Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA
KE NEGARA TUJUAN EKSPOR

MELISA ANANDA SAMOSIR

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing
dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan
Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Melisa Ananda Samosir
NIM H14110027

ABSTRAK
MELISA ANANDA SAMOSIR. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh
TANTI NOVIANTI.
Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia yang memberikan
peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa dan pangsa pasar ekspornya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendekripsikan gambaran umum dan
regulasi kopi, menganalisis posisi daya saing kopi Indonesia menggunakan
metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamics
(EPD) serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia
di delapan negara tujuan ekspor, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia,
Rusia, Inggris dan India dengan menggunakan data panel statis. Hasil analisis
RCA menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki keunggulan komparatif di
delapan negara tujuan ekspor (nilai RCA>1). Analisis EPD kopi Indonesia di

pasar Amerika, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India berada pada posisi
“Rising Star”, Jepang berada di posisi “Retreat” dan Jerman berada pada posisi
“Lost Opportunity”. Hasil analisis data panel statis menunjukkan populasi negara
tujuan, nilai tukar riil negara tujuan dan harga ekspor signifikan memengaruhi
nilai ekspor kopi, sedangkan GDP per kapita negara tujuan tidak berpengaruh
signifikan.
Kata kunci: Daya saing, RCA, EPD, Data Panel Statis

ABSTRACT
MELISA ANANDA SAMOSIR. Analysis of Competitiveness and the Factors are
Influence Export of Indonesia Coffee to Export Target Countries. Supervised by
TANTI NOVIANTI.
Coffee is one of export commodity Indonesia that gives opportunities for
income and export market for Indonesia. The aim of this research was to describe
the general description and regulation of coffee, analyze the competitiveness of
Indonesia local coffee with Revealed Comparative Advantage (RCA) and Export
Product Dynamics (EPD) and to determine the factors which affect the export to
eight countries: America, Japan, Germany, Malaysia, Italy, Russia, United
Kingdom and India. RCA method showed that Indonesia coffee has comparative
strength to eight countries (RCA > 1). EPD method showed the competitive

strength of Indonesia coffee, “Rising Star” in America, Malaysia, Italy, Russia,
United Kingdom dan India, “Retreat” in Japan market, “Lost Opportunity” in
Germany market. Based on estimation of Static Data Panel, export value was
significantly affected by population of target countries, exchange rate of target
countries and export price of coffee, but GDP per capita of target countries was
not significantly affected.
Keywords : competitiveness, RCA, EPD, Static Data Panel

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA
KE NEGARA TUJUAN EKSPOR

MELISA ANANDA SAMOSIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan
sejak bulan November 2014 dengan judul penelitian “Analisis Daya Saing dan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan
Ekspor”, dengan konsentrasi bidang perdagangan dan industri.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Tanti Novianti, SP, MSi selaku
dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang
berharga bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr Alla Asmara, SPt, MSi selaku dosen penguji utama
dan Ibu Heni Hasanah, SE, MSi selaku perwakilan Komdik atas kritik dan saran
berharga yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga tak lupa penulis
sampaikan kepada Ayah tercinta, Efendi Samosir, Ibu terkasih, Anita Dohar
Siregar, adik-adik tersayang Winda, Victorya, Grace dan Samuel serta seluruh
keluarga besar atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan penuh yang telah

diberikan bagi penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
segenap dosen dan staf/karyawan Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB atas
segala ilmu, bimbingan serta pelayanan akademis yang telah diberikan. Penulis
tak lupa berterimakasih kepada rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan
48, segenap staf dan pengurus HIPOTESA periode 2013-2014, teman-teman
kosan Wisma Jenius serta segenap sahabat-sahabat Komisi Pelayanan Anak
(KPA) PMK IPB untuk kebersamaanya. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman satu bimbingan skripsi penulis, Ina F, Iswahyuni, Raras dan
Doni Jaelani yang saling mendukung satu sama lain selama masa penyusunan
skripsi. Tak lupa penulis juga berterimakasih kepada sahabat-sahabat penulis
yakni Isti, Nurul dan Evillya yang telah memberikan tawa, canda dan dukungan
serta telah menjadi sahabat terbaik penulis selama masa kuliah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Melisa Ananda Samosir

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah




Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



Ruang Lingkup Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Kerangka Penelitian


11 

Hipotesis

12 

METODE

13 

Jenis dan Sumber Data

13 

Metode Analisis

13 

Revealed Comparative Advantage (RCA)


13 

Export Product Dynamic (EPD)

14 

Data Panel Statis

15 

HASIL DAN PEMBAHASAN

20 

Gambaran Umum dan Regulasi Komoditi Kopi

20 

Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Negara Tujuan


23 

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia

26 

SIMPULAN DAN SARAN

29 

Simpulan

29 

Saran

29 

DAFTAR PUSTAKA


30 

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (milyar rupiah)
2 Jenis dan Sumber Data
3 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Menurut Status
Pengusahaan Tahun 2000-2008
4 Indeks nilai RCA Indonesia di Negara Tujuan Tahun 2008-2013
5 Rata-rata Indeks RCA Kopi Negara Eksportir di Negara Tujuan
6 Hasil Estimasi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor


