ENGLONESIAN Jurnal Ilmiah Linguistik dan

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Kata Pengantar ii

Kata Sambutan iii

Kacukan Bahasa Regional Sempadan Selatan Thailand: Produk Kontak Bahasa Antara Penutur Melayu dan Thai

Paitoon M. Chaiyanara 1-6

The Untranslatability of Texts: Highlighting Some Basic Contrasts Between English and Indonesian

Syahron Lubis

7 - 18

Metafora dan Metonimi Konseptual (Data Bahasa Mandailing) Namsyah Hot Hasibuan 19 - 37

Bahasa dan Komunikasi: Suatu Tinjauan Sosio-Psikolinguistik

Eddy Setia

38 - 52

Beberapa Pandangan Linguistik Dalam Proses dan Problema Translasi

Deliana

53 - 58

Realitas Ungkapan Bahasa dalam Konteks Filsafat Bahasa: Sebuah Tafsiran

Swesana Mardiah Lubis

59 - 63

Bahasa dalam Karya Ilmiah Hartisari 64 - 68

Proses Penerjemahan Melalui Analisa Fungsional

Matius C. A. Sembiring

69 - 72

The Place of Linguistics and Applied Linguistics in Language Teacher Education

Chairul Husni 64 - 68

Penggunaan Kohesi dalam Translasi

Masdiana Lubis

69 - 72

Sekilas Tentang Penulis

KATA PENGANTAR

ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra merupakan suatu perwujudan dari keinginan para staf pengajar Departemen Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, yang telah dicanangkan sejak beberapa dekade yang lalu dan secara resmi didirikan pada tanggal 2 Mei 2005 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional dan juga dalam kaitannya dengan perayaan Lustrum ke VIII (40 tahun) Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun tujuan dari penerbitan ENGLONESIAN ini adalah untuk mendorong para staf pengajar untuk menyalurkan aspirasi keilmiahan mereka dalam berbagai bentuk informasi ilmiah berupa analisis, kajian pustaka, atau hasil-hasil penelitian ilmiah dari dua domain kebahasaan yang ada dan bersifat interdisipliner, yaitu linguistik (micro/pure linguistics dan macro/applied linguistics) dan sastra (literature). Edisi perdana ENGLONESIAN ini diterbitkan pada bulan Mei 2005 dan direncanakan dua kali setahun tiap bulan Mei dan November.

Volume 1, Nomor 1, Mei 2005 ini, menerbitkan 8 buah artikel ilmiah; 4 artikel meliputi bidang micro linguistics, 3 artikel meliputi bidang macro linguistics, 1 artikel yang berkaitan dengan bidang literature—yang semuanya merupakan satu kesatuan yang membentuk dan mendorong lahirnya edisi perdana ENGLONESIAN ini. Tulisan dari Katharina Endriati Sukamto yang berjudul Fungsi Itu Pada Awal Unit Tuturan mengawali tulisan dalam jurnal ini. Disusul oleh tulisan Roswita Silalahi, dengan judul Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba. Kemudian, berturut-turut, tulisan Eddy Setia yang berjudul Semantik dan Leksikografi Dalam Perkamusan, yang disusul oleh Tengku Thyrhaya Zein Sinar, dengan judul tulisan Pemeran Serta Semantik Dalam

Bahasa Melayu, dan seterusnya, Yulianus Harefa dengan judul Aktivitas Kelas yang Dapat Memperbaiki Kecepatan Membaca Dalam Pemerolehan Bahasa Inggris.

Selanjutnya, Ridwan Hanafiah dengan tulisan Antropologi Linguistik: Suatu

Pengenalan Dasar, dan Chairul Husni, dengan tulisan berjudul Comparing First and

Second Language Acquisition. Akhirnya, ENGLONESIAN ini, ditutup oleh Razali Kasim, dengan judul tulisan Tragedy and Moral Lessons.

Dengan diterbitkannya ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra ini, diharapkan dapat memacu prestasi serta keinginan menulis para staf pengajar di Departemen Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara secara khusus, serta para teman sejawat dari departemen sejenis di berbagai universitas (PTN/PTS) , akademi, maupun sekolah tinggi bahasa asing yang tersebar di seluruh Indonesia maupun di seluruh dunia, secara umum. Tulisan ilmiah (dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris) dan kontribusi serta saran-saran dari Anda senantiasa kami tunggu demi kelangsungan hidup ENGLONESIAN yang kita cintai ini.

Medan, Mei 2005

-Tim Penyunting-

KATA SAMBUTAN

Sambutan Ketua Departemen Sastra Inggris

Fakultas Sastra Univesitas Sumatera Utara

Kehadiran ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra yang dikelola oleh Departemen Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu hal yang sangat menggembirakan terutama bila dilihat dari segi peningkatan mutu akademik dosen dan penyebarluasan hasil-hasil analisis, kajian kepustakaan, dan penelitian ilmiah. Kami berharap agar pengelola ENGLONESIAN tidak cepat merasa puas dengan terbitan perdana jurnal ini, akan tetapi diharapkan untuk terus meningkatkan mutu dari jurnal ini sehingga pada waktunya, ENGLONESIAN ini dapat menjadi salah satu jurnal nasional terakreditasi bahkan menjadi salah satu jurnal yang dapat digunakan sebagai referensi oleh para peminat bahasa, baik dalam maupun luar negeri. Berkaitan dengan misinya ini, maka kepada para pengelola diharapkan kiranya dapat selalu memperhatikan beberapa standar kriteria terbaru untuk jurnal terakreditasi sesuai dengan Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia yang dikeluarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Mengelola jurnal ilmiah, bukanlah suatu hal yang mudah karena hal ini harus dibarengi dengan keseriusan para pengelolanya terutama dalam hal menyeleksi dan menyajikan artikel/tulisan yang sesuai dengan standar kriteria yang telah ditentukan oleh otoritas LIPI. Oleh karena itu, para pengelola diminta untuk terus-menerus memperluas jaringan pembacanya agar dapat diakses oleh para insan akademis yang tersebar di PTN/PTS seluruh Indonesia maupun luar negeri. Kami juga mengundang para teman sejawat di lingkungan Fakultas Sastra USU maupun para teman pemerhati masalah linguistik dan sastra di seluruh Indonesia maupun luar negeri, untuk mengirimkan artikel berupa hasil analisis, kajian kepustakaan, dan hasil-hasil penelitian ilmiah lainnya sekaligus juga untuk membantu dalam pendistribusian jurnal ini.

Last but not least, kami mengucapkan selamat kepada para teman sejawat di Departemen Sastra Inggris Fakultas Sastra USU atas terbitnya ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra. Semoga jurnal ini dapat terus terbit sesuai jadwal, dan terus berusaha meningkatkan kualitasnya sesuai dengan standar kriteria sebuah majalah ilmiah yang terakreditasi.

