahasiswa harus berupaya menjadikan stress tersebut sebagai stress yang positif. Karena dengan stress yang positif, harapan bisa diwujudkan dengan mudah.


(24)

Self-Efficacy merupakan kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya. Jika seseorang mempunyai tingkat kepercayaan diri akan kemampuannya, maka akan dengan mudah mengendalikan stress dan menjadikan tekanan-tekanan tersebut sebagai stress positif. Stress positif yang di hasilkan oleh seseorang yang memiliki Self-Efficacy yang tinggi yaitu berupa semangat maupun kegiatan-kegiatan yang bermanfaat maka akan sangat menunjang kinerja seseorang.

Untuk mendapatkan kepuasan hidupnya, seseorang yang memilih bekerja dan kuliah harus mampu mengelola stressor. Pada saat segala penyebab stress dan dampak dari stress yang menyebabkan kehidupan mahasiswa dapat diatasi dengan baik, maka kepuasan hidup seseorang akan tercapai.

Berdasarkan penjabaran yang dikemukakan pada latar belakang di atas mengenai hubungan Stres Positif, Self-Efficacy Dan Kepuasan Hidup mahasiswa. Maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Self-Efficacy mempunyai hubungan terhadap Stres Positif? 2. Apakah Stres Positif mempunyai hubungan terhadap Kepuasan Hidup? 3. Apakah Self-Efficacy mempunyai hubungan terhadap Kepuasan Hidup?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(25)

1. Menguji dan menganalisis hubungan Self-Efficacy terhadap Stres Positif 2. Menguji dan menganalisis hubungan Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup 3. Menguji dan menganalisis hubungan Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup

D. MANFAAT PENELITIAN Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Universitas:

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Universitas sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (dengan memperhatikan bagaimana Harapan Mahasiswa, Stres Positif, Self-Efficacy dan Kepuasan Hidup).

2. Bagi Karyawan yang Menempuh Pendidikan S2:

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh karyawan sebagai pedoman dan pemikiran bagaimana mengelola stres dan menggantinya dengan Stres Positif, memiliki Self-Efficacy, dan tentu saja untuk mencapai kepuasan hidup.

3. Bagi pihak lain:

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, serta menjadi sumbangsih pemikiran bagi penelitian selanjutnya mengenai kasus yang sama


(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Self-Efficacy

Secara kontekstual Bandura, (1994 dalam Swanepoel et al., 2015) memberikan definisi Self-Efficacy sebagai berikut : Self-Efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkatan performa yang telah terencana, dimana kemampuan tersebut dilatih, digerakkan oleh kejadian-kejadian yang berpengaruh dalam hidup seseorang. Self-Efficacy didefinisikan sebagai penilaian orang tentang kapasitas mereka untuk melakukan dan mengatur tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan (Yarar, 2012).

Definisi Self-Efficacy terus berkembang. Menurut Bandura, (1986 dalam Swanepoel et al., 2015) mengartikan Self-Efficacy sebagai berikut : Self-Efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Self-Efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengerjakan


(27)

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy

Menurut Bandura, (1989 dalam O’Sullivan, 2011) menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. Menurut Bandura, (1994 dalam O’Sullivan, 2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Efficacy dapat dipeoleh dari lima prinsip sumber informasi, yaitu:

1) Pencapaian kinerja (performance attaiment)

Performance attainment merupakan sumber pengharapan yang utama karna didasarkan pada pengalaman individu ketika berhasil mengerjakan sesuatu hal dengan baik. Keberhasilan yang diperoleh akan membawa seseorang pada tingkat Self-Efficacy yang lebih tinggi, sedang kegagalan akan merendahkan Self-Efficacy. Pengalaman sukses yang didapatkan seseorang akan menghasilkan peningkatan Self-Efficacy dan minat pada tugas. Sebaliknya, kegagalan tugas akan menghasilkan penurunan Self-Efficacy dan minat pada tugas.

2) Pengalaman orang lain (vicarious experience)

Vicarious experience adalah pengalaman yang didapat ketika indivudu melihat keberhasilan orang lain dalam mengerjakan tugas dengan baik.


(28)

Individu yang melihat atau mengamati orang lain yang mencapai keberhasilan dapat menimbulkan persepsi Self-Efficacy-nya. Dengan melihat keberhasilan orang lain, individu dapat menyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk mencapai hal yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinkan dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia harus dapat melakukannya. Namun, jika seseorang melihat bahwa orang lain yang memiliki kemampuan yang sama ternyata gagal meskipun ia telah berusaha dengan keras, dapat menurunkan penilainya terhadap kemampuan dia sendiri dan juga akan mengurangi usaha yang akan dilakukan Bandura, (1986 dalam Thavaraj et al., 2015).

3) Persuasi verbal (verbal persuasion)

Persuasi verbal digunakan untuk memberi keyakinan kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang ia inginkan. Menurut Bandura, (1986 dalam Thavaraj et al., 2015) individu yang diarahkan dengan saran, nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan kapasitasnya tentang kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukan usaha yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika menghadapi kesulitan.


(29)

4) Dorongan emosional (emotional arousal)

Emotional arousal adalah muncul dan naiknya emosi seseorang ketika individu berada dalam situasi yang tertekan. Saat berada dalam situasi tertekan, kondisi emosional dapat mempengaruhi pengharapan individu. Rasa takut dan cemas akan mengalami kegagalan membuat individu menjadi tidak yakin dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya Bandura, (1986 dalam Thavaraj et al., 2015).

