DIKLAT PROFESIONAL KEPAMONGPRAJAAN Kerangka Pemikiran

DIKLAT PROFESIONAL KEPAMONGPRAJAAN Kerangka Pemikiran

9 KYBERNOLOGI --------------------------ILMU PEMERINTAHAN BARU-------------------------- | | (KOMPONEN PENDIDIKAN STRATA) | | | | | | | 8 8 | | KEAHLIAN KEAHLIAN | | DI BIDANG----------GENERALIS-----------DI BIDANG | | PEMERINTAHAN | PEMERINTAHAN | | | | | | | | | | | | 7 | 7 | | PROFESI KOMPONEN PROFESI | | BIDANG PE- ---10--PENDIDIKAN--10-------BIDANG PE- | | MERINTAHAN DIPLOMA MERINTAHAN | | | | | | | | | | | | | --------------------- | | | 6 | vooruitzien | 6 |

AGRO- PEMERINTAHAN | conducting | PEMERINTAHAN TEKNOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH | coordinating | DAERAH PEMERINTAHAN

| | | peace-making | | | | | | residue-caring | | | | 5 | turbulence-serving | 5 | | KEBIJAKAN | | KEBIJAKAN | |------------->BIDANG<----|---KEPAMONGPRAJAAN---|----->BIDANG<-------------| | PERTANIAN | | PEKERJAAN UMUM | | | | Freies Ermessen | | | | | | gen&spec function* | | | | 4 | omnipresence | 4 |

KYBERNOLOGI KEPALA DINAS | responsibility | KEPALA DINAS KYBERNOLOGI

PERTANIAN PERTANIAN |magnanimous-thinking | PEK. UMUM PEK. UMUM

| | | statesmanship | | | | | --------------------- | | | | | | | | 3 | 3 | | PROFESI KOMPONEN DIKLAT PROFESI | | BIDANG-----11----PROFESIONAL----11-----BIDANG | | PERTANIAN KEPAMONGPRAJAAN PEK. UMUM | | | | | | | | | | | | 2 | 2 | | KEAHLIAN | KEAHLIAN | | DI BIDANG----------SPESIALIS-----------DI BIDANG | | PERTANIAN | PEK. UMUM | | | | | | | | | | |

| 1 | 1 | -------------AGRONOMI-------ILMU-ILMU LAINNYA-------TEKNOLOGI-------------

CIVIL

*generalist&specialist function

GAMBAR TIGA KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN TINGGI KEPAMONGPRAJAAN

PENDIDIKAN STRATA (9), PENDIDIKAN DIPLOMA (VOKASIONAL, 10), PENDIDIKAN PROFESIONAL (11),

DAN HUBUNGAN KYBERNOLOGI DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA

1 LATAR BELAKANG

Di dalam dokumen-dokumen tradisional Depdagri, APDN dan IIP lebih dikenal sebagai “perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Departemen Dalam Negeri.” Sementara itu sejak tahun 90-an yang lalu, misalnya Permendagri No 43 Tahun 2005 tentang Statuta IPDN, IPDN disebut sebagai “lembaga pendidikan kader pamongpraja di lingkungan Departemen Dalam Negeri.” Perpres 1/09 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 mengenai penggabungan STPDN ke dalam IIP yang namanya sekaligus diubah menjadi IPDN, lebih tegas. Di sana dengan jelas dinyatakan bahwa IPDN “menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang kepamongprajaan yang diselenggarakan melalui sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan,” (pasal 2A, ht TN). Jika dikaitkan dengan butir 3 “Mengingat” Perpres tersebut, sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan merupakan subsistem pendidikan tinggi nasional sebagaimana diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003. Perpres tersebut meletakkan dasar yang kokoh (raison d’ ētre) bagi eksistensi IPDN ke depan. Di satu fihak, kebijakan tersebut merupakan sebuah perubahan dan kemajuan, tetapi di fihak lain terkuak kembali memori sosial masalalu tentang hubungan pusat dengan daerah, di masa pemerintahan raja-raja (pangrehpraja), Belanda (pangrehpraja dan pamongpraja), dan rezim Soeharto (kepala wilayah). Apakah Indonesia kembali ke masalalu? Apakah makna kepamongprajaan itu di masa depan? Oleh sebab itu, sekurang-kurangnya lima topik di bawah ini perlu segera difikirkan kembali, diidentifikasi, didefinisikan, dan dijelaskan:

1. Kepamongprajaan dalam Sistem Pemerintahan Indonesia

2. Sistem Pendidikan Tinggi Nasional

3. Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan

4. Hubungan antara sistem pendidikan tinggi nasional dengan sistem

pendidikan tinggi kepamongprajaan

5. Penyelenggaraan sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan (di dalamnya termasuk Diklat Profesional Kepamongprajaan)

2 KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam peta eksplorasi pemikiran tentang Diklat Profesional Kepamongprajaan, sekurang-kurangnya tujuh terminal harus disinggahi untuk dapat mencapai lima topik di atas, seperti terlihat dalam Gambar 1.

PEMERIN- KEPAMONG- PROFESI- DEP- SISDIK DIKLAT PROFESIONAL TAHAN----->PRAJAAN---->ONALISME-->DAGRI-->DAGRI--->IPDN-->KEPAMONGPRAJAAN

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Satu, pemerintahan. Identifikasi dan definisi Sistem Pemerintahan Indonesia dapat dilakukan melalui pendekatan kekuasaan (Ilmu Politik), dan dapat pula dilakukan menurut pendekatan kemanusiaan dan lingkungannya (Ilmu Pemerintahan, Kybernologi). Dalam kerangka pemikiran ini digunakan pendekatan Kybernologi (kybernân = besturen = steering). Kybernologi adalah sebuah body-of-knowledge (BOK) baru, hasil pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia (Gambar 2). Pemerintahan (governance) adalah interaksi antar tiga subkultur tiap masyarakat (unit kultur), yaitu subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS).

janji(kebijakan, mandat, kuasa monev oleh SKS rencana)& pene- (trust, hope) selaku pelangan patan/implemen- dari SKS selaku terhadap kinerja

--tasinya,kontrol- ----konstituen---- ----SKK rute 2---- | sumber-sumber | | (UU,PERDA) | | dan rute 4 | | (SDA,SDM,SDB) | | melalui pe- | | via rute 1 | | di hulu | | milu di hulu | | di hilir | | || || | | || || |

| stakeholder

-- -SKE--------------- SKK---------------- SKS-------------- SKK--- | pemain, | | | | pemba- wasit penonton | | | ngunan | | | | | | | | | | redistribusi | | | | | | nilai berke- | | nilai via pe- | | pertanggung- | | | | lanjutan utk | | lay civil,pe- | | jawaban etik | | | ---hidup, hasil--- ----lay publik---- ------menurut----- | | pengelolaan & pemberdayaan etika otonom | | sumber-sumber masyarakat di hilir | | 1 di tengah 6 | | 4 |

---------------------pemerintahan (governance)-------------------------

Gambar 2 Sistem dan Proses Pemerintahan (Governance) Digerakkan oleh Tiga Subkultur (Terminal) Melalui Rute 3, 2, 1, 4, 5, 6, dan 3 (pelay = pelayanan)

Dua, Kepamongprajaan. Supaya kinerja interaksi antar tiga subkultur itu good, dan dengan demikian governance menjadi good governance, interaksi itu harus dikendalikan dan diarahkan oleh sebuah kekuatan yang disebut kepamongprajaan. Kepamongprajaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari 12 (duabelas) nilai sebagai berikut:

1. Vooruit zien (memandang sejauh mungkin ke depan)

2. Conducting (membangun kinerja bersama melalui perilaku aktor yang berbeda-beda)

3. Coordinating (membangun kinerja masing-masing melalui kesepakatan bersama yang mengikat)

4. Peace-making (membangun kerukunan dan kebersamaan)

5. Residue-caring (mengelola “sampah,” “sisa,” “yang beda,” “yang salah,” “yang kalah,” dan “yang terbuang”)

6. Turbulence-serving (mengelola ledakan yang dianggap mendadak atau di luar kemampuan, force majeure)

7. Fries Ermessen (keberanian bertindak untuk kemudian mempertanggungjawabkannya)

8. Generalist and Specialist Function (knowing less and less about more and more, and more and more about less and less)

9. Omnipresence (terasa hadir di mana-mana)

10. Responsibility (menjawab dengan jelas dan jujur, men(t)anggung risiko secara pribadi menurut Etika Otonom)

11. Magnanimous-thinking (-mind, berpemikiran besar dan kuat menerobos zaman membuat sejarah)

12. Distinguished statesmanship (kenegarawan-utamaan, selama memangku masajabatan publik, berdiri di atas semua kepentingan, tidak memihak, impartial)