KATA SAMBUTAN

Sambutan Dekan Fakultas Sastra Univesitas Sumatera Utara

Dalam rangka meningkatkan mutu akademik dosen dan diseminasi hasil penelitian, kehadiran ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra yang dikelola oleh Departemen Sastra Inggris Fakultas Sastra USU sangat menggembirakan kami. Kami berharap kiranya pengelola ENGLONESIAN tidak cepat merasa puas dengan penerbitan perdana ini, tetapi tetap konsisten untuk lebih memperjuangkannya sebagai salah satu jurnal nasional yang terakreditasi atau bahkan menjadi jurnal internasional yang berkualitas. Oleh sebab itu, para pengelola ENGLONESIAN kiranya dapat memperhatikan berbagai komponen evaluasi untuk jurnal terakreditasi seperti kepakaran dewan penyunting, kemantapan penampilan sesuai dengan Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia (PDII-LIPI 2004: 27), gaya penulisan, substansi, keberkalaan, dan kewajiban pascaterbit yang sudah lazim.

Ketersediaan naskah yang layak muat serta dana biasanya merupakan kendala utama dalam penerbitan jurnal secara teratur. Oleh karena itu, para pengelola ENGLONESIAN hendaknya dapat memperluas jaringan pembacanya agar dapat diakses oleh para rekan akademisi dari perguruan tinggi negeri maupun swasta, baik dalam maupun luar negeri. Kami juga menghimbau sekaligus mengajak para teman sejawat di lingkungan Fakultas Sastra USU maupun para rekan dari departemen sejenis di luar USU atau juga para peminat linguistik dan sastra dari berbagai pusat pelatihan dan pengembangan bahasa untuk melanggani ENGLONESIAN ini dan mengirimkan artikel hasil penelitian atau hasil pemikiran konseptual di samping membantu mensosialisasikan jurnal ini.

Akhirnya, kami ucapkan selamat kepada para teman sejawat di Departemen Sastra Inggris Fakultas Sastra USU atas terbitnya jurnal ENGLONESIAN ini. Semoga jurnal ini dapat terus terbit secara berkala dan meningkatkan mutunya, sehingga pada waktunya ENGLONESIAN ini dapat menjadi sebuah jurnal yang bermutu dan terakreditasi.

KACUKAN BAHASA REGIONAL SEMPADAN SELATAN THAILAND: PRODUK KONTAK BAHASA ANTARA PENUTUR MELAYU DAN THAI 1

Paitoon M. Chaiyanara

Universiti Teknologi Nanyang, Singapura

BAHASA THAI KACUKAN DIALEK MELAYU PATANI

1. PENDAHULUAN 1 kepelbagaian, pergeseran dan perkembangan bahasa berkenaan.

Di Selatan Thailand, bahasa Melayu

dapat diiktirafkan sebagai bahasa regional

2. HIERARKHI BAHASA DI

sempadan (marginal regional language).

THAILAND

Fenomena seperti percanpuran bahasa (language mixing), alih bahasa (language

Berdasarkan hieraki sosial, bahasa switching), peminjaman bahasa (linguistic

ibunda di negara Thailand dapat di borrowing) dan gangguan bahasa (linguistic

bahagikan kepada 7 jenis iaitu (i) bahasa interference) masing-masing mempengaruhi

Thai standard, (ii) bahasa regional (regional kedua-dua bahasa antara satu sama lain.

languages), (iii) bahasa regional sempadan Kontak bahasa sedemikian telah mencetus-

(marginal regional languages), (iv) bahasa kan perubahan bahasa dalam masyarakat

anjakan (displaced languages), (v) bahasa berkenaan dan akhirnya telah menghasilkan

pekan dan bandar (languages of towns and bahasa kacukan Melayu dan Thai di Selatan

cities), (vi) bahasa sempadan (marginal Thailand. Didapati dua dimensi perubahan

languages) dan (vii) bahasa dalam iaitu dimensi lencongan bahasa (linguistic

lingkungan (enclave languages). Secara divergence) dan dimensi pertembungan

ringkas, ketujuh-tujuh bahasa ibunda bahasa (linguistic convergence) berlaku ke

tersebut dapat dijelaskan seperti berikut:- atas dua bahasa tersebut. Fenomena lencongan dan pertembungan bahasa

2.1 Bahasa Thai Standard

tersebut telah menjejas saling pengertian Bahasa Thai standard merupakan (mutual intelligibility) struktur bahasa antara

bahasa yang paling penting dalam penutur di Selatan Thailand dan penutur di

masyarakat Thai. Ia berfungsi sebagai bahasa Utara Malaysia. Dengan kenyataan di atas,

rasmi, bahasa kebangsaan, bahasa ibu kota, kertas kerja ini akan membincangkan bahasa pendidikan dan bahasa struktur bahasa kacukan di Selatan Thailand

kesusasteraan. Kebanyakan orang Thai yang memberi tumpuan kepada sistem

dapat memahami bahasa Thai standard. bunyi dan perbendaharaan kata akibat Dengan ini, ia juga berfungsi sebagai bahasa lingua franca antara kaum di Negara Thai

dan dianggap sebagai bahasa tinggi (prestige

Kertas kerja untuk “Seminar Kacukan Bahasa dan language) yang dapat dihierarki ke tahap Bahasa Kacukan di Malaysia” anjuran bersama

Bahagian Bahasa Malaysia, Terjemahan dan yang paling tinggi di Negara tersebut.

Interpretasi (BMBATI), Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang

2.2 Dialek Regional

& Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur. 17 September 2005 bertempat di Dewan Kuliah A/Dewan

Dialek regional merupakan dialek yang Persidangan Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan,

ciri-cirinya dibatasi oleh daerah atau Universiti Sains Malaysia.

bahagian geografi tertentu. Dialek regional yang diturun dari keluarga bahasa Tai di Thailand dapat dibahagikan kepada 4

seperti bahasa Phu Tai yang dituturkan di dialek iaitu (i) dialek Utara yang dikenali

bahagian barat daya, bahasa Tai Lue di sebagai bahasa Kham Muang, (ii) dialek

bahagian Utara dan bahasa Lao Song di Barat Daya yang dikenali sebagai bahasa

bahagian pertengahan Thailand. Isan/ Bahasa Lao, (iii) Dialek Thai Selatan yang dikenali sebagai bahasa Tai atau bahasa

2.5 Bahasa Bandar

Pak Tai dan (iv) dialek Thai Pertengahan Bahasa bandar merupakan bahasa yang yang dikenali sebagai bahasa Thai digunakan di kawasan Bandar atau pekan Pertengahan.

dan tidak didapati di daerah perdalaman.

