HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS SISWA SMA MUHAMMADIYAH BANTUL

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Muti’atu Nur Rahmatul Mawaddati

NPM: 20120720200

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Muti’atu Nur Rahmatul Mawaddati

NPM: 20120720200

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

َنوُرَمْؤُ ي اَم َنوُلَعْفَ يَو ْمَُرَمَأ اَم َهللا َنوُصْعَ ي َ ٌداَدِش ٌظ ََِغ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang


(5)

Tak lupa kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta yang selama ini telah menempa saya dalam


(6)

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Kegunaan Penelitian ... 5

E. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 8

B.Kerangka Teori ... 10

1. Pola Asuh Orang Tua ... 10

a. Pengertian Pola Asuh ... 10


(7)

a. Pengertian Perilaku Agresif ... 18

b. Penyebab Perilaku Agresif ... 20

c. Ciri-Ciri Perilaku Agresif ... 24

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Agresivitas Siswa ... 25

4. Kerangka Berpikir ... 26

5. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 29

B.Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel ... 29

C.Lokasi Penelitian ... 32

D.Populasi dan Sampel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

G. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Profil SMA Muhammadiyah Bantul ... 41

1. Letak Geografis ... 41

2. Sejarah Berdirinya ... 42

3. Letak/ Lokasi Sekolah ... 43

4. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 45

5. Struktur Organisasi Sekolah ... 47

6. Personil Sekolah ... 47

7. Peserta Didik ... 51

8. Orang Tua Peserta Didik ... 53


(8)

c. Uji Normalitas Data ... 61 2. Hasil Analisis Data ... 62 a. Hasil Penyebaran Kuesioner ... 62 b. Analisis Korelasi Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat

Agresivitas Siswa SMA Muhammadiyah Bantul ... 77 3. Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 84 B.Saran ... 85 C.Kata Penutup ... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE


(9)

Tabel 2: Kisi-Kisi Instrumen Variabel Agresivitas Siswa ... 32

Tabel 3: Populasi Siswa SMA Muhammadiyah Bantul ... 34

Tabel 4: Sampel Penelitian Siswa SMA Muhammadiyah Bantul ... 35

Tabel 5: Daftar Pendidik SMA Muhammadiyah Bantul... 48

Tabel 6: Daftar Tenaga Kependidikan ... 50

Tabel 7: Rombongan Belajar ... 52

Tabel 8: Jumlah Peserta Didik ... 52

Tabel 9: Pendidikan Orang Tua Siswa ... 53

Tabel 10: Pekerjaan Orang Tua ... 54

Tabel 11: Item Uji Validitas Variabel Pola Asuh ... 56

Tabel 12: Item Uji Validitas Variabel Agresivitas Siswa ... 58

Tabel 13: Uji Reliabilitas Variabel Pola Asuh ... 60

Tabel 14: Uji Reliabilitas Variabel Agresivitas Siswa ... 60

Tabel 15: Uji Normalitas Data ... 62

Tabel 16: Kriteria Pola Asuh Orang Tua ... 65

Gambar 17: Diagram Pola Asuh Otoriter ... 67

Gambar 18: Diagram Pola Asuh Demokratis ... 68


(10)

Gambar 23: Diagram Agresivitas Siswa ... 76

Tabel 24: Descriptive Statistics ... 78


(11)

(12)

xiv

SMA Muhammadiyah Bantul.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah kelas XI yang berjumlah 136 siswa, dengan pengambilan sampel dengan random sampling

sebanyak 27 siswa. Data dikumpulkan dengan kuesioner model skala Likert. Uji validitas instrumen menggunakan rumus product moment Pearson, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana dengan rumus Pearson product moment correlation.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua siswa SMA Muhammadiyah rata-rata baik dengan pola asuh demokratis, sedangkan tingkat agresivitas siswa cenderung tinggi. Hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa dengan rhitung (0, 036) lebih kecil (<) dari rtabel

(0, 3809).


(13)

Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah swt kepada para orang tua. Tumbuh dan kembang anak tergantung dari sesuatu yang diberikan atau diajarkan oleh orang tua mereka. Sejak awal kelahirannya, anak sudah memiliki warisan-warisan alami; yaitu pembawaan psikho-fisis herediter. Warisan tersebut diperoleh dari orang tua dan anak tidak dapat meminta atau menolak (Kartono, 1982: 19). Dalam perkembangan selanjutnya, anak mendapatkan pengaruh dari keluarga dan juga lingkungannya. Keluarga merupakan salah satu dari tempat yang waktunya sering dihabiskan anak-anak di sana. Keadaan antara keluarga satu dengan yang lainnya beraneka ragam. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak-anak di sekolah, baik di dalam atau di luar kelas. Di dalam keluarga, orang tua yang memiliki peran yang sangat besar bagi anak tersebut. Peran orang tua bagi anak sangat dominan, hal yang penting di antaranya adalah pola asuhan yang diberikan oleh orang tua. Hal tersebut dapat mempengaruhi jiwa dan perilaku anak. Namun, tidak semua orang tua mengetahui pola asuh yang tepat bagi anak mereka.

Menurut Diana Baumrind (1971) seorang ahli pola asuh terkemuka, orang tua memiliki empat bentuk utama gaya pengasuhan. Gaya tersebut yakni pola asuh otoriter (authoritarian parenting), pola asuh


(14)

otoritatif (authoritative parenting), pola asuh mengabaikan (neglectful parenting), pola asuh yang memanjakan (indulgent parenting) (Santrock, 2009: 100-101). Bermacam-macamnya pola asuh orang tua tersebut dapat memberikan dampak yang akan melekat pada diri anak, baik perkataan maupun perilaku mereka. Dampak tersebut dapat dilihat juga dari kepribadian anak dan cara mereka berinteraksi sosial. Idealnya, jika pola asuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tepat, maka anak akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik.

Kurang tepatnya pola asuh orang tua yang diberikan kepada anak dapat menimbulkan dampak yang negatif. Salah satu dampak tersebut adalah dapat menyebabkan anak memiliki tingkat agresivitas yang tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata agresif, salah satunya dapat diartikan sebagai suatu perilaku kasar. Perilaku ini dapat dilihat dari perlakuan seorang anak kepada orang lain, misalnya saja ketika anak berada di sekolah bersama teman-temannya.

Setiap anak memiliki berbagai tingkat agresivitasnya masing-masing. Sikap agresif pada siswa dapat dilakukan dengan bentuk perbuatan maupun kata-kata. Dapat dijumpai di tengah masyarakat ketika terdapat anak-anak yang mudah tersulut emosinya kemudian berkelahi dengan teman sebayanya maupun berkata kasar ketika seorang anak tersebut merasa tersinggung. Menurut Dayaksini dan Hudainah, salah satu faktor yang mempengaruhi agresi adalah kekuasaan dan kepatuhan. Kekuasaan dan kepatuhan merupakan salah satu karakteristik dari pola


(15)

asuh orang tua, khususnya pola asuh authoritarian (Dayaksini: 2003). Sedangkan Hurlock menyatakan bahwa setiap orang tua menerapkan pola sikap dan perilaku yang berbeda terhadap anak. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan jika anak juga mempersepsikan pola asuh orang tua mereka berbeda satu dengan yang lain. Anak yang mempersepsikan pola asuh orang tuanya dengan tingkat otoriter yang tinggi akan lebih cenderung berperilaku agresif.

Perilaku agresif yang dapat terjadi salah satunya pada siswa yang duduk di tingkat sekolah menengah. Agresivitas yang dilakukan di usia tersebut dapat terjadi di arena sekolah maupun di lingkungan pergaulan mereka. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat agresivitas yang dimiliki siswa, di antaranya adalah lingkungan rumah, masyarakat dan juga sekolah. Hal tersebut salah satunya didapatkan dari wawancara salah seorang guru bahasa Arab di SMA Muhammadiyah Bantul. Wawancara tersebut dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2016. Guru tersebut menuturkan bahwa:

Terdapat beberapa perilaku yang menunjukkan agresivitas siswa. Perilaku tersebut di antaranya dapat berupa siswa melawan guru ketika diingatkan, kedisiplinan siswa menurun, penentangan terhadap peraturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Ketika di luar arena sekolah, terdapat siswa yang mengikuti tawuran antar sekolah ketika terdapat ajang kompetisi olah raga seperti sepak bola dan voli.

Selain wawancara dengan guru bahasa Arab, wawancara kepada guru BK sekolah juga dilakukan. Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2016. Guru BK menuturkan bahwa:


(16)

Perilaku anak-anak beranekan ragam. Terdapat anak-anak yang patuh disamping terdapat juga anak-anak yang lebih susah diatur. Perilaku anak-anak tersebut di antaranya seperti suka membolos ketika jam pelajaran berlangsung, berbicara dengan nada tinggi hingga berteriak-teriak, kurang memperhatikan ketika guru sedang menerangkan pelajaran di kelas dan sulit untuk diajak sholat berjama’ah di masjid. Guru BK juga menuturkan bahwa latar belakang keluarga siswa di SMA Muhammadiyah Bantul beraneka ragam, mulai dari siswa dengan orang tua yang “broken home”, anak tunggal hingga terdapat juga siswa yang tidak tinggal dengan orang tua kandungnya.

Di samping itu, dalam catatan BK 2016 terdata bahwa rata-rata keterlambatan siswa SMA Muhammadiyah Bantul dari kelas X-XII sebanyak 20 siswa perhari dengan alasan yang beraneka macam. Kemudian juga contoh pada siswa kelas XI, dari satu kelas yang terdiri dari 15 siswa, terdapat 2 orang siswa yang membolos. Selanjutnya terdapat beberapa siswa yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah dan dalam kurun waktu bulan Juli sampai September 2016, terjadi satu kasus perkelahian antar siswa karena kesalahpahaman. Namun, permasalahannya sudah dapat diselesaikan (Catatan BK 2016).