13
21
23
24
26

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan Volume Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 20082013 (ton)
2 Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 2008-2013
(ribu US$)
3 Share Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor tahun
2013 (%)
4 Kontribusi Nilai Ekspor Kopi yang Tidak Disangrai dan Tidak
dihilangkan Kafeinnya terhadap Komoditi Kopi Keseluruhan (%)
5 Nilai Ekspor Kopi Tidak Disangrai dan Tidak Dihilangkan Kafeinnya
(% terhadap total ekspor) di Negara Eksportir Tahun 2008-2013
6 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
7 Skema Kerangka Pemikiran
8 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD
9 Share Nilai Ekspor Kopi Indonesia terhadap Total Ekspor Kopi
Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor (%) Tahun 2008-2013
10 Perkembangan Indeks Nilai RCA Negara Eksportir ke Dunia Tahun
2008-2013
11 Perkembangan EPD Indonesia ke Negara Tujuan Tahun 2008-2013







12 
14 
22
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Analisis Daya Saing Kopi Menggunakan Metode RCA Tahun
2008-2013
2 Hasil Analisis Daya Saing Kopi Menggunakan Metode EPD Tahun
2008-2013
3 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Method (FEM) Data Panel
4 Hasil Uji Hausman
5 Hasil Uji Chow
6 Korelasi Antar Variabel
7 Hasil Uji Normalitas
8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
9 Hasil Cross Section Effect (Estimasi Keragaman Individu)

33
35
37
37
37
38
38
38
39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang
dilakukan antar negara dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan perekonomian
negaranya. Terjadinya perdagangan internasional dikarenakan keterbatasan yang
dimiliki setiap negara mulai dari keterbatasan dalam mengelola sumber daya alam
hingga keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi. Adanya keterbatasan
tersebut mengharuskan setiap negara untuk melakukan perdagangan internasional
sehingga setiap negara saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhannya.
Pemahaman teori klasik menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara
perdagangan internasional dengan pertumbuhan sehingga mendorong kegiatan
ekonomi suatu negara. Peran perdagangan internasional terhadap perekonomian
terbuka yang dikemukakan oleh Keynes, dapat dilihat dari suatu persamaan, yakni
Y=C+I+G+(X-M). Y merupakan besarnya output yang dihasilkan perekonomian,
C menunjukkan besarnya konsumsi masyarakat, I menunjukkan besarnya
investasi, G menunjukkan besarnya pengeluaran pemerintah, X menunjukkan
besarnya ekspor dan M menunjukkan besarnya impor. Selisih X dan M disebut
sebagai Net Export (NX). Kontribusi perdagangan internasional dapat dijelaskan
oleh seberapa besar NX yang diperoleh dalam kegiatannya. Semakin besar nilai
NX suatu negara maka akan berkorelasi langsung terhadap peningkatan output
perekonomian dan pertumbuhan ekonomi (Febrianty 2014).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan kegiatan
perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dalam
kegiatan perdagangan internasional, banyak subsektor pertanian yang terlibat di
dalamnya, salah satunya subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan memiliki
peranan penting terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Hal ini dikarenakan
sebagian besar komoditi subsektor perkebunan berorientasi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (milyar rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
Tanaman Bahan
Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PDB Total
PDB Tanpa Migas

Sumber: BPS 2012

2008

2009

2010

2011

2012

284 619

295 883

304 777

315 036

327 549

142 000

149 057

151 500

154 153

158 694

44 783
35 425

45 558
36 648

47 150
38 214

49 260
40 040

16 543

16 843

17 249

17 395

51 763
41 971
17 423

45 866
2 082 456
1 939 625

47 775
2 178 850
2 036 685

50 661
2 314 458
2 171 113

54 186
2 464 676
2 322 763

57 697
2 618 139
2 480 955

2

Volume ekspor (ton)

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dianalisis bahwa PDB subsektor
perkebunan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari 44 783 milyar
rupiah pada tahun 2008 meningkat menjadi 51 763 milyar rupiah pada tahun 2012.
Jika dilihat berdasarkan kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB total pada
tahun 2008 subsektor perkebunan memberikan kontribusi sebesar 2.15 persen dan
mengalami penurunan menjadi 1.97 persen pada tahun 2012. Hal yang sama juga
terjadi pada kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB tanpa migas yakni
pada tahun 2008 kontribusi subsektor perkebunan terhadap non migas sebesar
2.30 persen dan mengalami penurunan menjadi 2.08 persen pada tahun 2012.
Penurunan kontribusi subsektor perkebunan tersebut mengindikasikan bahwa
subsektor perkebunan perlu diperhatikan agar menjadi subsektor yang unggul dan
kekuatan bagi perekonomian nasional.
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan dari subsektor perkebunan
yang kinerja ekspornya dipengaruhi daya saing dan perubahan pangsa pasar yang
terjadi di pasar domestik maupun pasar internasional. Sebagai komoditi ekspor,
kopi menjadikan Indonesia sebagai salah satu pengekspor kopi terbesar keempat
di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia dengan rata-rata produksi sebesar
671 576.3 ton dan rata-rata volume ekspor sebesar 457 058.5 ton dengan rentang
waktu enam tahun pada periode 2008 hingga 2013 (Ditjenbun 2013).
2000000
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0

Brazil
Vietnam
Kolombia
Indonesia

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Sumber : UNComtrade 2014

Gambar 1 Perkembangan Volume Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 20082013 (ton)
Berdasarkan informasi pada Gambar 1, terlihat bahwa volume ekspor kopi
Indonesia mengalami fluktuatif yang cenderung menurun yaitu dari tahun 2009
hingga tahun 2011. Terjadinya penurunan tersebut disebabkan produksi kopi
Indonesia yang mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 sebesar
35.95%. Namun sejak tahun 2012, volume ekspor kopi Indonesia meningkat
kembali dikarenakan produksi kopi mengalami peningkatan.
Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor komoditi kopi di pasar
internasional. Hal ini dikarenakan sebesar 70 persen dari total produksi kopi
Indonesia ditujukan untuk kebutuhan ekspor sedangkan sisanya 30 persen untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri (AEKI 2012).