Keempat-empat dialek tesebut Bahasa Bandar di Thailand terdiri dari mempunyai banyak penutur, bahkan dialek-dialek Cina tertentu seperti dialek dijadikan lingua franca bahagian-bahagian

Kwangtung, dialek Taeciu, dialek Hakka, tertentu di Thailand. Dialek regional ini

dialek Hainan dan sebagainya. dianggap penting bagi regional. Ia juga dijadikan sebagai bahasa kesusasteraan

2.6 Bahasa Sempadan

tempatan di Thailand. Bahasa sempadan merupakan bahasa yang penuturnya berintersaksi dengan

Negara sempadan. Bahasa tersebut Bahasa regional sempadan merupakan

2.3 Bahasa Regional Sempadan

digunakan khusus bagi kumpulan- bahasa penting bagi regional tertentu.

kumpulan tertentu seperti bahasa Kui di Penutur bahasa regional tersebut bahagian barat daya Thailand (Isan), bahasa bermastautin di antara sempadan Thai dan

Mon di utara dan pertengahan Thailand, Negara jiran. Jumlah penutur bahasa bahasa orang gunung yang terdiri dari regional sempadan lebih kurang daripada

bahasa Mong, Yao, Lisoe, Iko dan bahasa regional. Didapati 4 bahasa regional

sebagainya.

sempadan di Thailand iaitu (i) bahasa Khmer, (ii) bahasa Melayu, (iii) bahasa Chan

2.7 Bahasa Dalam Lingkungan

(Thai Yai) dan (iv) bahasa Karen. Bahasa dalam lingkungan dimaksudkan sebagai bahasa yang

dilingkungi oleh bahasa lain seperti bahasa Bahasa anjakan di Thailand merupakan

2.4 Bahasa Anjakan

Oral Lawoi di Selatan Thailand, Bahasa bahasa yang penuturnya berpindah dari luar

Nyakur di Bahagian Barat Daya atau dan pada akhirnya mereka menetap di

Pertengahan dan bahasa Lawa dan Mal di Negara Thai. Bahasa tersebut berbeza

bahagian Utara Thailand.

dengan bahasa regional yang mereka Hierarki bahasa yang tersebut di atas mastautin. Kebanyakan bahasa anjakan yang

dapat dipaparkan dalam diagram yang didapati di Thailand terdiri daripada bahasa

berikut:

B. Dalam

Lingkaran

B. Sempadan

B. Bandar

B. Anjakan

B. Reginal Sempadan Dialek Reginal

B. Thai

Standard

Diagram 1: Hierarki Bahasa Di Thailand

3. BAHASA REGIONAL SEMPADAN

sistem fonologinya, ternyata tidak ada

DI THAILAND

perbezaan di antara dialek Patani dan dialek Kelantan. Dilihat dari segi leksikostatistik

Bahasa Thai dan dialek Melayu Patani pula didapati kedua-dua dialek tersebut merupakan dua dialek bahasa yang geografi memakai kata seasal 3 yang persis sama. linguistIknya bertindihan di antara satu Selanjutnya ditinjau dari segi morfologi dan sama lain. Dilihat dari sudut penguasaan sintaksis, maka ternyata sekali tidak ada politik dan perhubungan dialek, didapati keunikan-keunikan tertentu yang boleh bahasa Thai dianggap sebagai bahasa membezakan kedua-dua dialek ini. Ini persis suprastratum manakala dialek Melayu dengan peribahasa yang disebut “sebagai Patani adalah dialek substratum yang pinang di belah dua 4 ” Penutur yang sebelah dipertuturkan di Negara Thai, khususnya di Kelantan kemudian dijajah oleh Inggeris dan bahagian selatan. Kedua-dua bahasa tersebut yang sebelah Patani dijajah oleh kerajaan diturunkan daripada keluarga bahasa yang Thai. Justeru inilah dua dialek yang berakar berlainan. Bahasa Thai diturunkan daripada

umbi daripada benih yang sama dipisahkan.

keluarga bahasa Tai 2

(Tai language family)

Pengaruh kedua-dua jajahan tersebut hanya sedangkan dialek Melayu Patani diturunkan mampu membezakan perkembangan daripada keluarga bahasa Austronesia. perbendaharaan kata sahaja. Yang di sebelah Didapati ada dua faktor yang paling ketara negeri Kelantan, kata-kata Inggeris sekali yang menyebabkan kedua-dua bahasa diserapkan ke dalam dialeknya manakala tersebut kelihatan jauh berbeza iaitu (i) yang di sebelah negeri Patani didapati kata- kebanyakan kata-kata bahasa Thai terdiri kata Thai diserapkan ke dalam dialeknya. daripada kata ekasuku sedangkan kata-kata Penyerapan perbendaharaan kata asing Melayu Patani terdiri daripada kata tersebut akhirnya menjadi perbatasan sistem dwisuku; (ii) kata-kata bahasa Thai memiliki komunikasi antara warga negeri Kelantan fitur nada yang membezakan makna dalam dan warga negeri Patani. Contoh asas yang sesuatu kata, sedangkan kata-kata Melayu paling jelas sekali dapat dilihat dari Patani tidak memakai fitur tersebut sebagai penggunaan perbendaharaan kata dalam pembeza makna. bidang pendidikan. Jika warga Kelantan Asmah (1985:124) tidak menggolongkan menyebut kata nama “institusi pengajian dialek Melayu Patani sebagai salah satu tinggi” sebagai [juniversiti] maka warga daripada dialek-dialek Melayu Patani akan menyebutnya sebagai Semenanjung. Nama dialek tersebut disebut [maha:withjalaj], jika warga Kelantan sebagai dialek Melayu Thailand. Ini menyebut kata nama “sukatan pelajaran” mendorongkan saya berfikir bahawa di sebagai [kurikulum] maka warga Patani mana letaknya dialek Patani dalam salasilah akan menyebutnya sebagai [laksu:t], jika dialek-dialek Melayu di Nusantara ini. warga Kelantan menyebut alat tulis sebagai Adakah ia bervariasi dengan dialek Melayu [pensil] maka warga Patani akan lain? Berdasarkan fonologi, perbendaharaan menyebutnya sebagai [dins 5 walhal pada kata, morfologi dan sintaksis, ada

ç:] kemungkinan besar yang dialek Patani ini

suatu ketika, mereka sama-sama memanggil pada masa dahulu bervariasi dengan dialek

nama tersebut sebagai [kal E] (kalam). Kelantan. Ini kerana setelah saya menyemak

Saya gunakan gabungan kata leksikostatistik yang

2 disediakan oleh Swadesh (1955) dan Gudschinsky

Bahasa-bahasa yang diturunkan daripada keluarga ini

dipertuturkan di kawasan Asia Tenggara. Keluarga Sengaja saya memilih peribahasa yang terdiri Bahasa Tai pada mulanya digolongkan ke dalam

daripada unsur perkataan “pinang” kerana dianggap Keluarga Sino-Tebet oleh ahli bahasa. Setelah kajian

pinang sebagai salah satu simbul budi pekerti orang- terhadap bahasa-bahasa Tai lebih berleluasa didapati

orang Melayu. Walaupun mereka dipisahkan oleh kesamaan yang ada di antara bahasa-bahasa Tai dan

penguasaan politik akan tetapi budi pekerti di antara bahasa-bahasa Sino-Tibet adalah disebabkan proses

5 mereka masih serupa.

peminjaman sahaja. Maka dewasa ini bahasa-bahasa Sebelum dipengaruh bahasa asing berkenaan, sama Tai tidak lagi dianggap sebagai salah satu rumpun

ada dialek Kelantan mahupun dialek Patani perkataan daripada keluarga bahasa Sino-Tibet.