Dampak dari berbagai pola asuh orang tua terhadap tingkat agresivitas anak dapat diketahui dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah. Dalam penelitian tersebut, Aisyah (2010: 1) menyimpukan bahwa setiap pola asuh memberikan sumbangan terhadap perilaku agresif. Sumbangan tersebut dapat negatif maupun positif. Pada masing-masing pola asuh terdapat sisi kelemahan dan kekuatannya. Berkaitan dengan hal tersebut, orang tua hendaknya dapat menyadari akan posisinya dan dapat


(17)

menerapkan pola asuh yang sangat sedikit atau bahkan tidak dapat memicu potensi perilaku agresif pada anak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dikaji lebih dalam terkait hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul. Objek penelitian yang dipilih adalah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh orang tua siswa SMA Muhammadiyah Bantul? 2. Bagaimana tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul? 3. Adakah hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa

SMA Muhammadiyah Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Mengetahui pola asuh orang tua siswa SMA Muhammadiyah Bantul. 2. Mengetahui tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul. 3. Mengkaji hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas


(18)

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu pendidikan Islam.

2. Kegunaan Praktis

Bagi Lembaga Pendidikan:

1.) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum. Dalam hal ini adalah SMA Muhammadiyah Bantul.

2.) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan dan masyarakat yang ada.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini tercakup dalam V BAB: BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan dan sitematika pembahasan.


(19)

Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu terkait dengan penelitian lain mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa. Serta kerangaka teori yang relevan dan terkait dengan tema hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa. BAB III: METODE PENELITIAN

Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/ alasannya, jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan pada penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi hasil penelitian dan pembahasan terkait dengan hubungan pola asuh orang tua dan tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul. Dapat dilihat mana yang lebih tepat antara hipotesa awal atau hipotesa akhirnnya. Pembahasan dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

versi 16.

BAB V: PENUTUP

Berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi bagi peneliti selanjutnya dan pendidik.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

Penelitian terkait dengan pola asuh dan tingkat agresivitas sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, diantaranya adalah penelitian Amallia Putri, Sri Lestari dan Yulline (2015) tentang Korelasi Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Agresif pada Siswa Madrasah Tsanawiyah

Negeri I Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan diperoleh rhitung sebesar -0,512 yang artinya menunjukkan

bahwa terdapat korelasi negatif (berlawanan arah) antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pontianak. Apabila pola asuh yang diberikan orang tua semakin baik, maka semakin rendah perilaku agresif anak. Bagitu pula sebaliknya, apabila pola asuh yang diberikan orang tua tidak baik maka semakin meningkat pula perilaku agresif anak.

Demikian juga penelitian milik Yunita Anggaraningtyas, Salamah Lilik dan Arista Adi Nugroho (2013) tentang Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku

Agresi pada Remaja yang Dimoderasi oleh Konformitas Teman Sebaya

pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Metode

pengambilan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala psikologi dengan jenis skala Likert. Kesimpulan dari penelitian ini adalah


(21)

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja oleh konformitas teman sebaya.

Demikian juga penelitian A.M. Diponegoro dan Muhammad Abdul Malik (2013) tentang Hubungan Pola Asuh Otoritatif, Kontrol Diri, Keterampilan Komunikasi dengan Agresivitas Siswa Kelas X SMA N 4

Yogyakarta. Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala agresivitas, skala pola asuh otoritatif, skala kontrol diri dan skala keterampilan komunikasi yang disusun sendiri. Model skala yang digunakan adalah skala likert. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara pola asuh otoritatif, kontrol diri dan keterampilan komunikasi secara bersama-sama terhadap agresivitas.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, selain pola asuh orang tua yang menjadi variabel yang dihubungkan, terdapat variabel lain yang ditambah seperti koping stres, kontrol diri, dan keterampilan komunikasi. Sedangkan pada penelitian ini fokus pada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul. Pada penelitian sebelumnya yang jumlah variabelnya sama dengan penelitian ini, yakni Korelasi Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Agresif pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pontianak objek penelitiannya adalah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sedangkan penelitian ini objeknya adalah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).


(22)

B. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini terdapat teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan pola asuh orang tua dan agresivitas.

1. Pola asuh orang tua

a. Pengertian pola asuh orang tua

Hasan Langgulung mengatakan yang dikutip oleh M. Chabib Thoha dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam bahwa pola asuh merupakan sebuah cara terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai wujud rasa tanggung jawab kepada anak. Mendidik anak merupakan tanggung jawab orang tua yang primer karena anak merupakan buah cinta dari kedua orang tuanya dalam sebuah keluarga. Keluarga merupakan elemen terkecil dalam masyarakat yang berperan sebagai institusi sosial terpenting dan merupakan unit sosial utama dengan melalui individu-individu yang dipersiapkan nilai hidup dan kebudayaan yang utama (Chabib Thoha, 1996: 109-110).

Terdapat beberapa pendapat dari para ilmuan terkait dengan pola asuh, di antaranya menurut Kohn (1971), pola asuh diartikan sebagai sikap orang tua dalam berhubungan dengan anak. Sikap ini terlihat di antaranya dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan kata lain, pola


(23)

asuh merupakan upaya atau cara orang tua mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung (Chabib Thoha, 1996: 110).

Mendidik secara langsung berupa betuk-betuk asuhan orang tua yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan. Hal ini dapat berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Dari situasi-situasi tersebut diharapkan dari diri anak muncul efek-intruksional yang merupakan respon-respon anak terhadap aktivitas pendidikan itu. Sedangkan pendidikan tidak langsung berupa contoh kehidupan sehari-hari yang meliputi tutur kata, adat kebiasaan, pola hidup, hubungan antara orang tua dengan keluarga, masyarakat dan hubungan suami istri. Secara tidak sengaja, dari hal-hal tersebut telah membentuk situasi agar anak selalu bercermin dari kehidupan sehari-hari orang tuanya (Chabib Thoha, 1996: 110).

Diana Baumrind (Omrod, 2010: 94) memberikan definisi bahwa pola asuh merupakan cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Baumrind juga menjelaskan bahwa ada beberapa bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya, yaitu authoritarian, permissive dan authoritative. Latar


(24)

belakang kehidupan orang tua yang berbeda-beda akan mewarnai pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya sehingga dampak yang diterima anak akan berbeda-beda pula dalam pembentukan tingkah laku mereka (Rozali, 2015: 446).

Kemudian Baumrind (Widiana, dkk, 2006) mengatakan bahwa pola asuh memiliki empat aspek yang diterapkan oleh orang tua dalam pengasuhannya, yaitu:

1.) Kendali dari orang tua (parental control)

2.) Tuntutan terhadap tingkah laku matang (parental maturity demands)

3.) Komunikasi antara orang tua dan anak (parent-child communication)

4.) Cara pengasuhan atau pemeliharaan orang tua terhadap anak (parental nurturance) (Rozali, 2015: 446).

b. Bentuk-bentuk pola asuh

Terdapat beberapa pendapat terkait pembagian pola asuh, ada yang membagi menjadi empat seperti Diana Baumrind (1971). Namun juga ada yang membagi pola asuh orang tua menjadi tiga, yakni Hourlock (1973). Bentuk-bentuk pola asuh tersebut yakni: 1.) Otoriter (Authoritarian)

Pola asuh authoritarian merupakan cara orang tua mengasuh anak dengan menetapkan standar perilaku bagi anak, tetapi kurang responsif pada hak dan keinginan anak.


(25)

Orang tua berusaha membentuk, mengendalikan serta mengevaluasi tingkah laku anak sesuai dengan standar tingkah laku yang ditetapkan orang tua. Dalam pola pengasuhan ini orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak tapi kurang memiliki kedekatan dan komunikasi berpusat pada orang tua. Orang tua sangat jarang terlibat dalam proses memberi menerima dengan anaknya. Mereka menuntut anaknya dengan cara mengekang dan memaksa anak untuk bertindak seperti yang mereka inginkan.

Pola asuh ini ditandai dengan cara mengasuh anak dengan menggunakkan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti orang tua, kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Orang tua jarang mengajak anak untuk berkomunikasi dan bertukar pikiran, orang tua menganggap bahwa sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan kembali dengan anak. Pola asuh ini juga dicirikan dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, orang tua mengatur segala keperluan anak dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa (Chabib Thoha, 1996: 111).


(26)

2.) Demokratis (Authoritative)

Pada pola asuh ini orang tua mengasuh anaknya dengan penuh cinta dan dukungan atau responsif terhadap sesuatu yang dilakukan anak. Orang tua membuat aturan jelas dan konsisten serta menerapkan standar tingkah laku terhadap perilaku anak. Peraturan yang diterapkan orang tua disertai dengan penjelasan dan penalaran kepada anak terkait alasan suatu peraturan dibuat dan alasan bahwa anak diharapkan untuk bertingkah laku tertentu. Orang tua authoritative juga melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengikut sertakan anak dalam diskusi serta mereka juga mengarahkan aktivitas anak secara rasional, menghargai minat anak dan menghargai keputusan anak agar mandiri. Orang tua yang membesarkan anaknya dengan pola asuh authoritative dapat menghasilkan anak dengan kemampuan yang lebih kompeten dalam bersosialisasi, bahagia, lebih bertanggung jawab, percaya diri, adaptif, kreatif mandiri, memiliki rasa ingin tahu yang besar, peka dan terbiasa melakukan problem solving

(Omrod, 2010: 94).