Orang yang memangku 12 nilai tersebut disebut Pamong Praja, baik dalam arti formal maupun dalam arti informal.

Tiga, Profesionalisme. Nilai terbentuk melalui kerja. Pekerjaan yang ditekuni seumur hidup disebut profesi. Kualitas kerja diharapkan professional agar kinerjanya Tiga, Profesionalisme. Nilai terbentuk melalui kerja. Pekerjaan yang ditekuni seumur hidup disebut profesi. Kualitas kerja diharapkan professional agar kinerjanya

Empat, Pemerintahan “Dalam Negeri,” yang dilembagakan menjadi Departemen

Dalam Negeri. Pembicaraan tentang Departemen Dalam Negeri tidak dapat dipisahkan dari Visi dan Misi Bangsa Indonesia. Di zaman raja Asoka (ca 269-232) terdapat dua agama besar di Asia, yaitu Hindu dan Buddha. Untuk memperkokoh kekuasaannya, ia menganjurkan perdamaian di mana-mana. Pada suatu tiang batu peninggalannya tercantum sebuah pernyataan yang dapat disebut Doktrin Asoka, berbunyi: “Barangsiapa merendahkan agama lain dan memuji agamanya sendiri, (berarti) merendahkan agamanya sendiri.” Dalam kitab Sutasoma, Empu Tantular mengemas ajaran itu dalam seloka yang sebagian berbunyi “bhinneka tunggal ika,” lengkapnya “Bhinneka Tunggal Ika, Tanhana Dharmma Mangrva,” artinya berbeda- beda tetapi satu jua, tahan karena benar serta satunya cipta, rasa, karsa, kata dan karya berdasarkan kebenaran yang tunggal. Dalam kerajaan Majapahit (1292-1525) nilai ideal “berbeda (beragam) tetapi (ber)satu” itu menjadi kenyataan: raja Hayam Wuruk (memerintah 1350-1389) beragama Hindu, sedangkan perdana menterinya Gadjah Mada (menjabat 1331-1364) beragama Buddha.

Bertolak dari sejarah yang menunjukkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika sebagai sistem nilai ideal di zaman dahulu bisa menjadi kenyataan, maka adalah tepat tatkala Presiden Soekarno dalam pidato HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tgl 17 Agustus 1950 menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah sesanti (credo) bangsa Indonesia, bahkan dapat disebut visi (walaupun Presiden Soekarno tidak secara eksplisit menyatakan demikian) bangsa Indonesia dalam membangun bangsa (Nation Building), kesebangsaan, dan membentuk watak (Character Building) bangsa.

Bhinneka Tunggal Ika itu merupakan sebuah sistem nilai yang terdiri dari dua komponen besar yaitu “bhinneka” (fakta, das Sein) dan “tunggal ika” (ide, das Sollen). Antara dua komponen itu terjadi hubungan timbal-balik (interaksi) bahkan hubungan dialektik terus-menerus. Bhinneka Tunggal Ika itu kemudian dijadikan hukum positif dalam bentuk PP 66/1951.