Nilai ekspor (ribu US$)

3
9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0

Brazil
Vietnam
Kolombia
Indonesia
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Sumber : UNComtrade 2014

Gambar 2 Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 20082013 (ribu US$)
Berdasarkan informasi pada Gambar 2, dapat dianalisis bahwa nilai ekspor
kopi dari negara eksportir cenderung mengalami peningkatan. Nilai ekspor kopi
yang dihasilkan Indonesia mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0.97 persen
per tahun dari tahun 2008 hingga tahun 2013. Peningkatan rata-rata nilai ekspor
tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara.
Negara Amerika, Uni Eropa, dan Asia merupakan negara-negara yang
sangat potensial untuk ekspor kopi Indonesia. Hal ini dikarenakan hampir 90
persen pasar ekspor kopi Indonesia berada di tiga kawasan tersebut (AEKI 2013).

Lainnya
41%

Italia
7%

Jepang
8% Malaysia
8%

Jerman
11%

India
4%
Rusia
5%

Amerika
12%

Inggris
4%

Sumber: BPS 2013

Gambar 3 Share Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
Tahun 2013 (%)
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa total ekspor kopi Indonesia ke dunia
mencapai 532 139.6 ton. Share volume ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan
ekspor kopi pada tahun 2013 yaitu Amerika 12%, Jerman 11%, Jepang 8%,
Malaysia 8%, Italia 7%, Rusia 5%, Inggris 4% dan India 4%. Tingginya share
yang dihasilkan volume ekspor kopi Indonesia ke delapan negara tujuan

4
menggambarkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk mengekspor ke tiga
kawasan tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan kajian terkait daya saing
kopi dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan
ekspor perlu dilakukan.
Perumusan Masalah
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan dari subsektor perkebunan
yang diekspor Indonesia. Menurut data AEKI (2013), sebesar 70% kopi yang
diekspor Indonesia masih berupa biji kopi (green beans) sedangkan sisanya 30%
dalam bentuk olahan. Jenis kopi dengan kode Harmonized System (HS) 090111,
kopi yang tidak disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya merupakan jenis kopi
yang banyak diekspor Indonesia di pasar internasional.

Coffee, others
Coffee, roasted, decaffeinated
Coffee, roasted, not decaffeinated
Coffee, not roasted, decaffeinated
Coffee, not roasted, not
decaffeinated
0

20

40

60

(%)
80

100

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 4 Kontribusi Nilai Ekspor Kopi yang Tidak Disangrai dan Tidak
Dihilangkan Kafeinnya terhadap Komoditi Kopi Keseluruhan (%)
Berdasarkan informasi pada Gambar 4, terlihat bahwa kopi yang tidak
disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya memberikan kontribusi yang paling
besar dibandingkan dengan kopi jenis lainnya yaitu sebesar 99% dari total ekspor
komoditi kopi kemudian diikuti kontribusi kopi yang disangrai dan tidak
dihilangkan kafeinnya sebesar 1%.
Liberalisasi perdagangan yang berkembang saat ini merupakan peluang bagi
Indonesia dalam perdagangan kopi. Namun di sisi lain, perkembangan liberalisasi
perdagangan tersebut memberikan tantangan bagi Indonesia dikarenakan kopi
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara eksportir kopi lainnya. Adanya
persaingan untuk masuk dan bertahan di pasar internasional mendorong Indonesia
untuk memperkuat daya saing kopinya agar mampu bertahan dan bersaing dengan
negara eksportir kopi lainnya di pasar Internasional.

5

70

Nilai ekspor (%)

60
50
40

7%

6%

5%

13%

11%

14%

28%

7%

11%

4%
10%

5%
8%

11%

13%

11%

10%

15%

15%

28%

30%

31%

25%

27%

30
20
10
0
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun
Brazil

Vietnam

Kolombia

Indonesia

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 5 Nilai Ekspor Kopi Tidak Disangrai dan Tidak Dihilangkan
Kafeinnya (% terhadap total ekspor) di Negara Eksportir Tahun
2008-2013
Berdasarkan data pada Gambar 5, dapat dianalisis bahwa nilai ekspor kopi
yang tidak disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya dari negara eksportir kopi
memiliki tren share nilai ekspor yang meningkat terhadap total ekspor setiap
tahunnya. Secara khusus, nilai ekspor tertinggi masih didominasi negara Brazil
kemudian diikuti negara Vietnam, Kolombia dan Indonesia. Hal ini membuktikan
bahwa kopi tidak disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya mampu memberikan
kontribusi terhadap nilai ekspor negara eksportir selama rentang waktu tahun
2008 hingga 2013.
Adanya pesaing kopi Indonesia seperti Brazil, Kolombia dan Vietnam akan
memengaruhi posisi daya saing kopi Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan
data Ditjen PPHP (2014), tingkat daya saing kopi negara eksportir pada tahun
2012 yaitu Indonesia (3.74%), Brazil (17.18%), Vietnam (10.40%) dan Kolombia
(5.85%). Dari data tersebut terlihat bahwa daya saing kopi Indonesia masih
tergolong rendah dibandingkan tingkat daya saing pengekspor kopi lainnya. Oleh
sebab itu, Indonesia harus menyusun strategi agar dapat bertahan dan bersaing
dengan negara eksportir kopi lainnya.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran umum dan regulasi kopi saat ini?
2. Bagaimana posisi daya saing kopi Indonesia di negara tujuan ekspor utama?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di
delapan negara tujuan?

