4 Nilai Ekspor Indonesia ke Tiga Negara Tujuan Ekspor Terbesar
4.5. Tiga Negara dengan Pangsa Ekspor Terbesar Indonesia
Ada tiga negara tujuan ekspor Indonesia dengan pangsa ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok. Semuanya memiliki kondisi perekonomian yang berbeda-beda dan dari tiga negara tersebut, kondisi ekspor Indonesia paling Ada tiga negara tujuan ekspor Indonesia dengan pangsa ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok. Semuanya memiliki kondisi perekonomian yang berbeda-beda dan dari tiga negara tersebut, kondisi ekspor Indonesia paling
Sedangkan Jepang mengalami penurunan cukup dalam dibanding awal tahun 2011. Penyebabnya adalah turunnya nilai ekspor migas Indonesia ke Jepang. Walau pada tahun 2011 bencana alam tsunami yang dialami Jepang sempat meningkatkan permintaan impor energi Jepang namun kondisi tersebut berubah seiring dengan melemahnya permintaan minyak dunia yang mengakibatkan turunya harga minyak dunia. Selain penurunan permintaan minyak dunia, semakin banyaknnya pasokan minyak dunia yang disumbang oleh beberapa negara seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat juga menjadi salah satu penyebab turunnya harga minyak dunia. Tidak hanya penurunan harga minyak yang menjadi penyebab turunnya nilai ekspor miyak Indonesia, turunnya volume ekspor minyak juga ikut berperan dalam hal tersebut. Adanya kendala teknis dan operasional lapngan menyebabkan turunnya produksi minyak yang berpengaruh pula pada turunnya ekspor minyak.
Selain Jepang, trend penurunan ekspor juga dialami pada nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian Tiongkok yang melambat diakibatkan salah satunya oleh reblancing economy Tiongkok. Komoditi ekspor Indonesia yang cukup terkena dampak perlambatan perekonomian Tiongkok adalah komoditi ekspor batu bara. Hal tersebut semakin diperparah dengan kebijakan pemerintah Tiongkok untuk mengurangi penggunaan batu bara dikarenakan polusi udara Tiongkok yang semakin parah saat itu.
4.6. Perkembangan Ekspor Indonesia ke Tiongkok
Indonesia memiliki beberapa komoditi ekspor utama yang diekspor ke Tiongkok. Beberapa komoditi ekspor utama Indonesia yang diekspor ke Tiongkok adalah dari komoditi minyak nabati, karet, TPT, baturbara, dll. Dari beberapa komoditi utama ekspor tersebut, peningkatan permintaan sangat terlihat dari ekspor minyak nabati. Namun ditahun 2016 ekspor minyak nabati terkendala oleh penurunan produk kelapa sawit ditengah permintaan ekspor minyak nabati yang meningkat oleh Tiongkok.
Peningkatan permintaan ekspor minyak nabati oleh Tiongkok berbanding terbalik dengan permintaan ekspor komoditi batubara dan karet olahan oleh Tiongkok yang menurun. Ada beberapa penyebab turunnya ekspor komoditi batubara ke Tiongkok yaitu perlambatan ekonomi Tiongkok, industri di Tiongkok yang kurang mendapat pinjaman, melambatnya kinerja industri, pembatasan impor batubara kualitas rendah, usaha pemerintah Tiongkok untuk mengganti energi alternatif sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Tiongkok, dan usaha pemerintah Tiongkok dalam mengurangi polusi udara di Tiongkok.
Nilai ekspor batubara ke Tiongkok semakin parah dengan turunnya harga batubara dunia. Penyebab turunnya harga batubara itu sendiri adalah turunnya permintaan batubara Tiongkok. Besarnya pengaruh turunnya permintaan Tiongkok terhadap harga komoditi batubara dikarenakan hampir setengah suplai batubara diserap oleh Tiongkok.
Pengaruh Tiongkok terhadap harga komoditi dunia selain pada harga komoditi batubara juga terjadi pada komoditi karet. Turunnya permintaan karet olahan dari Pengaruh Tiongkok terhadap harga komoditi dunia selain pada harga komoditi batubara juga terjadi pada komoditi karet. Turunnya permintaan karet olahan dari
Tantangan ekspor Indonesia ke Tiongkok kedepan masih diwarnai dengan permasalahan perlambatan ekonomi Tiongkok dan harga beberapa komoditi dunia walaupun harga komoditi batubara menunjukkan adanya peningkatan diakhir tahun 2016.