Tatkala Bangsa Indonesia masih berada di seberang jembatan yang bernama KEMERDEKAAN, visinya adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, khususnya alinea pertama dan kedua. Visi tersebut semakin jelas lima tahun

BHINNEKA------------------------------------------------>TUNGGAL IKA masyarakat yang proses pengelolaan sehingga semua masing-masing keunikan menjadi ke- masyarakat merasa memiliki keunikan kuatan matarantai sebangsa dan ber- sehingga yang satu dan pengurangan ke- sama-sama memba- berbeda dengan senjangan vertikal ngun masa depan yang lain; sepan- dan horizontal an- jang sejarah per- tar masyarakat se- bedaan itu menim- cepatnya bulkan kesenjangan vertikal dan hori- zontal antar ma- syarakat

Gambar 3 Model Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Misi Bangsa Indonesia

kemudian setelah menyeberangi jembatan, diperkaya dengan Bhinneka Tunggal Ika. Gambar 3 menunjukkan misi Pemerintah Indonesia yaitu memproses pengelolaan keunikan tiap masyarakat menjadi kekuatan matarantai nusantara dan mengurangi kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat secepatnya.

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, departemen manakah yang secara khusus berperan menjalankan misi guna mewujudkan visi di atas? Sejak semula, Departemen Dalam Negeri menduduki posisi strategik dalam sistem pemerintahan RI. Sejumlah departemen/kementerian “teknis” berasal dari departemen ini. Menterinya juga

Tabel 1 FUNGSI LINI DEPARTEMEN DALAM NEGERI

---------------------------------------------------------------------- KELOMPOK A KELOMPOK B ----------------------------------------------------------------------

1 Ditjen Kesatuan Bangsa dan 1 Ditjen Otonomi Daerah Politik

2 Ditjen Bina Pembangunan Daerah 2 Ditjen Pemerintahan Umum 3 Ditjen Pemberdayaan Masyarakat 3 Ditjen Administrasi dan Desa Kependudukan 4 Ditjen Bina Administrasi

Keuangan Daerah

----------------------------------------------------------------------

dikenal sebagai satu di antara triumvirate di samping Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan, dan berperan sebagai pembina politik dalam negeri. Dari dahulu Departemen Dalam Negeri mengelola sistem pemerintahan berdasarkan asas dekonsentrasi, desentralisasi, dan pembantuan (medebewind). Tetapi yang terpenting adalah misinya mengelola kebhinnekaan dan mewujudkan ketunggalikaan bangsa Indonesia. Hal itu terlihat pada fungsi lini Departemen Dalam Negeri yang dewasa ini terdiri dari tujuh direktorat jenderal (ditjen). Ketujuh direktorat jenderal ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok (Tabel 1). Bila diperhatikan dengan saksama, terlihat dengan sangat jelas bahwa dua kelompok itu merupakan fungsi lini Departemen Dalam Negeri. Ditjen Kelompok A berfungsi sebagai unit kerja yang memproses “Tunggal Ika,” sementara ditjen Kelompok B mengelola “keBhinnekaan” nusantara. Dengan perkataan lain, dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan

Indonesia, departemen yang secara khusus berperan menjalankan misi pemerintahan Indonesia yaitu mengelolaan keunikan tiap masyarakat (bhinneka) menjadi kekuatan matarantai nusantara, mengurangi kesenjangan vertikal antar masyarakat dan kesenjangan horizontal antar daerah secepatnya, sehingga “the kesadaran dan rasa kesebangsaan terbentuk secara berkelanjutan (tunggal ika), adalah Departemen Dalam Negeri.

Mengingat posisi dan peran Departemen Dalam Negeri yang strategis itu, maka ke dalam sistem, proses, dan pelaku pemerintahan departemen itu perlu dicharge 12 Nilai Kepamongprajaan di atas.

Lima, Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan. Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (input) terlihat dalam Statuta unitkerja penyelenggaraannya, dalam hal ini Statuta IPDN. Sejauh ini Statuta yang dimaksud belum ada. Pasal 2 Permendagri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatakerja IPDN (menunjukkan proses) yang seharusnya ditetapkan berdasarkan Statuta, dapat dijadikan pegangan sementara. Di sana ditetapkan bahwa IPDN

menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesi di bidang

kepamongprajaan. Proses bergantung pada sistem (termasuk pelaku, yaitu tenagakerja penyelenggara IPDN) dan output (tenaga, kader Pamongpraja)

input throughput output input throughput output

Gambar 4 Proses Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan

bergantung pada proses. Seseorang berkualitas Pamongpraja, melalui Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang merupakan Subsistem Pendidikan Tinggi Nasional. Berdasarkan Pasal 2 Permendagri 1/09 di atas, tenaga berkualitas kepamongprajaan itu diproduksi melalui Program Pendidikan Akademik dan Program Pendidikan Profesi. Program Pendidikan akademik itu terdiri dari Program Pendidikan Diploma dan Program Pendidikan Strata. Referensi tentang topik ini terdapat dalam Kybernologi Sebuah Scientific Movement (2007), Kybernologi Sebuah Profesi (2007), dan Kybernologi dan Kepamongprajaan (2008).

