GBPP MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN

GBPP MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN UNTUK PROGRAM STRATA DI PERGURUAN TINGGI

Taliziduhu Ndraha, Kybernolog

1 LATAR BELAKANG

GBPP mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan ini semula ditulis sebagai bahan Workshop Penyusunan GBPP/SAP Semester I dan II Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN 2008/2009 di Jatinangor tgl 24 dan 25 November 2008, memenuhi undangan Dekan fakultas yang bersangkutan tgl 18 November 08 No 003/487/FMP/08. Sesuai saran berbagai fihak, naskah awal diperluas sehingga dapat digunakan sebagai pola dasar matakuliah Ilmu Pemerintahan untuk Program S1, S2, dan S3 Ilmu Pemerintahan. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tiap stratum. Andaikan Ilmu Pemerintahan diibaratkan sebuah pohon-buah dengan buah (aspek Axiologi), batang (aspek Epistemologi), dan akarnya (aspek Ontologi), maka didaktik dan metodik (DM) pengajarannya diperlihatkan melalui Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Didaktik dan Metodik (DM) Pengajaran Ilmu Pemerintahan Dilihat dari Aspek-Aspek Body-Of-Knowledge (BOK) Bahan Ajar (X menunjukkan tingkat kedalaman)

------------------------------------- | METODIK PENGAJARAN | |-------------------------------------| | S1 | S2 | S3 |

--------------------------------------|-----------|------------|------------| | | Axiologi (Buah) | X X X | X X | X | | |-------------------------|-----------|------------|------------| | DIDAKTIK | Epistemologi (Batang) | X X | X X | X X | | |-------------------------|-----------|------------|------------| | | Ontologi (Akar) | X | X X | X X X |

----------------------------------------------------------------------------

Dengan catatan bahwa perancangan DM harus dilakukan secara bertahap tetapi konsisten, Program S1, S2, dan S3, sebaiknya tersusun menurut skala interval dan tidak ordinal apa lagi nominal belaka (Gambar 1, sistem single input - single output). Sungguhpun demikian, dalam fase peralihan, program khusus atau tertentu, “darurat” atau terpaksa, sistem multi-input single output dapat juga digunakan, didukung dengan program matrikulasi yang sepadan. Jadi sedapat-dapatnya: Dengan catatan bahwa perancangan DM harus dilakukan secara bertahap tetapi konsisten, Program S1, S2, dan S3, sebaiknya tersusun menurut skala interval dan tidak ordinal apa lagi nominal belaka (Gambar 1, sistem single input - single output). Sungguhpun demikian, dalam fase peralihan, program khusus atau tertentu, “darurat” atau terpaksa, sistem multi-input single output dapat juga digunakan, didukung dengan program matrikulasi yang sepadan. Jadi sedapat-dapatnya:

(ordinal) (nominal, zig-zag) (interval)

S3 ------>S3 S3 | | ilmu X | | | | | | | | | S2 | | |

S2 ------>S2 | | | ilmu Y | S1 S1 S1 ilmu X ilmu Z ilmu X

Gambar 1 Skala DM Program Strata Ilmu Pemerintahan

2 SESI SATU

Sesi ini diisi dengan Penjelasan Umum, pandangan menyeluruh (overview) tetapi esensial (abstract, highlight) tentang Ilmu Pemerintahan (termasuk TIU) dan Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia. Semua mata kuliah yang terkait dengan Ilmu Pemerintahan mengacu pada Pengantar ini. Ilmu Pemerintahan yang diuraikan di sini adalah Ilmu Pemerintahan dalam konstruksi bangunan (body- of-knowledge) yang disebut Kybernologi. Dalam hubungan itu, Kybernologi bukan sekedar judul buku, tetapi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Khusus di lingkungan IPDN/IIP, Ilmu Pemerintahan merupakan mata kuliah tingkat institut dan diajarkan pada semua program, strata, fakultas dan jurusan. Perkuliahan tiap semester terdiri dari 14 sesi tatapmuka dan dua sesi ujian (UTS dan UAS) = 16 sesi. Dari referensi ditelusuri sumber-sumber asli dan ditambahkan sumber-sumber lainnya. GBPP ini secara berkala ditinjau dan dikembangkan. Salahsatu versi GBPP ini dimuat dalam Bab XI Kybernologi Sebuah Pengharapan (2009).

Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia diawali dengan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di Belanda. Menurut G. A. Van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959), mulai tahun kuliah 1928- 1929 pengajaran dalam Jurusan Ekonomi Kenegaraan diperluas dengan mata pelajaran Ilmu Pemerintahan dengan tujuan supaya jurusan ini lebih disesuaikan dengan kebutuhan mereka yang berhasrat untuk bekerja pada dinas umum. Pada tgl

25 Januari 1928, Guru Besar Luar Biasa di bidang Ilmu Pemerintahan dilantik, dan dengan dmeikian maka pengakuan Ilmu Pemerintahan sebagai mata pelajaran (berderajat Doktor) pada pengajaran tinggi di Belanda menjadi suatu kenyataan. Selama masa 1928-1933 dua orang Doktor Ilmu Pemerintahan dipromosikan, yaitu

Dr R. E. Berends dan Dr F. Breedsvelt. Di masa itu Ilmu Pemerintahan dianggap sebagai struktur supra ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ekonomi perusahaan. Uraian di atas kemudian disusuli dengan pengajaran Ilmu Pemerintahan pada kursus dan bestruursacademie Pamongpraja di zaman Belanda, paradigma Ilmu Pemerintahan di lingkungan UGM sampai tahun 80-an (Gambar 2), dan dewasa ini (Gambar 3), paradigma IIP-UNPAD, dan paradigma IPDN/IIP-Baru.

