Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Lada Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR LADA INDONESIA KE NEGARA
TUJUAN EKSPOR

NADIA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing
dan Fakor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara Tujuan
Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Nadia Permatasari
NIM H14110026

ABSTRAK
NADIA PERMATASARI. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Lada Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh
ARIEF DARYANTO.
Indonesia merupakan salah satu penghasil dan pengekspor lada dunia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keunggulan komparatif lada
Indonesia di negara tujuan ekspor lada dengan menggunakan Revealed
Comparative Advantage (RCA) dan analisis Export Product Dynamics (EPD)
untuk menganalisis keunggulan kompetitifnya. Data panel statis untuk melihat
faktor-faktor yang memengaruhinya. Hasil yang didapat dari analisis RCA dan
EPD, bahwa komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang kuat
ke negara tujuan. Negara Singapura dan Inggris berada pada posisi Rising Star,
negara Australia dan Vietnam berada pada posisi Falling Star, negara Amerika
Serikat, Jerman, dan India berada pada posisi Lost Opportunity, dan negara

Jepang berada pada posisi Retreat. Hasil penelitian dengan menggunakan panel
data statis menunjukkan variabel GDP perkapita negara tujuan, harga ekspor lada
Indonesia, produksi lada Indonesia, dan populasi berpengaruh signifikan terhadap
nilai ekspor lada Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara tujuan tidak berpengaruh signifikan.
Kata kunci: EPD, Lada Indonesia, Panel data , RCA

ABSTRACT
NADIA PERMATASARI. Analysis of Indonesian Pepper Competitiveness to
Market Countries and Factors that Affect them. Supervised by ARIEF
DARYANTO
Indonesia is one of the pepper producer and exporter in the world. The
purpose of this study is to analyze the comparative advantage of Indonesian
pepper in export destination countries by using Revealed Comparative Advantage
(RCA) and analysis Export Product Dynamics (EPD) to analyze the competitive
advantage. Static panel data is used to look for the factors that influence it. The
results obtained from the analysis of RCA and EPD shows that Indonesia’s
pepper has a comparative advantage or strong to export destination countries.
State of Singapore and the UK are at the Rising Star, Australia and Vietnam are
at the Falling Star, United States, Germany, and India are at the Lost

Opportunity, and Japan are at the Retreat. The results using static data panel
shows the GDP per capita of destination countries, Indonesian pepper export
price, Indonesian pepper production, and population significantly influence
Indonesian pepper export value, while the exchange rate against the currencies
has no significant effect.
Keywords : EPD, Panel Data, Pepper, RCA

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR LADA INDONESIA KE NEGARA
TUJUAN EKSPOR

NADIA PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Analisis Daya
Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Lada Indonesia ke Negara
Tujuan Ekspor” dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir.Arief Daryanto,
M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi
secara teknis maupun teoritis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Dr. Sahara, S.P, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Heni, S.E, M.Si
selaku dosen komisi pendidikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan untuk
kedua orang tua yaitu Bapak Nana Priyatna dan Ibu Ida Farida, adik perempuan
Arini Wulandari serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf
Departemen Ilmu Ekonomi, keluarga besar Ekonomi Studi Pembangunan

angkatan 48, teman-teman yang bersedia untuk berbagi suka dan duka dalam
penyusunan skripsi ini Rhealin, Fadhlan, Nadia N, Fitria, Wina, Agung, Aga,
Idham, Dhea, Silvi, Geby, Nova, Ghian, Pandit, dan teman-teman satu bimbingan
Nadilla, Rabbani dan Diah serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2015
Nadia Permatasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah

5
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
7
Kerangka Penelitian
14
HIPOTESIS
14
METODE PENELITIAN
15
Jenis dan Sumber Data
15
Revealed Comparative Advantage (RCA)
15
Export Product Dynamic (EPD)

16
Analisis Panel Data Statis
18
Pengujian Hipotesis
21
Uji Asumsi Model
22
Metode Pengolahan dan Analisis Data
23
Spesifikasi Model
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Perkembangan Daya Saing Lada Indonesia di Negara Tujuan
24
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Lada Indonesia
27
Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Komoditi Lada
Indonesia periode 2008-2013
29

Analisis Strategi Peningkatan Daya Saing Lada Indonesia
31
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
43

DAFTAR TABEL

1
2
3

4
5
6
7
8

PDB menurut lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2008-2013
Volume ekspor komoditas hasil perkebunan tahun 2013
Produksi dan luas areal lada Indonesia tahun 2008-2013
Volume ekspor lada Indonesia ke negara tujuan tahun 2008-2013
Ringkasan hubungan variael-variabel yang digunakan dalam penelitian
Jenis dan sumber data
Tabel RCA komoditas lada ke negara tujuan ekspor
Hasil estimasi model dengan model Fixed Effect dengan cross section
weights

1
2
2
4

13
15
25
27

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan produksi lada enam negara produsen lada terbesar di
dunia
2 Nilai ekspor lada Indonesia tahun 2008-2013
3 Volume ekspor lada Indonesia tahun 2008-2013
4 Kurva perdagangan
5 Skema kerangka pemikiran operasional
6 Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis matrik EPD
7 Perkembangan EPD Indonesia ke negara tujuan ekspor

3
5
6
8
14

17
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Hasil analisis daya saing lada Indonesia menggunakan metode RCA
Hasil analisis lada Indonesia menggunakan metode EPD
Hasil estimasi model FEM data panel
Hasil uji Chow
Hasil multikolinearitas
Hasil uji normalitas
Hasil heteroskedastisitas
Hasil uji cross section effect