5) Keadaan dan reaksi fisiologis (physical or affective status)

Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai sumber informasi untuk memberikan sumber penilaian terhadap kemampuan dirinya sehingga berguna dalam melihat apakah tujuan yang akan dicapai sulit, sedang atau mudah. Individu merasa gejala-gejala somatic atau tegangan yang timbul dalam situasi yang menekan sebagai pertanda bahwa ia tidak dapat untuk menguasai keadaan. Jika individu tidak sedang mengalami gejolak perasaan maka dirinya cenderung akan mampu berpikir relative tenang, jernih dan terarah.

b. Dimensi Self-Efficacy

Menurut Bandura, (1986 dalam Suprapti V dan Putri Dian Ayusta, 2014) memaparkan bahwa Self-Efficacy pada individu terdiri dari tiga dimensi, yaitu:


(30)

1) Dimensi magnitude

Dimensi magnitude adalah dimensi yang berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan yang ada maka pengharapannya akan jatuh pada tugas-tugas yang sifatnya mudah, sedang dan sulit. Hal ini akan disesuaikan dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat. Orang yang memiliki Self-Efficacy tinggi cenderung akan memilih mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya sulit dibandingkan yang sifatnya mudah

2) Dimensi generality

Generality menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan tuntas dan baik. Di sini setiap individu memilki kenyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang berbeda pula. Ruang lingkup tugas-tugas yang dilakukan bisa berbeda dan tergantung dari persamaan derajat aktifitas, kemampuan yang diekspresikan dalam hal tingkah laku, pemikiran dan emosi, kualitas dari siuasi yang ditampilkan dan sifat individu dalam tingkah laku secara langsung ketika menyelesaikan tugas. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki maka akan semakin tinggi Self-Efficacy yang ada, begitu pula sebaliknya.


(31)

3) Dimensi strength

Dimensi strength berhubungan dengan derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya. Dimensi ini berkaitan dengan dimensi magnitude dimana semakin tinggi taraf kesulitan tugas tyang dihadapi maka akan semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

Berkaitan dengan mengatasi stres, telah menunjukkan bahwa “ Self-Efficacy dianggap membantu untuk menjelaskan fenomena yang beragam seperti perubahan perilaku, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri perilaku yang keras kepala, dan berusaha keras terhadap tujuannya” Bandura, (1982 dalam Swanepoel et al., 2015) ini adalah alasan kenapa Self-Efficacy penting untuk mempertimbangkan Stres Positif pada tingkat akademik. “Self-Efficacy dan harapan itu saling terkait tetapi tidak identic.

Keduanya terkait dengan inti pusat harapan dan dikonseptualisasikan sebagai set kognitif yang (a) berkaitan dengan hasil individu (b) berkaitan dengan masa depan (c) merupakan penentu kuat dari perilaku” Magaletta and Oliver, (1999 dalam Swanepoel et al., 2015). Ketika mempertimbangkan Stres, Harapan juga telah dikaitkan dengan Self-Efficacy, konsep penting yang akan dibahas dalam penelitian ini. Menurut Albert Bandura, “dirasakan bahwa Self-Efficacy berkaitan dengan keyakinan orang pada kemampuan mereka untuk menghasilkan pencapaian” (Bandura 2006).


(32)

c. Dampak Self-Efficacy

Self-Efficacy memiliki dampak pada emosi pola piker reactionansand individu. Self-Efficacy juga dapat digambarkan sebagai fungsi dari kepercayaan diri dengan mana individu dapat menyelesaikan tugas (Bandura, 2006). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketekunan tinggi yang berhubungan dengan Self-Efficacy paling pasti akan menyebabkan peningkatan kinerja dan produktivitas. Self-Efficacy telah terbukti menjadi pengukuran yang baik dan dapat digunakann untuk memprediksi hasil perilaku jika dibandingkan dengan membangun motivasi lain, terutama dalam bidang psikologi dan pendidikan (Thavaraj, 2015).

2. Stres Positif

Dalam (McGowan, 2006) stress dapat di definisikan sebagai “hubungan antara seseorang dengan lingkungan yang dinilai dari seseorang sebagai beban dan mengancam kesehatan seseorang. Dalam beberapa type stress yang ada, akan ada dua type stress yang akan di bahas pada penelitian ini yaitu: Stres Positif dan stres negatif. Terdapat dua type stress yang di bedakan menjadi stress positif dan stress negative. Menurut Simmons, (2000 dalam Hargrove1, 2015) lebih spesifiknya, Stres Positif adalah “respon positif terhadap stresor” dimana stres negatif yaitu “ respon negatif terhadap stressor”.

Stres pada dasarnya tidak berdampak buruk bagi para pekerja, walaupun stres sering disebut dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif, terutama pada saat stres itu menawarkan suatu perolehan yang memiliki


(33)

potensi. Selye (dalam Nizami & Nisa, 2014) membedakan antara stres negatif yaitu stres yang bersifat destruktif, dan Stres Positif yaitu merupakan kekuatan yang positif. Stres Positif mengandung suku awal yang dalam bahasa Yunani berarti "baik". Aspek positif dari stres (Stres Positif) itu akan kita temukan kalau dilihat dari kegunaannya dan kesediaan kita dalam menggunakannya. (Simons & Nelson, 2007), mereka juga menyatakan bahwa Stres Positif mencerminkan sejauh mana individu menilai situasi atau saat yang menguntungkan sebagai potensi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Positive affect, meaningfulness, manageability, and hope dapat menjadi indikator yang baik dari Stres Positif.

Menurut definisi (Canadian Centre for Occupational Health and Safety, 1999), stres adalah tekanan dari luar yang biasa membuat seseorang merasa tertekan. Tekanan yang menyebabkan orang stres adalah tekanan yang sifatnya mengancam (threaten), tekanan yang sifatnya menakutkan atau mengerikan (scare), tekanan yang sifatnya mengkhawatirkan (worry), dan tekanan yang sifatnya menyakitkan.

Beberapa penelitian memeriksa performa akademik di populasi umum pada universitas menggunakan rata-rata tingkat mereka untuk mengukur performa akademik mereka, dalam (Mani V, 2010). Pada umumnya, berkenaan dengan stress pada universitas telah menyatakan untuk bisa terhubung dalam membalikkan performa akademik mahasiswa pada hari


(34)

pertama mereka berada di tahun pertama pembelajaran, dalam (Mani V, 2010).

Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Selain itu (Quick, 2014) mengatakan Stres Positif, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Menurut Cooper, (1995 dalam Shkulaku, 2015) mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:

1) Fisik, yaitu napas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat, dan gelisah.

2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berpikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreativitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.

3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panic, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.


(35)

Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

b. Faktor-Faktor Stres Positif

Menurut Luthans, (1992 dalam Hargrove et al., 2015) menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab (Stressors) terdiri atas empat hal utama, yakni:

(1) Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan soal teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas atau tempat tinggal.

(2) Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.

(3) Group stressors, yang terdiri dari adanya kebersamaan dalam group, dukungan sosial, serta adanya keselarasan intraindividu, interpersonal, dan intergroup. (4) Individual stressors, yang terdiri dari tidak adanya konflik dan kejelasan

peran, serta individu seperti pola kepribadian Tipe A, control personal, Self-Efficacy, dan daya tahan psikologis.

(5) Hasil dari stres yang menyehatkan, positif dan konstruktif dan respon stres Quick, (1997 dalam Hargrove, 2015).


(36)

c. Dampak Stres Positif

Ada dua tingkatan stress yaknis Stres Positif dan stres negatif. Stres Positif ialah stress yang memiliki dampak yang baik bagi orang yang mengalaminya. Stres Positif sendiri berasal dari kata “eu” yang berarti “baik” dalam bahasa Yunani. Ide Stres Positif sebagai “stres yang baik” berkaitan dengan Hukum Yerkes-Dodson, yang menyatakan bahwa “peningkatan stres bermanfaat untuk kinerja sampai tercapainya beberapa tingkat optimal..” menurut Le Fevre (2003 dalam Zhdanov & Kupriyanov, 2014).

Stres Positif adalah stress positif yang terjadi ketika tingkat stress cukup tinggi untuk memotivasi agar bertindak untuk mencapai sesuatu. Stres Positif juga menguntungkan bagi kesehatan seperti latihan fisik atau mencapai promosi. Stres Positif sangat bermanfaat bagi diri seseorang untuk mengembangkan diri, meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja.

3. Kepuasan Hidup

Kepuasaan hidup dapat didefinisikan sebagai “sejauh mana pengalaman hidup individu memenuhi keinginan dan kebutuhan, baik secara fisik dan psikologis” Demerouti, (2000 dalam O’Sullivan, 2011). Sedangkan Diener et al., (1985 dalam Khan et al., 2015) mendefinisikan kepuasan hidup sebagai penilaian menyeluruh terhadap kualitas kehidupan seseorang berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkannya sendiri.


(37)

Sedangkan Diener, (1984 dalam Khan et al., 2015) menegaskan seseorang itu perlu melihat kepada aspek kepuasan hidupnya secara kognitif dan menyeluruh. Menurut (Pavot dan Diener, 2013) menyatakan kepuasan hidup sebagai penilaian secara keseluruhan terhadap perasaan dan sikap seseorang berkaitan dengan kehidupannya pada suatu waktu. Sementara itu (Lyubomirsky & Diener, 2006) menyatakan kepuasan hidup seseorang itu merujuk kepada penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendakinya secara menyeluruh.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup

Menurut Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014) beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup pada seorang individu antara lain:

1) Kesehatan

Kesehatan yang baik memungkinkan individu pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidak mampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014).


(38)

2) Jenis pekerjaan

Menurut Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014), semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk otonomi dalam pekerjaan, semakin kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada tugas sehari-hari yang diberikan kepada anak-anak dan juga pekerjaan orang-orang dewasa.

3) Status kerja

Baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan, semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas semakin hal itu dihubungkan dengan 12 prestise maka, semakin besar kepuasan yang ditimbulkan Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014).

4) Kondisi kehidupan

Jika pola kehidupan memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain baik di dalam keluarga maupun dengan teman-teman dan tetangga di dalam masyarakat, maka kondisi demikian memperbesar kepuasan hidup Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014).

5) Keseimbangan antara Harapan dan Pencapaian

Jika harapan-harapan itu realistis, orang akan puas dan bahagia apabila tujuannya tercapai.


(39)

b. Dampak Kepuasan Hidup

Argyle dan Serafino (dalam Carr, 2004) yang menyatakan bahwa dampak jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan emosi positif yaitu dengan adanya pengeluaran endorphin di otak. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014).

Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya (Diener, 2009).

B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Hipotesis 1. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Positif

Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki

kemampuan untuk melaksanakan jalannya tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi yang akan terjadi. Berkaitan dengan mengatasi stres, telah menunjukkan bahwa “dirasakan Self-Efficacy dapat membantu untuk menjelaskan fenomena yang beragam seperti perubahan perilaku, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri perilaku, dan perjuangan untuk prestasi”


(40)

(Bandura, 1982). Hal ini untuk alasan ini bahwa Self-Efficacy penting untuk dipertimbangkan ketika belajar Stres Positif di tingkat akademis.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Self-Efficacy mempengaruhi interaksi antara pengalaman stress dan kesehatan mental Jerusalem and Schwarzer, 1992; Moeni et al., (2008 dalam Nizami & Nisa, 2014). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Jonatha, 2010) menemukan bahwa Self-Efficacy dapat mengurangi efek negatif dari manifestasi stress seperti yang ditunjukkan oleh indeks dari tekanan psikologis pada psikologis, emosional dan kesejahteraan sosial.

