Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah

9.3.6 Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah

Arah kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada tahun 2010--2014 adalah

meningkatkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota atau antara wilayah pusat

pertumbuhan dengan wilayah produksi (hulu-hilir). Untuk dapat melaksanakannya, maka dilakukan dengan prinsip-prinsip: (a) berorientasi pada pengembangan rantai nilai komoditas, mulai dari tahap input, proses produksi, output, sampai dengan pemasaran; (b) dilakukan berdasarkan pengembangan sektor/ komoditas unggulan berbasis karakteristik dan kebutuhan serta aspirasi lokal (locality), dengan didukung oleh industri pengolahan sebagai sektor pendorong, dan sektor pendukung lainnya; pertumbuhan dengan wilayah produksi (hulu-hilir). Untuk dapat melaksanakannya, maka dilakukan dengan prinsip-prinsip: (a) berorientasi pada pengembangan rantai nilai komoditas, mulai dari tahap input, proses produksi, output, sampai dengan pemasaran; (b) dilakukan berdasarkan pengembangan sektor/ komoditas unggulan berbasis karakteristik dan kebutuhan serta aspirasi lokal (locality), dengan didukung oleh industri pengolahan sebagai sektor pendorong, dan sektor pendukung lainnya;

f. melaksanakan pemantauan dan evaluasi tata kelola ekonomi daerah termasuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi efisiensi dan efektivitas regulasi yang mendukung pengembangan ekonomi daerah.

2. Meningkatkan kapasitas SDM pengelola ekonomi daerah dilakukan dengan

a. meningkatkan Kapasitas SDM Aparatur, terutama di bidang kewirausahaan (entrepreneurship);

b. meningkatkan Kompetensi SDM Stakeholder Lokal/ Daerah dalam mengembangkan usaha ekonomi daerah; serta

c. meningkatkan partisipasi stakeholder lokal/daerah dalam upaya pengembangan ekonomi daerah.

3. Meningkatkan fasilitasi/ pendampingan dalam pengembangan ekonomi

lokal dan daerah dilakukan dengan

a. mengembangkan lembaga fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan daerah yang terintegrasi secara lintas stakeholder (pemerintah, dunia usaha, dan akademisi), serta berkelanjutan, baik di pusat maupun di daerah; serta

b. meningkatkan kapasitas fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan daerah berbasis Iptek dan keterampilan.

4. Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan ekonomi lokal dan daerah

dilakukan dengan

Dengan memperhatikan sasaran pengembangan kawasan strategis, kebijakan dalam 5 (lima) tahun ke depan diarahkan untuk mendorong pembangunan kawasan strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi yang berorientasi daya saing nasional dan internasional sehingga dapat menjadi motor penggerak percepatan pembangunan daerah tertinggal dan sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang terpadu dan sinergis, melalui keterkaitan mata-rantai proses produksi dan distribusi.

Arah kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam strategi, melalui fokus prioritas sebagai berikut.

1. Percepatan pengembangan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan KAPET, KPBPB, dan KEK, dan kawasan strategis lainnya.

2. Meningkatkan peran dunia usaha dalam pengelolaan pengembangan produk unggulan KAPET, KPBPB, KEK, dan kawasan strategis lainnya.

3. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan energi yang mendukung pengembangan kawasan strategis.

4. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan pengelola KAPET, KPBPB, KEK, dan kawasan strategis lainnya.

Strategi pembangunan kawasan strategis melalui percepatan pengembangan

iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan KAPET, KPBPB dan KEK serta

kawasan strategis dan cepat tumbuh lainnya dilaksanakan melalui penetapan kebijakan dalam rangka mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif melalui penyusunan kebijakan dan regulasi yang sinergis, di antaranya melalui: (a) penyusunan peraturan pelaksanaan pengembangan KEK sebagai penjabaran UU No. 39 tahun 2009;

melalui standar prosedur dan manual tentang penggunaan bahan baku lokal bagi industri; (b) pendampingan penerapan teknologi tepat guna bagi pelaku usaha dan efektifitas pemanfaatannya; (c) fasilitasi pengembangan UMKM guna kelancaran distribusi, pembinaan pemasaran, peningkatan nilai tambah produk, dan daya saing. Kegiatan terkait merupakan koridor operasionalisasi kebijakan dan strategi pembangunan di Bidang Ekonomi pada Bab III dalam rangka percepatan pembangunan kawasan strategis. Dalam skema strategi ini, digunakan pendekatan input, proses dan output dalam peningkatan daya saing produk yang diawali dengan pemanfaatan teknologi tepat guna, dan diikuti dengan kontrol kualitas dan efektifitas pengolahan produk, seperti pangan, tekstil, pariwisata, maupun produk unggulan lainnya dalam penyediaan bahan baku dan pengolahan di suatu kawasan. Selanjutnya, kepekaan dunia usaha terhadap potensi pasar dan mekanisme distribusi perlu ditingkatkan dalam rangka optimalisasi proses dan distribusi dalam merespon dinamika kecenderungan konsumsi masyarakat nasional dan internasional.

Strategi pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan energi yang mendukung pengembangan kawasan dilaksanakan dalam rangka mengurangi tingginya biaya produksi yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga dapat mengoptimalkan harga yang berdaya saing dengan produk impor yang relatif lebih murah. Permasalahan utama yang dialami selama ini adalah ketersediaan energi listrik yang sangat minim baik bagi kawasan industri maupun industri rumah tangga, serta terbatasnya mobilisasi distribusi melalui jaringan transportasi lokal, regional, nasional maupun internasional. Biaya yang dikeluarkan dalam proses distribusi yang relatif tinggi membutuhkan suatu kebijakan yang efektif, didukung oleh penegakan hukum yang tegas. Peningkatan intervensi pembangunan energi dan jaringan transportasi untuk membangun kawasan strategis dalam koridor operasionalisasi strategi Strategi pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan energi yang mendukung pengembangan kawasan dilaksanakan dalam rangka mengurangi tingginya biaya produksi yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga dapat mengoptimalkan harga yang berdaya saing dengan produk impor yang relatif lebih murah. Permasalahan utama yang dialami selama ini adalah ketersediaan energi listrik yang sangat minim baik bagi kawasan industri maupun industri rumah tangga, serta terbatasnya mobilisasi distribusi melalui jaringan transportasi lokal, regional, nasional maupun internasional. Biaya yang dikeluarkan dalam proses distribusi yang relatif tinggi membutuhkan suatu kebijakan yang efektif, didukung oleh penegakan hukum yang tegas. Peningkatan intervensi pembangunan energi dan jaringan transportasi untuk membangun kawasan strategis dalam koridor operasionalisasi strategi