[kal E] “kalam” pernah digunakan untuk kata “pensil”

Dengan ini terdapat beribu-ribu kata lagi tidak boleh dinyatakan sewenang- yang tidak perlu saya berpanjang lebar di

wenangnya. Kajian persejarahan dialek perlu sini.

diadakan untuk mencari penyelesaian dalam Perkembangan kosa kata di antara

menentukan salasilah dialek-dialek Melayu Dialek Patani dan Dialek Kelantan yang boleh meyakinkan. menghadapi persimpangan yang berbeza

Walaupun geografi linguistik dialek arah. Disebabkan dialek Kelantan mengalami

Melayu Patani bertindih dengan geografi perkembangan yang setanding dengan politik Thai dan bertaraf sebagai dialek dialek Melayu lain di Semenanjung Tanah

substratum jika dibandingkan dengan Melayu, maka perkembangan kosa katanya

bahasa Thai standard, tetapi jika dilihat berselari dengan perkembangan bahasa

kedudukannya dengan dialek tempatan lain, Melayu Standard, manakala dialek Patani

dialek Melayu Patani masih memperlihatkan yang setelah secara total penuturnya sebagai dialek suprastratum yang diterima diperintah oleh kerajaan Thai (sekitar tahun

oleh masyarakat tempatan yang bukan 1902) maka semakin sukar bagi penutur

keturunan Melayu. Yang paling nyata sekali Patani untuk mengadaptasikan kosa kata

dalam fenomena ini ialah pengaruh dalam supaya dapat digunakan semasa bertembung

sistem perhitungan yang terdapat dalam dengan penutur Melayu dialek lain. dialek Thai Pitthen 6 . Di beberapa daerah Berdasarkan penghematan saya, didapati

pedalaman di wilayah Pattani orang-orang beberapa kata leksikon yang mereka tidak

Thai Pitthen, apabila mereka menghitung sedari bahawa kebanyakan penutur dialek

sesuatu, dalam perniagaan seringkali mereka lain tidak memahami akan maksudnya. Di

mencampur-adukkan antara bilangan dalam antara contoh kata-kata tersebut ialah kata

dialek mereka dan bilangan dalam dialek [kEhE/] “keluarkan makanan dari dalam

Patani. Bilangan “58” misalnya, terkadang mulut, [lEmE/] “tilam”, [gçdE] “pukul”,

disebut sebagai # limç puloh pE:t #. [pEkoN] “melontar”, [kute] “cubit”, [bμlEmE]

Gabungan bilangan tersebut terdiri daripada “banyak (benda yg tidak tersusun rapi)”,

dua kata dialek Melayu Patani dan satu kata [kçsE/] “kacau”, [tçho/] “buang”, [lEgE]

dialek Thai Pak Tai. Unsur-unsur menarik “tong minyak”, [lçmç] “sapu”

seperti ini sedang menunggu sarjana bahasa Persis dengan persoalan istilah “bahasa

untuk melanjutkan penyelidikan secara Indonesia” dan “bahasa Melayu” kedua-

mendalam.

duanya pada asalnya merujuk kepada Disebabkan sistem pendidikan nasional bahasa yang sama, istilah “dialek Kelantan”

Thai menitikberatkan penggunaan bahasa dan “dialek Patani” juga merujuk kepada

Thai standard, maka semakin banyak dialek yang sama. Kerana ini, mungkin

penutur jati Melayu Patani dapat menguasai menyebabkan Asmah sama sekali bahasa Thai dengan baik, bahkan banyak mengabaikan perbincangan dialek Patani,

pula kata-kata Thai terserap ke dalam bahasa sama ada dalam buku “Kepelbagaian Fonologi

ibundanya sebagai kata pinjaman. Dewasa Dialek-dialek Melayu” mahupun dalam buku

ini bukan sahaja bunyi-bunyi konsonan dan “Susur Galur Bahasa Melayu”.

vokal yang diujar sebulat-bulat bunyi

Berpatah balik kepada persoalan mengikut sistem fonologi bahasa Thai, kedudukan dialek Patani dalam salasilah

malahan unsur-unsur lain yang menjadi dialek-dialek Nusantara, agak sukar untuk

sebahagain daripada ciri distingtif dalam menentukan bahawa antara dialek Kelantan

bahasa Thai seperti unsur panjang-pendek dan dialek Patani itu, yang mana merupakan

dan unsur nada dalam bahasa Thai ikut dialek induk dan yang mana merupakan

dilafazkan dengan sempurna. subdialek daripadanya atau kedua-duanya

Kesempurnaan sedemikian inilah yang merupakan subdialek daripada dialek yang

sementara ini saya namakan sebagai “*dialek 6 Dialek Thai Pitthen merupakan subdialek Pak Tai Patani-Kelantan” atau “*dialek Kelantan-

yang dituturkan dibeberapa kawasan di wilayah Pattani. Patani”. Walau bagaimanapun penentuan ini

Penutur tersebut bergaulrapat dengan penutur Melayu Patani.

menyebabkan unsur panjang-pendek dan budaya Thai ternyata banyak diserapkan nada leksikal Thai mulai diserapkan dalam

secara langsung. Dilihat dari sudut fonologi dialek Melayu Patani.

didapati fitur-fitur tertentu seperti fitur

Berdasarkan sejarah penaklukan aspirasi dan fitur nada walaupun sifatnya sempadan, bahasa regional sempadan tidak fonemik dalam bahasa Melayu tetapi ia selatan Thailand diwarisi oleh bahasa

dapat dikesan dengan jelas di dalam dialek Melayu. Bahasa tersebut dapat dibahagikan

Melayu Patani. Penambahan fitur-fitur bunyi kepada dua dialek iaitu dialek Patani dan

tersebut dapat memperlihatkan ciri-ciri dialek Satul. Dialek Patani merupakan dialek

khusus yang didapati di dalam bahasa regional perbatasan antara wilayah Pattani,

regional sempadan tersebut. Yala, Narathiwat dengan negeri Kelantan, manakala dialek Satul merupakan dialek

3.1.2 Perpindahan Tempat

regional perbatasan antara wilayah Satul di Dalam abad-20 didapati penutur- selatan Thailand dengan negeri Kedah di

penutur Melayu di selatan Thailand mulai utara Malaysia. Melalui kontak bahasa

berpindah dari selatan Thailand ke antara bahasa Melayu dan bahasa Thai yang

bahagian-bahagian lain, khusus di bahagian kedudukan hierarki sosialnya tertinggi pusat atau pertengahan. Ini menyebabkan didapati struktur bahasa regional sepadan

inti ayat dalam tuturan di antara mereka tersebut telah mengalami perubahan. mulai dicampur aduk dengan kata-kata Thai. Perubahan tersebut disifatkan sebagai Berdasarkan pemerhatian, saya dapati setiap perubahan divergensi yang menyimpang

ayat mempunyai kata-kata atau istilah yang dari dialek-dialek Melayu yang lain sehingga

berasal daripada bahasa Thai, bahkan tidak sifat saling memahami di antara satu sama

terdapat sebarang ayat sederhana yang tidak lain (matual intelligibility) hampir luput

diselit oleh kata-kata asing tersebut. daripadanya. Di antara penyebab perubahan bahasa secara divergensi tersebut ialah (i)

3.1.3 Kemajuan Teknologi

faktor sosial, ekonomi dan politik, (ii) faktor Setelah segala teknologi berkembang pengguna bahasa, dan (iii) faktor dalaman

pesat, didapati penutur Melayu juga bahasa. Semua punca perubahan tersebut

memerlukan istilah baru dalam sistem dapat dijelaskan seperti berikut:-

komunikasi mereka. Cara yang paling pantas dan lebih berpengaruh dan cepat difahami

oleh masyarakat ialah pemakaian istilah Keadaan sosial, ekonomi dan politik

3.1 Faktor Sosial, Ekonomi dan Politik

yang tersedia ada di dalam bahasa Thai. Kata yang berubah pesat merupakan faktor utama