Pada pola asuh ini, terlihat pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak dan mereka diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua memberikan


(27)

peluang kebebasan kepada anak untuk dapat memilih sesuatu yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut kehidupan anak itu sendiri. Kesempatan untuk mengembangkan kontrol internal diberikan kepada anak sehingga sedikit demi sedikit anak dapat berlatih untuk bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Anak dilibatkan dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Chabib Thoha, 1996: 111).

Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz El Qussy, bagi orang tua tidak semua hal dapat ditolerir bagi anak, karena dalam hal-hal tertentu orang tua dapat ikut campur tangan. Di antara hal-hal tersebut adalah:

a.)Saat anak berada dalam keadaan yang membahayakan hidup atau keselamatannya.

b.)Hal-hal terlarang untuk anak dengan tanpa alasan-alasan yang jelas.

c.)Permainan yang terasa menyenangkan bagi anak namun dapat menyebabkan keruhnya suasana maupun dapat menganggu ketenangan umum.

Selain itu, hal-hal yang bersifat prinsip seperti pilihan agama, pilihan nilai hidup yang sifatnya universal dan absolut, orang tua dapat memaksa kepada anak karena anak


(28)

belum memiliki wawasan yang cukup mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, tidak semua materi pendidikan agama harus diajarkan secara demokratik kepada anak. Dalam kisah Luqman, pendidikan aqidah islamiyah anak diajarkan secara dogmatis (Chabib Thoha, 1996: 112).

3.) Permisif (Permissive)

Pada pola pengasuhan permisif orang tua hanya membuat sedikit perintah dan jarang menggunakan kekerasan dan kuasa untuk mencapai tujuan pengasuhan anak (Widiana, dkk, 2006). Pola asuh permisif dibagi menjadi dua yakni permisif yang mengabaikan dan permisif yang menuruti. Permisif yang mengabaikan yaitu gaya pengasuhan orang tua yang sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, dan permisif yang menuruti yaitu gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dengan anak. Namun, tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka serta orang tua membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan (Rozali, 2015: 448).

Menurut Berk orang tua pemisif menerapkan sedikit sekali disiplin dan sekalipun mereka menerapkan disiplin kepada anak, mereka bersikap tidak konsisten dalam penerapan. Mereka memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk berbuat semaunya dan anak tidak dituntut untuk belajar bertingkah laku baik atau belajar mengerjakan tugas-tugas


(29)

rumah. Orang tua memperbolehkan anak untuk mengatur dan membuat keputusan bagi diri sendiri, meskipun anak tersebut belum siap untuk itu. Selain itu orang tua juga bersikap tidak menghukum dan memiliki pengharapan dan standar yang rendah terhadap perilaku anak.

Orang tua permisif tetap menyayangi anaknya, memberikan lingkungan rumah yang penuh cinta dan dukungan tetapi mereka juga membiarkan anak membuat berbagai keputusan mengenai diri mereka sendiri (Omrod, 2010: 95). Anak yang diasuh dalam pola asuh seperti ini akan menjadi anak yang tidak kompeten dalam sosialisasi, tidak peka, loss control, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang sangat agresif dan tidak patuh (Rozali, 2015: 448).

Ciri-ciri pola asuh permisif ini dapat terlihat dari cara orang tua yang mendidik anak secara bebas, orang tua menganggap anak sebagai orang dewasa atau muda, anak diberikan kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang ia kehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, di samping orang tua juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Orang tua sudah menganggap benar apa yang dilakukan anak dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan ataupun bimbingan (Chabib Thoha, 1996: 112).


(30)

2. Agresivitas

a. Pengertian Perilaku Agresif

Pada dasarnya perilaku agresif pada manusia merupakan tindakan yang bersifat kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap sesamanya. Di dalam tindakan agresi terkandung maksud untuk membahayakan atau mencederai orang lain.

Menurut Sadock dan Sadock (2003), perilaku agresif dapat menimbulkan pencederaan fisikal maupun pencederaan nonfisikal. Contoh pencederaan nonfisikal yakni agresi verbal (agresi lewat kata-kata tajam menyakitkan). Contoh lain dari agresi yang bahayanya tidak timbul secara langsung adalah pemaksaan, intimidasi (penekanan) dan pengucilan atau pengasingan sosial (Anantasari, 2006: 63).

Myer (2012) mendefinisikan agresivitas sebagai perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk menyakiti orang atau menyebabkan kerusakan pada benda. Hal senada juga diungkapkan oleh Baron (2003) mengemukakan agresi adalah tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu: tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidak inginan si korban menerima tingkah laku si pelaku. Baron menambahkan bahwa perilaku agresif dapat


(31)

dilakukakan secara fisik maupun mental. Dengan demikian dapat dilihat dan diamati, karena memiliki bentuk yang jelas, yaitu bentuk fisik (pukulan, tendangan) dan verbal (cacian, hujatan, makian) (Diponegoro, 2013: 344-345).

Agresif dapat didefinisikan juga sebagai suatu tindakan yang memiliki maksud dan tujuan untuk melukai orang atau objek lain dan hal itu dilakukan dengan kesengajaan (Sears, dkk., 2000: 4). Seorang ahli mengatakan bahwa agresivitas bukan sekadar agresif yang berbentuk fisik yang bermanifestasi dengan cara menendang, memukul, atau menghajar saja, tetapi ada kriteria-kriteria tertentu yang dipakai untuk memahami dan mengerti bahwa sesuatu itu merupakan agresivitas atau bukan (Mappiere, 2002: 88).

Bentuk-bentuk agresivitas yang diarahkan keluar maupun ke dalam merupakan gejala umum tingkah laku agresif, hal ini dapat diarahkan keluar maupun ke dalam diri seseorang seperti bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, berkelahi, membuat onar di sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah dan melanggar peraturan (Diponegoro, 2013: 345).

Agresivitas juga melibatkan setiap bentuk penyiksaan psikologis atau emosional seperti mempermalukan, menakut-nakuti atau mengancam (Breskwell dikutip Berkowitz, 2003). Penjelasan mengenai agresi banyak dikemukakan oleh banyak ahli psikologi.


(32)

Namun pada dasarnya mereka memiliki kesamaan pendapat bahwa agresif adalah tingkah laku seseorang untuk menyerang, menyakiti, dan melukai orang lain atau objek secara fisik maupun psikis. Suatu unsur penting dari agresi yang harus ada yaitu adanya tujuan atau kesengajaan dalam melakukannya (Diponegoro, 2013: 345).

Dari berbagai teori yang ada, dapat disimpulkan bahwa agresivitas adalah perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk menyakiti orang atau menyebabkan kerusakan pada benda.

b. Penyebab Perilaku Agresif

Penyebab perilaku agresif dapat digolongkan menjadi enam faktor berikut ini:

1.) Faktor-Faktor Psikologis

Menurut beberapa ahli, perilaku agresif merupakan perilaku naluriah yang dimiliki seseorang. Sigmund Freud mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat naluri kematian yakni energi yang tertuju untuk pengerusakan atau pengakhiran kehidupan, di samping manusia memiliki naluri kehidupan. Dalam pandangannya, perilaku agresi terutama berakar dalam naluri kematian yang diarahkan kepada luar diri sendiri yakni kepada orang lain. Sedangkan menurut Konrad Lorenz, agresi yang menimbulkan bahaya fisikal terhadap orang lain berakar pada naluri berkelahi yang dimiliki manusia.


(33)

Di samping sebagai perilaku naluriah, agresi merupakan perilaku yang dipelajari. Menurut Albert Bandura, akar dari perilaku agresif tersebut berasal dari respon-respon agresif yang dipelajari manusia lewat pengalaman-pengalamannya di masa lampau. Di dalam pembelajaran perilaku agresif, terlibat pula berbagai kondisi sosial atau lingkungan yang mendorong perwujudan perilaku agresif (Anantasari, 2006: 64).

2.) Faktor-Faktor Sosial

Terdapat beberapa faktor-faktor sosial yang dapat menimbulkan perilaku agresif, di antaranya yakni:

(a.)Frustasi: menurut hipotesis frustasi-agresi dari John Dollard, frustasi dapat mengakari agresi. Namun tidak setiap anak atau orang yang mengalami frustasi bermuara kepada agresi. Terdapat variasi yang luas yang sehubungan dengan reaksi yang bisa muncul dari anak atau orang yang mengalami frustasi. Reaksi lain yang timbul dapat berupa penarikan diri dan depresi.

(b.)Provokasi langsung: terdapat bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa pencederaan fisikal dan ejekan verbal dari orang lain dapat memicu perlaku agresif.

(c.)Pengaruh tontonan perilaku agresif di televisi: semakin banyak seorang anak menonton kekerasan melalui televisi, tingkat agresi anak tersebut dapat pula meningkat. Pengaruh


(34)

tontonan kekerasan melalui televisi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa semakin panjang paparan tontonan kekerasan dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkatkan perilaku agresif (Anantasari, 2006: 64).

3.) Faktor-Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diantaranya meliputi, pengaruh polusi udara, kebisingan dan kepadatan jumlah penduduk dapat melandasi pemicu perilaku agresif (Anantasari, 2006: 65). 4.) Faktor-Faktor Situasional

Hal yang termasuk ke dalam faktor ini diantaranya adalah rasa sakit atau nyeri yang dialami oleh seseorang. Kemudian mendorongnya untuk melampiaskan ke dalam perilaku agresif (Anantasari, 2006: 65).