4.7. Perkembangan Perekonomian Tiongkok
Perekonomian Tiongkok dalam beberapa dekade mengalami perlambatan. Pada tahun 2011 perlambatan ekonomi Tiongkok disebabkan oleh beberapa kebijakan moneter Tiongkok untuk meredam inflasi yang cukup tinggi pada saat itu dan pada sisi eksternal kondisi krisis utang Eropa memberi dampak menurunnya ekspor Tiongkok. Kebijakan moneter kemudian menjadi longgar setelah kondisi inflasi pada tahun 2011 terlihat mereda ditahun 2012. Pelonggaran ini juga merupakan respon dari melemahnya pasar properti dan tekanan perekonomian global seperti krisis utang Eropa dan masih belum membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang menyebabkan perlambatan ekonomi global termasuk Tiongkok.
Selain itu tekanan dari negara maju di Eropa dan Amerika Serikat, tekanan juga datang dari kondisi dalam negeri. Proses rebalancing economy untuk merubah struktur ekonomi Tiongkok yang bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi bertumpu pada konsumsi domestik memberi dampak berupa perlambatan ekonomi Tiongkok. Proses rebalancing economy juga didukung dengan upaya pemerintah yang ditunjukkan dalam pertemuan ke-18 Partai Komunis China yang Selain itu tekanan dari negara maju di Eropa dan Amerika Serikat, tekanan juga datang dari kondisi dalam negeri. Proses rebalancing economy untuk merubah struktur ekonomi Tiongkok yang bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi bertumpu pada konsumsi domestik memberi dampak berupa perlambatan ekonomi Tiongkok. Proses rebalancing economy juga didukung dengan upaya pemerintah yang ditunjukkan dalam pertemuan ke-18 Partai Komunis China yang
Walaupun rebalancing economy menyebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok, namun pemerintah Tiongkok menjaga agar tidak mengalami hard landing sebagai salah satu kemungkinan efek dari rebalancing economy dalam jangka pendek. Usaha yang ditempuh pemerintah Tiongkok adalah pelonggaran likuiditas dan peningkatan stimulus.
Pada tahun 2015 kondisi struktur ekonomi yang dulu proporsinya didominasi oleh sektor manufaktur mulai mengalami penggeseran oleh sektor jasa. Hal ini sesuai dengan upaya rebalancing economy Tiongkok dan merupakan gejala alamiah dari pasca industrialisasi. Sejalan dengan rebalancing economy Tiongkok, kondisi ekonomi Tiongkok dalam jangka pendek masih terlihat melambat. Upaya pemerintah dalam menahan perlambatan yang lebih dalam masih tetap dilakukan namun utang pemerintah yang meningkat menyebabkan stimulus pemerintah tertahan.
Rata-rata kondisi perkonomian Tiongkok selama lima tahun kebelakang ekonomi melambat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ekonomi Tiongkok melambat seperti pelemahan perekonomian global dan konsekuensi dari adanya rebalancing economy Tiongkok.