35
38
40
40
41
41
41
42

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar
dalam mengembangkan ekspor sektor pertanian, khususnya komoditas subsektor
perkebunan.Besarnya potensi ekspor subsektor perkebunan tersebut didukung
oleh iklim yang cocok untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kopi,
coklat, tembakau dan rempah-rempah.Peranan subsektor perkebunan sangat
penting bagi perekonomian nasional, terlihat dari kontribusi subsektor perkebunan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga dapat mendukung tercapainya
pembangunan ekonomi.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, PDB subsektor tanaman perkebunan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 sebesar 44.8 milyar rupiah menjadi
54.9 milyar rupiah pada tahun 2013.Kontribusi PDB subsektor perkebunan
terhadap sektor pertanian mengalami peningkatan dari 15.7 persen pada tahun
2008 menjadi 16.1 persen pada tahun 2013. Jika dilihat kontribusi subsektor
perkebunan terhadap non migas mengalami penurunan dari 2.3 persen pada tahun
2008 menjadi 2.1 persen pada tahun 2013. Nilai kontribusi terbilang belum
optimal terhadap pertumbuhan PDB namun tren peningkatan PDB ini
mengindikasikan bahwa sektor perkebunan berpotensi besar untuk dikembangkan
agar menjadi suatu sektor yang unggul serta menjadi kekuatan perekonomian
nasional di kancah dunia mengingat pertanian yang dimiliki Indonesia.
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut
sektor pertanian (milyar rupiah) tahun 2008-2013
Lapangan
Usaha

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tanaman
Perkebunan

44.8

45.6

47.2

49.3

52.3

54.9

Lainnya

284.6

295.9

304.8

315

328.3

339.9

Non migas

1939.6

2036.6

2171.1

2322.7

2481.7

2636.9

PDB Total

2082.4

2178.8

2314.4

2464.6

2618.9

2770.3

Pangsa
Perkebunan
Terhadap
Pertanian (%)

15.7

15.4

15.4

15.6

15.9

16.1

Pangsa
Perkebunan
Terhadap PDB
Non Migas (%)

2.3

2.2

2.1

2.1

2.1

2.1

Sumber : Badan Pusat Statistik Juli 2013 (diolah)
Menurut Badan Pusat Statistik dalam Buletin Statistik Perdagangan Luar
Negeri: Ekspor Desember 2014, pada tahun 2013, rempah-rempah merupakan

2

komoditas ekspor perkebunan terbesar keempat setelah kelapa sawit, kopi, dan
biji kakao. Ekspor komoditas hasil perkebunan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Volume ekspor komoditas hasil perkebunan tahun 2013
Jenis Barang
Berat Bersih (Ton)
Minyak kelapa sawit
1 644 535
Kopi
532 139
Biji kakao
201 505
Rempah-rempah
118 688
Teh
64 589
Tembakau
20 029
Sumber : Badan Pusat Statistik 2014 (diolah)
Berdasarkan sejarah, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal
dengan produksi rempah-rempahnya, termasuk lada yang sempat menarik bangsa
asing untuk menguasai dan menjajah kekayaan alam Indonesia tersebut. Potensi
produksi lada Indonesia juga didukung oleh keadaan iklim dan kondisi geografis
yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan lada. Lada memiliki tempat
yang penting dalam perdagangan rempah-rempah dunia.Lada merupakan salah
satu produk unggulan ekspor yang memiliki potensi untuk dipasarkan baik pasar
dalam negeri maupun luar negeri, namun lada masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan seperti penurunan produksi yang dapat memengaruhi
perkembangan daya saing lada Indonesia. Selama periode tahun 2008 hingga
tahun 2013, produksi lada Indonesia berfluktuasi namun cenderung mengalami
peningkatan (Tabel 3).
Pada tahun 2013 produksi lada Indonesia adalah yang terbesar yaitu
sebesar 91 039 ton atau meningkat sebesar 3 198 dibanding produksi tahun 2012
sebesar 87 841. Luas areal lahan perkebunan lada pun semakin meningkat drastis
pada tahun 2009 sebesar 27 040 Ha menjadi 179 318 Ha pada tahun 2010, dan
mengalami penurunan luas areal dari tahun 2010 hingga pada 2013 sebesar 7 398
Ha. Penurunan luas areal lada Indonesia ini disebakan oleh lahan yang kekeringan,
gangguan hama dan penyakit dan fluktuasi harga lada. Faktor harga lada yang
fluktuatif, juga menjadi permasalahan yang menyebabkan usahatani lada kurang
diminati petani, terutama ketika harga rendah. Akibatnya, banyak tanaman lada
yang rusak atau mati karena perawatannya kurang.
Tabel 3 Produksi dan luas areal lada Indonesia tahun 2008-2013
Tahun
Produksi(ton)
Luas Areal(ha)
Produktivitas (kg/ha)
2008
80 420
30 006
702
2009
82 834
27 040
729
2010
83 662
179 318
760
2011
87 089
177 490
784
2012
87 841
177 787
771
2013
91 039
171 920
818
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2015