6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan gambaran umum dan regulasi kopi saat ini.
2. Menganalisis posisi daya saing kopi Indonesia di negara tujuan ekspor
utama.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di
delapan negara tujuan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun
pihak-pihak yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah
pengetahuan bagi penulis mengenai perkembangan perdagangan ekspor
kopi Indonesia di pasar internasional dan negara tujuan.
2. Bagi pemerintah atau instasi terkait penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai strategi kebijakan untuk meningkatkan
daya saing kopi Indonesia.
3. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis posisi daya saing serta faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor komoditi kopi dengan kode HS 090111 (jenis kopi Robusta
OIB atau Arabika WIB yang tidak digongseng dan tidak dihilangkan kafeinnya)
ke delapan negara tujuan ekspor yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia,
Rusia, Inggris dan India. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini dari
tahun 2008 hingga tahun 2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan antara
individu dengan individu, individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan
impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB
(Oktaviani dan Novianti 2009).
Perdagangan internasional antar dua negara terjadi apabila terdapat
perbedaan dalam permintaan dan penawaran suatu komoditas. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 6 yang menunjukkan proses terciptanya harga komoditas relatif
ekuilibrium dengan adanya perdagangan antar negara yang ditinjau dari analisis
keseimbangan parsial. Misalkan kedua negara itu adalah A dan B, dimana masing-

7
masing negara memiliki permintaan dan penawaran yang berbeda, DA dan SA
untuk negara A sedangkan DB dan SB untuk negara B.

Negara A
(Eksportir)

Pasar Internasional

Negara B
(Importir)

Sumber : Salvatore 1997

Gambar 6 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
Keterangan:
PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional
QA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor)
tanpa perdagangan internasional.
X
Jumlah komoditas yang di ekspor oleh negara A
PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional
QB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)
tanpa perdagangan internasional.
M
Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B
P* Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah melakukan kegiatan
ekspor impor
Q* Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di pasar
internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan kegiatan ekspor
impor
Gambar 6 menunjukkan terjadinya perdagangan kopi. Harga kopi di negara
A sebesar PA, harga kopi di negara B sebesar PB dan harga kopi di pasar
Internasional P*. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara permintaan, penawaran
dan harga di dua negara tersebut. Harga di negara A lebih murah dibandingkan
harga di negara B. Jika harga PB diterapkan di negara A maka akan terjadi
kelebihan penawaran di negara A, begitu juga di negara B, jika diterapkan harga
PA di negara B maka akan terjadi kelebihan permintaan. Pertemuan antara
kelebihan permintaan dan kelebihan penawaran membentuk keseimbangan antara
harga dan jumlah yang diekpor sama dengan jumlah yang diimpor akan terjadi di
P* dan Q*.
Ekspor
Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri
dan dijual ke luar negeri. Ekspor dapat diartikan suatu total penjualan barang yang

8
dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan ke negara lain
dengan tujuan meningkatkan penerimaan negara.
Daya Saing
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki dan
bertahan dalam pasar luar negeri yang diukur dari keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitifnya. Suatu negara akan berusaha untuk meningkatkan daya
saing produk, barang dan jasa agar dapat masuk dan mempertahankan produk,
barang dan jasa negara tersebut di pasar internasional (Tambunan 2003).
Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif David Ricardo menyatakan bahwa meskipun
suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis
komoditi bila dibandingkan dengan negara lain, namun masih terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan asalkan terciptanya spesialisasi
produksi atas komoditi tertentu yang merupakan keunggulan komparatif negara
tersebut. Dengan demikian, kegiatan ekspor atas produk yang diproduksi relatif
lebih efisien dapat tetap ditingkatkan dan impor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang/tidak efisien tetap dapat dilakukan untuk pemenuhan
kebutuhan dalam negeri sehingga manfaat perdagangan dapat ditingkatkan.
Teori Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki suatu negara agar
mampu bersaing di pasar internasional. Menurut konsep keunggulan kompetitif
yang dikembangkan oleh Porter (1998), suatu bangsa atau negara yang memiliki
competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional jika
memiliki empat faktor utama yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi
permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung yang
kompetitif (related and supporting industry) serta kondisi struktur, persaingan dan
strategi industri (firm strategy, structure and rivalry).
Selain keempat faktor utama di atas, terdapat dua faktor yang memengaruhi
interaksi antara ke empat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event)
dan faktor pemerintah (government). Faktor-faktor ini membentuk sistem dalam
peningkatan keunggulan daya saing yang disebut porter’s diamond.
Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Pada penerapan konsep data panel, variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :
Populasi
Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan
ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara maka semakin banyak
juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan
menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan
naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat
harga akan lebih banyak (Lipsey 1995).