4.8. Hasil Uji Stasioner
Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji stasioner Augmented Dickey Fuller. Jika ditemukan stasioner pada data di tingkat level maka pengujian akan diulang kembali di tingkat differenece. Hasil pengujian stasioner Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji stasioner Augmented Dickey Fuller. Jika ditemukan stasioner pada data di tingkat level maka pengujian akan diulang kembali di tingkat differenece. Hasil pengujian stasioner
Tabel 4.1
Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller
Dengan Trend dan Intersep
Critical
Variabel
Value EKS
Sumber : Hasil Olah Eviews7
Dari tiga variabel yang diuji hanya variabel EKS (total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok) yang stasioner pada critival value 5% namun terbukti tidak stasioner pada critical value 1% yang mana nilai Augmented Dickey Fuller Statistic nya menunjukkan nilai lebih kecil dibandingkan nilai critical value, karena seluruh variabel terbukti terdapat unit root atau tidak stasioner maka variabel tersebut akan diuji lagi dengan tingkat first difference yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller
Dengan Trend dan Intersep
-4.124265 -4.124265 -4.121303 5%
-4.121303
-3.489228 -3.489228 -3.487845 10%
-3.487845
-3.173114 -3.173114 -3.172314 ADF-
-3.172314
-6.027184 -4.096271 -5.898817 Stat
-9.663794
Sumber : Hasil olah Eviews7
Hasil uji unit root pada tingkat first difference ditemukan bahwa ketiga variabel yaitu INT (Tingkat Suku Bunga Tiongkok), KURS (Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China), dan INF (Tingkat Inflasi Indonesia) sudah tidak terdapat unit root pada critical value 5% atau data stasioner. Nilai ADF statistik untuk variabel EKS atau total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar -9.663794 lebih besar dari critical value 5% sebesar -3.487845. Nilai ADF statistik untuk variabel INF atau tingkat inflasi Indonesia sebesar -6.027184 lebih besar dari critical value 5% sebesar -3.489228. Nilai ADF statistik untuk variabel INT atau tingkat suku bunga dasar Tiongkok sebesar -4.096271 lebih besar dari critical value 5% sebesar - 3.489228. Nilai ADF statistik untuk variabel KURS atau Kurs Tengah mata uang Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok sebesar -5.898817 lebih besar dari critical value 5% sebesar -3.487845.
4.9. Hasil Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi Johansen dengan menggunakan aplikasi EViews 7 dengan kelemban 1 didapatkan hasil uji trace statistic menunjukkan terdapat satu kointegrasi pada tingkat α 5% dimana nilai trace statistic sebesar 51.16971 lebih besar dari nilai critical value-nya sebesar 47.85613. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, tingkat suku bunga Tiongkok, tingkat inflasi Indonesia, dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China terdapat hubungan kointegrasi pada lag 1.
4.10. Hasil Uji Kausalitas Granger
Hasil Uji kausalitas granger dengan lag 1 (penentuan lag berdasarkan SIC) menggunakan aplikasi Eviews 7 menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Kausalitas Granger
Nilai Proba-
bility Keputusan Hubungan 0.7219 INF tidak menyebabkan perubahan EKS
Tidak Ada 0.3787 EKS tidak menyebabkan perubahan INF
0.1157 INT tidak menyebabkan perubahan EKS Satu Arah 0.0246 EKS menyebabkan perubahan INT
0.0099 KURS menyebabkan perubahan EKS Satu Arah
0.5653 EKS tidak menyebabkan perubahan KURS 0.1249 INT tidak menyebabkan perubahan INF
Tidak Ada 0.5581 INF tidak menyebabkan perubahan INT
0.2270 KURS tidak menyebabkan perubahan INF Satu Arah 0.0012 INF menyebabkan perubahan KURS
0.0260 KURS menyebabkan perubahan INT Satu Arah 0.0536 INT tidak menyebabkan perubahan EKS
Sumber : Hasil Olah Data Eviews7
Hasil uji hubungan kausalitas antara variabel INF (tingkat inflasi Indonesia) dan EKS (total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok) tidak menunjukkan adanya hubungan. Hal yang sama juga terjadi antara variabel INF dengan variabel INT (tingkat suku bunga dasar Tiongkok). Hasil uji kausalitas granger juga m,enunjukkan bahwa hubungan kausalitas dua arah tidak terjadi antar variabel yang diuji, namun terjadi empat hubungan satu arah yaitu variabel EKS menyebabkan perubahan variabel INT, variabel KURS (Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China) menyebabkan perubahan EKS, Variabel INF menyebabkan perubahan KURS dan variabel KURS menyebabkan perubahan variabel INT.
4.11. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok tidak terdapat hubungan kausalitas dengan tingkat inflasi Indonesia. Jika dilihat dari pola data, trend data tingkat inflasi Indonesia berfluktuasi seperti total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, namun yang jadi perbedaan disini adalah fluktuasi yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih sering terjadi dibanding tingkat inflasi Indonesia dan trend penurunan lebih terlihat pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dibanding dengan tingkat inflasi Indonesia, hal tersebut menjadi alasan tidak adanya hubungan kausalitas antara tingkat inflasi dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Hal tersebut tidak sesuai dengan jurnal berjudul “Determinants of Export Performance in Tanzania” (EPAPHRA, 2016) yang menemukan bahwa inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Secara teori inflasi akan menaikkan biaya faktor produksi dan dapat menyebabkan perubahan jumlah barang yang akan diproduksi termasuk barang ekspor.
Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok
Gambar 4.1 Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok Januari 2011 – Mei 2016
Inflasi Indonesia
Gambar 4.2 Tingkat Inflasi Indonesia Januari 2011-Mei 2016
Jika dilihat dari kondisi empirisnya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2013 hingga masuk tahun 2014 menurun lebih dikarenakan oleh pengaruh perlambatan ekonomi dunia yang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan tekanan imported inflation menurun dan bukan karena ekspor Indonesia ke Tiongkok. Sedangkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih dsebabkan oleh turunnya volume ekspor seperti komoditi batubara dan karet karena kebijakan pembatasan Jika dilihat dari kondisi empirisnya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2013 hingga masuk tahun 2014 menurun lebih dikarenakan oleh pengaruh perlambatan ekonomi dunia yang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan tekanan imported inflation menurun dan bukan karena ekspor Indonesia ke Tiongkok. Sedangkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih dsebabkan oleh turunnya volume ekspor seperti komoditi batubara dan karet karena kebijakan pembatasan
4.12. Hubungan Kausalitas antara Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan Tingkat Suku Bunga Tiongkok
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok menyebabkan perubahan tingkat suku bunga Tiongkok. Hal tersebut tidak sesuai teori karena, meningkatnya tingkat suku bunga mengurangi arus modal keluar neto yang berarti berkurangnya penawaran dolar di pasar valuta asing sehingga menyebabkan kurs riil mengalami apresiasi dan ekspor neto turun. (Mankiw, 2006:150)
Namun kegiatan ekspor yang meningkat dan mampu memberi surplus perdagangan dapat meningkatkan kurs nominal sebuah negara artinya harga barang di negara tersebut relatif mahal dibanding barang luar negeri (Tiongkok). Jika inflasi Tiongkok turun dan tidak sesuai target maka untuk meningkatkannya dapat menggunakan instrumen suku bunga dengan cara menurunkannya. Secara kondisi empirisnya adalah kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok sedang mengalami trend menurun yang merupakan sebagai salah satu langkah Tiongkok dalam menanggapi perlambatan ekonomi Tiongkok yang sedang menurun sehingga sangat wajar kenapa tingkat suku bunga Tiongkok tidak menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Pola data tingkat suku bunga tingkat suku bunga dasar Tiongkok menunjukkan trend menurun hal ini sama terjadi dengan total nilai ekspor Indonesia Pola data tingkat suku bunga tingkat suku bunga dasar Tiongkok menunjukkan trend menurun hal ini sama terjadi dengan total nilai ekspor Indonesia
4.13. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China memiliki hubungan satu arah dengan tingkat inflasi Indonesia yaitu tingkat inflasi Indonesia menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hasil tersebut sesuai dengan jurnal yang berjudul “FDI, Inflation, Exchange Rate And Growth In Ghana: Evidence From Causality And Cointegrated Analysis” (Amoah, 2015) hasil penelitiannya menemukan terdapat hubungan dua arah antara inflasi dengan nilai tukar dan jurnal berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012” (Puspitaningrum, 2014) hasil penelitiannya menemukan bahwa inflasi berpengaruh terhadap nilai tukar.
Secara teori, berdasarkan nilai kurs riil, jika tingkat harga domestik meningkat, maka kurs nominal akan turun. (Mankiw, 2006:135), artinya semakin tinggi tingkat harga domestik Indonesia atau meningkatnya maka kurs rupiah Indonesia terhadap yuan China semakin terdepresiasi. Dalam bukunya (Mankiw, 2006:136) menyatakan jika suatu negara memiliki tingkat inflasi yang relatif tinggi Secara teori, berdasarkan nilai kurs riil, jika tingkat harga domestik meningkat, maka kurs nominal akan turun. (Mankiw, 2006:135), artinya semakin tinggi tingkat harga domestik Indonesia atau meningkatnya maka kurs rupiah Indonesia terhadap yuan China semakin terdepresiasi. Dalam bukunya (Mankiw, 2006:136) menyatakan jika suatu negara memiliki tingkat inflasi yang relatif tinggi
Total Impor Indonesia
Gambar 4.3. Tingkat Impor Indonesia periode 2012-2016
Secara empirisnya kondisi tingkat inflasi Indonesia kurang mendapat tekanan inflasi yang cukup besar dari luar. Hal tersebut dikarenakan perlambatan ekonomi yang terjadi diperiode penelitian yang menyebabkan permintaan barang dunia menurun sehingga tekanan dari imported inflation tidak terlalu cukup besar. Turunnya permintaan impor barang (Gambar 4.3) juga mengakibatkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi Indonesia.