3

Indonesia merupakan produsen dan eksportir utama lada di dunia dan
termasuk dalam lima besar negara produsen lada di dunia khususnya lada hitam
dan lada putih. Pada tahun 2011 Indonesia berada di peringkat keempat dalam hal
produksi lada dunia. Kedudukan lada sebagai komoditi ekspor hasil perkebunan
cukup penting, yaitu nomor enam setelah karet, kelapa sawit, kakao, kopi dan
kelapa. Lada juga dikenal dengan nama King of Spices (raja rempah) untuk
golongan komoditas rempah-rempah. Kontribusi lada Indonesia di pasar dunia
pada tahun 2010 adalah sebesar 17 persen dari produksi lada dunia dan
merupakan produsen lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam (Ditjen
Perkebunan 2011). Berdasarkan peran dan potensi ekonomi komoditas lada diatas,
dapat dikatakan bahwa lada merupakan salah satu komoditas unggulan dan
mempunyai potensi yang besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini
antara lain juga didasari oleh besarnya potensi dan peluang yang dimiliki
Indonesia dalam perdagangan lada di pasar internasional, diantaranya Indonesia
sudah lama dikenal sebagai produsen utama lada dunia terutama lada hitam
(Lampung Black Pepper) yang dihasilkan di Provinsi Lampung dan lada putih
(Muntok White Pepper) yang berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Terdapat lima negara produsen lada terbesar di dunia yaitu Vietnam,
Indonesia, Brazil, India dan Srilanka. Indonesia merupakan negara produsen lada
terbesar kedua setelah Vietnam. Prospek pasar lada cerah sekali untuk memenuhi
permintaan pasar dunia, terutama lada hitam. Lada merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian
disamping komoditas perkebunan lainnya, baik sebagai sumber devisa maupun
sumber mata pencaharian petani.
140000

Produksi (ton)

120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2008
Brazil

India

2009
Indonesia

2010
Tahun
Malaysia

2011
Srilanka

2012
Vietnam

Sumber :International Pepper Community (IPC) 2012
Gambar 1 Perkembangan produksi lada enam negara produsen lada terbesar di
dunia
Lada yang diekspor dan diimpor dibagi kedalam 5 jenis yaitu lada putih
(white pepper), lada hitam (black pepper), ground pepper, green pepper,

4

danoleoresin. Jenis komoditi lada yang utama diperdagangkan adalah lada hitam
dan lada putih.Jumlah ekspor lada putih dan lada hitam mencapai 95 persen dari
keseluruhan lada yang diekspor oleh negara-negara produsennya. Dari sisi harga,
lada putih memiliki kecenderungan yang lebih mahal dibandingkan dengan lada
hitam sehingga bagi para pelaku usaha agribisnis lada, khususnya petani hal ini
menjadi suatu dorongan untuk mengusahakan lada. Sebagai pengeskpor lada putih
yang diproduksi di Bangka, Indonesia sampai saat ini tetap bertahan sebagai
penghasil utama. Komoditas tersebut merupakan salah satu tanaman rempah yang
paling banyak diminati luar negeri dan beberapa tahun terakhir harga lada putih
dunia terus meningkat, sedangkan sebagai penghasil lada hitam Indonesia sudah
mulai digeser oleh Vietnam (Ditjen Perkebunan 2011).
Indonesia memiliki beberapa negara utama tujuan ekspor lada. Negara
tujuan ekspor lada Indonesia diantaranya Amerika Serikat, Australia, Vietnam,
India, Inggris, Jepang, Singapura, dan Jerman. Lada merupakan salah satu
komoditas perkebunan sektor non migas yang mempunyai prospek untuk
dikembangkan sebagai penghasil devisa, dengan sentra produksi yang terdapat di
daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Bangka Belitung. Bangka
Belitung merupakan produsen lada putih terbesar di Indonesia. Produksinya
mencapai 80-97 persen dari total produksi lada Indonesia. Volume ekspor lada
Indonesia ke negara tujuan berfluktuasi dan sangat tergantung dengan kondisi
perdagangan lada dunia. Volume ekspor lada Indonesia dan negara-negara yang
menjadi tujuan ekspor lada dari Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Volume ekspor lada Indonesia ke negara tujuan ekspor tahun 2008-2013
(kg)
Negara tujuan
Australia

2008

2009

2010

2011

2012

2013

477951

537121

922261

384310

378389

205152

Jerman

2337982

2093202

2221870

1255074

2213338

2059734

Inggris

146890

76000

60000

11694

201167

79719

India

5589447

7077369

4490602

3519607

5333881

3213698

Japan

1675231

1122062

1290131

1020644

1125480

1255731

Singapura

4430663

2745099

4654217

3916127

3399700

5936052

25282876

24803228

25079396

15064733

22808090

14623541

4137175

5030102

13585727

4448181

16632944

11648375

Amerika Serikat
Vietnam

Sumber : UNComtrade 2014
Pada Tabel 4 menunjukkan pada tahun 2013, Amerika Serikat merupakan
negara konsumen lada terbesar di dunia yaitu sebesar 14 juta ton, dikuiti dengan
negara pengimpor lada terbesar lainnya yaitu Vietnam sebesar 11 juta ton dan
negara Singapura sebesar 5 juta ton.Besarnya permintaan lada di negara tujuan
memberikan peluang kepada negara Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar
lada di pasar internasional dan juga memberikan tantangan bagi Indonesia karena
industri lada Indonesia harus meningkatkan daya saing agar dapat bertahan dan
bersaing dengan negara produsen dan pengekspor lada lainnya.

5

Perumusan Masalah
Setiap negara yang melakukan perdagangan internasional memiliki
keunggulan dan keterbatasan masing-masing negara baik dalam sumber daya
maupun teknologi untuk memenuhi kebutuhannya. Suatu negara yang kurang
efisien dalam memproduksi sebuah barang akan melakukan perdagangan dengan
negara lain yang lebih efisien dalam memproduksi suatu barang yang memiliki
keunggulan komparatif di negara tersebut (Salvatore1997). Maka perdagangan
internasional akan mendorong suatu negara untuk memiliki keunggulan
komparatif maupun kompetitif di dunia untuk dapat memiliki kekuatan daya saing
di perdagangan internasional.
Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi
dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional
yaitu sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, bahan baku indutri, dan
untuk konsumsi langsung. Sebagian besar produksi lada Indonesia lebih
berorientasi ekspor dan dipasarkan ke luar negeri sementara sisanya untuk
memenuhi kebutuhan domestik. Volume dan nilai ekspor lada Indonesia yang
cenderung berfluktuasi merupakan permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam
mengekspor lada Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan standar mutu
yang diterapkan oleh negara pengekspor dan pengimpor lada Indonesia yang
dapat menyebabkan hambatan teknis dalam perdagangan yang berupa penolakan
dari negara pengimpor karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan
(Purwanto 2011). Hal ini dapat memengaruhi ekspor dan daya saing di pasar
Internasional (lihat Gambar 2).