Tabel 2.1 Pendukung Penelitian

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Jerusalem dan

Schwarzer, 1992; Moeni et al., (2008, dalam Mehmoodun Nisa & Naheed Nizami, 2014)

Influence of Sources of Stress on Mental Health in Youth: A Key Role of General Self-Efficacy as Protective Factor Self-Efficacy, Stres Positif Self-Efficacy mempengaruhi interaksi antara pengalaman stress dan kesehatan mental

2. Jonathan dan Redelinghuys (2010, dalam Mehmoodun Nisa& Naheed Nizami, 2014)

Influence of Sources of Stress on Mental Health in Youth: A Key Role of General Self-Efficacy as Protective Faktor Self-Efficacy, Stres Positif

Self-Efficacy dapat mengurangi efek negatif dari manifestasi stress seperti yang ditunjukkan oleh indeks dari tekanan psikologis pada psikologis, emosional dan kesejahteraan sosial.


(41)

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis pertama penelitian sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh positif signifikan antara Self-Efficacy terhadap Stres Positif

2. Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup

Mencapai kepuasan hidup merupakan harapan dari setiap manusia, tak terkecuali pada karyawan yang menempuh S2. Kepuasan hidup erat kaitannya dengan kebahagiaan atau secara ilmiah disebut subjective well-being. Kepuasan merupakan salah satu dari dimensi dari subjective well-being. hal yang berkaitan dengan kebahagiaan dan kepuasan hidup adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis (Diener, 2013).

Dampak jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan emosi positif yaitu dengan adanya pengeluaran endorphin di otak. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktifitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Hurlock, 2009). Kepuasan hidup digambarkan sebagai bentuk penilaian individu secara menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya kehidupan yang dialaminya (Hurlock, 2009).


(42)

Tabel 2.2 Pendukung Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Geraldine

O’Sullivan

(2011)

The Relationship Between Hope, Stres Positif, Self-Efficacy, and Kepuasan Hidup

Among

Undergraduates.

Stres Positif,

Kepuasan Hidup

Penelitian

sebelumnya telah menunjukkan

hubungan positif antara harapan, Stres Positif, dan self -efficacy, penelitian ini meneliti jika harapan, Stres Positif, dan self -efficacy dapat digunakan untuk memprediksi

kepuasan hidup

(O’Sullivan, 2011)

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis kedua penelitian sebagai berikut:

H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup

3. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup

Menurut (Woolfolk, 2004) Self-Efficacy adalah kepercayaan mengenai kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus. Tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut.


(43)

Dalam meta-analisis dari 114 studi Luthans, (2000 dalam O’Sullivan, 2011) menemukan “Hubungan yang lebih kuat antara efikasi dan prestasi kerja yang terkait dari konsep popular lainnya”. Melalui meta analisis pula, peneliti Stajkovic dan Luthans menemukan korelasi yang signifikan antara kinerja dan skor Self-Efficacy menurut Stajkovic dan Luthans, (1998 dalam Swanepoel et al., 2015).

Menurut Hampton, (2000 dalam Khan et al., 2015) studi pada 100 orang China secara individual dengan cedera tulang belakang menemukan bahwa Self-Effiacy berhubungan baik dengan kualitas hidup dan kepuasan hidup pasien yang diuji. Selain itu Hampton, (2000 dalam Khan et al., 2015) menemukan bahwa “Self-Efficacy dan status kesehatan secara signifikan berkorelasi dengan kepuasan hidup”. Selanjutnya, penyumbang utama kepuasan hidup adalah Self-Efficacy, yang memiliki korelasi parsial tertinggi dengan kepuasan hidup setelah status kesehatan dan variable demografis dikendalikan.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Risemberg dan Zimmerman, (1992 dalam O’Sullivan, 2011) digunakan analisis jalur menunjukkan bahwa pembelajaran mandiri itu dipengaruhi oleh Self-Efficacy akademik. Hasil diilustrasikan bahwa Self-Efficacy dilakukan untuk mempengaruhi prestasi dengan cara yang signifikan dan juga mengangkat tujuan siswa untuk prestasi akademik Risemberg dan Zimmerman, (1992 dalam O’Sullivan, 2011).


(44)

Tabel 2.3 Pendukung Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Masaud Ansari,

Dr. Kr. Sajid Ali Khan (2015)

Self-Efficacy as a Predictor of

Kepuasan Hidup

among Undergraduate Students Self-Effiacy, Kepuasan Hidup Self-Efficacy dan status kesehatan secara signifikan berkorelasi dengan kepuasan hidup 2. O’Sullivan

(2011)

The Relationship Between Hope, Stres Positif, Self-Efficacy, and Kepuasan Hidup

Among

Undergraduates

Self-Effiacy,

Kepuasan Hidup

Bahwa pembelajaran mandiri itu dipengaruhi oleh

Self-Efficacy

akademik. Hasil diilustrasikan bahwa self-effiacy

dilakukan untuk mempengaruhi prestasi dengan cara yang signifikan dan juga mengangkat tujuan siswa untuk prestasi akademik. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis ketiga penelitian sebagai berikut:

H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup

1. Model Penelitian

Dari apa yang telah di uraikan diatas, maka peneliti menentukan model penelitian sebagai berikut:


(45)

Dari model penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat dijelaskan bahwa Self-Efficacy sebagai pengaruh terhadap Stres Positif, Stres Positif sebagai pengaruh dari terhadap Kepuasan Hidup, dan Self-Efficacy sebagai pengaruh dari

Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup.

Stres Positif

SELF

-EFFICACY

Kepuasan

Hidup

H1 H2

H3

Gambar 2.1 Model Penelitian


(46)

(47)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek & Subyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan subyeknya ialah para Mahasiswa Magister UMY. Alasan mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa Hubungan antara Self-Efficacy, Stres Positif, dan Kepuasan Hidup itu lebih kompleks permasalahnnya di karenakan Mahasiswa Magister sebagian besar sudah memiliki pekerjaan tetapi harus tetap menyeimbangi kehidupan pendidikannya.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer. Karena di peroleh langsung dari sumber data yang diperoleh dari jawaban-jawaban responden yang berkaitan dengan Self-Efficacy, Stres Positif, Dan Kepuasan Hidup. Responden itu sendiri ialah Mahasiswa Magister Universitas


(48)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini ialah semua Mahasiswa Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014/2015, 2015/2016, dan 2016/2017 Semester Gasal dan Semester Genap yang sudah bekerja. Hair, et al. (2004) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai untuk SEM adalah 100-200.Teknik pengambilan sampel yang di gunakan yaitu convenience sampling. Convenience Sampling yaitu pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dengan bebas pemilihannya (Uma Sekaran, 2011).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan metode kuisioner. Kuisioner merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar. Kuisioner akan disebar kepada responden yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Eksogen (Independen Variabel)

Menurut Uma Sekaran (2011) variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu, jika


(49)

terdapat variable bebas, variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. Dengan kata lain, varians variabel terikat ditentukan oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Self-Efficacy.