4.14. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok dengan Tingkat Inflasi Indonesia
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan tdak
terdapat hubungan kausalitas antara tingkat suku bunga Tiongkok dengan tingkat inflasi Indonesia. Pola trend pada data tingkat inflasi Indonesia memiliki trend fluktuatif (Gambar 4.2). Tingkat inflasi naik tahun diawali dengan trend meningkat hingga mencapai titik puncaknya di bulan agustus 2013 dan kemudian menurun hingga masuk bulan Agustus 2014 dan kembali meningkat lalu turun kembali dari desember 2014 hingga Mei 2016. Jika dibandingkan dengan pola pada data tingkat suku bunga Tiongkok maka kita dapat mengetahui bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat inflasi Indonesia dengan tingkat suku bunga TIongkok satu arah ataupun dua arah karena pola trend pada periode penelitian terus menurun dan tidak seperti tingkat inflasi yang fluktuatif dan jika dibuat garis trend hanya membentuk garis trend yang cenderung datar walaupun menurun jika dibandingkan awal Januari 2011 dengan tingkat inflasi Indonesia sebesar 4,15% menjadi 3,33% pada bulan Mei 2015. Walaupun secara teori tingkat bunga dunia menentukan tingkat bunga dalam perekonomian terbuka kecil. (Mankiw, 2006:119), dan hasil penelitian pada jurnal yang berjudul “Hubungan Antara BI Rate dan Inflasi Pendekatan Kausalitas Toda-Yamamoto” (Yodiatmaja, 2012) menjelaskan bahwa terdapat hubungan dua arah BI Rate dengan inflasi, namun sesuai data yang ada ternyata tidak terdapat hubungan kausalitas antara tingkat suku bunga dasar Tiongkok dengan tingkat inflasi Indonesia.
Tingkat Suku Bunga Tiongkok
Gambar 4.4 Tingkat Suku Bunga Tiongkok
4.15. Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok terdapat hubungan kausalitas dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hubungan yang terjadi adalah hubungan satu arah yaitu hubungan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok. Hal tersebut sesuai dengan beberapa jurnal yaitu jurnal berjudul “Determinants of Export Performance in Tanzania” (EPAPHRA, 2016) yang menunjukkan hasil bahwa nilai tukar real menyebabkan perubahan ekspor dan jurnal berjudul“The Influence of Exchange Rate on Indonesia’s Exports”(Ginting, 2013) yang menemukan bahwa nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor.
Sesuai dengan pernyataan (Mankiw,2006:131) hubungan antara kurs riil dan
ekspor neto, semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor neto kita. Selanjutnya (Mankiw, 2006:135) juga memberi pernyataan bahwa berdasarkan nilai kurs riil, jika tingkat harga domestik meningkat, maka kurs nominal akan turun. Artinya jika kurs nomilnal Indonesia turun (terdepresiasi) maka semakin semakin banyak rupiah yang harus ditukarkan untuk mendapatkan yuan China sehingga barang ekspor Indonesia akan semakin terlihat murah harganya ketika dijual ke negara Tiongkok karena untuk mendapatkan barang ekspor dari Indonesia, Tiongkok hanya perlu menukarkan sedikit yuan China untuk mendapatkan rupiah Indonesia ketika rupiah Indonesia terdepresiasi.
Nilai Tukar Rupiah
Gambar 4.5 Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China
Melihat pola data menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki trend yang menurun dengan fluktuasi data (Gambar 4.1) sedangkan pola data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend menurun dengan fluktuasi yang sangat sedikit sekali (Gambar 4.5). Hal tersebut Melihat pola data menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki trend yang menurun dengan fluktuasi data (Gambar 4.1) sedangkan pola data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend menurun dengan fluktuasi yang sangat sedikit sekali (Gambar 4.5). Hal tersebut
4.16. Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok.
