a. BupatiWalikota dapat memastikan POKJA PKP di bawah koordinasi Kepala Dinas setiap SKPD. Kepala Dinas mendelegasikan personil yang bertugas operasional
dalam pelaksanaan kegiatan KOTAKU. Personil terpilih wajib memenuhi kriteria: paham terhadap substansi KOTAKU dan paham terhadap mekanisme perencanaan
penganggaran pembangunan daerah
b. Pemerintah KabupatenKota berkewajiban menyelenggarakan pelatihan penguatan kapasitas POKJA PKP dengan mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat
c. Pemerintah KabupatenKota berkewajiban menyusun RP2KPKP atau Perencanaan kawasan penanganan kumuh dimotori oleh POKJA PKP
d. Memastikan POKJA PKP melakukan sosialisasi kebijakan dan program-program sektoral yang akan mempengaruhi perkembangan pembangunan kawasan
perencanaan KOTAKU dan memastikan perencanaan masyarakat selaras dengan kebijakan pembangunan daerah
e. Memastikan POKJA PKP dapat memberikan bimbingan dan bantuan teknis kepada TIPP melalui forum-forum konsultasi secara berkala.
f. Memastikan POKJA PKP mampu menjalankan peran kolaborasi bersama masyarakat dan para pihak dalam melaksanakan kegiatan KOTAKU
g. Memastikan POKJA KOTAKU terlibat aktif dalam kegiatan pemasaran KOTAKUpenggalangan kemitraan
h. Memastikan POKJA PKP melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan KOTAKU ditingkat masyarakat
i. Memastikan hasil perencanaan partisipatif disyahkan oleh BupatiWalikota atau pejabat yang berwenang.
j. Memastikan hasil perencanaan partisipatif RPLP terakomodasi dalam perencanaan pembangunan KabupatenKota
III. Peran Pemda Dalam Pengadaan Tanahlahan Dan Kemudahan Perijinan Pemanfatatan Lahan dan Bangunan
Proses pengadaan tanah dan perijinan merupakan salah satu isu yang selalu menghambat dalam pelaksanaan kegiatan KOTAKU dan selalu dihadapi dalam
menangani kawasan permukiman kumuh di perkotaan. Isu-isu penting yang selalu muncul, adalah:
• Keterbatasan lahan lahan sempit
• Permukiman kumuh di bantaran sungai , sempadan pantai dan sempadan jalan
bahkan diatas badan air •
Status hukum tidak jelas •
Pemanfaatan lahan bertentangan dengan peraturan tidak sesuai dengan RTRW •
Membangun komitmen masyarakat dalam pengadaan lahan
Oleh karena itu, langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat peran pemerintah KabupatenKota dalam menangani isu penting di atas, adalah:
• Untuk mengatasi keterbatasan lahan, alternatif penataan dengan cara membangun
Rusunawa menggunakan tanah bengkoknegara seperti yang dilakukan Kota Pekalongan untuk menangani permukiman kumuh nelayan dan permukiman kumuh
kawasan industri
• Alternatif lainnya yaitu membangun rusunami untuk warga miskin perlu disesuaikan
dengan penghidupannya mata pencaharian, murah dicicil dengan waktu yang lama
• Untuk kasus pemanfaatan tidak sesuai dengan aturan RTRW, Pemda dimungkinkan
membuat pengecualian terhadap lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan atas dasar kajian teknis dan sosial historisnya terpenuhi dan didukung dengan peraturan
khusus. Perwaliperbub, dan bisa ditingkatkan jadi perda
• Warga harus dilibatkan sejak awal dalam proses penataan sehingga komitmennya
termasuk pengadaan lahan terbangun •
Identifikasi status kepemilikan lahan dalam proses pemetaan swadaya. •
Belajar dari Penataan Kalicode, Warga tidak dicabutdijauhkan dari penghidupanyamata pencaharianya, membangun tidak dengan menggusur tapi
menata kawasan untuk mencegah dan menangani kumuh dengan menggeser vertikal atau menggeser horizontal deret, susun
• Pemerintah KabupatenKota berkewajiban melakukan regulasi dalam pengadaan
tanah dan perijinan pemanfaatan tanahlahan dan bangunan yang berpihak pada warga miskin, terkait biaya retribusi dan berbagai kemudahan lainnya.
• Pemerintah KabupatenKota berkewajiban melakukan regulasi dengan memberikan
berbagai insentif kepada pihak swasta yang akan berkontribusi dalam menanganai kawasan permukiman kumuh di wilayahnya, seperti: keringanan pajak dan
kemudahan perijinan investasi. Bentuk regulasi lainnya diharapkan lembaga keuangan Bank dapat menyalurkan Kredit Kepemilikan Rumah bagi warga miskin,
dengan cicilan yang relatif murah.