“thoratat” misalnya digunakan untuk kata menyebabkan bahasa regional sempadan

“televisyen”

mengalami perubahan secara besar-besaran. Faktor utama tersebut dapat dibahagikan

3.1.4 Nilai Dalam Masyarakat

kepada 4 punca iaitu:- Nilai dalam masyarakat yang dijadikan landasan dalam sesuatu zaman juga

3.1.1 Perhubungan dengan Penutur Thai

dijadikan penyebab bahasa Melayu di

selatan Thailand berubah. Kata-kata Melayu Apabila penutur Melayu selatan yang pernah dipakai pada zaman silam Thailand berhubungan dengan penutur

Asli

boleh dipadankan dengan kata-kata Thai. asing, khususnya penutur Thai asli yang

Kata “masyarakat” sendiri misalnya, mempunyai ciri-ciri budaya dan adat yang

seringkali digantikan dengan kata jauh berbeza, maka penambahan kosa kata

“sangkom”.

boleh berlaku. Yang paling jelas ialah penyerapan kata-kata Thai ke dalam sistem

3.2 Faktor dari Pengguna Bahasa

perbendaharaan kata Melayu. Kata-kata Bahasa juga merupakan indeks sosial yang digunakan untuk memanggil sesuatu

yang boleh memperlihatkan kedudukan, benda atau perbuatan yang terkait dengan

pekerjaan, pendidikan bahkan lapisan sosial.

Bahasa digunakan oleh pengguna bahasa dipecahkan kepada pelenyapan kosa kata, untuk dijadikan batu loncatan ke tahap yang

penerbitan kata baru dan peminjaman kata- dihasratkan. Dengan kata lain, jika penetur

kata asing.

ingin mempertingkatkan diri ke tahap yang lebih tinggi, maka ia akan berusaha

4.1.1 Pelenyapan Kosa Kata

menggunakan bahasa yang lebih tinggi Pelenyapan kosa kata dimaksudkan mengikut hierarkinya untuk sebagai satu proses pengguguran kata dalam memperlihatkan taraf yang diiktiraf dalam

bahasa sehingga pengguna bahasa generasi masyarakat Thai. Dengan inilah maka gaya

seterusnya tidak kenali kata-kata yang suatu dan laras bahasa Melayu asalnya bergeser

ketika pernah dipakai oleh generasi menjadi beza dari asalnya.

sebelumnya. Pelenyapan kosa kata boleh berlaku kerana benda, nilai atau cara hidup

yang pernah diamali oleh masyarakat Dalam bahasa sendiri tersedia dengan

3.3 Faktor Dalaman Bahasa

sebelumnya tidak diteruskan oleh dasar-dasar yang boleh dijadikan pendorong

masyarakat seterusnya. Kata “upeh”, “kaeng bahasa untuk berubah. Dasar kelancaran

ssehe”, “kaeng sseba”, “sianya”, “cepu”, artikulasi (ease of articulation principle),

dan sebagainya.

dasar pengurangan kemampuan (principle Salah satu punca penyelapan kosa kata of least effort) misalnya.

bahasa Melayu di Selatan Thailand ialah peminjaman kata-kata Thai yang maksudnya

4. PERUBAHAN DALAM

persis sama dengan kata asal sehingga kata-

PERBENDAHARAAN KATA

kata asli lenyap dalam masyarakat Di antara perubahan yang mungkin

disebabkan dasar bahasa itu sendiri yang berlaku ke atas sesuatu bahasa, sama ada

berpegang pada konsep “satu bentuk satu dari segi bunyi, tatabahasa dan makna”. Di antara kata-kata yang perbendaraan kata didapati perubahanan

berkemungkinan lenyap ialah “perlu” yang paling ketara sekali ialah perubahan

diambil alih oleh kata “campen”, “rumah perbendahaan kata. Ini disebabkan sakit” diambil alih oleh kata “roong perubahan tersebut mudah berlaku dalam

pyabaan”, “guru” diambil alih oleh kata masa yang sangat singkat. Kosa kata atau

“khruu”, “kerja rumah” diambil alih oleh istilah-istilah tertentu boleh berubah secara

“kaan baan”, “kalam” diambil alih oleh kata bebas daripada kata-kata yang lain. “din so”, “buku” diambil alih oleh Manakala pemantapan bagi sesuatu “nangsue” dan sebagainya. Perubahan perubahan dari sudut bunyi dan tatabahasa

dalam bentuk ini sangat ketara sehingga mengambil masa yang cukup lama bahkan

dalam sesuatu ayat akan kita dapati kata- berabad-abad.

kata pinjaman dari bahasa Thai lebih Perubahan perbendaharaan kata dapat

daripada 50%.

dibahagikan kepada dua jenis, iaitu (i) perubahan yang berkemungkinan

4.1.2 Penerbitan Kata Baru

menjejaskan jumlah kosa kata dan (ii) Setelah perkembangan teknologi makin perubahan yang tidak menjejaskan jumlah

leluasa sehingga ciptaan-ciptaan baru serta kosa kata. Bagi perubahan perbendaharaan

pemikiran berbagai dalam masyarakat jenis kedua ialah perubahan makna semakin bertambah pesat, maka masyarakat perkataan dalam bentuk-bentuk tertentu.

memerlukan kata-kata baru untuk Kedua-dua jenis perubahan dapat dijelaskan

digunakan bagi ciptaan-ciptaan yang seperti berikut:-

berhadapan dengannya.

4.1 Perubahan Terjejas Jumlah Kosa Kata

Perubahan yang berkemungkinan menjejaskan jumlah kosa kata dalam bahasa

5. BENTUK KACUKAN BAHASA

Melayu di selatan Thailand dapat

REGIONAL SEMPADAN THAILAND

Penerapan kata-kata Thai yang //belum tidur// berleluasa dalam dialek Melayu Patani di

#dij ç b´loN tido# Thailand sehingga tabungan perbendaharaan kata telah terlimpah dengan

//sedang tidur// kata-kata asing tersebut belum dapat #dij ç t´Nç)h tido# dirumuskan bahawa dialek Melayu Patani telah tergolong ke dalam golongan bahasa

//mesti terkoyak//

kacukan. Fenamena sedemikian tidak #kapro N jç paka tu misti caƒe/# berbeza dengan penerapan kata-kata Sanskrit, Arab dan Inggeris yang didapati di dalam bahasa Melayu standard. Yang harus

Variasi Kacukan

diperlihatkan ialah apakah kata-kata tugas

//ya

N ma^^i nç:n//

dalam bahasa Thai telah memain peranan

dalam pembentukan ayat dalam dialek

#dij ç yaN ma^i nç:n#

Melayu Patani? Kiranya pengaruh kata tugas dalam bahasa Thai mengakibatkan //kamla N nç:n// penggantian kata-kata di sampingnya, maka