ILMU POLITIK

-----------------------------|----------------------------- | | | | | ILMU ADM ILMU HUB- ILMU PE- ILMU PERBAN- TEORI PUBLIK INTERNASIONAL MERINTAHAN DINGAN POLITIK POLITIK

Gambar 2 Posisi Ilmu Pemerintahan Versi UGM (Tradisi Sampai Tahun 80-an)

Natural turbulences dan social turbulences yang terjadi di belahan dunia maju, misalnya di Amerika, mengerakkan pengubahan dan pembaharuan konstruksi berbagai ilmu pengetahuan. Paradigma Public Administration, misalnya, berubah menjadi Development Administration (tahun 60-an, pasca PD II), dan berubah

1 NEGARA

2 POLITIK KE- PARTAIAN DAN PERWAKILAN MASYARAKAT

Gambar 3 Ranah Publik: Bidang Studi Jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Gadjah Mada (UGM)

lagi menjadi The New Public Administration (1970-an, pasca Perang Vietnam). Dua lagi menjadi The New Public Administration (1970-an, pasca Perang Vietnam). Dua

Sejak tahun 2000-an, bidang kajian Jurusan Ilmu Pemerintahan di UGM dikonstruksi seperti Gambar 3 (A. Nurmandi, E. P. Purnomo, Suswanta, peny., Mencari Jatidiri Ilmu Pemerintahan, 2006), sedangkan Ilmu Pemerintahan di lingkungan Program Pascasarjana Kerjasama UNPAD-IIP direkonstruksi seperti Gambar 4. Rekonstruksi Gambar 4 bermula pada pendekatan kemanusiaan (Gambar 5). Melalui pendekatan ini, maka HAM, kebutuhan eksistensial Manusia, kebutuhan dasar masyarakat dan lingkungan hidupnya yang pertama-tama terlihat sebagai sasaran kajian, dan bukan Negara, kepentingan atau kekuasaan belaka. Rekonstruksi itu didorong oleh keinginan untuk mengembalikan Ilmu Pemerintahan pada posisi dan kualitasnya semula yaitu “ilmu yang bertujuan menuntun hidup bersama manusia dalam upaya

NEGARA governent 1 ruang kekuasaan

kewenangan negara 1--------------->2

PUBLIK

pelayanan publik

ruang publik 2 KEBIJAKAN PUBLIK

kewajiban negara 1-------------->3 pelayanan civil

governance

ruang civil 3 MANUSIA HAM

Gambar 4 Interface Antara Negara Dengan Manusia

mengejar kebahagiaan rohani dan jasmani yang sebesar-besarnya tanpa merugikan orang lain secara tidak sah” (G. A. van Poelje, Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde, 1953. Rekonsturksi Ilmu Pemerintahan menurut pendekatan Gambar

3 dan Gambar 4 terhadap fenomena pemerintahan digabung seperti Gambar 5 itu. Pendekatan seperti Gambar 5 itulah yang diajarkan di lingkungan IPDN/IIP ke depan, sebagai hasil pendaratan Bestuurskunde dan Bestuurswetenschap di bumi Indonesia. Pokok-pokok Kybernologi menurut perkembangannya yang terakhir terdapat dalam Bab I Kybernologi dan Pembangunan (2009).

PENDEKATAN KEKUASAAN

FENOMENA

PENDEKATAN PEMERINTAHAN ILMU PEMERINTAHAN KEMANUSIAAN COMMON PLATFORM KONSTRUKSI GAMBAR 4

DAN LINGKUNGAN SEMUA ILMU BERNAMA KYBERNOLOGI

PENGETAHUAN

ILMU PEMERINTAHAN KONSTRUKSI GAMBAR 3

Gambar 5 Dua Macam Pendekatan

Referensi: Bab I Kybernologi 2003; Bab I dan Bab II dan Soewargono dalam Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bab I dan Bab II Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; A. Nurmandi, E. P. Purnomo, Suswanta, peny., Mencari Jatidiri Ilmu Pemerintahan, 2006; Bab VIII Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 3 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008. Bab 3 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008

3 SESI DUA

Melalui pendekatan metadisiplin: “Percaya agar (baru) tau (credo et intelligam),” ditemukan Ontologi Kybernologi dengan dua variable pemikiran: Kualitas Manusia dan Hubungan Pemerintahan (lihat Gambar 6). Perkembangan kemanusiaan yang memuncak pada kenegaraan, membentuk Hubungan Pemerintahan, yang disebut juga Hubungan Antara Janji dengan Percaya, Keadaan dengan Pengharapan.

ALLAH mencipta CIPTAAN<---------------------HUBUNGAN PEMERINTAHAN---------------------> MAKHLUK MANUSIA-->MEMBUMI

1 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK-->BERMASYARAKAT | 2 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | WARGAMA- | SYARAKAT-->BERBANGSA | 3 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK

KUALITAS MASYARAKAT MANUSIA WARGABANGSA-->BERNEGARA

| 4 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | MASYARAKAT | BANGSA | WARGANE- | GARA----->BERPEMERINTAHAN

5 CIPTAAN MANUSIA

7 PENDUDUK YANG DI- MASYARAKAT PERINTAH BANGSA konstituen NEGARA pelanggan<------------hubungan pemerintahan------------>PEMERINTAH konsumer (peran) korban 6 mangsa

Gambar 6 Ontologi Kybernologi dengan 7 Terminal

Referensi: Bab 1, Bab 6 dan Bab 7 Kybernologi 2003; McIver, R. The Web of Government, 1961.