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 2 Nilai ekspor lada Indonesia tahun 2008-2013
Pada Gambar 2 terlihat bahwa nilai ekspor cenderung berfluktuasi.Pada
tahun 2008, nilai ekspor mencapai 183364870 US$, namun selama periode 2008
hingga 2011 nilai ekspor lada mengalami fluktuasi.Nilai ekpsor lada Indonesia
mengalami peningkatan yang tajam pada tahun 2012 sebesar 416319366 US$.
Namun pada tahun 2013 nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 337840587
US$.

6

70000000

Volume (kg)

60000000
50000000
40000000
30000000
20000000
10000000
0
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 3Volume ekspor lada Indonesia tahun 2008-2013
Pada Gambar 3 terlihat bahwa volume ekspor lada Indonesia pun
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2010 ke tahun 2011 volume ekspor Indonesia
mengalami penurunan hingga kurang dari setengahnya yaitu dari 62213207 kg
menjadi 35567 701 kg, dan mengalami peningkatan yang dratis kembali pada
tahun berikutnya yaitu menjadi 61649189 kg pada tahun 2012, dan data terahir
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 volume ekspor lada Indonesia mengalami
penurunan kembali menjadi 46806958 kg.
Berdasarkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, Indonesia harus
mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar internasional. Hal ini
menuntut adanya mutu dan kualitas yang baik pada komoditi yang
diperdagangkan sehingga dapat berperan penting dalam perdagangan internasional.
Potensi yang cukup besar terebut dapat menentukan keunggulan dan kemampuan
yang dimiliki komoditi lada Indonesia dalam menghadapi liberalisasi perdagangan.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan, maka hal yang
perlu dilakukan saat ini, yaitu
1.
Bagaimana posisi daya saing lada Indonesia di negara tujuan?
2.
Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi permintaan ekspor lada di
negara tujuan?
3.
Strategi apa yang mendukung keberhasilan dan meningkatkan daya saing
lada Indonesia di pasar internasional?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian yang dilakukan memiliki tujuan secara umum yaitu menganalisis daya
saing dan faktor yang memengaruhi daya saing komoditi lada Indonesia di pasar
internasional. Selain itu penelitian juga memiliki tujuan khusus, yaitu
1.
Menganalisis posisi daya saing ekspor lada Indonesia di negara tujuan
utama ekspor.

7

2.
3.

Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor lada
Indonesia di negara tujuan utama ekspor.
Merumuskan strategi yang dapat mendukung keberhasilan dan
meningkatkan daya saing lada Indonesia di pasar internasional.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna
baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Manfaat yang diharapkan antara lain
1.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah
pengetahuan bagi penulis mengenai perkembangan perdagangan ekspor lada
Indonesia di pasar internasional dan negara tujuan.
2.
Bagi pemerintah diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan
mengenai strategi kebijakan yang dapat meningkatkan daya saing lada
Indonesia.
3.
Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi informasi untuk penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perdagangan lada Indonesia
dengan negara tujuannya, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Singapura,
India, Jepang, Autralia dan Vietnam dengan kode Harmonized System(HS) lada
090411 (lada tidak dihancurkan atau ditumbuk). Penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis daya saing menggunakan Revelead Comparative Advantage
(RCA),Export Product Dynamics (EPD), dan faktor-faktor yang memengaruhi
daya saing ekspor komoditi lada Indonesia menggunakan metode data
panel.Kurun waktu yang digunakan selama enam tahun yaitu tahun 2008 sampai
2013. Faktor-faktor yang diduga dapat memengaruhi daya saing lada Indonesia
adalah harga ekspor , Gross Domestic Product (GDP) per kapita negara
pengimpor lada Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
pengimpor lada Indonesia, populasi negara tujuan, dan produksi lada Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan
internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi
salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi

8

pengeluaran suatu negara.Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor
utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti 2009).
Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya.Demikian
halnya dengan perdagangan internasional.Setiap negara yang melakukan
perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut (Oktaviani
dan Novianti 2009). Gambar 4 memperlihatkan proses terjadinya perdagangan
internasional.

Sumber : Salvatore 1997
Gambar 4 Kurva Perdagangan
Keterangan:
PA
: Harga domestik di negara A (pengeskpor) tanpa perdagangan
internasional
OQA : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A
(pengekspor) tanpa perdagangan internasional
A
: Kelebihan penawaran (excess supply) di negara A (pengekspor) tanpa
perdagangan internasional
X
: Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A
Pb
: Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan
internasional
OQB : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)
tanpa perdagangan internasional
B
: Kelebihan permintaan (excess demand) di negara B (pengimpor) tanpa
perdagangan internasional
M
: Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B
P*
: Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan
internasional
OQ* : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana
jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M).
Gambar 4 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional
harga di negara A sebesar PA, sedangkan di negara B sebesar PB. Penawaran pasar
internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan
permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih
rendah dari PB. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan PA maka negara B
akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan
PB maka di negara A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B

9

akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar
internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A
akan mengeskpor komoditi sebesar X sedangkan negara B akan mengimpor
komoditi sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M
yaitu Q*.
Daya Saing
Daya Saing adalah kemampuan suatu komoditi untuk masuk ke dalam
pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan dalam pasar tersebut.Suatu
produk yang memiliki daya saing banyak diminati konsumen.Daya saing suatu
negara dalam perdagangan internasional ditentukan oleh dua faktor, yaitu
keunggulan komparatif, keunggulan yang bersifat alamiah dan keunggulan
kompetitif yaitu keunggulan yang dapat diciptakan (Tambunan 2003).
Menurut Porter (1990), daya saing merupakan kemampuan suatu negara
untuk memasarkan produknya relatif terhadap kemampuan negara lain. Daya
saing dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode di antaranya metode
Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), Intra
Industry Trade (ITT), Constant Market Share Analysis (CMSA), dan X-Model
Produk export potential.

Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif dari David Ricardo menyatakan bahwa
sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi
dua jenis komoditas jika dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang
saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara
masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan. Suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional apabila melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat
berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang atau tidak efisien (Salvatore 1997).
Menurut David Ricardo, keunggulan komparatif bersifat dinamis. Negara
dengan keunggulan komparatif pada komoditi tertentu harus dapat
mempertahankan dan bersaing dengan negara lain di pasar internasional.
Kelebihan keunggulan komparatif adalah perdagangan antara dua negara
akan tetap terjadi selama masing-masing negara memiliki perbedaan dalam cost
comparative advantage dan production comparative advantage. Kelemahan
keunggulan komparatif adalah tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan fungsi produksi antara dua negara.

Teori Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki suatu negara agar
mampu bersaing di pasar internasional. Menurut konsep keunggulan kompetitif
yang dikembangkan oleh Porter (1998), suatu bangsa atau negara yang memiliki

10

competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional jika
memiliki empat faktor utama yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi
permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung yang
kompetitif (related and supporting industry) serta kondisi struktur, persaingan
dan strategi industri (firm strategy, structure and rivalry).
Selain keempat faktor utama diatas, terdapat dua faktor yang memengaruhi
interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event)
dan faktor pemerintah (government). Faktor-faktor ini membentuk sistem dalam
peningkatan keunggulan daya saing yang disebut porter’s diamond.
Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita Negara Tujuan
Gross Domestic Product (GDP) per kapita merupakan pendapatan ratarata penduduk di suatu negara pada waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai
salah satu indikator dalam mengukur tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli
suatu negara dan jasa tertentu. Gross Domestic Product (GDP) per kapita
diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk suatu negara pada tahun tertentu tersebut (Wardhana 2011). Apabila
suatu negara memiliki GDP per kapita yang tinggi maka mengindikasikan bahwa
negara tersebut dapat dijadikan peluang jangkauan pasar bagi kegiatan ekspor
(Karlinda 2012).
Kenaikan pendapatan akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta
lebih banyak pada setiap harga tertentu. Pada penelitian ini, pendapatan yang
digunakan adalah GDP per kapita negara tujuan per tahun. Ketika GDP per kapita
negara tujuan ekspor meningkat maka uang yang siap dibelanjakan masyarakat
pun meningkat. Jika lada barang normal, peningkatan pendapatan menyebabkan
masyarakat dapat meningkatkan konsumsinya.

Harga Ekspor
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi volume ekspor adalah harga
ekspor suatu komoditi ke luar negeri.Harga ekspor adalah kombinasi harga faktor
produksi yang di dalamnya banyak menggunakan faktor produksi. Apabila harga
ekspor suatu komoditi mengalami peningkatan maka akan mengakibatkan
penurunan terhadap volume ekspor komoditi tersebut (Margono 2009).
Kenaikan harga ekspor suatu negara akan menyebabkan konsumen luar
negeri mengurangi jumlah permintaan terhadap barang tersebut, sehingga volume
ekspor dari suatu akan mengalami penurunan (Lipsey 1995). Morrissey dan Mold
menjelaskan bahwa penurunan harga ekspor akan menyebabkan suatu negara
berusaha untuk mempertahankan pendapatan ekspornya, sehingga negara tersebut
akan meningkatkan volume ekspornya.

11

Nilai Tukar
Nilai tukar terbagi menjadi dua, yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar
nominal.Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) merupakan harga relatif dari
mata uang negara, sedangkan nilai tukar riil (riil exchange rate) adalah harga
relatif dari barang-barang antara dua Negara (Mankiw 2006). Kondisi
terapresiasinya mata uang domestik rupiah terhadap nilai tukar negara tujuan
ekspor membuat harga suatu produk relatif lebih mahal.

Nilai Ekspor
Perdagangan Internasional mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi
perekonomian nasional. Jika pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
(expenditure approach) adalah : GNP = C + I + G + (X-M), dimana X adalah nilai
ekspor dan M adalah nilai impor, maka jika nilai ekspor > nilai impor berarti
negara tersebut merupakan net export positif, dapat dikatakan negara dengan
posisi neraca pembayaran luar negeri surplus. Jika nilai ekspor < nilai impor,
berarti negara tersebut merupakan net export negatif, dikatakan negara dengan
posisi neraca pembayaran luar negeri defisit.
Populasi
Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan
ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara maka semakin banyak
juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya (ceteris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan
menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan
naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat
harga akan lebih banyak (Lipsey 1995)

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Irwanto (2012) bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor komoditas kakao Indonesia
ke negara tujuan, dengan menggunakan data sekunder berupa data cross section
dan mnguunakan analisis data panel gravity model. Untuk menganalisis daya
saing menggunakan analisis EPD, sedangkan untuk menganalisis kondisi faktorfaktor yang memengaruhi daya saing komoditas kakao Indonesia digunakan
analisis Porter’s Diamond. Dengan pendekatan gravity model diketahui bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi ekspor komoditas kakao Indonesia ke kawasan
Uni Eropa adalah variabel GDP negara tujuan ekspor, GDP Indonesia, nilai tukar
dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan tujuan ekspor. Keempat variabel ini
berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap jumlah nilai ekspor komoditas
kakao Indonesia. Hasil estimasi dari GDP riil Indonesia terbukti konsisten dengan
teori mengenai gravity model, sementara variabel lainnya tidak konsisten dengan
teori.