5.) Faktor-Faktor Biologis

Penyelidikan para peneliti yang berkaitan antara cedera kepala dan perilaku kekerasan mengindikasikan bahwa kombinasi cedera fisik dan cedera kepala yang pernah dialami seseorang dapat turut melandasi pelampiasan perilaku agresif (Anantasari, 2006: 65).

6.) Faktor-Faktor Genetik

Pengaruh faktor genetik yakni seorang pria yang memiliki kromosom XYY dapat berpeluang besar memunculkan perilaku agresif (Anantasari, 2006: 65).


(35)

Sikap agresif secara internal dipengaruhi oleh faktor antara lain (Diponegoro, 2013: 346):

(a.)Kepribadian: kepribadian seorang individu dibentuk oleh lingkungan dengan belajar sosial sehingga konsep diri, kontrol diri dan regulasi diri sangat banyak dipengaruhi oleh lingkungan individu tumbuh dan berkembang. Kemampuan individu mengontrol dirinya sendiri juga dipengaruhi oleh budaya di lingkungannya.

(b.)Hubungan interpersonal: hubungan ini mencakup keterampilan berkomunikasi, seorang individu yang memiliki keterampilan komunikasi yang kurang baik akan memicu agresivitas dalam hubungan dengan orang lain, sebaliknya bila memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik maka akan mengakibatkan agresivitas yang rendah.

Frustasi adalah kondisi individu yang tidak dapat mencapai keinginan atau gagal mencapai tujuan yang diinginkan atau mengalami hambatan dalam kebebasan bertindak. Menurut Dollar Miller (Sarwono, 1996) agresi dipicu oleh frustasi merupakan pelampiasan perasaan frustasi.

Menurut Schneiders (Widyaningrum, 1998) rasa bersalah dan agresi sangat berhubungan karena rasa bersalah merangsang kebutuhan hukuman. Individu


(36)

berperilaku agresif untuk mendapatkan hukuman dengan hukuman tersebut dapat mengurangi rasa bersalah dalam dirinya.

(c.)Usia dan Jenis Kelamin, dijelaskan oleh Hessel (Hurlock, 1996) remaja usia 14 tahun memasuki masa perubahan yang rawan dan mudah marah sering tidak memperhatikan norma dan mudah melakukan perilaku agresif.

c. Ciri-Ciri Perilaku Agresif

Terdapat ciri-ciri perilaku agresif yang perlu diperhatikan, yaitu: a.) Menyakiti atau merusak diri sendiri, orang lain atau

objek-objek penggantinya.

Perilaku agresif yang dilakukan oleh anak hampir pasti menimbulkan bahaya berupa rasa sakit yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Rasa sakit tersebut dapat berupa rasa sakit pada fisik (pemukulan, dilempar benda keras dan sebagainya) dan rasa sakit pada psikisnya (diancam, diberi umpatan dan sebagainya).

b.) Tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasarannya

Perilaku agresif terutama yang bersifat ke luar, pada umumnya juga memiliki sebuah ciri yaitu tidak diinginkan oleh organisme yang menjadi sasarannya.


(37)

Pada umumnya, perilaku agresif selalu dikaitan dengan pelanggaran terhadap norma sosial. Di dalam lingkungan sosial, masyarakat akan menganggap sebuah perilaku menjadi agresif ketika dikaitkan dengan pelanggaran norma sosial, misalnya melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah (Anantasari, 2006: 90-92).

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Agresivitas Siswa Keluarga merupakan wahana yang paling berperan dalam menentukan anak memiliki kecenderungan berperilaku agresif. Teknik yang dilakukakan oleh orang tua di dalam menanggapi apa yang dilakukan oleh orang tua dapat membentuk atau melatih kepribadian mereka. Cara-cara yang tidak efektif dilakukan orang tua dan cenderung destruktif di antaranya adalah ketika orang tua lebih banyak menggunakan hukuman fisik pada anak dan memberikan disiplin yang tidak konsisten. Sebagai contohnya, terkadang untuk perilaku tertentu anak dihukum secara keras tetapi kadang dibiarkan saja atau yang lebih parah lagi dianggap lucu; menonjolkan kekuasaan orang tua dan menunjukkan sikap benci pada anak.

Cara-cara yang dilakukan orang tua yang kurang tepat seperti di atas cenderung tidak mengupayakan alternatif-alternatif yang lebih dapat diterima, bahkan malah menjadi model agresif bagi anak. Di samping itu, kebutuhan kasih sayang terhadap anak menjadi kurang terpenuhi. Akibatnya anak melepaskan kemarahannya pada orang lain


(38)

termasuk orang tuanya. Hal seperti ini dapat menyebabkan anak semakin tidak mau mematuhi orang tuanya. Semakin keras disiplin yang diterapkan orang tua, anak semakin melanggarnya. Interaksi semacam ini kemudian dapat mempengaruhi iklim keluarga yang penuh permusuhan dan dapat memicu tindakan agresi anggota-anggotanya. Agresivitas pada anak dapat berkembang dari keluarga, tetapi keluarga juga dapat mengontrol agresivitas mereka. Tugas dan fungsi orang tua adalah melatih anak untuk mengontrol diri dan tidak mengembangkan agresivitasnya (Anantasari, 2006: 107-108).

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini ingin dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini didasari oleh kerangka pikir sebagai berikut:

Keluarga merupakan tempat yang paling berpengaruh di dalam membentuk perilaku anak. Di dalam keluarga tersebut pola asuh orang tua yang beraneka ragam dapat menentukan sikap yang dilakukan anak di dalam pergaulan mereka. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari perilaku anak di sekolah maupun ketika anak bergaul dengan teman-temannya. Salah satu perilaku yang dapat terjadi pada anak adalah memiliki tingkat agresivitas yang tinggi. Kasus yang terjadi di sekolah misalnya, anak sering membolos ketika jam pelajaran, berbicara dengan nada keras


(39)

dengan guru, bahkan terdapat sebagian siswa yang terlibat dalam tawuran antar sekolah karena persoalan sepele.

Hal-hal yang terjadi tersebut tidak bisa dipisahkan dari peran pola asuh yang diterima oleh anak di dalam keluarganya. Anak-anak yang memiliki agresivitas yang tinggi bisa disebabkan karena keluarga yang

broken home, orang tua yang kurang memperhatikan anak, atau bahkan orang tua yang terlalu mengekang anak sehingga anak menjadi memberontak dan sebagainya. Jika di dalam keluarga pola asuh yang diberikan oleh orang tua sudah tepat, maka secara ideal anak tidak akan memiliki tingkat agresivitas yang tinggi. Tidak menutup kemungkinan jika terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat agresivitas anak. Namun yang dapat berpengaruh besar di dalamnya adalah berasal dari cara orang tua menerapkan pola asuh pada anaknya.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu statemen tentatif tentang parameter populasi atau tentang distribusi populasi. Hipotesis dapat saja benar maupun salah dan hipotesa selalu terbuka terhadap kecurigaan. Hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan teknik pengujian tersendiri sehingga pada akhirnya dapat diambil sebuah kesimpulan terkait dengan diterima atau ditolaknya hipotesa tersebut (Nazir, 1988: 328-329).

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Ha: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat agresifitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul.


(40)

b. Ho: Tidak terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat agesifitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul.


(41)

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) dengan menggunakan metoda statistika untuk mengolahnya. Pada dasarnya, pendekatan ini dilakukan untuk penelitian inferensial dengan tujuan untuk pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Saifuddin, 2001: 5). Pertimbangan menggunakan metode dan pendekatan tersebut karena penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan keadaan dari variabel atau gejala-gejala yang diteliti kebenarannya, berdasarkan fakta-fakta yang ditemui di SMA Muhammadiyah Bantul. Bentuk penelitian dalam ini adalah studi hubungan atau korelasional.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu pola asuh orang tua dan tingkat agresivitas anak. Berikut akan dijelaskan definisi konseptual dan operasional dari kedua variabel tersebut.

a. Pola asuh orang tua

Pola asuh merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel bebas merupakan variabel yang (mungkin) menyebabkan, memengaruhi


(42)

atau berefek pada outcome. Variabel ini juga dikenal dengan istilah variabel treatment, manipulated, antecedent atau predictor (Creswell, 2016: 70).

1.) Definisi Konseptual

Berdasarkan pendapat dari para ahli yaitu Hasan Langgulung, Kohn dan Diana Baumrind pola asuh merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai wujud tanggung jawab orang tua terhadap anak.

2.) Definisi Operasional

Orang tua melakukan salah satu upaya dalam mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai wujud tanggung jawab orang tua terhadap anak.

Tabel. 1

Kisi-Kisi Instrmen Variabel Pola Asuh Orang tua

Dimensi Indikator Item Soal Total

Favorable Unfavorable

Otoriter a. Memperlakukan anak secara ketat b. Kurang memiliki

kedekatan dengan

anak dan

komunikasi

berpusat pada orang tua c. Memaksakan keinginan terhadap anak 2, 3 12, 15

1, 4, 5

6, 7, 8, 9, 10

11, 13, 14

5

5

5

Demokratis a. Membuat aturan yang disertai

16, 17, 18, 19, 20


(43)

dengan penjelasan b. Memberikan kesempatan anak untuk mengemukakan pendapat c. Menghargai keputusan anak

21, 22, 23, 24, 25

26, 27, 28, 29, 30

5

5

Permisif a. Tidak banyak terlibat dalam kehidupan anak (kurang

mengontrol anak) b. Membiarkan anak

membuat

keputusan sendiri

31, 32, 33, 34, 35

36, 37, 38, 39, 40

5

5

Total 20 20 40

b. Agresivitas Siswa

Agresivitas merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Variabel terikat merupakan variabel yang bergantung pada variabel bebas. Variabel terikat ini merupakan outcome atau hasil dari variabel bebas. Istilah lain untuk variabel terikat adalah variabel criterion, outcome, effect atau response (Creswell, 2016: 70).