#ade / kamlaN nç:n#

kita boleh beranggapan bahawa variasi-

variasi tertentu dialek Melayu Patani adalah

//to ^N kha$:d//

bahasa kacukan. Kata-kata tugas yang #kapro N thi jç sa$i tu to^N kha$:d# dimaksudkan di sini terdiri dari kata-kata seperti kata kerja bantu, kata sifat, kata nafi,

kata penghubung, kata tanya dan 5.2 Kata Penghubung Dalam perbualan umum jarang dapati

sebagainya. Peranan kata-kata tersebut dapat kata penghubung setara seperti kata “dan”

diperlihatkan seperti huraian yang berikut:- dipakai. Kata tersebut biasanya dipadankan

´Na)]. Kata kerja bantu yang dimaksudkan di

dengan kata “dengan” iaitu [d

5.1 Kata Kerja Bantu

Sepatutnya kata tersebut boleh dipadankan sini ialah kata kerja aspek yang terdiri

dengan bentuk dialek [dE]. Kata [dE] dalam daripada kata sudah, telah, pernah, sedang,

dialek regional sempadan bermaksud masih, tengah, belum dan akan dan kata

“sempat”. Ini mungkin dijadikan alasan kerja modalitas yang terdiri daripada kata

yang kata tersebut tidak dipakai untuk

mahu, hendak, boleh, dapat, mesti, wajib,

maksud kata penghubung “dan”. Kata [dE] harus, mungkin, enggan dan perlu . Kedua-

di atas sebenarnya adalah kata pinjaman dua jenis kata kerja bantu tersebut didapati

daripada bahasa Thai [than] yang telah kebanyakan telah dipadankan dengan kata

diadaptasikan mengikut sistem bunyi kerja bantu asli bahasa Thai. Dalam

Melayu. Di antara lain, kata penghubung perbualan harian sering kali kita dapati kata

setara “tetapi” juga sering kali didapati sudah digantikan dengan kata [lE@:w], kata

diambil-alih oleh kata Thai iaitu “[tE$:]. Ini sedang diganti dengan kata [kamla N], kata

dapat dilihat dalam ayat yang berikut:- belum digantikan dengan kata [ya N ma^i]. Ini

dapat dilihat dalam frasa dan ayat yang

Ayat Asal:

berikut: N¯ç) bae/ saNa)/ tapi laki¯ç) tç/ pulç/#

#bini

“Isterinya sangat baik tetapi tidak pula dengan suaminya”

Ayat Kacukan:

#bini N¯ç) bae/ saNa)/ tE$: phu&:a¯ç) ma^: le:j#

Kata penghubung “atau” juga kerap Variasi Asal kali didapati digantikan dengan kata Thai

[r μ&:]. Ini dapat dilihat dalam ayat yang perbualan memperlihatkan satu kesatuan berikut:

(cohesion) seperti kata “bermula”, “maka”, “iaitu” dan sebagainya didapati kurang

Ayat Asal:

produktif. Ini disebabkan kebanyakan telah # dEmç) nç/ minuN /ae panah ata(wç) /ae

digantikan dengan kata wacana Thai. s

´jo/# Kata “bermula” yang menunjukan peralihan kepada judul yang hendak diberi

“Anda mahu minum air panas atau air tumpuan digantikan dengan kata [r ´^:mto^n]. sejuk”

Ini dapat dilihat dalam ayat yang berikut:

Ayat Kacukan:

#dEmç) nç/ minuN /ae panah r μ&: na^:m yen#

Ayat asal:

#b ´mulç k´rç/E tu daƒipadç kata-kata tuhE

Kata penghubung setara “manakala” wuju /¯ç bukE daƒI mahk´lo/”

mulai kurang produktif dalam perbualan “Bermula Qur’an itu daripada Kalam tuhan umum. Kata tersebut sering kali digantikan

adanya bukan daripada makhluk” dengan kata penghubung Thai yang sama

maksud dengannya iaitu kata [nai khna $/

Ayat kacukan:

thi @:]. Ini dapat dilihat dalam ayat yang # r ´^:mto^n kur/a:n tu daƒipadç katç-katç berikut:-

tuhE ma^i cha^i ca$:k mahk´lo/#

Ayat Asal:

6. KESIMPULAN

#ade? ¯ç) do/ bbasoh piNE mançkalç abE¯ç) Persis perkembangan bahasa Melayu

do / tENç)/ TV# dan bahasa Indonesia yang telah dijadikan “Ádiknya sedang mencuci pinggang bahasa kebangsaan di beberapa Negara di manakala abangnya sedang menonton Asia Tenggara. Pada tahap perkembangan televisyen.”

awal, yakni bermula dari pengaruh Sriwijaya sehingga dewasa kini, bahasa Melayu dan

Ayat Kacukan: # ade? ¯ç) do/ bbasoh piNE bahasa Indonesia juga banyak menyerapkan nai khna $/ thi@: abE¯ç) do/ tENç)/ thoratath#

kata-kata asing sehingga hampir kesemua tutur kata yang dapat dikesan dari pengguna

Dalam perkembangan mutakhir bahasa tersebut tidak dapat menghindari didapati kata penghubung syarat atau

dari pemakaian kata asing yang telah pengandaian yang terdiri daripada disebatikan dalam perbendaharaan kosa kata “andaikata”, “seandainya” dan “sekiranya”

bahasa mereka. Fenomena penyerapan sukar dipertahankan. Kata-kata tesebut seperti yang berlaku berdekad-dekat ini juga kerap kali digantikan dengan kata-kata Thai

berlaku ke atas dialek Melayu Patani. yang sama makna dengannya. Ini juga dapat

Berdasarkan hakikat suprastratum dan dilihat dalam contoh yang berikut:-

substratum, perbezaan perkembangan bahasa Melayu/Indonesia yang dituturkan di

#dij ç tç/ se gi Negara Indonesia dan Malaysia dengan Negara Thailand terletak pada hierarki

Ayat Asal:

s ´kiƒç¯ç ade/¯ç tç/ k´le/ lagi# bahasa itu sendiri. Di Indonesia dan “Dia tak mahu pergi sekiranya adiknya

Malaysia sepertimana kita semua maklum belum pulang”

bahawa bahasa Indonesia dan bahasa Malayu terletak di tingkat hierarki yang

Ayat Kacukan # dij ç tç/ se gi tha^: ha$:k wa^: paling tinggi, bahkan dijadikan bahasa rasmi

ade /¯ç yaN ma^i krab /i$:k# negera, sedangkan bahasa Melayu di

Thailand terletak pada tahap bahasa reginal Kata wacana yang berfungsi sebagai

5.3 Kata Wacana

sempadan sahaja. Pengarauh bahasa Thai pengait butir-butir wacana supaya bentuk

yang bersifat suprastratum bukan sahaja yang bersifat suprastratum bukan sahaja

Sanskrit dalam Bahasa Melayu dan

seperti kata bantu, kata penghubung, kata

Bahasa Thai: Satu Kajian

wacana dan sebagainya ikut memainkan Perbandingan Dari Segi Fonologi . peranan terpenting dalam tutur bicara

Tesis Ph.D University Malaya. sehingga berjaya mengambil-alih kata-kata

Paitoon M. Chaiyanara. (1983). Perlambangan tugas asli dalam dialek Melayu Patani. Ini

Huruf-huruf Thai dalam Dialek Melayu berlaku khususnya ke atas penutur dialek

Patani . Kertas kerja Seminar Fonologi Melayu yang tidak lagi mempelajari bahasa

Melayu, Anjuran Dewan Bahasa dan Melayu di bangku sekolah.

