PENANDA SOSIAL DALAM TUTURAN

6. PENANDA SOSIAL DALAM TUTURAN

Ada sedikit perbedaan interpersonal yang nyata atau yang dapat diandalkan dalam gaya tutur (Giles dan Street 1985). Orang biasanya mempunyai sebuah repertorium gaya tutur, dan mereka secara otomatis atau sengaja menciptakan cara mereka bertutur terhadap konteks peristiwa komunikasi. Misalnya kita cenderung bertutur secara perlahan dan menggunakan kata-kata pendek dan konstruksi gramatika yang sederhana ketika kita berbicara dengan orang asing dan anak-anak (Clyne 1981); Eliot 1981). Kita menggunakan konstruksi yang lebih panjang dan kompleks atau varietas bahasa yang lebih formal atau aksen standar ketika kita berada di tengah-tengah situasi formal seperti pada saat interview.

Brown dan Fraser (1979) memetakan komponen situasi komunikasi yang berbeda yang dapat mempengaruhi gaya tutur. Ini merupakan sebuah klasifikasi situasi objek, sehingga dirasa penting untuk mengingatkan kembali bahwa individu yang berbeda tidak bisa menentukan situasi objek yang sama dengan cara yang sama. Apa yang kelihatannya berupa konteks formal bagi seseorang bisa kelihatan tidak formal bagi orang lain. Ini berupa persepsi objektif terhadap situasi yang mempengaruhi gaya tutur. Furnham (1986) selangkah lebih maju dalam penjelasannya bahwa kita tidak hanya memenuhi gaya tutur saja untuk menerima kebutuhan situasional, tetapi kita juga mencari situasi yang cocok untuk suatu gaya tutur yang dikehendaki. Sebagai ilustrasi,

kalau seseorang menginginkan suatu tempat ngobrol secara informal, dia sepertinya memilih sebuah kafe yang nyaman dibanding sebuah ruangan seminar sebagai tempat pertemuan.

Variasi kontekstual dalam gaya tutur maksudnya ialah bahwa gaya tutur itu sendiri dapat menceritakan kepada kita sesuatu mengenai konteksnya: dengan kata lain, ujaran berisikan petunjuk kepada siapa kita berbicara, dalam konteks apa dan tentang apa. Ujaran berisikan penanda sosial, yaitu berupa ciri-ciri gaya tutur yang menyampaikan informasi mengenai modus, konteks, status dan anggota kelompok. Yang dimaksud dengan anggota kelompok ialah kelas sosial, etnik, jenis kelamin dan usia. Penanda sosial mudah diidentifikasi dengan jelas dan bertindak sebagai petunjuk yang dapat diandalkan dalam mengelompokkan anggota. Sebagai contoh, hampir semua penduduk Britania Raya dapat dengan mudah mengidentifikasi orang-orang Amerika, Australia, dan Afrika Selatan dari gaya tuturnya.

Ide tersebut di atas merupakan dasar pijak salah satu paradigma penelitian yang secara luas digunakan dalam psikologi sosial khususnya yang berkaitan dengan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Teknik penelitian bahasa yang digunakan yang berorientasi pada psikologi sosial, oleh Lambert, dkk., (1960) disebut dengan the matched-guise technique.

Lambert merancang teknik ini untuk menginvestigasi sikap berbahasa (sikap orang terhadap seseorang sebagai suatu fungsi tutur itu sendiri). Teknik ini juga telah digunakan secara ekstensif dalam konteks budaya untuk menginvestigasi evaluasi sosial tentang keanekaragaman bahasa standar dan takstandar penutur bahasa tertentu. Keanekaragaman bahasa standar adalah bahasa yang dikaitkan dengan status ekonomi yang tinggi, kekuasaan dan penggunaan di media. Di Inggris keanekaragaman bahasa standar ini disebut received pronunciation (RP) English (‘laval bahasa Inggris yang diakui’).