4 SESI TIGA

Epistemologi Ilmu Pemerintahan: Teori Kebutuhan. Pemikiran pemerintahan sejajar dengan pemikiran ekonomi, bermula dari “kebutuhan manusia” sejak “terjadinya” di dalam kandungan. Pikiran ini dideduksi dari Ontologi Pemerintahan di atas. Pemenuhan kebutuhan manusia selain bersifat komprehensif (segala bidang kehidupan) juga bersifat jangka panjang sejauh mungkin ke depan: “Gouverner c’est prevoir,” demikian ungkapan Perancis.

------------------------------------------------------------------------- | | | 7 | | PENGORBANAN | | CIVIL SERVANT | | | | | | | | 4 5 6 9 | | ----INDI- -----CIVIL-–----acting---------CIVIL------- | | | VIDU RIGHTS action SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 8 | | | | KESEMPATAN dan HARAPAN (HOPE) | | | | PELANGGAN UNTUK MENJADI KONSUMER, | | | | KORBAN dan MANGSA untuk SELAMAT | | | | | |

2 | | | 1 HUMAN 3 12 14 20 | MANU- ----RIGHTS-----HUMAN PUBLIC PUBLIC kontrol,-----| SIA & INS- NEEDS POLICY ACTOR evaluasi |

TINCTS | | | | | | | 13 | | | | 11 | POLICY | 16 | | | -----PUBLIC---------IMPLE----------PUBLIC----- | | | CHOICE MENTATION | SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 10 | | 15 |

----MASYA- | | penggunaan oleh KONSUMER | RAKAT | | HAK HIDUP KORBAN atau HAK MANGSA | | | | UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI | | | | KEPERCAYAAN (TRUST) terhadap PEMERINTAH | | | | PENGHARAPAN (HOPE) DI MASA DEPAN | | | | | | | --------------------------------------------- | | | 17 18 19

----PRIVATE------ --BARANG---------MARKET CHOICE JASA (SATISFACTION)

---> 7pembentukan civil service --->14pembentukan public actor --->12pembuatan kebijakan publik --->15pemberdayaan (enabling, emp.*) --->13pengadaan public goods --->17privatisasi vs statalisasi *empowering

Gambar 7 Teori Kebutuhan

Kebutuhan perlu dibedakan dengan kepentingan. Pada dasarnya, kebutuhan, lebih- lebih kebutuhan dasar (asasi) bersifat objektif. Itulah sebabnya kebutuhan dasar itu diposisikan sebagai hak asasi manusia, dan pemenuhannya sebagai kewajiban negara. Semua orang membutuhkan makanan. Tetapi pada saat orang berniat dan berkesempatan memilih makan apa atau makan siapa dan kapan, maka dasar pertimbangannya adalah kepentingan. Jadi kepentingan itu subjektif. Maka berbahaya jika orang memilih (membeli) tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya dia Kebutuhan perlu dibedakan dengan kepentingan. Pada dasarnya, kebutuhan, lebih- lebih kebutuhan dasar (asasi) bersifat objektif. Itulah sebabnya kebutuhan dasar itu diposisikan sebagai hak asasi manusia, dan pemenuhannya sebagai kewajiban negara. Semua orang membutuhkan makanan. Tetapi pada saat orang berniat dan berkesempatan memilih makan apa atau makan siapa dan kapan, maka dasar pertimbangannya adalah kepentingan. Jadi kepentingan itu subjektif. Maka berbahaya jika orang memilih (membeli) tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya dia

Referensi: Book Two Walter Lippmann The Public Philosophy, 1956, h. 84); Bab 4 Kybernologi 2003; Bab 2 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Dua Bab VI Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; dan referensi Teori Kebutuhan A. Maslow, dsb.

5 SESI EMPAT

Epistemologi Pemerintahan: Teori Pelayanan. Perlindungan dan pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat melalui public choice (public service, civil

NEGARA------>PRODUK------>PELANGGAN

--------------------- | | BERDAYA TAK BERDAYA | | | |

KONSUMER KORBAN

| --------------------- | | DIBERDAYAKAN TAK DIBERDAYAKAN | | | |

KONSUMER MANGSA |

----------------------------- | | DISELAMATKAN TAK DISELAMATKAN | | | |

*jika penyelamatan KORBAN* DIMANGSA, DISANTAP

juga memberdayakan, | DIKORBANKAN korban jadi konsumer ---------------------

| | DIBERDAYAKAN TAK DIBERDAYAKAN | | | |

KONSUMER MANGSA

Gambar 8 Teori Pemberdayaan (Pelayanan) Gambar 8 Teori Pemberdayaan (Pelayanan)

Tabel 2 Pelayanan Publik dan Pelayanan Civil

--------------------------------------------------------------------------------- DIMENSI PELAYANAN PUBLIK PELAYANAN CIVIL ---------------------------------------------------------------------------------

1 DASAR Pasal 33 (2) UUD 45 Human Rights, Civil Rights, Constitu-

Public Choice tional Rights, Conventions

2 TUJUAN Meningkatkan Kesejah- Melindungi, Menyelamatkan Manusia dan teraan Masyarakat Lingkungannya

3 STATUS Kewenangan Negara Kewajiban Negara (Gambar 4)

4 VISI Jangka pendek Jangka Panjang

5 YANG DI- Lapisan/Kelompok Masya- Individu pribadi sebagai pelanggan, LAYANI (YD) rakat sebagai pelanggan korban dan mangsa

6 SIKAP Fihak YD Menyesuaikan di- Fihak Yg Melayani (YM) menyesuaikan ri dgn Kondisi Fihak YM diri dgn YD

7 PROSPEK Semakin berkurang dengan Semakin meningkat, baik kualitas semakin majunya masy. maupun kuantitas dan kesebarannya