9
Gross Domestic Product (GDP) per kapita negara tujuan
Gross Domestic Product (GDP) per kapita merupakan pendapatan rata-rata
penduduk di suatu negara pada waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai salah
satu indikator dalam mengukur tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu
negara atas barang dan jasa tertentu. Gross Domestic Product (GDP) per kapita
diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk suatu negara pada tahun tertentu tersebut (Wardhana 2011).
Kenaikan pendapatan akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta
lebih banyak pada setiap harga tertentu. Pada penelitian ini, pendapatan yang
digunakan adalah GDP per kapita negara tujuan per tahun. Ketika GDP per kapita
negara tujuan ekspor meningkat maka uang yang siap dibelanjakan masyarakat
pun meningkat. Jika kopi barang normal, peningkatan pendapatan menyebabkan
masyarakat dapat meningkatkan konsumsinya.
Nilai tukar riil
Nilai tukar riil (real exchange rate) merupakan harga suatu mata uang
dalam satuan mata uang asing atau jumlah mata uang suatu negara asing yang
harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit uang domestik (Lipsey 1995).
Nilai tukar terbagi menjadi dua, yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal.
Menurut Mankiw (2006), nilai tukar nominal (nominal exchange rate) merupakan
harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil (real exchange
rate) adalah harga relatif dari barang-barang antara dua negara. Secara matematis,
nilai tukar riil dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nilai tukar riil   

 

 

   

 

 

 

 

 

 

Jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan
barang-barang domestik relatif lebih mahal. Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah,
barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif
lebih murah.
Harga Ekspor Kopi
Harga didefinisikan sebagai suatu nilai yang diberikan dalam menukarkan
barang atau jasa. Ketika harga suatu barang tinggi maka produsen punya insentif
untuk meningkatkan produksinya dan ketika harga suatu barang rendah maka
konsumen memiliki insentif untuk mengkonsumsi lebih banyak (Stiglitz 1993).
Hubungan antara harga ekspor terhadap nilai ekspor dijelaskan sebagai berikut :

Nilai Ekspor

Harga ekspor      

 

 

 

 

$

Perdagangan internasional mempunyai pengaruh terhadap perekonomian
nasional. Hubungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
(expenditure approach) adalah : Y = C + I + G + (X-M). Dalam hal ini (X-M)
adalah ekspor neto. Ekspor neto bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari

10
nilai impor dan negatif ketika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor
(Mankiw 2006).
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dikaji oleh Rajagukguk MM (2009) menganalisis
daya saing rumput laut Indonesia di pasar internasional. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Adapun faktor-faktor yang diduga
memengaruhi daya saing diantaranya volume ekspor rumput laut Indonesia di
negara tujuan ekspor, harga ekspor rumput laut Indonesia, nilai tukar, GDP serta
produksi nasional rumput laut Indonesia. Peneliti menganalisis menggunakan
regresi data panel dengan metode fixed effect. Pada model yang dihasilkan
variabel yang berpengaruh nyata diantaranya volume ekspor ke negara tujuan,
nilai tukar dan GDP per kapita negara tujuan. Sedangkan harga ekspor dan
produksi rumput laut Indonesia tidak berpengaruh nyata secara statistik.
Penelitian yang dilakukan oleh Raharti (2013) mengenai Analisis Daya
Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Pala menggunakan
metode analisis RCA, EPD dan metode data panel. Variabel yang signifikan pada
taraf nyata lima persen adalah variabel harga riil dan jarak ekonomi. Sedangkan
variabel PDB per kapita negara tujuan dan nilai tukar riil negara tujuan terhadap
rupiah tidak berpengaruh pada taraf nyata lima persen. Variabel-variabel harga riil
pala dunia dan jarak ekonomi sesuai dengan hipotesis yang diinginkan dimana
variabel harga riil berpengaruh positif dan jarak ekonomi berpengaruh negatif
terhadap volume ekspor pala Indonesia, sedangkan variabel lainnya seperti PDB
per kapita riil negara tujuan dan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah tidak
sesuai dengan hipotesis yang diinginkan.
Suprehatin (2006) melakukan penelitian daya saing ekspor nenas segar
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, nenas merupakan salah
satu komoditas andalan ekspor Indonesia. Penelitian yang dilakukan bertujuan
mengetahui daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsa pasar
dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Data sekunder yang digunakan terdiri
dari data time series dan data cross section serta dianalisis dengan metode regresi
data panel. Penelitian yang dilakukan menunjukkan tren pangsa pasar nenas segar
Indonesia cenderung menurun. Berdasarkan estimasi dengan regresi data panel,
daya saing ekspor nenas segar Indonesia berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor nenas segar Indonesia, GDP per kapita negara pengimpor, dan produksi
nenas segar dalam negeri. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara pengimpor, harga ekspor nenas Indonesia, volume ekspor nenas olahan
Indonesia tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian Drajat, Agustian dan Supriatna (2007) tentang ekspor dan daya
saing kopi biji Indonesia di pasar internasional menggunakan analisis RCA dan
deskripsi kualitatif menunjukkan bahwa pada tahun 1995-2004 kinerja ekspor
kopi Indonesia tidak memuaskan. Selain itu, nilai RCA kopi Indonesia mengalami
penurunan di berbagai negara tujuan ekspor. Peneliti menyimpulkan bahwa
ekspor kopi biji Indonesia belum berorientasi pasar melainkan masih berorientasi
produksi, mutu kopi biji Indonesia yang diekspor masih rendah sehingga tidak
mendapatkan premi harga seperti kopi biji dari Vietnam, daya saing kopi biji