12

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2013) bertujuan untuk
menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak
atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.Penelitian ini menggunakan analisis
kuantitatif daya saing dan ekonometrik. Analisis daya saing dengan menggunakan
metode RCA, EPDdan X-Model Produk export potensial, dengan periode waktu
lima tahun (2007-2011). Analisis ekonometrik menggunakan metode data panel,
berupa time series (2002-2011) dan cross section dengan komponen sembilan
negara tujuan ekspor (Perancis, Jerman,India, Singapura, Belanda, Spanyol, Turki,
Inggris dan Amerika Serikat. Hasil analisis dengan metode RCA menunjukkan
bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Hasil analisis
metode EPD menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia berada pada posisi
rising star, kecuali di Singapura berada pada lost opportunity. Hasil analisis XModel Produk export potensial menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia
memiliki potensi pengembangan pasar optimis, kecuali di Singapura minyak atsiri
Indonesia memiliki potensi pengembangan pasar potensial. Hasil analisis metode
data panel menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
permintaan minyak atsiri adalah GDP per kapita riil, harga ekspor komoditi, dan
jarak ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ananda (2015) bertujuan untuk
mendeskripsikan gambaran umum dan regulasi kopi, menganalisis daya saing
kopi Indonesia menggunakan RCA dan EPD serta menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di delapan negara tujuan ekspor, yaitu
Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India. Hasil analisis
RCA menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki keunggulan komparatif di
delapan negara tujuan ekspor (nilai RCA>1). Analisis EPD kopi Indonesia di
pasar Amerika, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India berada pada posisi
Rising Star, Jepang berada di posisi Retreat dan Jerman berada pada posisi Lost
Opportunity. Hasil analisis data panel statis menunjukkan populasi negara tujuan,
nilai tukar riil negara tujuan dan harga ekspor signifikan memengaruhi nilai
ekspor kopi, sedangkan GDP per kapita negara tujuan tidak berpengaruh
signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2014) dengan analisis data panel
gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memegaruhi aliran volume
ekspor buah-buahan Indonesia (mangga, manggis, rambutan, pisang, dan melon).
Keberhasilan daya saing ekspor buah Indonesia di negara tujuan ditentukan oleh
keunggulan komparatif dan kompetitif serta faktor lainnya. RCA dan EPD
digunakan untuk menganalisis posisi daya saing ekspor buah-buahan Indonesia.
Pada metode EPD dan RCA menunjukkan bahwa buah yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif tertinggi di negara tujuan dan dunia adalah buah
manggis, mangga, dan jambu. Ekspor buah Indonesia yang kehilangan
kesempatan dalam bersaing di negara tujuan adalah stoberi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang memengaruh aliran ekspor buah Indonesia ke
negara tujuan meliputi harga ekspor, populasi, jarak ekonomi, GDP riil dan per
kapita, nilai tukar riil, indeks harga konsumen, Indonesia, dan variabel dummy
krisis yang terjadi di Eropa.
Marlinda (2008) dalam penelitiannya menganalisis struktur pasar lada dan
persaingan lada di pasar internasional dan menganalisis posisi daya saing lada
Indonesia di pasar internasional. Sruktur pasar lada Indonesia di pasar

13

internasional menunjukkan kecenderungan ke arah pasar persaingan oligopoli dan
memiliki tingkat konsentrasi asar yang sedang. Berdasarkan analisis RCA,
komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang mempunyai nilai
RCA yang lebih dari satu. Dengan menggunakan Teori Berlian Porter dapat
diketahui kondisi internal dan eksternal dalam pengusahaan lada. Kondisi internal
komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada faktor sumberdaya
alam. Kondisi eksternal komoditas lada yang memiliki keunggulan kompetitif
antara lain peranan pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan mengenai
penyediaan input faktor produksi, pemasaran dan perdagangan lada, dan standar
mutu lada. Untuk meningkatkan daya siang lada Indonesia, perlu adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas dari penjualan lada dengan mengembangkan
dan meningkatkan ekspor lada dalam bentuk olahan (diversifikasi) sehingga dapat
meningkatkan volume dan nilai ekspor lada.
Raharjo (2014) menyatakan bahwa daya saing komoditi merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan perekonomian negara.
Melalui penelitiannya mengenai analisis daya saing produk olahan rotan
Indonesia di kawasan ASEAN dan Tiongkok, hasilnya menunjukkan bahwa
komoditi produk olahan rotan memiliki daya saing yang tinggi di negara Malaysia
dan Singapura. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi daya saing produk
olahan rotan ialah GDP per kapita Indonesia, harga ekspor komoditi ke negara
tujuan, harga ekspor pesaing, nilai tukar rupiah, volume ekspor produk olahan
rotan, jumlah produksi produk olahan rotan dan dummy dibukanya ekspor rotan
berpengaruh signifikan terhadap daya saing produk olahan rotan Indonesia. Hasil
penelitian ini berdasarkan penggunaan metode RCA sebagai alat analisis daya
saing dan metode panel data dengan fixed effect model (FEM) untuk menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi daya saing produk olahan rotan.
Tabel 5 Ringkasan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Variabel
Hubungan dengan Variabel Dependen
Independen
Positif
Negatif
Tidak signifikan
Populasi negara Ananda (2015)
tujuan
Pradipta (2015)
Harga ekspor
Ningsih (2013)
Pradipta (2014)
Ananda (2015)
Raharjo (2014)
Nilai tukar rupiah Irwanto (2012
GDP per kapita Ningsih (2013)
Ananda (2015)
negara tujuan
Pradipta (2014)
Karlinda (2012)
Irwanto (2012)
Raharjo (2014)
Produksi
Raharjo (2014)