8 HARGA Diusahakan serendah- Tidak dibebankan langsung kpd fihak BIAYA rendahnya, dapat dibe- YD; “no price;” dibiayai oleh Negara

bankan kepada fihak YD

9 PELAKU (YM) Aktor pemerintahan Civil Servant, “Artis” pemerintahan

10 SIFAT a Monopoli Negara tapi a Monopoli Negara dan tidak dapat dpt diprivatisasikan diprivatisasikan b Lebih normatif b Antisipatif berdasarkan asas Kualitas pelayanan Manajemen Bencana yaitu Waktu = Nol terdapat dlm dasar (langsung action, tak ada waktu utk hokum pelayanan ybs mencari dan menyiapkan “the 6M”)

11 FAKTOR Bergantung pada kemampu- Bergantung pada acting dan an dan kesempatan pelang- action civil servant dan “artis” gan menggunakan layanan pemerintahan

12 KUALITAS Pelanggan Percaya Kenda- Korban/Mangsa Berpengharapan TERTINGGI tipun Ybs Kecewa Dalam Ketidakberdayaannya

13 MASALAH supaya masyarakat percaya Supaya dalam diri korban tumbuh asa Bagaimana sementara mereka kecewa? sementara ia tidak berdaya?

14 SOLUSI Info tanpa kebohongan, Reformasi sepenuh hati pertanggungjawaban Bukti, bukan janji (responsibility) Sekarang, bukan nanti. . . ..

----------------------------------------------------------------------

Kepuasan pelanggan tidak dapat dijadikan kualitas pelayanan publik dan pelayanan civil, pertama karena di dalam ruang dua pelayanan itu tidak ada pilihan; kalaupun ada sangat mahal atau sangat berat, dan kedua karena dalam kekecewaan dan ketidakberdayaan sekalipun, kepercayaan masyarakat kepada negara dan pengharapan manusia terhadap masadepan bisa terbentuk dan terjaga, jika saja masyarakat (bisa) memahami (mengerti, menerima) pertanggungjawaban pemerintah, dan melihat adanya perubahan dan

kemajuan yang konsisten ke depan.

Di dalam Teori Pelayanan termasuk Teori Pemberdayaan, Teori Kerja, Careerism, dan Professionalism. Tetapi untuk Indonesia bisa terbalik, jika “meManusiakan manusia” (memulihkan atau mengembalikan Manusia ke dalam fitrahnya semula) dipandang sebagai pemberdayaan, maka di satu sisi, dalam Teori Pemberdayaan (Manusia dan Masyarakat) terletak Teori Pelayanan. Jika pelayanan itu diibaratkan penyembuhan penyakit, maka perlu diingat bahwa tidak merasa sakit belum tentu sehat. Menyehatkan berarti mencegah penyakit, dan mencegah selalu lebih baik ketimbang mengobati. Jadi di sisi lain pelayanan harus diarahkan pada

Tabel 3 Layanan Civil Berdasarkan UUD 1945 (Naskah Asli, Sebelum Amandemen)

--------------------------------------------------------------------------- KEBUTUHAN PASAL ---------------------------------------------------------------------------

TELAH DINYATAKAN SECARA JELAS, WALAUPUN BELUM SEMUANYA DIIMPLEMENTASIKAN TASIKAN:

1 HAK/PENGAKUAN SEBAGAI SOVEREIGN (VOTER/VOTING) 1 (2) 2 PENGAKUAN SEBAGAI JIWA DAN SEBAGAI WARGA NEGARA 26 3 KEBERSAMAAN KEDUDUKAN DI DEPAN HUKUM (KEADILAN) 27 (1) 4 PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK 27 (2) 5 KEMERDEKAAN BERSERIKAT, BERKUMPUL,

MENGELUARKAN PIKIRAN 28 6 KEMERDEKAAN UNTUK MEMELUK AGAMA 29 (2) 7 PENGAJARAN 31 (1) 8 PEMELIHARAAN FAKIR MISKIN DAN ANAK TERLANTAR 34

TIDAK/BELUM DINYATAKAN SECARA JELAS:

1 KEBEBASAN MEMILIH 2 KEPASTIAN HUKUM, KEKUATAN HUKUM 3 PERLINDUNGAN 4 KESELAMATAN 5 CONSUMERISM (bukan konsumtif!)

dan sebangsanya

-------------------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------------------

Referensi: Bab III Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bab

5 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bab I Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007; Bab III Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 11 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008

6 SESI LIMA

digerakkan oleh tiga subkultur, yaitu subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS). Interaksi antar tiga subkultur itu disebut governance. Bagaimana governance terbentuk, bagaimana masyarakat melindungi dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi tiga subkultur itu, bagaimana subkultur bekerja (berinteraksi) satu dengan yang lain, bagaimana interaksi antar governance, diterangkan melalui Teori Governance. Subkultur ekonomi (SKE) berfungsi membentuk nilai dari sumberdaya yang ada. Pada gilirannya hal ini menimbulkan ketidakadilan, karena peroleh nilai bergantung pada sumberdaya yang berawal pada sumberdaya alami (SDA) sebagaimana adanya. Manusia mengatasi hal ini melalui pelestarian SDA dan fungsi pengaturan SKE di hulu, fungsi implementasinya (pengurusan) di tengah. Dalam rangka menegakkan peraturan (kebijakan pengaturan SKE), memaksimalkan pengurusan (meredistribusi nilai ke dalam masyarakat di tengah, dan mempertanggungjawabkan fungsi-fungsi itu kepada masyarakat di hilir), terbentuklah subkultur kekuasaan (SKK). Watak koruptif kekuasaan melahirkan pemikiran tentang pentingnya subkultur sosial (SKS) dalam masyarakat. SKS pada hakikatnya terdiri dari dua kualitas: sebagai pelanggan dan sebagai konstituen, yang memiliki hak eksistensial, HAM, dan hak-hak derivatif. Sebagai pelanggan ia menyampaikan kebutuhannya ke hulu melalui kualitasnya sebagai konstituen, dan memonev redistribusi nilai oleh SKK di hilir.