2. Variabel Endogen (Dependent Variabel)

Menurut Uma Sekaran (2011) variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Stres Positif dan Kepuasan Hidup

Berikut dibawah ini merupakan definisi operasional dan indikator yang digunakan pada penelitian ini:

Tabel 3.1

Gambar Kuesioner Penelitian

No Variabel Definisi Operasional

Indikator Skor Skala

Item 2.

Self-Efficacy Keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, 1. Berpandanga n optimis dalam mengerjakan pekerjaan dan tugas. 2. Seberapa besar minat terhadap pekerjaan dan tugas SS=5 S=4 HS=3 AS=2 TS=1

5Likert 10 Item


(50)

Bandura (1997) dalam

(Swanepoel et al, 2015) 1. Stres

Positif Hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun) Quick dan Quick (1984) dalam

(Hargrove et al, 2015) 1. Mampu mengatasi perubahan stress kearah eustrees 2. Menciptakan lingkungan kerja yang bermanfaat bagi pembentukan Stres Positif 3. Tekanan dalam pekerjaan membuat diri semakin termotivasi 4. Berusaha untuk tidak gagal walaupun berada di dalam tekanan Sel=5 SS=4 Ser=3 KK=2 TP=1

5Likert 14 Item

3. Kepuasan Hidup Penilaian menyeluruh terhadap kualitas kehidupan seseorang berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkannya sendiri, Diener (1984) dalam (Sajid, 2015) 1. Kesesuaian pencapaian dalam kehidupan dengan keinginan 2. Kehidupan yang sudah sempurna

3. Tidak akan

merubah apapun walaupun kehidupan di ulang kembali SS=5 S=4 HS=3 AS=2 TS=1

5Likert 8 Item


(51)

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu isntrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Menurut (Ghozali, 2014) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrument dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.

Dalam pengujian instrument pengumpulan data, validitas bisa dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara


(52)

mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05. Artinya, suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total (Ghozali, 2014).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Ghozali, 2011). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Uji reabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach alpha dari masing-masing instrumen dalam setiap variabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan


(53)

reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,70 atau dapat dilihat dari cut off value dari Variance Extracted minimal 0,5 (Ghozali, 2011).

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Analisis data adalah interprestasi untuk penelitian yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka mengungkap fenomena sosial tertentu (Santoso, 2012). Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan (Santoso, 2012). Sesuai dengan model yang dikembangkan dalam penelitian ini maka alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Modeling), yang dioperasikan melalui program AMOS.

Peneliti menggunakan program SEM (Structural Equation Modeling) yang dioperasikan melalui program AMOS. Sebagai sebuah model persamaan struktur AMOS telah sering digunakan dalam penelitian manajemen. Model kasualitas AMOS menjelaskan masalah pengukuran dan struktur dan selanjutnya digunakan untuk menganalisa dan menguji hipotesis. AMOS sesuai bagi bermacam-macam analisis karena kemampuannya untuk: (1) Mengestimasi koefisien yang tidak diketahui dari satu set persamaan linier terstruktur, (2) Mengakomodasi model yang didalamnya termasuk variabel laten, (3) Mengakomodasi pengukuran error baik dependen maupun independen (4)


(54)

Mengakomodasi peringatan yang timbal balik, simultan dan saling ketergantungan. Hal ini seperti yang diterangkan oleh (Ferdinand, 2006).

Kelebihan SEM adalah dapat menganalisa multivariat secara bersamaan. Sedangkan tujuan penggunaan multivariate adalah untuk memperluas kemampuan dalam menjelaskan penelitian dan efisiensi statistik.

Penelitian ini menggunakan dua macam teknik analisis yaitu :

a) Analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis) pada SEM yang digunakan untuk mengkonfirmasikan faktor-faktor yang paling dominan dalam suatu kelompok variabel.

b) Regression Weight pada SEM yang digunakan untuk meneliti seberapa besar variabel-variabel motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan saling mempengaruhi.

Menurut (Ghozali, 2011), ada tujuh langkah yang harus dilakukan apabila menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yaitu :

a) Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Seorang peneliti harus melakukan serangkaian telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkannya.


(55)

b) Pengembangan diagram alur (Path diagram) untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Path diagramakan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan

kausalitas yang ingin diuji. Peneliti biasanya bekerja dengan “construct” atau

factor” yaitu konsep-konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen. Konstruk eksogen dikenal sebagai “source variables” atau “independent variables” yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

c) Konversi Diagram Alur Ke Dalam Serangkaian Persamaan Struktural Dan Spesifikasi Model Pengukuran.

Setelah teori/model teoritis dikembangkan dan digambarkan dakam sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang akan dibangun terdiri dari :

(1) Persamaan-persamaan struktural yang dibangun atas pedoman sebagai berikut :


(56)

(2) Persamaan spesifikasi model pengukuran yaitu menentukan variabel mana mengukur konstruk mana, serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel. Komponen-komponen ukuran mengidentifikasi latent variables, dan komponen-komponen structural untuk mengevaluasi hipotesis hubungan kausal, antara latent variables pada model kausal dan menunjukkan sebuah pengujian seluruh hipotesis dari model sebagai satu keseluruhan (Hayduk, 1987 ; Kline, 1996 ; Loehlin, 1992 ; Long, 1983).

d) Pemilihan Matrik Input Dan Teknik Estimasi Atas Model Yang Dibangun.