11
Indonesia kalah dibandingkan daya saing kopi biji dari negara-negara lain, seperti
Kolombia, Honduras, Peru, Brazil dan Vietnam.
Penelitian Purnamasari, Hanani, Chi Huang (2014) mengenai daya saing
ekspor kopi Indonesia di pasar dunia dianalisis menggunakan metode RCA,
Comparative Export Performance (CEP) dan Market Share Index (MSI) pada
periode 1990 hingga 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia belum
memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara pengekspor kopi lainnya
seperti Brazil, Vietnam dan Kolombia. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
kopi yang diekspor Indonesia berupa bahan mentah yang belum di proses dan
penanganan pasca panen yang cenderung kurang tepat serta masih menggunakan
alat tradisional.
Penelitian Karlinda (2012) terkait daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia dianalisis dengan metode
RCA, EPD dan gravity model tahun 1999-2011. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa mutiara Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau
daya saing yang kuat dan mengalami permintaan ekspor ke negara Australia dan
Jepang. Hasil estimasi gravity model menunjukkan bahwa GDP per kapita negara
importir, nilai tukar dan nilai ekspor tahun sebelumnya berpengaruh positif dan
signifikan, populasi berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan jarak ekonomi
tidak signifikan.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu kode HS yang digunakan pada penelitian ini sampai enam digit yaitu HS
090111. Untuk menganalisis daya saing komoditi kopi, penelitian ini tidak hanya
menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA) seperti yang telah
dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya akan tetapi penelitian ini juga
menggunakan metode Export Product Dynamic (EPD) dengan periode penelitian
terbaru yakni tahun 2008 hingga 2013. Selain itu, pembeda penelitian ini
dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian
yang merupakan negara yang menjadi tujuan ekspor kopi Indonesia yakni
Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India.
Metode analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan metode data
panel statis untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi
Indonesia ke negara tujuan ekspor. Hal ini merupakan pembeda antara penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan analisis OLS untuk
menganalisis ekspor kopi.
Kerangka Penelitian
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor dari sektor pertanian
yang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan subsektor perkebunan
mampu memberikan kontribusi sebesar 1.97 persen terhadap PDB total Indonesia
(BPS 2012). Salah satu komoditi unggulan ekspor subsektor perkebunan adalah
kopi. Diantara beragamnya jenis kopi yang diekspor negara Indonesia, kopi
dengan kode HS 090111 (kopi yang tidak disangrai dan tidak dihilangkan
kafeinnya) memiliki kontribusi yang paling besar yakni sebesar 99 % terhadap
kopi Indonesia secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini akan dianalisis daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke delapan negara tujuan dalam kurun waktu
tahun 2008-2013. Negara yang dimaksud antara lain Amerika, Jepang, Jerman,

12
Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India. Delapan negara ini dipilih karena nilai
ekspor dan volume ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan tersebut termasuk
tinggi.
 

Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang berpotensi untuk 
dikembangkan  

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor dari subsektor 
perkebunan

Faktor‐faktor yang memengaruhi 
ekspor kopi 

Daya saing 

 

1. Populasi negara tujuan
2. GDP per kapita riil negara
tujuan ekspor
3. Nilai tukar riil negara tujuan
ekspor
4. Harga ekspor kopi

1. Revealed Comparative

Advantage (RCA)
2. Export Product Dynamics
(EPD)

Rekomendasi peningkatan 
daya saing dan ekspor kopi 

Gambar 7 Skema kerangka pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan studi literatur, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia adalah : populasi negara tujuan, GDP per kapita
negara tujuan, nilai tukar riil negara tujuan dan harga ekspor kopi. Hipotesis
terhadap variabel-variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Populasi negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai
ekspor kopi Indonesia. Jika populasi meningkat maka nilai ekspor kopi akan
meningkat. Juga berlaku untuk kondisi sebaliknya.
2. GDP per kapita riil negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia. Jika GDP per kapita negara tujuan mengalami
peningkatan maka akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
3. Nilai tukar riil negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia. Apabila nilai tukar riil negara importir

13
terapresiasi (nilai tukar riil tinggi) akan menyebabkan nilai ekspor kopi
Indonesia meningkat.
4. Harga ekspor kopi diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai ekspor
kopi Indonesia. Jika harga ekspor meningkat maka nilai ekspor kopi yang
diterima Indonesia akan meningkat. Juga berlaku untuk kondisi sebaliknya.

METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series tahunan dari tahun 2008-2013 dan data cross section delapan
negara, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Populasi negara tujuan
GDP per kapita riil negara tujuan
Nilai tukar negara tujuan terhadap dollar
Harga ekspor kopi

Sumber Data
World Bank
World Bank
UNCTAD
UNComtrade

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan penjabaran
data perkembangan kopi Indonesia dengan analisis deskriptif, sedangkan analisis
kuantitatif dilakukan dengan pemodelan ekonometrik data panel statis dan
perhitungan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product
Dynamic (EPD). Perhitungan kuantitatif RCA dan EPD dilakukan dengan bantuan
program aplikasi Micrososft Excel 2007 sedangkan pemodelan data panel statis
dilakukan dengan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2007 dan E-Views
6.0.
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Indeks RCA adalah indikator yang dapat menggambarkan keunggulan
komparatif atau tingkat daya saing industri dan perdagangan suatu negara di pasar
global. Indeks RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor
dari suatu negara pada suatu komoditas terhadap dunia. Kinerja ekspor produk
dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk
terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk
tersebut dalam perdagangan dunia (Kemendag 2014). Secara matematis, Indeks
RCA dapat dirumuskan sebagai berikut:

14
Keterangan:
Xij = nilai ekspor komoditas i dari negara j
Xj = nilai total ekspor dari negara j
Xiw = nilai ekspor komoditi i dari pasar w
Xw = nilai ekspor total dunia
Jika nilai indeks RCA suatu negara untuk komoditas tertentu adalah lebih
besar dari satu maka negara bersangkutan memiliki keunggulan komparatif di atas
rata-rata dunia untuk komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu,
berarti keunggulan komparatif untuk komoditis tersebut tergolong rendah, di
bawah rata-rata dunia.
Export Product Dynamic (EPD)
Metode Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi
apakah produk suatu negara mempunyai performa yang dinamis (pertumbuhannya
cepat) atau tidak. Dengan pendekatan ini kinerja dari produk-produk ekspor
negara di dunia dapat dibandingkan. Jika pertumbuhan suatu produk diatas ratarata secara kontinu selama periode yang panjang maka produk tersebut mungkin
dapat menjadi sumber pendapatan ekspor yang besar bagi negara tersebut.
Matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis.
Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah
produk untuk tujuan pasar tertentu, di mana informasi kekuatan bisnis diukur
berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada
tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini
menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat
kategori. Keempat kategori itu adalah “Rising Star”, “Falling Star”, “Lost
Opportunity” dan “Retreat”.

Lost
Opportunity

Rising Star

Retreat

Falling
Star

Gambar 8 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD
Keterangan:
X = Pangsa pasar ekspor negara i di pasar tujuan tertentu
Y = Pangsa pasar produk j di pasar tujuan tertentu
Rising Star merupakan posisi pasar ideal, negara akan memperoleh
pertumbuhan pangsa pasar pada produk yang tumbuh cepat (fast-growing

15
products). Lost Opportunity dihubungkan dengan penurunan pangsa pasar pada
produk-produk yang kompetitif. Kondisi ini tidak diinginkan karena hal ini
menyebabkan suatu negara kehilangan kesempatan pangsa ekspor. Falling Star
terjadi ketika ada peningkatan pada pangsa pasar ekspornya, tetapi tidak pada
pangsa pasar produk. Sementara itu, Retreat mengartikan bahwa produk tidak
diinginkan lagi di pasar. Hal yang seharusnya dilakukan oleh produk yang berada
pada posisi Retreat adalah menggerakkan produk-produk yang stagnan menuju
produk-produk yang dinamis.
Secara matematis, yang dimaksud dengan pangsa ekspor suatu negara
(negara i) dan pangsa pasar produk (produk n) dalam sebuah perdagangan dunia
adalah sebagai berikut:
Sumbu X:
Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i.
t 1
 Xij 
 Xij 
100
%


  100%





t  Xiw  t 1
t 1  Xiw t
T
t

Sumbu Y:
Pertumbuhan pangsa pasar produk n .
t 1
 Xj 
 Xj 
100
%


  100%





t  Xw  t 1
t 1  Xw  t
T
t

Dimana:
Xij
Xiw
Xj
Xw
T
t

=
=
=
=
=
=

Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara tertentu
Nilai ekspor produk i Dunia ke negara tertentu
Nilai ekspor total Indonesia ke negara tertentu
Nilai ekspor total dari Dunia ke negara tertentu
Jumlah tahun
tahun ke-t

Data Panel Statis
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor kopi dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis ekonometrik data panel statis.
Metode data panel memiliki beberapa keunggulan, yaitu dapat mengontrol
heterogenitas individu, menyajikan data yang lebih informatif, variatif, memiliki
kolinearitas antar variabel yang rendah dan memiliki derajat kebebasan yang
tinggi sehingga lebih efisien, baik digunakan untuk mempelajari dinamika
penyesuaian (dynamics of change), lebih mampu mengidentifikasi dan mengukur
efek yang tidak dapat diukur oleh data time series murni atau cross section murni,
dapat merumuskan dan menguji model yang lebih kompleks dan analisis pada
level mikro dapat meminimisasi atau menghilangkan bias yang terjadi akibat
agregasi data ke level makro (Baltagi 2005).