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan tingkat suku bunga dasar Tiongkok terdapat hubungan satu arah dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China yaitu hubungan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan tingkat suku bunga dasar Tiongkok. Hal tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012” (Puspitaningrum, 2014) yaitu tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap nilai tukar.
Secara teori suku bunga dasar merupakan alat yang biasa digunakan para penentu kebijakan moneter dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan suku bunga dasar dapat menyebabkan perubahan kurs. Tingkat bunga yang lebih tinggi mengurangi arus model keluar neto, berkurangnya arus modal keluar neto berarti berkurangnya penawaran dolar dipasar valuta asing. (Mankiw, 2006:150).
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
1. Tidak terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan inflasi Indonesia. Jika dilihat dari pola data, trend data
tingkat inflasi Indonesia berfluktuasi seperti total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, namun yang jadi perbedaan disini adalah fluktuasi yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih sering terjadi dibanding tingkat inflasi Indonesia dan trend penurunan lebih terlihat pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dibanding dengan tingkat inflasi Indonesia, hal tersebut menjadi alasan tidak adanya hubungan kausalitas antara tingkat inflasi dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
2. Terdapat hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok. Pola data tingkat suku bunga tingkat suku bunga dasar Tiongkok menunjukkan trend menurun dan juga terjadi pada data total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, sedangkan pola fluktuasi data yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok tidak terjadi pada tingkat suku bunga Tiongkok yang cenderung menurun sehingga dapat disimpulkan bahwa turunnya tingkat suku bunga Tiongkok akan diikuti oleh turunnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
3. Terdapat hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hubungan yang
terjadi adalah hubungan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Pola data menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki trend yang menurun dengan fluktuasi data sedangkan pola data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend menurun dengan fluktuasi yang sangat sedikit. Hal tersebut menjadi alasan mengapa hubungan yang terjadi antara nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki arah hubungan dari nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok ke total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, hal ini dikarenakan pola trend menurun yang terjadi pada nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok diikuti oleh trend menurun total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok bukan sebaliknya yaitu fluktuasi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok diikuti oleh nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Jadi jika dilihat dari data maka turunnya nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China akan diikuti oleh turunnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
5.2. Saran
1. Hasil uji kausalitas menunjukkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dan jika dilihat dari pola data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China memiliki trend menurun dan diikuti oleh perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok yang juga memiiliki trend menurun maka pemerintah Indonesia fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah
Indonesia terhadap yuan China dengan cara menjaga makroekonomi Indonesia pada kondisi yang cukup stabil seperti menjaga tingkat inflasi sesuai target inflasi dengan cara memberi subsidi seperti alat-alat yang dapat digunakan dalam proses produksi agar biaya produksi lebih hemat, tax holiday agar pajak yang dibebankan pada konsumen dalam bentuk naiknya harga barang dapat berkurang, menjaga agar tidak terjadi kecurangan pedagang yang mengakibatkan kenaikan inflasi, dan mengatur arus modal keluar ataupun arus barang agar nilai tukar rupiah tetap stabil.
2. Hasil uji kausalitas menunjukkan tingkat suku bunga Tiongkok menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok artinya pemerintah harus memperkuat daya jual produk ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk merespon perubahan dari tingkat suku bunga Tiongkok yang turun salah satunya disebabkan oleh perlambatan ekonomi Tiongkok. Cara untuk meningkatkan daya jual produk ekspor dapat melalui peningkatan tekonologi, peningkatan kualitas produk, forcesting produk potensial atau unggulan untuk pasar ekspor barang ke Tiongkok.
3. Hasil uji kausalitas menunjukkan tidak terdapat hubungan kausalitas tingkat inflasi Indonesia dengan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Walaupun seperti itu hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa tingkat inflasi Indonesia meyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok artinya Indonesia tetap harus mewaspadai tekanan inflasi karena 3. Hasil uji kausalitas menunjukkan tidak terdapat hubungan kausalitas tingkat inflasi Indonesia dengan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Walaupun seperti itu hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa tingkat inflasi Indonesia meyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok artinya Indonesia tetap harus mewaspadai tekanan inflasi karena