SEM hanya menggunakan matrik Varians/Kovarians atau matriks korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya. (Hair et al., 1996) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah antara 100–200. Sedangkan untuk ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5 estimasi parameter. Bila estimated parameternya berjumlah 20, maka jumlah sampel minimum adalah 100.

(1) Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan


(57)

untuk menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan mengembangkan lebih banyak konstruk.

(2) Evaluasi kriteria Goodness – of - fit

Kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness-of-fit. Tindakan pertama adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi-asumsi SEM yaitu ukuran sampel, normalitas dan linearitas, outliers dan multicolinearity dan singularity. Setelah itu melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya yang digunakan untuk menguji apakah sebuah model diterima atau ditolak yaitu : (3) χ2 – Chi-square statistic

Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan

apabila nilai chisquarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0.05 atau p > 0.10 (Hulland et al, 1996).

(4) RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation) Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar


(58)

(Baumgarther & Homburg, 1996). Nilai RMSEA menunjukkan nilai goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi (Hair et al, 1995). Nilai RMSEA yang kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model tersebut berdasarkan degrees of freedom (Browne & Cudeck, 1993)

(5) GFI (Goodness of Fit Index)

Merupakan ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

(6) AGFI (Adjusted Godness Fit Index)

Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90 (Hair et al., 1996 ; Hulland et al., 1996).

(7) CMIN/DF

Adalah The minimum sample discrepancy function yang dibagi dengan degree of freedom nya. CMIN/DF merupakan statistikchi-square, χ2 dibagi Df nya sehingga


(59)

adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997).

(8) TLI (Tucker Lewis Index)

Merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model, dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan

diterimanya sebuh model adalah ≥0.95 (Hair et al, 1995) dan

nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit (Arbuckle, 1997).

(9) CFI (Comparative Fit Index)

Rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi – a very good fit (Arbuckle, 1997). Secara ringkas indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model disajikan dalam tabel 3.2.


(60)

Tabel 3.2

Indeks Pengujian Kelayakan Model (Goodness-of-fit Index)

Goodness of fit index Cut-of Value X2 – Chi-square

Significancy Probability RMSEA

GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI

Diharapkan kecil

≥0.05 ≥0.08 ≥0.90 ≥0.90 ≥2.00 ≥0.95 ≥0.95

Sumber: Ferdinand, 2006

e) Interpretasi dan Modifikasi model

Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik (Tabachink dan Fidell, 1997). Model yang baik mempunyai Standardized Residual Variance yang kecil. Angka 2.58 merupakan batas nilai standardized residual yang diperkenankan, yang diinterpretasikan sebagai signifikan secara statistis pada tingkat 5% dan menunjukkan adanya prediction error yang substansial untuk sepasang indikator. Modifikasi model SEM menurut Hair et al. (2006) dibagi atas tiga jenis cara pemodelan:

a. Confirmatory Modelling Strategy, yakni melakukan konfirmasi terhadap sebuah model yang telah dibuat (proposed model atau hypothesized model).


(61)

b. Competing Modelling Strategy, yakni membandingkan model yang ada dengan sejumlah model alternatif, untuk melihat model mana yang paling fit dengan data yang ada. Termasuk pada cara ini adalh menambah sebuah variabel pada model yang ada.

c. Model Development Strategy, yakni melakukan modifikasi pada sebuah model agar beberapa alat uji dapat lebih bagus hasilnya, seperti penurunan pada angka Chi-Square, peningkatan angka GFI, dan sebagainya.

Pada sebuah model SEM yang telah dibuat dan diuji dapat dilakukan berbagai modifikasi. Tujuan modifikasi untuk melihat apakah modifikasi yang dilakukan dapat menurunkan Chi-Square; seperti diketahui semakin kecilnya angka Chi-Square menunjukkan semakin fit model tersebut dengan data yang ada. Proses modifikasi sebuah model pada dasarnya sama dengan mengulang proses pengujian dan estimasi model. Pada proses ini terdapat tambahan proses untuk mengidentifikasi variabel mana yang akan diolah lebih jauh.


(62)

(63)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subyek/Obyek Penelitian

1. Sejarah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Globalisasi perekonomian dunia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditolak oleh suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka seperti Indonesia. Hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi globalisasi adalah melakukan penyesuaian kelembagaan sedemikian rupa sehingga sumber daya manusia dapat lebih berperan serta dalam pasar dunia. Penyesuaian kelembagaan membutuhkan rekayasa sosial yang terdiri dari tiga komponen, yakni pendidikan, teknologi dan obyek globalisasi.

Perguruan Tinggi swasta, termasuk di dalamnya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, diharapkan mampu melakukan langkah-langkah penyesuaian dan pengembangan secara terus menerus, dalam upaya peningkatan pendidikan. Disamping itu untuk mencapai percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mendorong tumbuh dan berkembangnya bisnis di Indonesia, baik pada tingkat daerah, nasional, regional, maupun internasional, yang pada akhirnya menimbulkan kebutuhan tenaga-tenaga profesional dengan kuantitas dan kualitatif yang memadai. Oleh karena itu perguruan tinggi dituntut untuk secara kreatif menawarkan program-program pendidikan yang memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Universitas Muhammadiyah


(64)

Yogyakarta berusaha menjawab tantangan tersebut dengan menyelenggarakan Program Pascasarjana.

Pendidikan Pascasarjana yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia, sehingga dapat menjadi subyek teknologi dan dapat ikut menentukan obyek globalisasi yang sesuai dengan keunggulan nasional kita. Program Strata-2 (S-2) ini terdiri dari beberapa Program Magister yaitu Magister Studi Islam, Magister Manajemen, Magister Manajemen Rumah Sakit, Magister Ilmu Pemerintahan, Magister Ilmu Pemerintahan, Magister Keperawatan, dan Magister Ilmu Hubungan Internasional.