14

Kerangka Penelitian
Indonesia merupakan salah satu penghasil dan pengeskpor utama lada di
dunia.Hal ini terlihat dari daerah produsen penghasil lada di Indonesia dan posisi
Indonesia sebagai negara produsen lada yang merupakan pengeksor lada paling
besar di dunia setelah Vietnam.Volume dan nilai ekspor lada Indonesia
berfluktuasi dan sangat tergantung dengan kondisi perdagangan lada dunia. Pada
penelitian ini untuk menganalisis daya saing komoditi lada Indonesia di negara
tujuan ekspor utama digunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan
Export Product Dynamic (EPD), sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor apa
sajakah yang memengaruhi daya saing lada Indonesia menggunakan metode panel
data. Diagram alir kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 5 Skema kerangka pemikiran operasional

HIPOTESIS
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka pada teori ekonomi dan penelitian
sebelumnya mengenai daya saing dan lada, adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah
1.
Nilai RCA lada Indonesia lebih besar dari satu, artinya komoditi lada
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing kuat pada
negara utama tujuan ekspor.
2.
Indeks RCA lada Indonesia lebih besar dari satu artinya terjadi peningkatan
RCA atau kinerja ekspor lada Indonesia lebih tinggi dari tahun sebelumnya
pada negara utama tujuan ekspornya.

15

3.
4.

5.

6.

7.

8.

Perkembangan EPD lada Indonesia di negara tujuan ekspor dapat
menempati posisi Rising Star.
Harga ekspor lada diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai ekspor
lada Indonesia. Jika harga meningkat maka nilai ekspor lada yang diterima
Indonesia akan meningkat. Juga berlaku untuk kondisi sebaliknya.
Populasi negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai
ekspor lada Indonesia. Jika populasi meningkat maka nilai ekspor lada akan
meningkat. Juga berlaku untuk kondisi sebaliknya.
GDP per kapita riil negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap
nilai ekspor lada Indonesia. Jika GDP per kapita negara tujuan mengalami
peningkatan maka akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
Nilai tukar rupiah terhadap masing-masing negara tujuan diduga memiliki
pengaruh yang positif terhadap ekspor lada negara tujuan, apabila nilai tukar
mata uang Indonesia mengalami peningkatan(apresiasi) maka akan
mengakibatkan barang-barang domestik akan cenderung lebih mahal
sehingga akan meningkatkan nilai ekspor.
Produksi lada Indonesia diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai
ekspor Indonesia. Jika produksi lada Indonesia meningkat maka akan
meningkatkan nilai ekspor Indonesia.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series tahunan, selama periode tahun 2008 sampai 2013 dan cross
section delapan negara yaitu Amerika Serikat, Jerman, Jepang, India,
Inggris,Singapura, dan Vietnam. Sumber data berasal dari UN Comtrade,
Worldbank, World Intregated Trade Solution, UNCTAD, dan berbagai literatur
dari media cetak maupun internet yang berkaitan dengan penelitian ini.Jenis dan
sumber data dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis dan sumber data
Data yang digunakan
Sumber Data
Produksi lada
Kementerian Pertanian
Harga ekspor lada
UNComtrade
Nilai tukar rupiah terhadap negara tujuan
UNCTAD
GDP per kapita riil negara tujuan
World Bank
Populasi negara tujuan
World Bank

Revealed Comparative Advantage (RCA)
Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis
keunggulan komparatif atau daya saing suatu komoditi dalam suatu negara.Dalam

16

penelitian ini, RCA digunakan untuk mengetahui posisi komparatif lada Indonesia
dengan negara-negara produsen lada lainnya di pasar internasional.




Keterangan:
RCA : Tingkat daya saing komoditi lada Indonesia
Xij
: Nilai ekspor komoditi lada Indonesia ke negara importir ladaIndonesia
Xt
: Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir lada Indonesia
Wij : Nilai ekspor lada dunia ke negara importir lada Indonesia
Wt
: Nilai total ekspor dunia ke negara importir lada Indonesia
Jika nilai indeks RCA suatu negara untuk komoditas tertentu adalah lebih
besar dari satu maka negara bersangkutan memiliki keunggulan komparatif diatas
rata-rata dunia untuk komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu
berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tersebut tergolong rendah, di
bawah rata-rata dunia.

Export Product Dynamic (EPD)
Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk memberikan gambaran
yang baik mengenai daya saing atau keunggulan kompetitif suatu produk, dan
juga mengetahui apakah suatu produk dalam performa yang dinamis atau
tidak.Metode yang paling sering digunakan untuk mengidentifikasi produkproduk dinamis adalah dengan memilih produk-produk berdasarkan tingkat
pertumbuhannya selama periode yang ditetapkan.EPD mampu membandingkan
kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia.
Gambar 6 menunjukkan bahwa matriks posisi daya saing Export Product
Dynamic (EPD) terdiri dari Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan
Retreat. Rising star merupakan posisi pasar tertinggi atau dapat dikatakan sebagai
posisi pasar yang paling ideal.Lost opportunity merupakan kondisi pasar atau daya
saing yang paling tidak diharapkan suatu negara dikarenakan pada posisi ini
terjadi penurunan pangsa pasar pada produk, sehingga mengakibatkan suatu
negara kehilangan kesempatan pangsa atau jangkauan ekspor untuk produk dan
barang yang dihasilkan dalam pasar internasional.