Kebijakan otonomi Daerah berdasarkan UU 32/04, Pasal 1 butir 2, 3 dan 4, sesuai dengan teori ini. Di sana dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah (Kepala Daerah dan jajarannya, local government) bersama DPRD adalah penyelenggara pemerintahan Daerah. “Pemerintahan” Daerah dalam hubungan itu setara dengan local governance. Konsep governance lebih luas ketimbang konsep government. Dalam Gambar 9 terlihat juga bahwa konsep pemerintahan lebih luas daripada konsep pembangunan pemerintahan. Di bawah konteks pemerintahan daerah, pemerintahan sama dengan Kebijakan otonomi Daerah berdasarkan UU 32/04, Pasal 1 butir 2, 3 dan 4, sesuai dengan teori ini. Di sana dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah (Kepala Daerah dan jajarannya, local government) bersama DPRD adalah penyelenggara pemerintahan Daerah. “Pemerintahan” Daerah dalam hubungan itu setara dengan local governance. Konsep governance lebih luas ketimbang konsep government. Dalam Gambar 9 terlihat juga bahwa konsep pemerintahan lebih luas daripada konsep pembangunan pemerintahan. Di bawah konteks pemerintahan daerah, pemerintahan sama dengan

----------------------- | NEGARA |

-----mengontrol----- -----mengontrol------ | memberdayakan | | membayar | | | || | | | | | | | mengontrol SKK | | | | | di hulu

| | | constituent ------ SKE--------|--------->SKK----------|-------->SKS------- | pemain | | | penonton | | | | wasit | pelanggan | | | | | | | mengontrol SKK | | | ----------|-|---------- di hilir | | pembangunan | | | | | | | meredistribusi | | | membentuk, | | nilai via pela- | | | |----meningkatkan,--- ---yanan civil, -----| | | | mencipta nilai pelayanan public | | | | 1 (inc.pemberdayaan) | | | | 4 | | | | MASYARAKAT | | | | | | | ------melayani-------5---------pasar-------- | | | | MANUSIA | | |

---------------------------feedback---------------------------

Gambar 9 Teori Pemerintahan (Governance): Interaksi Antar Tiga Subkultur Melalui 6 Rute Subkultur Ekonomi (SKE), Subkultur Kekuasaan (SKK), dan Subkultur Sosial (SKS dgn kualitas Sebagai Pelanggan dan Constituent) yang Disebut juga Subkultur Pelanggan (SKP)

masyarakat melalui tiga terminal, yaitu SKE, SKK, dan SKS. Lintasan gerak dari terminal ke terminal disebut rute. Gambar 10 menunjukkan 5 rute dasar interaksi antar tiga subkultur. Rute 5 menunjukkan rute pelayanan pasar, sedangkan Rute 6 feedback ke dalam interaksi.

Tabel 4 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

----------------------------------------------------------------------------- PENGATURAN PENGURUSAN MONEV DAN FEEDBACK LOCAL GOVERNANCE ----------------------------------------------------------------------------- 1 DPRD -- DPRD DPRD

2 KEPALA PEMERINTAH -- LOCAL GOVERNMENT DAERAH DAERAH (LOCAL

GOVERNMENT) -----------------------------------------------------------------------------

Sepanjang Rute 5 pada Gambar 10 dilakukan pemantauan dan evaluasi redistribusi

---------------------- | NEGARA | SKK mengontrol SKS sbg konsti- dan memberdaya- tuen mengontrol

--kan SKE via kebi-- -SKK di hulu via U- | jakan & impl.nya | | dan PERDA | 2 | || | 3 | | petaruh, petarung | | | | | SBG KONSTITUEN ------ SKE------------------>SKK-------------------->SKS--------- | “pemain” | | | SBG PELANGGAN | | | | “wasit” | ”penonton” | | | | || | || | | | | | | | SKS sbg pelanggan | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---------|-|---------- | | | | || 5| | | | membentuk, me- | | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusi<-- 4 | | |---cipta nilai se--- -----nilai via pe- | | | | cara berkelan- layanan civil & ----| | | | jutan pelayanan publik | | | | | | | | MASYARAKAT (PUBLIK) | | | | | | | -------melayani----------------pasar---------- | | | | MANUSIA | | |

---------------------------feedback------------------------------

Gambar 10 Pemerintahan (Governance); Interaksi Antar Tiga Subkultur

(Tiga Terminal SKE, SKK, dan SKS) Via Rute 1, 2, 3, 4, dan 5 (Tiga Terminal SKE, SKK, dan SKS) Via Rute 1, 2, 3, 4, dan 5

6 melalui terminal SKK, terus ke SKS.

Dalam Teori Governance juga termasuk Teori Hubungan Pemerintahan (governance relations). Dengan memasukkan konsep stakeholder (Bab I Kybernologi

---------------------- | NEGARA | | |

SKK mengontrol SKS sbg konsti- ---dan memberdaya--- ---tuen mengontrol--- | kan SKE via kebi- | | SKK di hulu via UU | | jakan & impl.nya | | dan PERDA |

2 | || | 3 | | petaruh, petarung | | | | | SKS “BANDAR” ------ SKE---------|-------->SKK----------|----->STAKEHOLDER----- | ”pemain” | | | ”penonton” | | | | ”wasit” | | | | | | | | | | SKS sbg PELANGGAN | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---------|-|---------- | | | | || 5| | | | membentuk, me- | | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusi<-- 4 | | |---cipta nilai se--- -----nilai via pe- | | | | cara berkelan- layanan civil & ----| | | | jutan pelayanan publik | | | | | | | | | | | | MASYARAKAT (PUBLIK) | | | | | | | -------melayani----------------pasar---------- | | | | MANUSIA | | |