1.) Definisi Konseptual

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yakni Sadock, Myer, Baron, Diponegoro dan Malik, agresivitas merupakan perilaku seseorang (siswa) baik secara fisik maupun verbal yang bertujuan menyakiti orang lain atau menyebabkan kerusakan benda.


(44)

2.) Definisi Operasional

Seseorang (siswa) yang berperilaku baik secara fisik maupun verbal yang bertujuan menyakiti orang lain atau menyebabkan kerusakan benda.

Tabel. 2

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Agresivitas Siswa

Dimensi Indikator Item Soal Total

Favorable Unfavorable

Verbal a. Melontarkan kata-kata kasar yang menyakiti orang lain

b. Mencemooh orang lain dengan kata-kata secara sengaja

c. Melakukan kekerasan secara mental

3, 5, 7

8, 11, 12

14, 17, 19

1, 2, 4, 6

9, 10, 13

15, 16, 18, 20 7

6

7 Non-Verbal a. Melakukan perbuatan

yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik

b. Berbuat onar di lingkungan sekolah/ masyarakat

c. Tidak disiplin di sekolah

23, 25, 26

27, 29, 32

35, 37, 39

21, 22, 24

28, 30, 31, 33

34, 36, 38, 40 6

7

7

Total 18 22 40

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah Bantul dengan pertimbangan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumukan di muka.


(45)

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas atau ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak memiliki jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak terhingga, dinamakan infinit.

Terkait dengan keterangan mengenai populasi dapat dikumpulkan dengan dua cara. Pertama, tiap unit populasi dihitung. Cara ini disebut sebagi sensus atau complete enumeration. Kedua, perhitungan-perhitungan dilakukan hanya pada bagian unit populasi saja. Keterangan diambil dari “wakil” populasi atau disebut juga sebagai sampel. Teknik ini dinamakan survei sampel (sample survey) atau

sample enumeration (Nazir, 1988: 325).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMA Muhammadiyah Bantul kelas XI angkatan tahun 2016/ 2017 dikarenakan kelas XI merupakan pertengahan jenjang di dalam tingkatan Sekolah Menengah Atas. Kelas XI mempunyai enam kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3 dengan keseluruhannya berjumlah 136 siswa.


(46)

Tabel. 3

Populasi Siswa SMA Muhammadiyah Bantul

No. Kelas Populasi

1. Kelas XI IPA 1 26

2. Kelas XI IPA 2 24

3. Kelas XI IPA 3 31

4. Kelas XI IPS 1 14 5. Kelas XI IPS 2 20

6. Kelas XI IPS 3 21

Jumlah 136

b. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi. Survei sampel merupakan suatu prosedur dengan hanya menggunakan sebagian dari populasi saja yang diambil dan digunakan dalam menentukan sifat dan ciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir, 1988: 325).

Sampel yang dipilih sebagai landasan penyimpulan harus dapat mewakili atau representatif untuk populasinya. Salah satu cara terbaik untuk memperoleh sampel seperti itu adalah teknik random sampling. Dasar pokok dari random sampling adalah bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dimasukkan menjadi anggota sampel (Hadi, 1979: 303).

Apabila subyeknya kurang dari 100, sebagai patokannya lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:


(47)

2.) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3.) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik (Arikunto, 1993: 107).

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penelitian ini mengambil sampel dengan prosentase sebesar 20 % sehingga jumlah siswa yang dijadikan sampel sebanyak 27 responden.

Tabel. 4

Sampel Penelitian Siswa SMA Muhammadiyah Bantul

No. Kelas Populasi Sampel (20 %)

1. Kelas XI IPA 1 26 5

2. Kelas XI IPA 2 24 5

3. Kelas XI IPA 3 31 6

4. Kelas XI IPS 1 14 3

5. Kelas XI IPS 2 20 4

6. Kelas XI IPS 3 21 4

Jumlah 136 27

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah yang bertujuan untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitas dari data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada keterkaitan antara


(48)

metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah berfungsi memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data (Nazir, 1988: 211).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: a. Angket/ Kuisioner

Angket/ kuisioner merupakan teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 1993: 67). Dalam penelitian ini angket akan diberikan secara langsung pada responden yang berjumlah 27 siswa.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiono, 2015: 93).

Di dalam angket yang disebarkan, sudah tersedia pernyataan yang disertai dengan pilihan jawabannya dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keadaannya. Jawaban yang disediakan mempunyai rentang skor 1-5 yaitu: 1 berarti sangat rendah, 2 berarti rendah, 3 berarti sedang, 4 berarti tinggi, 5 berarti sangat tinggi. Angket ini berisi 80 item soal yang terdiri dari 40


(49)

item untuk variabel pola asuh orang tua dan 40 item untuk variabel tingkat agresivitas. Pada setiap soal disediakan lima alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dengan skoring untuk item soal favorable SS = 5, S = 4, N = 3, KS = 2, TS = 1 dan untuk item unfavorable SS = 1, S = 2, N = 3, KS = 4, TS = 5.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap atau bertatap muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi (Mardalis, 1993: 64).

Wawancara ditujukan kepada guru mata pelajaran dan guru BK yang mengerti kondisi siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

c. Dokumentasi

Dengan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Dokumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah dokumen mengenai gambaran umum tentang sekolah SMA Muhammadiyah Bantul.


(50)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Alat ukur atau instrumen di dalam penelitian harus melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010: 211). Instrumen dapat dikatakan baik jika mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Uji reliabilitas menunjuk pada tingkat kehandalan sebuah instrumen.

Uji validitas instrumen dapat menggunakan koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Pearson. Kemudian penghitungannya dapat dibantu dengan program SPSS. Rumus korelasi Pearson sebagai berikut (Masrukhin, 2007: 123):

rxy = –

Keterangan:

rxy = angka indeks (koefisien) korelasi antara variabel X dan Y

Ʃ XY = jumlah perkalian masing-masing skor variabel X dan Y Ʃ X = jumlah masing-masing skor variabel X

Ʃ Y = jumlah masing-masing skor variabel Y

Ʃ X2 = jumlah kuadrat masing-masing skor variabel X Ʃ Y2 = jumlah kuadrat masing-masing skor variabel Y N = jumlah kasus (number of cases)

Sedangkan uji reliabilitas instrumen dapat menggunakan rumus


(51)

soal. Uji reliabilitas instrumen dibantu juga dengan menggunakan program SPSS. Rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

r 11 = 2 x r ½ ½

( 1 + r ½ ½ )

Keterangan:

r 11 = reliabilitas instrumen

r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasional antara dua

belahan instrumen (Arikunto, 2013: 223).

G. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasional yang merupakan teknik analisis mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuannya adalah mencari bukti ada atau tidak adanya hubungan, menjawab pertanyaan (lemah, cukup, kuat), memperoleh kejelasan dan kepastian (signifikan atau tidak) (Masrukhin, 2007: 121). Proses penghitungan data dibantu dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS), aturan dalam penyimpulan data pada analisis ini sama dengan aturan penyimpulan dalam data analisis komparatif, yakni dengan melihat signifikansi. Jika sig > 0,5, korelasi dinyatakan tidak signifikan.

Rumus yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah rumus korelasi product-moment (Masrukhin, 2007: 123):

rxy = –


(52)

Keterangan:

rxy = angka indeks (koefisien) korelasi antara variabel X dan Y

Ʃ XY = jumlah perkalian masing-masing skor variabel X dan Y Ʃ X = jumlah masing-masing skor variabel X

Ʃ Y = jumlah masing-masing skor variabel Y

Ʃ X2 = jumlah kuadrat masing-masing skor variabel X Ʃ Y2 = jumlah kuadrat masing-masing skor variabel Y N = jumlah kasus (number of cases)

Di dalam penelitian, untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya koefisien korelasi atau menginterpretasikan koefisien korelasi digunakan pedoman sebagai berikut (Hadi, 1989: 135):

X = ½ (skor tertinggi + skor terendah) SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) Untuk kategori tinggi = (X + 1 Sdi) – (X + 3 SDi) Untuk kategori sedang = (X – 1 SDi) – (X + 1 SDi) Untuk kategori rendah = (X – 3 SDi) – (X – 1 SDi)


(53)

1. Letak Geografis

Keberadaan sebuah sekolah di tengah lingkungan masyarakat mempunyai nilai yang signifikan dalam upaya pembentukkan akhlak serta mengembangkan potensi peserta didik dalam masyarakat. Sekolah tidak hanya mempunyai fungsi sebagai tempat untuk proses belajar mengajar, tetapi bisa berfungsi seperti kampung kecil. Kampung tersebut terdapat beberapa macam aktivitas yang dilaksanakan, misalnya: mulai dari kadesnya yaitu seorang kepala sekolah sampai rakyatnya yaitu para siswa. Agar orang lain dapat lebih mudah mengetahui dan menjangkau lokasi tersebut maka diperlukan sebuah denah atau peta lokasi yang di dalamnya dicantumkan nama, tempat atau lokasi sekolah tersebut.

Begitu juga dengan keberadaan SMA Muhammadiyah Bantul ini yang keberadaannya juga sangat diperlukan oleh masyarakat terutama untuk mengetahui tentang di mana letak lokasi sekolah tersebut berada. Selengkapnya akan kami terangkan letak geografis tentang keberadaan SMA Muhammadiyah Bantul sebagai berikut:

a. Sebelah Utara dibatasi oleh gedung resort Bantul.

b. SebelahTimur dibatasi jalan gang (jalan kecil), rumah penduduk dan pengadilan negeri Bantul.