Keanekaragaman bahasa takstandar termasuk logat (accent) regional (misalnya Keanekaragaman bahasa takstandar termasuk logat (accent) regional (misalnya

kedua membutuhkan penguasaan bahasa minoritas (misalnya bahasa Hindi di seperti penutur aslinya, dan ini sangat Inggris). Masalah bahasa dan etnisitas atau

bergantung pada motivasi pelajar bahasa yang berkaitan dengan kelompok-kelompok

kedua ketimbang pada kecerdasan linguistik etnis penuturnya dapat dikaji secara luas di

atau faktor-faktor pedagogis semata. bawah payung etnolinguistik. Dalam

Kegagalan memperoleh penguasaan makalah ini, uraian tentang bahasa dan

bahasa seperti penutur aslinya dapat etnisitas tidak dibahas meskipun erat meruntuhkan kepercayaan diri dan kaitannya dengan permasalahan yang ada.

menyebabkan pengisolasian fisik dan sosial, dan mengarah pada kesulitan material dan

7. KEDWIBAHASAAN DAN

penderitaan psikologis. Sebagai contoh,

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

Noels dkk. (1976) telah menemukan rasa harga diri yang rendah dan tanda-tanda

Dapat dikatakan bahwa hampir semua gejala stress pada orang-orang Cina-Kanada negara di dunia ini dwibahasa atau multi- yang mempunyai kemampuan bahasa bahasa. Negara bisa memiliki keaneka-

Inggris yang jelek.

ragaman kelompok-kelompok etnolinguistik, Gardner (1979) dan Clément (1980), dengan satu kelompok yang dominan yang Giles dan Byrne (1982) mengajukan sebuah bahasanya sebagai lingua franca. Sangat model antar kelompok. Ada lima dimensi sedikit negara yang monolingual (misalnya sosio-psikologis yang mempengaruhi tujuan- Portugal). Kedwibahasaan dan atau tujuan motivasi anggota kelompok bawahan pemerolehan bahasa kedua bagi kebanyakan dalam mempelajari bahasa kelompok yang orang bukan semata-mata untuk kegiatan

dominan:

rekreasi, tetapi suatu kebutuhan untuk Identifikasi etnolinguistik; bertahan hidup. Misalnya, di Inggris, ‰

Jumlah identitas alternatif yang tersedia; imigran Cina benar-benar harus mempelajari

Jumlah identitas alternatif status tinggi yang tersedia;

bahasa Inggris agar mereka dapat sekolah

dan mampu berpartisipasi baik dalam kegiatan budaya, pekerjaan dan kehidupan

Daya hidup subjek;

Sistem keyakinan sosial berkaitan sehari-hari di Inggris. Pemerolehan bahasa dengan kemungkinan atau ketidak- kedua tidak semata hanya untuk mungkinan untuk menerima secara permasalahan kemampuan dasar di kelas linguistik ke dalam kelompok yang tetapi kemampuan bahasa secara

dominan.

menyeluruh ditanamkan dalam konteks

Tabel 2. Model Antarkelompok Pemerolehan Bahasa Kedua (Sumber: Giles dan Byrne, 1982)

Dimensi sosio-psikologis

. ☺Rendah ☺Identifikasi etnolinguistik

☺Tinggi ☺Tinggi ☺Jumlah identitas alternatif ☺Rendah ☺Tinggi ☺Jumlah identitas alternatif ☺Rendah

status yang tinggi ☺Rendah ☺Vitalitas subjek ☺Tinggi ☺’Sedang’ ☺Sistem keyakinan sosial ☺’Tidak sedang’

Tujuan motivasi Tujuan motivasi

Penguasaan seperti Hanya kemampuan

Penutur asli

kelas

Faktor sikap

Faktor sikap

Tingkat keinginan Intelegensi, kecerdasan

Situasi khusus

teknik pedagogis

Penguasaan

Kecakapan

Seperti penutur asli

kelas

Mempelajari bahasa kedua dipengaruhi oleh memperoleh penguasaan bahasa seperti tujuan-tujuan motivasi yang dibentuk oleh

penutur asli dalam bahasa yang dominan konteks identitas sosial yang lebih luas dan

dan masih memelihara warisan budaya dan hubungan antarkelompok

etnolinguistik mereka sendiri. Analisis Identifikasi rendah dengan kelompok

pemerolehan bahasa kedua ini mendasarkan dalam etnis (ethnic ingroup), rendahnya

bahasa dengan kuat dalam konteks daya hidup subjek dan sebuah keyakinan

budayanya dan oleh karenanya yang seseorang dapat lewati secara menghubungkan pemerolehan bahasa linguistik, dipasangkan dengan sejumlah

dengan proses akulturasi yang lebih luas. besar identitas yang potensial lainnya

Sebagai contoh, Berry dkk. (1986) dimana banyak yang berstatus tinggi,

membedakan antara integrasi (integration) merupakan kondisi yang memotivasi (orang yang memelihara budaya etnisnya individu untuk memperoleh kemampuan

dan menghubungkan dengan budaya yang bahasa kedua seperti penutur aslinya.