16
Selain itu, dalam melakukan pengolahan data panel terdapat kriteria
pembobotan yang berbeda-beda yaitu No Weighting (semua observasi diberi bobot
sama), Cross Section Weight (GLS dengan menggunakan estimasi varian residual
cross section, digunakan jika ada asumsi terdapat cross section heteroskedasticity),
dan Seemingly Uncorrelated Regression/SUR (GLS dengan menggunakan
covariance matrix cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas
maupun autokorelasi antar unit cross section. Tujuan dilakukannya pembobotan
ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section.
Pemilihan Model Panel Data
Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan
data time series dan data cross section. Dalam analisis data panel, terdapat tiga
pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square),
model efek tetap (fixed effects model) dan model efek acak (random effects
model). Pada pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model
(REM) yang dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi antara komponen
error dengan peubah bebas regresor.
Pooled Least Square (PLS)
Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga
terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T
menunjukkan jumlah time series yang digunakan (Firdaus 2011). Model yang
digunakan yaitu :
yit = αi + Xitβ + uit
Dengan menggabungkan semua data cross section dan time series dapat
meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang
lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan
parameter β akan bias. Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak
dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak
dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda.
Pendekatan Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode fixed effect digunakan ketika antara efek individu dan variabel
penjelas memiliki korelasi dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya
tidak acak. Metode ini mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang
dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section
dan time series. Untuk memungkinkan adanya perubahan intersep ini, dapat
ditambahkan variabel dummy (D) ke dalam model yang selanjutnya akan diduga
dengan model OLS (Ordinary Least Square). Model yang digunakan adalah:
Yit = ƩaiDi + ßXit +ɛit
Estimasi metode fixed effect dapat dilakukan dengan tanpa pembobot
(noweighted) atau dengan pembobot (cross section weight) yang biasa disebut
General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan adalah untuk
mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati 2006). Metode ini
mampu menangkap keragaman individu dengan sangat baik dibandingkan dengan
alternatif pemodelan data panel statis lain.

17
Pendekatan Model Efek Acak (Random Effect)
Dalam metode random effect atau error component model, parameter yang
berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Asumsi
yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak saling
berkorelasi, begitu pula dengan error kombinasinya. Persamaan umum dalam
model random effect yaitu :
Yit = ai + ßXit + ɛit
ɛit = uit + Vit + Wit
Dimana : uit ~ N (0, u²) = komponen cross section error
Vit ~ N (0, v²) = komponen time series error
Wit ~ N (0, w²) = komponen combinations error
Untuk menentukan model pendekatan yang terbaik dalam data panel statis,
perlu dilakukan uji ekonometrika tertentu yakni dengan menggunakan Uji Chow,
Uji Hausman dan Uji LM (Breusch – Pagan).
Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model yang lebih baik di antara model
Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai
berikut:
H0: Model pooled least square
H1: Model fixed effect
Dasar penolakan terhadap Ho adalah dengan menggunakan F statistik
seperti berikut:

Keterangan:
ESS1
ESS2
N
T

=
=
=
=

FN‐1,NT‐N‐K   

 

Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square
Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect
Jumlah data cross section
Jumlah data time series

Statisitik uji Chow mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N1, NT-N-K) jika nilai Chow statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel maka cukup untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan
adalah model fixed effect dan begitu juga sebaliknya.
Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih untuk menggunakan model fixed effect atau random effect. Hipotesis dari
pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statsistik Hausman dan
membandingkan dengan Chi-square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai
berikut:

18
H =(β-b) ( M0-M1)-1(β-b) ~ χ2(K)
Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel random effect, b adalah
vektor statistik variabel fixed effect, M0 adalah matriks kovarian untuk dugaan
fixed effect model dan M1 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect
model. Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ 2 tabel, maka cukup bukti
untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah
model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.
Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji LM merupakan pengujian statistik yang bertujuan memilih model
random effect atau pooled least square. Hipotesis dari uji ini yaitu:
H0 : Model pooled least square
H1 : Model random effect
Jika LM statistik yang didapatkan lebih besar dari nilai kritis Chi-Square
maka H0 ditolak, artinya Random Effect digunakan.
Pengujian Asumsi Model
Dalam analisis regresi, terdapat tiga asumsi yang harus diuji yaitu
heteroskedastisitas, multikolineritas, dan autokorelasi. Selain itu terdapat juga uji
normalitas untuk mengetahui apakah error term menyebar normal atau tidak.
Perlu dijabarkan secara khusus mengenai kriteria pemenuhan asumsi BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator) untuk menghasilkan model regresi yang baik.
Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah ragam sisaan (uᵢ)
homogen atau Var (uᵢ) = E (uᵢ²) = σ². Masalah ini sering terjadi jika ada
penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun dapat terjadi juga
dalam data time series. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Metode ini merupakan
metode kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasi dengan
memberikan bobot pada data asli (Juanda 2009).
Autokorelasi
Salah satu asumsi penting dari metode OLS adalah tidak adanya hubungan
antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan yang lain. Dengan
pengertian lain, antar gangguan menyebar bebas. Tidak adanya serial korelasi
antara variabel gangguan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tidak ada korelasi bila E ( uᵢ, uj) = 0 ; i ≠ j
Jika Ada autokorelasi bila E ( uᵢ, uj ) ≠ 0 ; i ≠ j
Autokorelasi sering terjadi pada data time-series. Autokorelasi dapat
berbentuk positif dan negatif. Apabila data yang kita analisis mengandung
autokorelasi, maka akan mengakibatkan dugaan parameter koefisien regresi
menjadi :
a. Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias
b. Estimator metode kuadrat terkecil masih konsisten
c. Penduga regresi tidak efisien lagi

19
Multikolinearitas
Salah satu asumsi yang digunakan dalam metode OLS adalah tidak ada
hubungan linier antara variabel bebas. Jika terdapat