(54)

c. Sebelah Selatan dibatasi oleh jalan raya Urip Sumoharjo. d. Sebelah Barat dibatasi oleh sawah dan Toko Pantes.

Sedangkan alamat lengkap dari keberadaan SMA Muhammadiyah Bantul sendiri berada di Selatan kota Bantul yaitu jalan Urip Sumoharjo no. 4A Bantul 55711, yang berjarak kurang lebih 10 km ke arah selatan Kota Yogyakarta. Keberadaan gedung tersebut menempati tanah milik yayasan Muhammadiyah Majelis Pendidikandan Kebudayaan. Dahulunya adalah bekas persawahan penduduk yang telah dibeli oleh yayasan. Sedangkan seluruh bangunan yang ada menjadi milik sekolah secara penuh untuk dikelola dan dirawat secara baik-baik.

2. Sejarah Berdirinya

Didorong oleh keadaan ekonomi, politik dan sosial saat itu yang kurang kondusif, sehingga dunia pendidikan belum sepenuhnya mampu disediakan oleh pemerintah. Maka berkumpullah tokoh–tokoh Muhammadiyah Cabang Bantul. Saat itu membahas untuk menyatukan tekad membantu pemerintah dalam menyediakan sarana pendidikan. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang maka disepakati untuk mendirikan Sekolah Menengah Atas yang kemudian dikenal dengan SMA Muhammadiyah Bantul.

SMA Muhammadiyah Bantul berdiri pada tangga l1 Agustus 1964 dengan SK dari Pimpinan Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan


(55)

pengajaran Cabang Bantul Nomor: 067/BP/1964 tertanggal 20 Juni 1964. Kemudian dikukuhkan lagi dengan keluarnya Piagam pendirian Perguruan Muhammadiyah Nomor: 2979/M.614/DIY.04/1977 tertanggal 17 Ramadhan 1397 bertepatan dengan 1 September 1977.

SMA Muhammadiyah Bantul terdaftar pada Majelis Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan :

Pusat Nomor : 2979 / M.614 / DIY.64 / 1977 Wilayah Nomor : 103 / M.028 / 1.64 / 1977 Daerah Nomor : 01 / C.Piag. / 1977

Diperbaharui oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 0258 / II.A1 / 1.d / 2000 tertanggal 9 Dzulhijjah 1420 H / 15 Maret 2000 M.

3. Letak/ Lokasi Sekolah

SMA Muhammadiyah Bantul terletak di tempat yang strategis, di kawasan pusat Kota Bantul, Jalan Urip Sumoharjo 04 A Bantul, kode pos 55711, tepatnya pada koordinat LS -70,53”.27,8’. BT 1100.19”.38,6’ telepon (0274) 367575, website: www.sma-muhiba.sch.id, Dusun Badegan, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


(56)

Adapun batas-batas lokasi SMA Muhammadiyah Bantul sebagai berikut. Sebelah Utara dan Timur berupa rumah-rumah penduduk, sebelah Barat kompleks Kantor Kepolisian Resort Bantul dan pertokoan, sedangkan sebelah Selatan adalah Jalan Urip Sumoharjo yang di seberangnya berderet Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul, SPBU Gose Bantul dan pusat perbelanjaan.

SMA Muhammadiyah Bantul terletak di atas tanah seluas 9052 m2. Bangunan berupa ruang-ruang pembelajaran dan pendukung berlantai satu, dua dan tiga seluas 4794 m2, masjid seluas 432 m2, lapangan olah raga seluas 1920 m2, halaman dan lain-lain seluas 2720 m2.

4. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

a. Visi

Visi SMA Muhammadiyah Bantul “Menjadi Sekolah Unggul Pilihan Umat”.

b. Misi

1. Mewujudkan sekolah yang “terdepan” (tertib, demokratis, professional, agamis dan nyaman).

2. Melaksanakan pembelajaran yang intensif, kreatif, dan inovatif. 3. Mengembangkan potensi olah raga, seni dan life skill.

4. Membentuk kader Muhammadiyah yang tangguh dan berakhlak mulia.


(57)

5. Melaksanakan pendidikan berwawasan lingkungan yang sehat. 6. Mewujudkan sekolah bebas narkoba.

c. Tujuan Sekolah

1. Terwujudnya sekolah yang “terdepan” (tertib, demokratis, professional, agamis dan nyaman).

2. Terwujudnya peserta didik yang cerdas dan berprestasi di bidang akademik.

3. Terwujudnya peserta didik yang berprestasi di bidang olah raga, seni dan kecakapan hidup (life skill).

4. Terbentuknya peserta didik yang mampu baca al-Qur’an dan berkepribadian islami sebagai kader persyarikatan yang tangguh.

5. Terwujudnya peserta didik yang peduli terhadap lingkungan. 6. Terwujudnya sekolah bebas narkoba.

d. Strategi untuk Mencapai Tujuan Sekolah adalah:

1. Melaksanakan sosialisasi program sekolah kepada semua warga sekolah dan stake holder pendidikan.

2. Melaksanakan pembelajaran yang berprinsip “mendidik

dengan hati”.

3. Menciptakan budaya islami dan budaya tertib dengan 5T (tertib masuk, KBM, administrasi, ibadah dan pakaian) di lingkungan sekolah.


(58)

4. Menciptakan rasa kebersamaan dan iklim kerja yang kondusif. 5. Mengintensifkan pembelajaran ekstrakurikuler dan

berpartisipasi dalam berbagai lomba.

6. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

7. Menyelenggarakan pelatihan/ pembinaan kader dan mengikut sertakan peserta didik dalam berbagai kegiatan persyarikatan. 8. Menciptakan lingkungan sekolah yang sejuk, bersih, sehat dan

bebas asap rokok.

9. Melaksanakan evaluasi pembelajaran secara periodik, berkesinambungan dan akuntabel.

10.Mengintensifkan bimbingan bidang keagamaan (salat fardu dan salat duha, baca al-Qur’an, berinfak, bertausiah dan sebagainya).

11.Melaksanakan gerakan pencegahan dan pemberantasan narkoba, obat-obat terlarang dan menciptakan sekolah yang bebas asap rokok.


(59)

5. Struktur Organisasi Sekolah

6. Personil Sekolah

a. Pendidik

SMA Muhammadiyah Bantul memiliki pendidik sebanyak 36 orang, dengan jenjang pendidikan pasca sarjana (S2) 2 orang, Sarjana (S1) 32 orang dan sarjana muda 20 orang, terdiri atas PNS 19 orang, GTY 8 orang, dan GTT 9 orang; guru tersertifikasi 26 orang dan 10 orang guru belum tersertifikasi.


(60)

Tabel. 5

Daftar Pendidik SMA Muhammadiyah Bantul

No Nama Status Pendidikan Mapel yg diampu Sertifikat

1

Drs. HUMAN SAPTAPUTRA, M.Pd

PNS S.2 Matematika Sudah

2 Drs. SUPARJONO PNS S.1 Biologi Sudah

3 Dra. Hj. MURNIYATI PNS S.1 Bhs Indonesia Sudah

4 Dra. Hj. SRI SURYANINGSIH PNS S.1 Bhs Inggris Sudah

5 Dra. RIEN ASTIANA PNS S.1 Kimia Sudah

6 Dra. Hj. WAHYUNINGSIH PNS S.1 Kimia Sudah

7 Hj. MURTINI, S.Pd PNS S.1 BK Sudah

8 Drs. H. SUNGKONO PNS S.1 Sosiologi Sudah

9 SRI KARTINI, S.Pd. PNS S.1 Sejarah Sudah

10 MUGIYONO, S.Pd PNS S.1 BK Sudah

11 SAMSUL ARIFIN, S.Pd PNS S.1 Penjas OR Sudah

12 SISWANTI, S.Pd PNS S.1 Bhs Indonesia Sudah


(61)

14 NGADIMIN, S.Pd PNS S.1 Seni Budaya Sudah

15 Drs. SUPRIYANTA, M.Pd PNS S.2 Fisika Sudah

16 HARJITO, S.Pd PNS S.1 Geografi Sudah

17 Dra. Hj. RUMHAYATI PNS S.1 Pkn Sudah

18 Dra. SRI SUWARNI PNS S.1 Matematika Sudah

19 SUEDI, S.Pd PNS S.1 Ekonomi Sudah

20 Drs. SUBARJO GTY S.1 Ekonomi Tidak

21 Drs. WIDADI GTY S.1 Geografi Sudah

22 SIGIT NURYANTA GTY S.1 Fisika Belum

23 Drs. MUHAMMAD ASROWI GTY D 3 PAI Sudah

24

DWI SUMARIYANTO, S.Kom

GTY S.1 TIK Sudah

25 BAYU SUPRIYANTA, SE GTY S.1 Seni Musik Belum

26 BURHANI, S.Pd GTY S.1 Bhs Inggris Sudah

27 TITIK ISMIYATI, S.Pd GTY S.1 Biologi Sudah

28

Drs. M.SYAHRO HADIPUTRO

GTT S.1 PAI Sudah


(62)

30 ANITA DWI ASTUTI, S.Pd GTT S.1 BKK Belum

31 ANTO RIYADI, S.Pd GTT S.1 Sejarah Belum

32

YU’THI

HUMALATUZZAKKA, M.Ag

GTT S.2 PAI Belum

33

ANGGRAENI JAMILATUN, S.Ag

GTT S.1 PAI Belum

34

ENDRI SETIYANINGSIH, S.Pd

GTT S.1 Bahasa Jawa Belum

35 FARID FEBRIARTO, Lc GTT S.1 PAI Belum

36 MUHADJIR, S.Ag GTT S.1 PAI Belum

b. Tenaga Kependidikan

SMA Muhammadiyah Bantul memiliki tenaga kependidikan sebanyak 14 orang dengan status PTT.