dominan), asimilasi (assimilation) (orang yang Kemahiran dalam bahasa kedua sepertinya

melepas budaya etnisnya dan mengadopsi menjadi sangat berguna baik secara ekonomi

secara penuh budaya yang dominan), maupun secara budaya. Realisasi motivasi

pemisahan (separation) (orang yang meme- ini akan difasilitasi oleh perluasan yang

lihara budaya etnisnya dan mengisolasikan diciptakan untuk merasa percaya diri diri mereka dari budaya yang dominan) dan terhadap penggunaan bahasa kedua dalam

marjinalisasi (marginalisation) (orang yang konteks khusus.

melepas budaya etnisnya dan gagal untuk

Model seperti ini secara luas menghubungkannya secara tepat dengan mendukung suatu kajian yang dilakukan

budaya yang dominan. Konsekuensinya oleh Hall dan Gudykunst (1986) di Arizona.

dalam proses belajar bahasa kedua sangat Kemampuan bahasa Inggris dari lebih 200

dramatis.

mahasiswa internasional dari berbagai latar Mayoritas anggota kelompok biasanya belakang budaya dan linguistik dapat

tidak memiliki motivasi untuk mencapai dijelaskan dengan menggunakan model

penguasaan bahasa lain seperti penutur antarkelompok yang digagas oleh Giles dan

aslinya. Sebagai contoh, dari beberapa Byrne (1982) ini. Tentu saja model ini masih

penelitian yang dilakukan, banyak pelajar dalam pengembangan dan modifikasi dalam

dan mahasiswa Inggris sangat buruk dalam pengenalan kompleksitas model belajar

mempelajari bahasa asing (bahasa-bahasa di bahasa kedua dengan akurat dalam konteks

luar bahasa Inggris) khususnya bahasa- multibudaya (Garret dkk. 1989; Giles dan

bahasa di luar bahasa Eropah. Mereka tidak Coupland 1991).

termotivasi untuk menguasainya. Hal ini Sebagai contoh, Lambert dkk. (1986)

barangkali disebabkan oleh prestise dan telah mengusulkan sebuah hipotesis kegunaan bahasa Inggris secara multikulturalisme (multiculturalism internasional. (Edwards 1994; Sachdev dan hypothesis). Menjamin minoritas Wright 1996). etnolinguistik yang secara pasti tidak mempertimbangkan kemampuan berbahasa

8. JENIS

KELAMIN,

USIA DAN

kedua seperti penutur asli menjadi

BAHASA

berkurang – dan sebaliknya, mereka kadang Sosio-psikologi cenderung berfokus

sering mempertimbangkannya sebagai pada etnisitas dan bahasa dan analisis yang bahan tambahan. Contoh dari proses ini diharapkan biasanya berhubungan dengan termasuk penguasaan bahasa Inggris pada aspek-aspek kelompok dalam (intergroup orang-orang Jepang, dan orang-orang Cina aspects) tentang perilaku berbahasa dan Hongkong, dan juga penguasaan bahasa semua hal yang dianggap sama yang dapat Italia orang-orang Valdotans (sebuah diterapkan pada konteks antar kelompok. komunitas penutur bahasa Perancis sebelah Perbedaan jenis kelamin dalam gaya tutur utara Italia). Kelompok-kelompok ini telah diteliti, khususnya di negara-negara sering mempertimbangkannya sebagai pada etnisitas dan bahasa dan analisis yang bahan tambahan. Contoh dari proses ini diharapkan biasanya berhubungan dengan termasuk penguasaan bahasa Inggris pada aspek-aspek kelompok dalam (intergroup orang-orang Jepang, dan orang-orang Cina aspects) tentang perilaku berbahasa dan Hongkong, dan juga penguasaan bahasa semua hal yang dianggap sama yang dapat Italia orang-orang Valdotans (sebuah diterapkan pada konteks antar kelompok. komunitas penutur bahasa Perancis sebelah Perbedaan jenis kelamin dalam gaya tutur utara Italia). Kelompok-kelompok ini telah diteliti, khususnya di negara-negara