---------------------------feedback------------------------------

Gambar 11 Stakeholder Pemerintahan (Hubungan Pemerintahan Antara Pemerintah (SKK) dengan Yang Diperintah (SKE dan SKS) Via Rute 1, 2, 3, dan 4 Gambar 11 Stakeholder Pemerintahan (Hubungan Pemerintahan Antara Pemerintah (SKK) dengan Yang Diperintah (SKE dan SKS) Via Rute 1, 2, 3, dan 4

Kendatipun pada hakikatnya pembangunan terletak dalam ruang SKE (Gambar 9), mengingat masyarakat belum berdaya dan belum otonom di bidang pembangunan, untuk sementara pembangunan diletakkan di ruang SKK. Dalam hubungan itu, pembangunan oleh SKK adalah strategi pemberdayaan SKS sampai pada suatu saat peran ekonomi SKS otonom, sehingga pembangunanpun secara bertahap tetapi pasti beralih ke ruang SKE. Dilihat dari sudut ini, penyerahan sebagian kewenangan negara (pusat) kepada masyarakat (daerah) dapat diartikan sebagai sebuah strategi privatisasi dari badan publik kepada badan privat.

Gambar 11 menunjukkan Hubungan Pemerintahan, yaitu hubungan antara fihak Pemerintah (SKK, masyarakat pemangku kekuasaan) dengan fihak Yang Diperintah (SKE dan SKS). SKE adalah masyarakat dalam perannya sebagai Pekerja, sedangkan SKS adalah masyarakat dalam perannya selaku Pelanggan dan Konstituen. Hubungan (rute) antar tiga terminal (dalam Gambar 9 terlihat empat) diperjelas (diurai) menjadi enam rute berkesinambungan. Gambar 12 merupakan

2 janji (kebi- 3 5 jakan/rencana mandat, kuasa monev terhadap & penepatan- (trust, hope) kinerja SKK

---nya) berda- -- ----tuntutan,--- ----rute 2 & 4--- | sarkan etika | | (UU, Perda) | | via rute 2 | | otonom di hulu | | di hulu | | di hilir | | || || |

- SKE-------------- SKK-------------- SKS------------- SKK-- | | | | | | | | | redistribusi | | | | | | | | nilai via pe- | | pertanggung- | | | | nilai berke- | | lay civil,pe- | | jawaban etik | | | --lanjutan utk--- --lay publik &-- -----menurut----- | | hidup pemberd masy etika otonom | | 1 di tengah di hilir | | 4 6 | | | | |

--------------------pemerintahan (governance)--------------------

Gambar 12 Sistem dan Proses Pemerintahan Melalui Rute 1, 3, 4, 5, 6, 3, dan 2 Gambar 12 Sistem dan Proses Pemerintahan Melalui Rute 1, 3, 4, 5, 6, 3, dan 2

Referensi: Bab I Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan (2005); Bagian Pertama Bab 8 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Tiga Bab V dan Bab XIV Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab VI dan Bab VII Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab I Kybernologi dan Pembangunan, 2009

7 SESI ENAM

Epistemologi Pemerintahan: Teori Kinerja. Kosakata “kinerja” tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata itu berasal dari kata “kerja” ditambah sisipan “in” antara “k-” dengan “-e” menjadi “kinerja.” Hal itu terjadi misalnya pada kata “kanti” menjadi “kinanti,” “ganjar” menjadi “ginanjar,” “reka” menjadi “rineka,” “rakit” menjadi “rinakit,” dan sebagainya. Lingua franca ini terbentuk sebagai padanan kata Inggris performance yang sebenarnya berarti tampilan atau penampilan,

----->LINGKUNGAN--------membentuk------->GOVERNANCE-------- | 7 faktor 3 subkultur | | | | keselarasan | keseimbangan | keserasian

feedback MASYARAKAT dinamika

| keberlanjutan | interaksi antar | tiga subkultur | | | GOOD GOVERNANCE evaluasi oleh KINERJA |

----BAD GOVERNANCE<------pelanggan------GOVERNANCE<--------

Lingkungan Governance: 4 sistem ekonomi 1 sejarah 5 sistem sosialbudaya 2 lokalitas 6 kondisi dan posisi geografik 3 sistem politik 7 Weltanschauung masyarakat

Gambar 13 Model Dasar Teori Kinerja Gambar 13 Model Dasar Teori Kinerja

tetapi jika prosesnya dapat dipertanggungjawabkan, kinerja governance bisa

dikualifikasi good (Tabel 2). Jika kinerja interaksi antar tiga subkultur governance berkualitas good, maka governance itu disebut good governance. Apa yang dimaksud dengan good governance, bagaimana supaya kinerja governance itu good, diterangkan melalui Teori Kinerja. Teori ini terkait dengan Teori Governance dan Implementasi Kebijakan. Perlu diingat bahwa PIP IPDN/IIP terletak di sini. Kinerja harus distandardisasi (ref. Bab III Kybernologi Sebuah Profesi, 2007). Grafik kinerja bisa naik-turun (NT, fluktuatif), naik-turun dan maju-mundur (NT-MM), dan naik- turun, maju-mundur, dan timbul-tenggelam (NT, MM dan TT). Kinerja pemerintahan merupakan proses dan hasil keseluruhan interaksi antar tiga subkultur sebagaimana ditunjukkan oleh angka 1 sd 6 pada Gambar 9 dan Gambar 12, dengan catatan sebagai berikut:

1. Keselarasan adalah tingkat ketepatan waktu dan arah tiga subkultur

pada tujuan bersama jangka panjang, agar keberhasilan yang satu tidak merusak tetapi sebaliknya mendukung keberhasilan yang lainnya

2. Keseimbangan adalah tingkat bargaining power dan keluasan pengambilan kesempatan berperan yang relatif sama antar tiga subkultur apada suatu saat, sesuai dengan hukum rantai yang menyatakan bahwa kekuatan sebuah rantai sama dengan kekuatan matarantainya yang terlemah

3. Keserasian adalah tingkat empati (empathicability?) sikap dan harmoni kinerja tiga subkultur yang berbeda-beda, pada suatu saat

4. Dinamika adalah tingkat kecepatan dan ketepatan perubahan (adaptabilitas) hubungan antar subkultur dari kondisi heterostasis ke homeostasis dan sebaliknya/selanjutnya

5. Keberlanjutan (kelestarian, kesinambungan, keterusberlangsungan), adalah tingkat kelancaran proses jangka panjang interaksi antar tiga subkultur sesuai dengan norma (standar) yang (telah) disepakati bersama

Referensi: Bab 4 dan Bab 6 Kybernologi 2003; Bagian Pertama Bab 4 dan Bab 9 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Tiga Bab VIII Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab I Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab II Kybernologi dan Pembangunan, 2009

8 SESI TUJUH

Epistemologi Ilmu Pemerintahan: Metodologi. Sebagai alat, setiap ilmu dan penggunaannya oleh masyarakat melalui governance dalam berkinerja, adalah metodologi. Metodologi di sini meliputi Metodologi Penelitian, Metodologi Ilmu, dan

---KONSTRUKSI-- SCIENTIFIC ---ONTOLOGI ---ILMU---| |---BOK---->ACADEMIC | | ---BAHAN BAKU-- ENTERPRISE | | | | | | ---------- | | | | |

FIL- | EPIS- METO- | PENE- ---PUSTAKA----- | | --->SAFAT---|---TEMO- ---DO- ---|---LI- ---| |--- | | ILMU | LOGI LOGI | TIAN ---LAPANGAN---- | | | | | | | | | | | | | | | | PE- ---DIDAKTIK---- | | ---AXIOLOGI ---NGA- --| |<------------->| | | JARAN ---METODIK----- | | | | | | | ---------------------NILAI-------------------- | | |

----------------------------------FEEDBACK---------------------------------

Gambar 14 Genealogi Metodologi BOK Body Of Knowledge

Metodologi Pengajaran Ilmu Pemerintahan. Genealogi Metodologi tersebut sebagai berikut (Gambar 14). Perbedaan antara Epistemologi dengan Metodologi terletak pada titikpandang. Epistemologi memusatkan perhatian pada substansi atau objek

-- METODOLOGI PENELITIAN -- -------------- METODOLOGI ILMU -------------- | || | | | | berfungsi: | | | | identifikasi | | | | deskripsi | | diolah diuji | | dikon- BODY OF eksplanasi |

D A T A -------> INFO ------> PENGE- ---------->KNOWLED- ------------------> ILMU

| TAHUAN struksi GE (BOK) diagnosis |

| prediksi(f’casting) | | eksperimentasi |

direkam self-control | | diwaris- | kembang- | kan

FENOMEN | FAKTA <---------------------- METODOLOGI PENGAJARAN <------------------------- penggunaan ilmu termasuk learning process

Gambar 15 Hubungan Antar Tiga Metodologi Gambar 15 Hubungan Antar Tiga Metodologi

Hubungan lebih rinci antar ketiga spesi Metodologi ditunjukkan melalui Gambar 15. Dari uraian di atas terlihat bahwa objek materia Ilmu Pemerintahan (Kybernologi) bukan negara tetapi masyarakat. Negara adalah objek materia Ilmu Politik. Penemuan objek materia ini melalui pendekatan metadisiplin (Gambar 5 dan Gambar 6). Dilihat dari sisi ini, penempatan Ilmu Pemerintahan dalam Ilmu-Ilmu Sosial oleh Universitas Padjadjaran, dan tidak dalam Ilmu Politik, dipandang tepat.

Objek formanya adalah interaksi antar tiga subkultur masyarakat (governance,

layanan publik dan layanan civil, Gambar 7, dan Gambar 10) yang disebut juga hubungan pemerintahan dengan pelanggan sebagai titiktolak utama pembelajaran (SKS, Gambar 11). Objek forma inilah yang membedakan sekaligus menghubungkan Kybernologi dengan disiplin (ilmu) lainnya.

Setiap penelitian Ilmu Pemerintahan dari berbagai segi (aspek, arah) didaratkan pada beachhead ini, dan sebaliknya dari sini ke segala segi (aspek) kemasyarakatan, bahkan ruang eksakta dan humaniora. Pernyataan masalah penelitian (problem statement) “Implementasi kebijakan (di bidang) kesehatan masyarakat tidak efektif,” belum mendarat pada Ilmu Pemerintahan, masih di angkasa Ilmu Politik, karena yang dinyatakan adalah perihal kebijakan negara (politik) dan implementasinya. Pernyataan “Tingkat kesehatan masyarakat masih rendah,” mendarat pada Ilmu Pemerintahan, karena yang dinyatakan adalah apa yang dialami oleh masyarakat sebagai pelanggan pelayanan kesehatan. Pernyataan tersebut disusul dengan pertanyaan penelitian: “Mengapa tingkat kesehatan masyarakat masih rendah?” Melalui analisis teoretik diperoleh jawaban (hipotesis): “Tingkat kesehatan masyarakat masih rendah, karena kebijakan (bidang) kesehatan tidak diimplementasikan dengan baik.” Dengan perkataan lain, “Tingkat kesehatan masyarakat bergantung pada (dipengaruhi oleh) implementasi kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.” Quod erat demonstrandum. Pendekatan yang digunakan adalah monodisiplin, multidisiplin, interdisiplin, dan lintasdisiplin.