Tabel. 6

Daftar Tenaga Kependidikan

No Nama Jabatan Pendidikan Status Pegawai

1 MUHARI HANAFI Ka TU SPG 1980 PTT

2 SUKARJO Bendahara SMA 1979 PTT

3 SUWARSO TU SMA 1974 PTT


(63)

5 MUKHLIS Laboran SMA 1984 PTT

6 SARIJAN TU SMEA 1981 PTT

7 MUH ZUHDI MUNAWIR TU SMA 1983 PTT

8 SAYIDATUN HASANAH TU SMK 2000 PTT

9 SUPARMAN Pesuruh SR 1962 PTT

10 JUMAR Pesuruh SD 1988 PTT

11 NOTO LEGOWO Pesuruh SMP PTT

12 ARISMAN Pesuruh SMP PTT

13 ROKHANIYATI, A.Md Petugasperpus D3 Perpus SMA PTT

14 SUKARTIJA Satpam SMP PTT

7. Peserta Didik

Dalam lima tahun terakhir SMA Muhammadiyah Bantul memiliki jumlah rombongan belajar dan peserta didik yang relatif stabil.


(64)

Tabel. 7 Rombongan Belajar

Tahun Pelajaran

Jumlah Kelas

Jumlah X

XI XII

IPA IPS IPA IPS

2011 / 2012 4 3 3 2 2 13

2012 / 2013 4 2 2 3 2 13

2013 / 2014 5 2 2 2 2 13

2014 / 2015 5 2 3 2 2 14

2015 / 2016 2 3 2 3

Tabel. 8 Jumlah Peserta Didik

Tahun Pelajaran

Jumlah Kelas

Jumlah X

XI XII

IPA IPS IPA IPS

2011 / 2012 100 75 63 59 40 337

2012 / 2013 98 42 41 74 54 309


(65)

2014 / 2015 108 43 62 44 52 309

2015 / 2016

8. Orang Tua Peserta Didik

Orang tua peserta didik SMA Muhammadiyah Bantul sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh serabutan dan berpendidikan dasar dan menengah.

Tabel. 9

Pendidikan Orang Tua Siswa

P e

T a

b e l

1 0 Tahun

Pelajaran

Pendidikan orang tua

Jumlah

SD SMP SMA Diploma Sarjana

2011 / 2012 66 92 135 27 17 337

2012 / 2013 14 111 140 29 15 309

2013 / 2014 20 95 127 21 12 285

2014 / 2015 27 80 137 35 40 309


(66)

Tabel. 10 Pekerjaan Orang Tua

Tahun Pelajaran

Pekerjaan orang tua

Jumlah Buruh Petani PNS TNI/Polri Pedagang

2011 / 2012

163 45 17 6 96 337

2012 / 2013

187 29 12 4 77 309

2013 / 2014

166 30 14 4 71 285

2014 / 2015

93 70 31 5 110 309

2015 / 2016

9. Sarana dan Prasarana

Beberapa fasilitas pembelajaran yang terdapat di SMA Muhammadiyah Bantul antara lain sebagai berikut:


(67)

a. Ruang kelas yang memadai

b. Laboratorium (Fisika, Kimia, Biologi, Komputer, Agama, Geografi, Sejarah).

c. Ruang praktik life skill (otomotif, tata busana, karawitan, studio musik, batik, TIK).

d. Ruang audio visual. e. Ruang UKS.

f. Lapangan olah raga (Basket, Bola volli, Tenis meja, Tenis Lapangan). g. Masjid

h. Ruang bimbingan. i. Perpustakaan dan aula. j. Asrama MBS.

k. Serta sarana pendukung berupa koperasi, kantin, parkir yang luas, sarana MCK, ruang satpam, taman sekolah dan sebagainya.

B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010: 211).


(68)

Menurut Sugiono (2015), butir di dalam instrumen penelitian dinyatakan valid dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (Y). Jika jumlah korelasi di bawah 0, 30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS menggunakan kriteria jika rhitung lebih

besar (>) dari rtabel maka item pada instrumen dinyatakan valid dan

dapat digunakan. Untuk mencari nilai rtabel terlebih dahulu diketahui

df-nya (derajat kebebasan) sesuai dengan data dan asumsi SPSS 16.0 yang menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%.

1.) Variabel Pola Asuh

Setelah dilakukan uji validitas pada 27 orang responden dengan tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh bahwa dari 40 item yang diujikan, terdapat 31 soal yang valid. Berikut merupakan hasil uji validitas yang dibantu program SPSS 16.0.

Tabel. 11

Item Uji Validitas Variabel Pola Asuh

Item rhitung rtabel Ket. Item rhitung rtabel Ket.

1 - 0, 067 0, 3809 Tidak valid

21 0, 378 0, 3809 Tidak valid

2 0, 525 0, 3809 Valid 22 0, 509 0, 3809 Valid


(69)

4 - 0, 129 0, 3809 Tidak valid

24 0, 477 0, 3809 Valid

5 0, 107 0, 3809 Tidak valid

25 0, 646 0, 3809 Valid

6 0, 778 0, 3809 Valid 26 0, 421 0, 3809 Valid

7 0, 643 0, 3809 Valid 27 0, 602 0, 3809 Valid

8 0, 654 0, 3809 Valid 28 0, 727 0, 3809 Valid

9 0, 818 0, 3809 Valid 29 0, 483 0, 3809 Valid

10 0, 627 0, 3809 Valid 30 0, 709 0, 3809 Valid

11 0, 470 0, 3809 Valid 31 0, 645 0, 3809 Valid

12 - 0, 264 0, 3809 Tidak valid

32 0, 667 0, 3809 Valid

13 - 0, 137 0, 3809 Tidak valid

33 0, 512 0, 3809 Valid

14 0, 392 0, 3809 Valid 34 0, 511 0, 3809 Valid

15 0, 221 0, 3809 Tidak Valid

35 0, 783 0, 3809 Valid

16 0, 540 0, 3809 Valid 36 0, 546 0, 3809 Valid

17 0, 609 0, 3809 Valid 37 0, 492 0, 3809 Valid

18 - 0, 095 0, 3809 Tidak valid

38 0, 147 0, 3809 Tidak valid

19 0, 675 0, 3809 Valid 39 0, 777 0, 3809 Valid

20 0, 541 0, 3809 Valid 40 0, 660 0, 3809 Valid

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa uji validitas terhadap 40 item instrumen menunjukkan adanya 9 item instrumen yang tidak valid yaitu: 1, 4, 5, 12, 13, 15, 18, 21 dan 38 dikarenakan rhitung lebih kecil dari rtabel yaitu 0, 3809.


(70)

2.) Variabel Agresivitas

Setelah dilakukan uji coba pada 27 responden dengan taraf signifikansi sebesar 5% diketahui bahwa dari 40 item yang diujikan, terdapat 31 item soal yang valid. Berikut merupakan hasil uji validitas dengan bantuan program SPSS 16.0:

Tabel. 12

Item Uji Validitas Variabel Agresivitas Siswa

Item rhitung rtabel Ket. Item rhitung rtabel Ket.

1 0, 147 0, 3809 Tidak valid

21 0, 430 0, 3809 Valid

2 0, 316 0, 3809 Tidak valid

22 0, 625 0, 3809 Valid

3 0, 465 0, 3809 Valid 23 0, 393 0, 3809 Valid

4 0, 445 0, 3809 Valid 24 0, 732 0, 3809 Valid

5 0, 536 0, 3809 Valid 25 0, 654 0, 3809 Valid

6 0, 720 0, 3809 Valid 26 0, 528 0, 3809 Valid

7 0, 523 0, 3809 Valid 27 0, 395 0, 3809 Valid

8 0, 185 0, 3809 Tidak valid

28 0, 415 0, 3809 Valid

9 0, 436 0, 3809 Valid 29 0, 578 0, 3809 Valid

10 0, 637 0, 3809 Valid 30 0, 270 0, 3809 Tidak valid

11 0, 295 0, 3809 Tidak valid

31 0, 349 0, 3809 Tidak valid


(71)

13 0, 347 0, 3809 Tidak valid

33 0, 447 0, 3809 Valid

14 0, 715 0, 3809 Valid 34 0, 393 0, 3809 Valid

15 0, 529 0, 3809 Valid 35 0, 756 0, 3809 Valid

16 0, 712 0, 3809 Valid 36 0, 526 0, 3809 Valid

17 0, 738 0, 3809 Valid 37 0, 408 0, 3809 Valid

18 0, 602 0, 3809 Valid 38 0, 613 0, 3809 Valid

19 0, 665 0, 3809 Valid 39 0, 639 0, 3809 Valid

20 0, 229 0, 3809 Tidak valid

40 0, 289 0, 3809 Tidak valid Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan dari hasil uji validitas terhadap 40 item instrumen menunjukkan adanya 9 item instrumen yang tidak valid yaitu: 1, 2, 8, 11, 13, 20, 30, 31 dan 40 dikarenakan rhitung lebih kecil dari rtabel yaitu 0, 3809.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu item instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2013: 221). Reliabilitas dari suatu instrumen dapat dilihat dari nilai Alfa Cronbach’s. Apabila nilai Alfa Cronbach’s lebih besar (>) dari nilai rtabel, maka instrumen


(72)

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0. Berikut merupakan hasil uji reliabilitas instrumen variabel pola asuh dan agresivitas:

1.) Variabel Pola Asuh

Tabel. 13

Uji Reliabilitas Variabel Pola Asuh Orang Tua

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.905 40

Berdasarkan data perhitungan dengan program SPSS, diperoleh nilai Alfa Cronbach’s sebesar 0, 905, sehingga jika dibandingkan dengan rtabel dengan N = 27, maka nilai Alfa Cronbach’s lebih

besar dari rtabel (0, 905 > 0, 3809). Dapat diartikan bahwa

instrumen pola asuh orang tua pada angket dinyatakan reliabel. 2.) Variabel Agresivitas

Tabel. 14

Uji Reliabilitas Variabel Agresivitas Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(73)

Berdasarkan data perhitungan dengan program SPSS, diperoleh nilai Alfa Cronbach’s sebesar 0, 917, sehingga jika dibandingkan dengan rtabel dengan N = 27, maka nilai Alfa

Cronbach’s lebih besar dari rtabel (0, 917 > 0, 3809). Dapat

diartikan bahwa instrumen agresivitas anak pada angket dinyatakan reliabel.

c. Uji Normalitas Data

Langkah yang dilakukan setelah uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian adalah menguji normalitas dari kedua variabel. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa data berdistribusi normal atau tidak yang berperan di dalam langkah analisis data selanjutnya.

Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Berikut merupakan hasil uji normalitas data variabel pola asuh dan agresivitas:


(74)

Tabel. 15 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

POLAASUH .098 27 .200* .968 27 .554

AGRESIVITAS .113 27 .200* .944 27 .157

a. Lilliefors Significance Correction

Kriteria yang digunakan dalam uji normalitas data adalah data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05 dan jika signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Data variabel pola asuh orang tua memiliki nilai signifikansi sebesar 0, 200. Signifikansi tersebut > 0,05, maka dapat dinyatakan berdistribusi normal.

2. Data variabel agresivitas siswa memiliki nilai signifikansi sebesar 0, 200. Signifikasni tersebut > 0,05, maka dapat dinyatakan berdistribusi normal.

2. Hasil Analisis Data

a. Hasil Penyebaran Kuesioner

Untuk memperoleh data mengenai hubungan pola asuh dan tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah, dalam penelitian ini menggunakan penyebaran angket/ kuesioner. Koesioner yang


(75)

diberikan kepada responden berjumlah 80 item pernyataan yang terdiri dari dua variabel. Pola asuh orang tua sebagai variabel bebas (independent variable) disebut juga variabel X dan agresivitas anak sebagai variabel terikat (dependent variable) yang disebut juga sebagai variabel Y.

Variabel bebas (pola asuh orang tua) sebelum dilakukan uji validitas pada penelitian ini berjumlah 40 item kuesioner dengan 3 dimensi pola asuh yaitu otoriter, demokratis dan permisif. Dimensi otoriter terdiri dari 15 pernyataan dengan 3 indikator yaitu: memperlakukan anak secara ketat; kurang memiliki kedekatan dengan anak dan komunikasi berpusat pada orang tua dan memaksakan keinginan terhadap anak, dimensi demokratis 15 pernyataan dengan 3 indikator yaitu: membuat aturan yang disertai dengan penjelasan; memberikan kesempatan anak untuk mengemukakan pendapat dan menghargai keputusan anak dan dimensi permisif sebanyak 10 pernyataan dengan 2 indikator yaitu: tidak banyak terlibat dalam kehidupan anak (kurang mengontrol anak) dan membiarkan anak membuat keputusan sendiri. Setelah dilakukan uji validitas, diperoleh sebanyak 31 item kuesioner yang dinyatakan valid.

Untuk variabel terikat (agresivitas anak) pada penelitian ini sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 40 item pernyataan dengan 2 dimensi yang disajikan yaitu verbal dan non-verbal. Indikator verbal


(76)

yaitu: melontarkan kata-kata kasar yang menyakiti orang lain; mencemooh orang lain dengan kata-kata secara sengaja dan melakukan kekerasan secara mental. Sedangkan indikator non-verbal yaitu: melakukan perbuatan yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik; berbuat onar di lingkungan sekolah/ masyarakat dan tidak disiplin di sekolah. Dimensi verbal dan non-verbal masing-masing sebanyak 20 item pernyataan.

Responden yang menjadi sampel penelitian ini sebanyak 27 siswa yang diambil secara acak dari kelas XI SMA Muhammadiyah Bantul. Masing-masing item kuesioner memiliki bobot skor dengan kriteria untuk item favorable yaitu: SS (Sangat Setuju) = 5, S (Setuju) = 4, N (Netral) = 3, KS (Kurang Setuju) = 2, TS (Tidak Setuju) = 1 dan SS = 1, S = 2, N = 3, KS = 4, TS = 5 untuk item unfavorable.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik product moment. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara pola asuh orang tua dan tingkat agresivitas siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

1.) Pola asuh orang tua

Penilaian dilakukan dengan menggunakan 3 dimensi pola asuh orang tua yaitu otoriter, demokratis dan permisif. Berikut tabel kriteria penilaian pola asuh:


(77)

Tabel. 16

Kriteria Pola Asuh Orang Tua

Kategori Deskripsi

Baik 1. Orang tua membuat aturan jelas dan konsisten serta menerapkan standar tingkah laku terhadap perilaku anak. 2. Orang tua memberikan kesempatan anak untuk berpendapat.

3. Orang tua menghargai keputusan anak.

Cukup 1. Orang tua mengontrol anak namun berlaku ketat. 2. Orang tua mengontrol namun kurang memiliki kedekatan dengan anak.

3. Orang tua berusaha membentuk, mengendalikan serta mengevaluasi tingkah laku anak sesuai dengan standar tingkah laku yang ditetapkan orang tua.

Kurang 1. Orang tua tidak banyak terlibat dalam kehidupan anak. 2.Orang tua membiarkan anak membuat keputusan sendiri 3. Orang tua menerapkan sedikit sekali disiplin dan sekalipun mereka menerapkan disiplin kepada anak, mereka bersikap tidak konsisten dalam penerapan.


(78)

a.) Pola asuh otoriter

Item pola asuh otoriter yang valid pada penelitian ini sebanyak 9 pernyataan. Untuk mengetahui tingkat prosentasenya, menggunakan tabel frekuensi menurut Hadi (1989):

X = ½ (skor tertinggi + skor terendah) X = ½ (45 + 9) = 54/2

X = 27

SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) SDi = 1/6 (45 - 9) = 36/6

SDi = 6

Untuk kategori tinggi = (X + 1 Sdi) – (X + 3 SDi) = (27 + 6) – (27 + 3 x 6) = (33) – (45)

Untuk kategori sedang = (X – 1 SDi) – (X + 1 SDi) = (27 – 6) – (27 + 6)

= (21) – (33)

Untuk kategori rendah = (X – 3 SDi) – (X – 1 SDi) = (27 – 3 x 6) – (27 – 6) = (9) – (21)


(79)

Gambar. 17

Diagram Pola Asuh Otoriter

Berdasarkan diagram tersebut, dari 27 responden yang mengisi angket, 48% responden (13 siswa) mendapatkan pola asuh otoriter yang tinggi, 48% responden (13 siswa) mendapatkan pola asuh otoriter yang sedang dan 4% responden (1 siswa) mendapatkan pola asuh otoriter yang rendah.

b.) Pola asuh demokratis

Item pola asuh demokratis yang valid pada penelitian ini sebanyak 13 pernyataan. Untuk mengetahui tingkat prosentasenya, menggunakan tabel frekuensi menurut Hadi (1989):

X = ½ (skor tertinggi + skor terendah) X = ½ (65 + 13) = 78/2

X = 39

SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) SDi = 1/6 (65 – 13) = 52/6

48% 48%

4%

OTORITER


(80)

SDi = 8,6

Untuk kategori tinggi = (X + 1 Sdi) – (X + 3 SDi) = (39 + 8,6) – (39+ 3 x 8,6) = (48) – (65)

Untuk kategori sedang = (X – 1 SDi) – (X + 1 SDi) = (39 – 8,6) – ( 39 + 8,6) = (30) – (48)

Untuk kategori rendah = (X – 3 SDi) – (X – 1 SDi) = (39 – 3 x 8,6) – (39 – 8,6) = (13) – (30)

Gambar. 18

Diagram Pola Asuh Demokratis

Berdasarkan diagram tersebut, dari 27 responden yang mengisi angket, 67% responden (18 siswa) mendapatkan pola asuh demokratis yang tinggi, 33% responden (9 siswa) mendapatkan pola asuh demokratis yang sedang dan 0% responden mendapatkan pola asuh demokratis yang rendah.

67% 33%

0%

DEMOKRATIS


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

CURRICULUM VITAE Nama : Muti’atu Nur Rahmatul Mawaddati Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 15 Februari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam

Alamat : Tembi RT 04 RW 04, Timbulharjo, Sewon, Bantul, DIY 55186 Orang Tua :

a. Ayah : Drs. M. Syahro Hadiputro Agama : Islam

Pekerjaan : Guru Swasta

b. Ibu : Tipuk Eko Berdikaryanti, BA Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Nomor telepon : 085729376724 Riwayat Pendidikan :

1. TKIT Mu’adz bin Jabbal : Lulus tahun 2000

2. SDIT Luqman Al-Hakim : Lulus tahun 2006

3. Mts Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta : Lulus tahun 2009

4. MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta : Lulus tahun 2012

Riwayat Organisasi :

1. Bendahara, Komisariat IMM PUTM Putri Yogyakarta (2013-2014) 2. Bendahara IMTM PUTM Putri Yogyakarta (2014-2015)


(6)