(di Amerika Serikat) mengadopsi cara bicara bicara, sopan, emosional, positif, penolong,

anak-anak (baby talk) untuk berkomunikasi tentatif dan kurang tegas, dan sepertinya

dengan orang-orang tua. Para orang tua lebih menyenangi pembicaraan berkisar

menanggapi situasi ini seperti penghinaan rumah dan keluarga. Secara paralinguistik,

meskipun sebagian dari mereka tuturan perempuan cenderung memandangnya sebagai pengasuh. Pada menggunakan titik nada tinggi, volume

waktu yang sama, orang-orang muda merasa suara lebih lembut, variabilitas yang lebih

bahwa para orang tua gagal mengakomodasi besar, dan nada yang lebih santai dan

ujaran mereka, dan mereka mendapatkan ini menyenangkan.

menjengkelkan. Pertemuan intergenerasi

Perempuan cenderung mengadopsi antara kaum muda dan kaum tua ini gaya tutur yang lebih maskulin ketika

sepertinya justru memperkuat stereotip ini. berbicara dengan seorang laki-laki asing atau

Pada masyarakat penutur bahasa kenalan tetapi mereka akan menggunakan

Indonesia, para orang dewasa atau orang tua gaya tutur yang lebih feminin apabila

pada umumnya justru mengadopsi cara mereka berbicara dengan teman intim laki-

bicara anak-anak ketika mereka laki mereka. Ada beberapa temuan bahwa

berkomunikasi dengan anak-anak, apakah wanita sering mengadopsi bentuk-bentuk

anak sendiri ataupun anak orang lain. tuturan yang tanpa daya (powerless speech)

Biasanya pola adopsi yang dilakukan bersifat ketika menegur laki-laki atau ketika bersama

penuh atau mendekati penuh, baik dari segi dengan laki-laki. Tuturan tanpa daya bunyi tutur, pilihan kata maupun biasanya ditandai dengan penggunaan kesederhanaan susunan tatabahasa. Artinya bentuk penguat (intensifier) (dalam bahasa

para orang dewasa dan orang tua berupaya Inggris misalnya very, really, so, dan lain-

keras agar terjadi komunikasi diantara lain); bentuk-bentuk menghindar (hedges)

mereka walaupun tidak jarang hanya terjadi (misalnya kind of, sort of, you know, dan lain-

komunikasi satu arah.

lain); bentuk klausa pengukuh (tag question) (misalnya …. didn’t they? dan lain-lain)

9. KESIMPULAN

intonasi menaik yang mengubah sebuah Bahasa merupakan sistem bunyi-bunyi

pernyataan deklaratif menjadi sebuah ujar yang terstruktur dan bermakna yang pertanyaan, dan bentuk sopan dalam digunakan untuk berkomunikasi. menyapa. Dalam percakapan campuran Bahasa tidak menentukan pikiran, antara laki-laki dan perempuan, ternyata tetapi bahasa memudahkan kita berpikir perempuan lebih jarang melakukan mengenai hal-hal yang memiliki kepentingan interupsi dibandingkan laki-laki. Dari hasil komunikasi dalam lingkungan fisik dan penelitian yang pernah dilakukan 98 persen

sosial seseorang.

interupsi dilakukan oleh pria (Zimmerman Cara orang berbicara membawa dan West 1975). informasi tentang perasaan dan motif Sepanjang hidup, kita semua bergerak seseorang, keanggotaan seseorang dalam dari suatu serangkaian pengelompokkan kelompok sosial (misalnya usia, jenis usia misalnya bayi, anak-anak, remaja, kelamin, etnik, agama) kepada siapa muda, dewasa, setengah baya, dan tua. seseorang itu berbicara dan dalam konteks Masyarakat memiliki keyakinan dan

apa.

ekspektasi yang stereotip tentang sikap dan Kelompok etnis secara teratur bisa tingkah laku yang dikaitkan dengan melepaskan atau bisa mempromosikan kategorisasi ini. Pada masyarakat Barat, bahasa mereka sendiri, bergantung pada orang-orang tua biasanya dianggap lemah, tingkat kepentingan yang mereka anggap tak berdaya, status rendah dan benar-benar kelompok etnolinguistik mereka memiliki tak berharga (Baker 1985). Sikap ini

konteks multi-etnik.

mencerminkan suatu strategi akomodasi

Secara otomatis atau secara sadar orang Fehr, B. 1996. Frienship processes. Thousand menciptakan gaya tutur mereka terhadap

Oaks, CA: Sage.

konteks komunikasi. Kelompok etnis Fodor, J.A., T.G. Bever, dan M.F. Garrett. minoritas cenderung berkumpul di gaya

1974. The psychology of language: an tutur status tinggi (high-status speech styles)

introduction to psycholinguistics and kecuali kalau mereka mempertimbangkan

generative grammar . New York: status hirarki yang tidak diakui dan daya

McGraw-Hill Book Company. kelompok yang mereka miliki menjadi

Gardner, B.T. dan R.A. Gardner. 1975. tinggi.