Pustaka pada 28 –30 Oktober 1983. Penyerapan kata-kata tugas seperti mana

Paitoon M. Chaiyanara (ed.).Ancangan telah dibincangkan dalam bahagian 5 di atas

Pengajian Melayu di Malaysia,

merupakan produk kontak bahasa antara

Singapura dan Selatan Thai .(Proactive

penutur Melayu dan penetur bahasa Thai.

movement on Malay Studies in

Produk tersebut dapat dianggap faktor utama

Malaysia, Singapore and Sourthern

yang menyebabkan munculnya kacukan Thailand) Singapura: Kasatuan Guru- bahasa regional sempadan di selatan Thailand.

guru Melayu Singapura. 2001(174 Gejala ini jika dibiarkan berpanjangan tanpa

pages)

perlindungan daripada kemusnahan Paitoon M. Chaiyanara.Fonetik dan gramatisan secara terancang, maka dapat

Fonologi Bahasa Melayu ( Phonetics

diramalkan bahawa dalam abad-abad yang and Malay Phonology). Singapore: akan datang dialek Melayu Patani akan

Wespac Consult Centre.2001. (190 diambil-alih oleh bahasa kacukan Melayu

pages)

Patani sepenuhnya pada suatu hari nanti. Paitoon M. Chaiyanara. Kajian Bahasa Berdasarkan sejarah perancangan

Austroasia ( Studies in Austroasiatic

bahasa di Thailand, pelestarian bahasa Language) . Renoor Network Hatyai: Melayu Patani tak mungkin dapat dilakukan

Songkla. 1999.(52 pages) oleh pihak perancangan bahasa dalaman.

Paitoon M. Chaiyanara (ed.). Ancangan Sumbangan dari negara seperti Malaysia

Pembingkas Berdaya Cipta Dalam

(Dewan Bahasa dan Pustaka), Indonesia

Pengajian Melayu (Proactive and

(Pusat Bahasa) dan Brunie (Dewan bahasa Creativity in Malay Studies) Prince Of dan Pustaka Brunei) masih diperlukan.

Songkla University and Kesatuan Guru-guru Melayu Singapura.

1999.(219 pages) Paitoon M. Chaiyanara (ed.). Pengajian Brown, J., 1985. From Ancient Thai to

BIBLIOGRAFI

Bahasa Melayu Ancangan Modern Dialects and Others Writings Pembingkas Berdaya Cipta (Malay

on Historical Thai Linguistics. Bangkok: White Lotus Co., Ltd. studies toward Creativity). Prince Of

Songkla University and Singapore Haas, Mary R. 1964. Thai – English Malay Teachers’ Union.1999.(306 Student’s Dictionary . California:

pages)

Stanford University Press. Paitoon M. Chaiyanara. Fonologi Dialek Harris, J.G. and Chamberlain J.R. (Ed.) 1975.

Melayu Selatan Thailand (The Studies in Tai Linguistics in Honor of Phonology of Southern Thai Malay

William J. Gedney . Bangkok: Cebtral Institute of English Language Office of dialect). Prine of Songkla University:

Pattani, Thailand. 1978 (205 pages) State Universities, Bangkok. Paitoon M. Chaiyanara. Kamus Bahasa Thai Kanjana Nakhsakul. (1974). Rabob Siang

- Dialek Pattani (Thai- Pattani Malay Phasa Thai (ter: Sistem Bunyi Bahasa Dialect Dictionary).

Odeon Thai) . Bangkok: Chulalongkorn Store:Bangkok, Thailand. 1978. (677 University Press.

pages)

PAITOON M. CHAIYANARA. Paitoon M. Chaiyanara. “Refleks Onset & “HAMBATAN STRUKTUR BAHASA

Koda Dialek Gibsi Laut di Asia IBUNDA DALAM PENGAJARAN Tenggara” (Sea Gybsy onset and Kode

BAHASA MELAYU UNTUK

in South East Asia). Persidangan

PENUTUR THAI”. IN PENGAJARAN Linguistik ASEAN II . Bandar Seri BAHASA MELAYU UNTUK

Begawan, Brunei Darussalam. PENUTUR ASING. KUALA LUMPUR:

Organized by University of Brunei INSTITUTE OF LANGUAGE AND

Darussalam, Brunie. (28-30 Oktober MALAY LITERATURE, MALAYSIA.

2003. (34-51) Paitoon M. Chaiyanara. “Bahasa Sino-Tibet Paitoon M. Chaiyanara. “Lama-waktu

di Negara China dan Pengaruhnya Pemencilan Antara Dialek Patani dan

dalam Bahasa Melayu” ( Sino-Tibetan Dialek Orang Laut Di Perairan

Language in China dan its influnce in

Persidangan separation between Pattani Dialect

Myanmar dan Thailand” (Time-depth

Malay language).

Antarabangsa Pengajian Melayu Ke-2, and Sea Gypsy Dialect in the Myanmar

Beijing. China. Organized by Peking and Thailand territorial waters). in

University. (7-14 Oktober 2002) Pengajian Melayu Ancangan Paitoon M. Chaiyanara. “Tradisi dan Pembingkas Berdaya Cipta. Prince Of

Kesinambungan Perbendaharaan Kata Songkla University and Singapore

dalam Bahasa Indonesia, Melayu dan Malay Teachers’Union.1999. (1-48).

Thai”

(Tradition in vocabulary

Paitoon M. Chaiyanara. “Pemantapan

compilation in Indonesian, Malay and

Dialek-dialek Austronesia di Myanmar

Thai languages) Kolukium Bahasa dan

dan Selatan Thailand” (Stabalization Pemikiran Melayu . Organized by

of Austronesian Dialects in Myanmar

Prince of Songkla University and

and Southern Thailand), in Dewan

Department of Language and Bahasa . Dewan Bahasa Dan Pustaka,

Literature, Ministry of Education, Kula Lumpur: December 1997, 21:1088-

Malaysia. (4-7 May 2002) 1108.

Paitoon M. Chaiyanara. “Transfonologisasi Paitoon M. Chaiyanara “Keluarga Bahasa

Nada Leksikal Thai dalam Dialek Austroasia” (Austroasiatic Famaly

Melayu Patani” (Transfonologization Language), in Dewan Bahasa Dewan

of Thai lexical tones in Pattani Malay

Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur:

dialect). First International Conference

June1997, 14: 534-547. of Linguistik ASEAN . National Paitoon M. Chaiyanara. “Kepelbagaian

University of Malaysia. Bangi, Bahasa dalam Masyarakat Asian

Selangor. (14-16 November 2000) Tenggara” (Languages in Southeast

Paitoon M. Chaiyanara. “Pemantapan Jati

Asia Society). International Seminar :

Diri Dialek Melayu-Tambralingga di

Toward the Bright Future of Japanese

(Malay Tamblalingga and Asean Cultures . Organized by

Thailand”

dialect indensity in Thailand).

Negeri Surabaya University, Indonesia.

International Seminar of New Malay

(6 -8 December 2004).

milineum.