Enam, IPDN. Berdasarkan uraian di atas, IPDN memangku tanggungjawab penyelenggaraan Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Dengan sistem ini diharapkan, kebutuhan masyarakat akan

layanan kepamongprajaan melalui Departemen Dalam Negeri, dapat terpenuhi

PROGRAM --1--PENDIDIKAN | DIPLOMA

PROGRAM | -----PENDIDIKAN-----| | AKADEMIK |

SISTEM PENDIDIKAN | | PROGRAM TINGGI KEPAMONG------| --2--PENDIDIKAN PRAJAAN (IPDN) | STRATA

| PROGRAM --3--PENDIDIKAN PROFESI

Gambar 5 Tiga Program Pendidikan Kepamongprajaan IPDN (Program 1, 2, dan 3)

segera. Satu di antara tiga program tersebut, yaitu program 3 (Gambar 5) merupakan inti makalah ini. Perbedaan antara Program Pendidikan Akademik (1+2) dengan Program Pendidikan Profesi (3) terletak pada pertama, latarbelakang pendidikan, posisi dalam organisasi pemerintahan, dan prospek ke depan. Dasar teoretiknya terlihat pada Gambar 6. Program Pendidikan Akademik ditujukan pada pembentukan tenaga pemerintahan dengan Ilmu Pemerintahan (Kybernologi) sebagai core segera. Satu di antara tiga program tersebut, yaitu program 3 (Gambar 5) merupakan inti makalah ini. Perbedaan antara Program Pendidikan Akademik (1+2) dengan Program Pendidikan Profesi (3) terletak pada pertama, latarbelakang pendidikan, posisi dalam organisasi pemerintahan, dan prospek ke depan. Dasar teoretiknya terlihat pada Gambar 6. Program Pendidikan Akademik ditujukan pada pembentukan tenaga pemerintahan dengan Ilmu Pemerintahan (Kybernologi) sebagai core

Kualitas produk (lulusan) bergantung pada Organizational design IPDN. Organizational design IPDN bermula pada identifikasi produk unitkerja yang dibutuhkan oleh pelanggan (masyarakat, SKS), dalam hal ini tenaga berkualitas Pamong Praja, bukan layanan administratif kepada masyarakat. Produksi tenaga berkualitas Pamong Praja adalah pelayanan akademik atau pendidikan, bukan pelayanan birokrasi atau administratif. Unitkerja yang memroduksi langsung tenaga Pamong Praja di bawah institut adalah fakultas. Oleh sebab itu, unsur pelaksana IPDN adalah fakultas dan Jurusan, bukan biro dan bagian. Garis antara Rektor sebagai unsur kepala dengan Dekan dan Jurusan disebut garis lini (line function) atau garis komando hirarkik. Dalam menjalankan tugasnya, Rektor, Dekan, dan Kepala Jurusan, dibantu oleh unsur staf, yaitu biro dan bagian di bawahnya.

MENTERI DALAM NEGERI |

KEPALA BADAN DIKLAT (a/n)--------|--------SEKRETARIS JENDERAL (a/n)

| REKTOR----------------- | | |---------PEMBANTU REKTOR (a/n) | | | BIRO | |

DEKAN-------------- | | | | | BAGIAN | |

KEPALA JURUSAN---------- | | | | | SUBBAGIAN |

TENAGA AKADEMIK | PESERTA DIDIK | MASYARAKAT PELANGGAN

Gambar 6 Struktur Organisasi IPDN (Yang Disarankan)

Tujuh, Program Diklat Profesional Kepamongprajaan. Diklat ini disiapkan khusus buat sebagian tenaga yang direkrut dari lulusan program pendidikan non- kepamongprajaan, dengan core curriculum yang sifatnya spesialis.