Referensi: Bab 36 dan 35 Kybernologi 2003; Bab IV dan Bab V Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bagian Kedua Bab 14 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Tiga Bab II Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab XVII dan Bab XIX Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab IX, Bab X, Bab XI, Bab XII, dan Bab XIII Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 7, Bab 8 dan Bab 16 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab IX Referensi: Bab 36 dan 35 Kybernologi 2003; Bab IV dan Bab V Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bagian Kedua Bab 14 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Tiga Bab II Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab XVII dan Bab XIX Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab IX, Bab X, Bab XI, Bab XII, dan Bab XIII Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 7, Bab 8 dan Bab 16 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab IX

IX, Bab X, dan Bab XIII Kybernologi dan Pembangunan, 2009

9 SESI DELAPAN

UTS. Ujian klasikal terdiri dari 5 soal. Kelas dibagi menjadi 7 kelompok, tiap kelompok membuat tugas terstruktur tentang suatu sesi berupa sebuah makalah.

10 SESI SEMBILAN

Axiologi Ilmu Pemerintahan: Teori Nilai. Konstruksi tiga komponen: kualitas, nilai, dan norma, Gambar 16. Nilai dan asas, asas-asas pemerintahan, Gambar 17. Visi pemerintahan Gambar 18. Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18 menunjukkan model identifikasi (terbentuknya) nilai secara induktif, deduktif, dan visionary. Setiap pemenuh kebutuhan, bernilai. Nilai intrinsik, nilai ekstrinsik, dan nilai ideal. Nilai sebagai inti budaya. Ilmu itu amaliah dan amal itu ilmiah. Dalam governance SKE berfungsi (Gambar 10) menambah, merawat, atau membentuk nilai dari sumberdaya yang ada, dan menciptakan sumberdaya baru.

perilaku ditimbang disepakati -->ENTITAS-------->KUALITAS--------->NILAI-------------->NORMA | bisa dipaksakan (N) | | | | | feedback N<H dievaluasi ditegakkan |

---------------N=H<--------------HASIL--------------------- N>H (H)

Gambar 16 Identifikasi Nilai Secara Induktif

Pada Gambar 16, entitas itu adalah apa saja. Misalnya PNS dengan 8 kualitasnya. Pertama kesetiaan, kedelapan kepemimpinan. Setiap tahun tiap kualitas dimonev. Angka 90 adalah nilai kesetiaan, tetapi angka 91 disepakati sebagai norma minimal yang harus terpenuhi agar yang bersangkutan dapat dipromosi. Penemuan nilai secara deduktif bersumber pada Filsafat Pemerintahan yang berisi berbagai buah pikiran, yang dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih dan menetapkan prinsip (azas) sebagai sumber nilai hipotetik untuk diuji secara empirik. Bisa terjadi, kinerja seorang pejabat yang terpilih dengan suara terbanyak, ternyata bad, sehingga perlu dicari azas baru sebagai alternatif azas suara terbanyak yang sudah ada.

Konstruksi visi menurut Teori Visi seperti Gambar 18. Envisioning dimulai juga dari Fakta tetapi bukan sisi “keberhasilan” sesaat (jangka pendek) tetapi sisi kecenderungan yang sedang berjalan (trend), “kondisi yang given” (takdir) dan relatif tidak dapat ber-(di-) ubah. Mengenvision (“melihat” dengan matahati dan mataiman) apa yang akan atau dapat terjadi 20 tahun ke depan, jika kondisi dan kecenderungan (arah perubahan) yang ada sekarang (Fakta, Gambar 18, 1 kiri) terus berlanjut, sebagaimana adanya. Apapun yang terlihat melalui pendekatan ini, apakah baik apakah buruk, itulah Visi (Gambar 18, angka 2). Visi itu objektif, berisi nilai intrinsik. Pasal 1 butir 12 UU 25/04 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mendefinisikan visi sebagai “Rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.” Visi yang dibuat berdasarkan definisi itu selalu diberi nilai superlatif, “ter-,” “paling-,” “satu-satunya,” “tiada banding, tiada tanding,” dan sebangsanya. Iklan pemikat. Apakah yang dimaksud

--------------------->FILSAFAT PEMERINTAHAN | | | | | ASAS-ASAS (YANG ADA) | | | deduksi | | | ------------------------- | | | | | | | NORMA NILAI | TERTULIS TIDAKTERTULIS | | | | | | | ---------------- | | | | | | | | | | -->CUKUP TIDAK CUKUP | | | | | | | DIPERLUKAN | | | NILAI BARU | | ---DITEMUKAN<----UNTUK DIJA- <---------- | JADIKAN | NORMA | | | | | TIDAK DITEMUKAN | | | |

-----------------DIPERLUKAN ASAS BARU

Gambar 17 Identifikasi Nilai Secara Deduktif Gambar 17 Identifikasi Nilai Secara Deduktif

KE DEPAN tujuan jangka panjang cita-cita, obsesi masy. yg ditetapkan secara kearifan lokal sadar dan formal berda-

| sarkan idea dan visi 4 3

IDEA----------------------C--------------------->GOAL | S4R4

| b HARAPAN | | S3R3 |

D 20 tahun E arah B MISI | S2R2 | | a MASALAH | | S1R1 |

FAKTA SEKARANG-----------------A--------------------->VISI

1 dua puluh tahun 2

kecenderungan internal apa yg terlihat bila & eksternal, kondisi yg keadaan berjalan menu- takberubah dan takbisa rut fakta sekarang