Evidence for sentence constituents in the Bagi kelompok etnolinguistik minoritas,

early utterances of child and shimpanzee . pertimbangan daya tersebut memberikan

Journal of experimental psychology kerangka motivasi bagi pemerolehan bahasa

104, 244-262.

kedua dengan penguasaan bahasa seperti Garman, M. 1994. Psycholinguistics. penutur asli (acquisition of native-like),

Cambridge: Cambridge University sebagai lawan dari kemampuan kelas

Press.

terhadap bahasa kelompok yang dominan Giles, H. dan Coupland, N. 1991. Language: sebagai bahasa kedua.

Context and consequences . Milton Keynes, U.K.: Open University Press.

DAFTAR PUSTAKA

Giles, H., Coupland, N. dan Coupland, J.

Berry, J.W., Segall, M.H. dan Kagitçibasi, C. Accommodation theory: communication, context, and consequences .

(eds) 1997. Handbook of cross-cultural Dalam H. Giles, J. Coupland dan N. psychology. Edisi 2. Boston: Allyn and Coupland (eds), Contexts of Bacon. Accommodation: Development in Applied Bloom, L.M. 1970. Language development: Form Sociolinguistics (Cambridge: Cambridge and function in emerging grammars .

University Press), 1-68.

Cambridge, Mas.: M.I.T. Press. Giles, H. dan Robinson, W.P.(eds.) 1993. Brewer, M.B. dan Miller, N. 1996. Intergroup Handbook of language and social relations . Buckingham, U.K. Open psychology. Oxford: Oxford University University Press.

Press.

Brown, R.J. dan Gaertner, S. 2001. Blackwell Grasser, A.C., Millis, K.K. dan Swan. R.A. handbook of social psychology: Intergroup 1997. Discourse comprehension. Annual processes. Oxford: Blackwell. Brislin, R. 1993. Understanding culture’s Review of Psychology, 48, 163-189

Hayakawa, S.I. 1939. Language in Thought and influence on behavior . Fort Worth, TX: Action . New York: Harcourt, Brace & Harcourt Brace.

World.

Chomsky, A.N. 1957. Syntactic structures. The Hogg, M.A. dan Abrams, D. 1988. Social Hague: Mouton. Crystal, D. 1995. The Cambridge Encyclopedia identifications: a social psychology of

intergroup relations and group processes . of the English Language . Cambridge:

London: Routledge.

Cambridge University Press. Hogg, M.A. dan Graham, M.V. 2002. Social DePaulo, B.M. dan Friedman, H.S. 1998. Non- Psychology . England: Prentice Hall. verbal communication . Dalam D.T. Knapp, M.L. dan Miller, G.R. (eds.) 1994. The Gilbert, S.T. Fiske dan G. Lindzey (eds), handbook of interpersonal communication. The handbook of social psychology (Edisi 4, Thousand Oaks, CA: Sage. Vol.2, hal. 3-40). New York: McGraw- Krauss, R.M. dan Chiu, C.Y. 1998. Language Hill. and social behavior . Dalam D.T. Gilbert, Duck, S. 1992. Human relationships. London: S.T. Fiske dan G. Lindzey (eds.), The Sage. handbook of social psychology (edisi 4, Elliot, A.J. 1981. Child Language. Cambridge: Vol.2, halaman 41-88). New York: Cambridge University Press.

McGraw-Hill.

Lakoff, R. 1973. Language and Woman’s place. Smith, P.B. dan Bond, M.H. 1998. Social Language and society 2: 45 – 79.

psychology across culture . London: McDonough, S.H. 1986. Psychology in foreign

Prentice Hall.

language teaching . London: Unwin Triandis, H. 1994. Culture and social behavior. Hyman.

New York: McGraw-Hill. Mack, R.W. dan John, P. 1973. Sociology and

Whorf, B.L. 1957. Science and linguistics. social life . London: Litton Educational

Dalam J.B. Carroll (ed). Language and Publishing, Inc.

Thought and reality. Cambridge, Mass: Moghaddam, F.M., et. al. 1998, Social

The Technology Press of M.I.T. psychology: Exploring universals across