Organized by Mara Technological University, Shah Alam, Selangor, Malaysia (25-27 September 2000)

Paitoon M. Chaiyanara. “Kecendekiaan Warga Patani dalam Standardisasi Bahasa Ibunda dan Bahasa Kebangsaan” (Scholahrly inclination of

Malay Pattani citizen in standardization of mother tongue and Malay Pattani citizen in standardization of mother tongue and

VIII, Organized GAPENA Malaysia and Prince of Songkla University, Thailand. (1-4 Desember 1999)

Paitoon M. Chaiyanara. “Penubuhan Paitoon M. Chaiyanara. “Lama-waktu

Persatuan Bahasa dan Persuratan Pemencilan Antara Dialek Patani dan

Melayu” (The Formation of language Dialek Orang Laut Di Perairan

association ang Malay literary

Myanmar dan Thailand” (Time-depth

organization). Seminar on Malay separation between Pattani Dialect

Language , Organized by Prince of

and Sea Gypsy Dialect in the Myanmar

Songkla University, Thailand. (14 July and Thailand territorial waters). 1984).

International Conference On Malay

Paitoon M. Chaiyanara. “Perlambangan Studies . Organized by Prince of

Huruf-huruf Thai dalam Dialek Songkla University, Hatyai-Pattani

Melayu” (Thai scripts symbol in Malay Thailand (23 – 25 June 1999)

Dialect) .Seminar on Malay

Paitoon M. Chaiyanara. 1998. “Pengaruh Phonology , Organized by Department Sistem Tulisan dalam Penentuan

of Language and Literature, Ministry of Sebutan Baku Bagi Bahasa Melayu dan

Education, Malaysia (28-30 October Thai: Satu Perbandingan Fonemik”

(The influence of writing system in the Uppakitsilapasarn, Praya. 1918. Lak Phasa

standardization decision making of

Thai (Ter: Nahu Bahasa Thai) .

Thai and Malay language: A

Bangkok : Thai Wattana Phanich. Phonemics constrastive Studeis). Malay World Studies International Conference. Organized University of Malaya. Kulala Lumpur, Malaysia (28 –

30 August 1998) Paitoon M. Chaiyanara. “Pemantapan Dialek-dialek Austronesia di Myanmar dan Selatan Thai” (Stabalization of

Austronesian Dialects in Myanmar and

Southern Thailand), Seminar on Austronesian Dialects in Nusantara . Organized by University of Brunei

Darussalam, Bandar Seri Begawan. (26-29 August 1996). Paitoon M. Chaiyanara. “Pengenalan Pendidikan Bahasa Thai dalam Masyarakat Perbandaran”

(Introduction to Thai Language

Education in Metropolitan Society) .

5 Th Temasik Seminar. Organized by Malay Teachers’ Union, Singapore, Mandarin Hotel, Singapore, (8 July 1995).

Paitoon M. Chaiyanara. “Pengkajian Bahasa Keluarga Austroasiatik” (Studies in Austroasiatic Language). Seminar on Histery of Malay Language. Organized by University of Malaya, Kuala Lumpur, (21-23 August 1989).

THE UNTRANSLATABILITY OF TEXTS : HIGHLITING SOME BASIC CONTRASTS BETWEEN ENGLISH AND INDONESIAN

Syahron Lubis

Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract

As an effort to render meaning of an SLT into a TLT, a translator may encounter various problems. The problems may not only be due to linguistic contrasts between the two languages, but to cultural and geographical contrasts where the two languages are used as well. This writing has tried to highlight some basic contrasts between English and Indonesian in linguistic, cultural and geographical aspects that cause the translation problems. The examples presented here show that there are concepts in English which are entirely untranslatable into Indonesian because the two languages are used in two different regions and cultures. A certain concept is present in English, but is absent in Indonesian and vice versa. A certain concept exists in both English and Indonesian but the speakers of both languages have different perspective on the thing symbolized by the concept. So, although it is linguistically translatable, but is culturally unacceptable. Therefore the translator may not only encounter problems that are due to linguistic contrasts but also those due to cultural and geographical contrasts.

1. THE CONCEPT OF TRANSLATION

who asks his mother the meaning of a word is really asking her to translate the unfamiliar

“Translation” is a very popular term. It term into simple words he already knows. In is widely known and spoken not only by this sense, translation within the same translators but also by laymen. Being aware language is not essentially different from or not, those who are bilingual or translation between tow languages, and the multilingual are always involved in the histories of all peoples parallel the child’s process of translation. They translate

experience …”.

concepts from their native language into However, our focus in this paper is not other languages as they speak. on that type of translation. The focus of our For most people, their understanding of attention here is on interlingual translation as translation is the transfer of meaning from it is the type of translation where most one language to another (interlingual

people are involved.

translation). But actually translation process Numerous definitions have been put does not operate only between two forward by translation theorists in the languages but between a language itself literature of translation and three are quoted (intralingual translation) as in “an below. We will see that, to some extent, they interpretation of verbal signs by means of have similar understanding of translation other signs of the same language (Jakobson, although it is expressed in different terms. 1959:233). When we go back to the Catford (1965:20) defines translation as “the psychology of child’s language learning, it is replacement of textual material in one believed that translation process occurs in language (SL) by equivalent textual material the mind of the child as claimed by Paz in another language (TL). According to (1992:152-154). He says: “when we learn to Larson (1984: 3) “… translation consist of speak, we are learning to translate; the child transferring the meaning of the source translation). But actually translation process Numerous definitions have been put does not operate only between two forward by translation theorists in the languages but between a language itself literature of translation and three are quoted (intralingual translation) as in “an below. We will see that, to some extent, they interpretation of verbal signs by means of have similar understanding of translation other signs of the same language (Jakobson, although it is expressed in different terms. 1959:233). When we go back to the Catford (1965:20) defines translation as “the psychology of child’s language learning, it is replacement of textual material in one believed that translation process occurs in language (SL) by equivalent textual material the mind of the child as claimed by Paz in another language (TL). According to (1992:152-154). He says: “when we learn to Larson (1984: 3) “… translation consist of speak, we are learning to translate; the child transferring the meaning of the source

textual material” to replace the term language to the form of the second language

meaning. Thus, we may conclude that by way of semantic structure. It is meaning

translation is not just the process of changing which is being transferred and must be held

the form, but also the reexpression of the constant.

meaning which is appropriate or natural in Only the form changes” Papegaaij &

the target language (the language into which Schuberd (1988:11) state: “To translate means

the text to be translated). In order to preserve to express in another language the content of

the SLT into the TLT, of course, the cultural

a given text …. The objective of translation is values and even the ideologies adopted by to replace the form and to preserve the

the readers of the translation (in their native content of the text”.

language) should be taken into account by The three definitions quoted above

the translator as a translation can be essentially give the basic understanding of

linguistically intelligible but is culturally translation. Larson, Papegaaij & Schubert

bizarre. The process of translation does not explicitly say that the meaning (content) of

really look very complex as diagrammed by the source language text must be preserved

Larson below.

in the target language text. The form may

Source language Receptor Language (Target Language)

Text to be Translation translated

Discovering Reexpressing the meaning the meaning

Meaning

(Quoted from Larson’s, 1984)

2. TYPES OF TRANSLATION