2. Visi dan Misi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 1) Visi

Menjadi Program Pascasarjana unggulan di Indonesia pada tahun 2020 yang mampu mewujudkan integrasi dan interkoneksi antara ilmu ke-Islaman dengan ilmu pengetahuan modern

2) Misi

a) Menyelenggarakan pendidikan di tingkat doktoral dan magister yang berwawasan global, aplikatif dan inspiratif sesuai nilai-nilai universalitas kemanusiaan.


(65)

b) Menyelenggarakan penelitian yang mampu menerjemahkan dan mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan modern.

c) Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat dengan menerapkan hasil-hasil penelitian.

d) Berperan sebagai pusat pengembangan intelektual Muhammadiyah untuk memberdayakan dan mencerdaskan umat manusia.

3. Tujuan Umum

Terwujudnya doktor dan magister muslim yang menguasai ilmu pengetahuan, berakhlak mulia, berwawasan global dan mampu mengembangkan kompetensi keilmuannya untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

4. Tujuan Khusus

a) Melahirkan akademisi (pemikir, dosen, guru, peneliti) dan praktisi (manajer, pejabat, birokrat) bergelar doktor dan magister dengan kualitas intelektual dan integritas moral yang tinggi dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan ke-Islaman kontemporer. b) Menghasilkan penelitian yang mampu melakukan saintifikasi

(pengilmuan) Islam dan Islamisasi ilmu sehingga mampu memberikan pencerahan dan keilmuan serta berhasil meraih kehidupan yang lebih baik (better life) dan komprehensif


(66)

c) Menghasilkan program-program pengabdian masyarakat berdasarkan hasil-hasil penelitian yang mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan modern d) Menjadi pusat pengembangan keilmuan di lingkungan Muhammadiyah

untuk memberdayakan dan mencerdaskan umat manusia 5. Sasaran dan Strategi Pencapaian

a) Terwujudnya lulusan bergelar doktor dan magister dengan kualitas intelektual dan integritas moral yang tinggi dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan ke-Islaman kontemporer

b) Terselenggaranya penelitian yang mampu melakukan saintifikasi (pengilmuan) Islam dan Islamisasi ilmu sehingga mampu memberikan pencerahan dan keilmuan serta berhasil meraih kehidupan yang lebih baik (better life) dan komprehensif

c) Terselenggaranya program-program pengabdian masyarakat berdasarkan hasil-hasil penelitian yang mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan modern

d) Terwujudnya pusat pengembangan keilmuan di lingkungan Muhammadiyah untuk memberdayakan dan mencerdaskan umat manusia


(67)

6. Analisa Deskriptif Responden

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner. Berikut adalah gambaran dalam penelitian ini.

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini adalah berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendapatan. Berdasarkan frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

1) Usia

Responden dari Pascasarjana yang berdasarkan karakteristik usia dapat ditampilkan dalam tabel dan gambar sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase (%)

1 21-30 tahun 25 25%

2 31-40 tahun 42 41%

3 41-50 tahun 32 31%

4 Di atas 50 tahun 4 3%

Total 103 100%


(68)

Gambar 4.1 Usia Responden

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 menunjukkan bahwa dari 102 responden yang tertinggi adalah responden yang berusia 31 sampai 40 tahun yaitu 41%, sedangkan yang terendah adalah berusia > 50 tahun yaitu sebanyak 3%.

2) Jenis Kelamin

Responden dari Mahasiswa Magister Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat ditampilkan dalam tabel dan gambar sebagai berikut:

25%

41% 31%

3%

Usia

21-30 thn 31-40 thn 41-50 thn > 50 thn


(69)

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Pria 57 56%

2 Wanita 46 44%

Total 103 100%

Sumber: Lampiran 2. Data primer yang diolah

Gambar 4.2

Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 menunjukkan bahwa mahasiswa berjenis kelamin pria sebesar 55% dan wanita sebesar 45%.

56% 44%

Jenis Kelamin

Pria


(70)

3) Pendapatan

Responden dari Mahasiswa Magister Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat ditampilkan dalam tabel dan gambar sebagai berikut:

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Rp 3.000.000 12 11%

2 Rp 3.000.000 – Rp 6.000.000

37 36%

3 Rp 6.000.000 – Rp 10.000.000

44 43%

4 Rp 10.000.000 10 10%

Total 103 100%

Sumber: Lampiran 2. Data primer yang diolah

Gambar 4.3 Pendapatan Responden

11%

36% 43%

10%

PENDAPATAN

Rp 3.000.000

Rp 3.000.000 - Rp 6.000.000 Rp 6.000.000 - Rp 10.000.000 > Rp 10.000.000


(1)

1) Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Positif

Angka C.R 3.443 dan p adalah ***. Hal ini menunjukkan angka p di bawah 0,05 sehingga H1 diterima (signifikan) dan dapat dinyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Self-Efficacy dengan Stres Positif.

2) Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup

Angka C.R 2.031 dan p adalah 0,042. Hal ini menunjukkan angka p di bawah 0,05 sehingga H2 diterima (signifikan) dan dapat dinyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Stres Positif dengan Kepuasan Hidup..

3) Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup

Angka C.R -.278 dan p adalah 0.781. Angka ini menunjukkan angka di atas 0,05 sehingga H3 tidak terdukung (tidak signifikan) berarti bahwa variabel Stres Positif memiliki pengaruh negatif dan berpengaruh lemah terhadap Kepuasan Hidup.

Pengujiaan Intervening / Efek Mediasi

Adapun pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5

Standarized Direct Effects Standarized Indirect Effects

SE SP KH SE SP KH

Stres Positif 0.473 0 0 0 0 0

Kepuasan Hidup 0.195 0.209 0 0.099 0 0


(2)

Melihat hasil tabel 5 menunjukkan bahwa nilai pengaruh langsung Self-Efficacy lebih besar dari nilai pengaruh tidak langsung Stres Positif, sehingga dapat dinyatakan bahwa Stres Positif tidak memediasi hubungan Self-Efficacy dan Kepuasan Hidup. Pembahasan

Hasil pengujian yang diajukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan secara lengkap, sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Self-Efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Stres Positif. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa S2 Pascasarjana UMY sudah memiliki Self-Efficacy dan dapat mengelola Stres Positif. Keadaan ini bisa didukung oleh Self-Efficacy karyawan yang menempuh S2 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mampu dalam membagi waktu, kewajiban dan prestasi antara pekerjaan dan perkuliahan yang mempengaruhi Stres Positif individu. Hal ini sesuai dengan teori (Bandura, 1982) dalam (O’Sullivan, 2011) menyatakan berkaitan dengan mengatasi stres, telah menunjukkan bahwa “dirasakan Self-Efficacy dapat membantu untuk menjelaskan fenomena yang beragam seperti perubahan perilaku, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri perilaku, dan perjuangan untuk prestasi”. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari Jonathan dan (Redenghyus, 2010) dalam (Nizami N & Nisa M, 2014) “Influence of Sources of Stress on Mental Health in Youth: A Key Role of General Self-Efficacy as Protective Factor”. Self-Efficacy dapat mengurangi efek negatif dari manifestasi stress seperti yang


(3)

ditunjukkan oleh indeks dari tekanan psikologis pada psikologis, emosional dan kesejahteraan sosial.

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Stres Positif berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Hidup. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa S2 Pascasarjana UMY memiliki Stres Positif yang akan mempengaruhi Kepuasan Hidup secara individu. Tahap Kepuasan Hidup seseorang merupakan perkara yang subjektif dan ia hanya dapat ditafsirkan oleh individu itu sendiri. Individu yang kerap berpuas hati dengan kehidupan yang mereka jalani. Mahasiswa S2 yang dapat mengelola stress nya dari tekanan yang ditimbulkan oleh pekerjaan dan pendidikan akan lebih berpeluang mendapatkan Kepuasan Hidup dan sangat mempengaruhi kesejahteraan hidup dan kesehatan mental sesorang. Hal ini sesuai dengan teori (Diener, 2013) dalam (O’Sullivan, 2011) menyatakan kebahagiaan dan kepuasan hidup adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari (O’Sullivan, 2011) “The Relationship Between Hope, Eustress, Self-Efficacy, and Life Satisfaction Among Undergraduates.” Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan positif antara Eustress dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan hidup. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa Self-Efficacy tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Hidup. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi Self-Efficacy yang dimiliki karyawan maka akan semakin rendah Kepuasan Hidup Karyawan, demikian pula sebaliknya. Secara umum, aspek Self-Efficacy dan Kepuasan


(4)

Hidup mempunyai keterkaitan yang erat. Individu yang memiliki Self-Efficacy akan berusaha untuk dapat melakukan apa yang dikehendakinya. Oleh karena itu adalah wajar jika dikatakan individu yang mempunyai Self-Efficacy akan mencapai tahap kepuasan hidup yang lebih baik. Tetapi, menurut Sears (dalam, Hurlock, 2009) mengatakan bahwa, di antara individu-individu yang mempunyai tingkat kecerdasan yang sangat tinggi, terdapat kecenderungan untuk menganggap kepuasan hidup lebih banyak berasal dari keluarga yang bahagia daripada keberhasilan dalam prestasi dalam pekerjaan. Pendapat ini di dapatkan oleh individu yang mengingat masa lampau dan berusaha menilai tentang penyebab kepuasan hidup mereka pada usia-usia yang berbeda dalam masa dewasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Hidup pun dapat menjadi pertimbangan seseorang terhadap Kepuasan Hidupnya, diantaranya yaitu Kesehatan, Status Kerja, Pendapatan, Realisme dan Konsep-Konsep Peran, Pernikahan, Usia, Pendidikan & Agama. Hasil ini menunjukkan bahwa Self-Efficacy dari karyawan yang menempuh perkuliahan S2 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mempunyai keberhasilan maupun prestasi dalam pekerjaan bukan menjadi salah satu penentu karyawan tersebut akan mendapatkan Kepuasan Hidup. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Hurlock, 1980) dalam (O’Sullivan, 2011) menyatakan kepercayaan mengenai kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus. Tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut. Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari (Khan, 2015) “Self-Efficacy as a Predictor of Life Satisfaction among


(5)

Undergraduate Students”. Self-Efficacy dan status kesehatan secara signifikan berkorelasi dengan kepuasan hidup.


(6)

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan menggunakan AMOS sebagai alat analisis untuk menguji 3 hipotesis penelitian di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu Self-Efficacy, Stres Positif, dan Kepuasan Hidup dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pengujian hipotesis 1 diperoleh hasil Self-Efficacy memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap Stres Positif, sehingga H1 diterima.

2. Pengujian hipotesis 2 diperoleh hasil Self-Efficacy memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap Kepuasan Hidup, sehingga H2 diterima.

3. Pengujian hipotesis 3 diperoleh hasil Stres Positif tidak memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Hidup, sehingga H3 ditolak.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Kurangnya jumlah responden dalam penelitian ini sehingga data yang diolah kurang representatif, oleh karena itu responden perlu diperbanyak lagi agar lebih representatif. 2. Waktu yang di butuhkan dalam penelitian terlampau lama, dikarenakan harus menunggu

Mahasiswa S2 memulai perkuliahan dan aktif kembali dalam perkuliahan. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diharapkan dapat membantu, mengembangkan, mengarahkan Self-Efficacy, Stres Positif, dan Kepuasan Hidup diharapkan dapat menyeimbangkan keempat variabel diatas agar mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan dan akademik.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menambah responden agar mendapatkan hasil yang lebih representatif.