17

Lost
Opportunit
y

Rising Star

Retreat

Falling Star

Gambar 6 Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis matrik EPD
Keterangan:
X=Pangsa pasar ekspor negara i di pasar tujuan tertentu
Y=Pangsa pasar produk j di pasar tujuan tertentu
Posisi pasar lainnya yang tidak diharapkan oleh suatu negara adalah
Falling star. Posisi Falling star walaupun tidak diharapkan, namun posisi ini
tidak seburuk dibandingkan dengan Lost opportunity. Hal ini dikarenakan pada
posisi ini terjadi peningkatan pangsa pasar meskipun tidak terjadi pada produk
atau barang yang kontinu(dinamis) di pasar global. Retreat merupakan kondisi
dimana produk atau barang suatu negara sudah tidak diingankan lagi oleh pangsa
pasar. Secara sistematis pangsa pasar ekspor suatu negara dan pangsa pasar suatu
komoditi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Sumbu X:
Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i.
t


t 1

 Xin 

  100 % 
 Xn  t

t 1


t

 Xin 

  100 %
 Xn  t  1

T

Sumbu Y:
Pertumbuhan pangsa pasar produk n .
t


t 1

 Xm 

  100 % 
 X


t

t 1


t

 Xm 
 100 %


 t 1
 X

T

Dimana:
Xin
= Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara tertentu
Xn
= Nilai ekspor Dunia ke negara tertentu
Xm
= Nilai ekspor total Indonesia ke negara tertentu
X
= Nilai ekspor total dari Dunia ke negara tertentu
T
= Jumlah tahun
t
= tahun ke-t
n
= jenis produk

18

Analisis Panel Data Statis
Teori model data panel merupakan model ekonometrika yang
menggabungan informasi dari data cross section dan time series. Terdapat dua
keuntungan penggunaan model data panel dibandingkan data time series atau
cross section (Firdaus 2012).
1.
Dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam data
panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari
peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (indvidu dan waktu) sehingga
parameter yang diestimasi akan lebih akurat dibandingkkan dengan model
lain.
2.
Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah
mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam
mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat
diatasi dalam data cross section atau time series saja. Data panel mampu
mengontrol heterogenitas individu. Data panel juga lebih baik untuk studi
dynamic of adjustment. Hal ini berkaitan dengan observasi pada cross
section yang sama secara berulang, sehingga data panel lebih baik dalam
mempelajari perubahan dinamis.
Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect
model), dan model efek acak (random effect model). Pada pendekatan Fixed Effect
Model (FEM) dan Random Effect Model (REM) dibedakan berdasarkan ada
tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas (regresor).
Misalkan :
it = αi + Xit + εit
Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan
dalam bentuk
εit = i + uit
Untuk two way error components model, komponen error dispesifikasikan
dalam bentuk
εit = i + t + uit
Pada pendekatan one way, error term hanya memasukkan komponen error
yang merupakan efek individu ( i ). Pada two way, dimasukkan efek dari waktu
( t ) ke dalam komponen error. Jadi perbedaan antara FEM dan REM terletak
pada ada atau tidaknya korelasi antara i dan t dengan Xit.
Dalam pengolahan data panel dikenal tiga macam metode, yaitu metode
pooledleast square, metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek acak
(random effect). Ketiga metode ini dapat diterapkan dengan pembobotan (cross
section weights) atau tanpa pembobotan (no weighting).

Pooled Least Square
Dalam metode ini data panel yang mengkombinasikan semua data
crosssection dan time series akan digabungkan menjadi pooled data.
Denganmenggunakan metode ini tentunya akan menghasilkan pendugaan regresi

19

yanglebih akurat jika dibandingkan dengan regresi biasa, karena dalam panel
berartimenggabungkan data cross section dan time series bersama-sama
sehinggamemiliki jumlah observasi data yang lebih banyak. Pendugaan metode
ini dinyatakan dalam persamaan di bawah ini.
Yit = αi + j Xjit + it
dimana :
Yit
=variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
αi
= intersep yang akan berbeda antar individu cross section i
Xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
= parameter untuk variabel ke j
j
= komponen error di waktu t untuk unit cross section i
it
Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode pooled least square memiliki kekurangan, yaitu tidak terlihatnya
perbedaan baik antar individu, sehingga asumsi intersep dan slope dari persamaan
regresi yang dianggap konstan. Sedangkan untuk generalisai secara umum, dapat
dilakukan dengan memasukkan variabel dummy untuk menghasilkan nilai
parameter yang berbeda-beda pada setiap unit cross section. Metode dengan
memasukkan variabel dummy disebut dengan metode Fixed Effect atau
LeastSquare Dummy Variable.
Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar
unit cross section. Kelemahan pada metode ini adalah semakin
berkurangnyadegree of freedom akibat adanya penambahan variabel dummy pada
persamaan, dan terntunya akan memengaruhi keefisienan parameter yang diduga.
Pendugaan metode ini dinyatakan dalam persamaansebagai berikut .
Yit = αi + j Xjit + eit
dimana :
Yit
=variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
αi
= intersep yang akan berbeda antar individu cross section i
Xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
= parameter untuk variabel ke j
j
eit
= komponen error di waktu t untuk unit cross section
Efek Acak (Random Effect)
Pada metode efek acak (random effect) karakteristik antar individu terlihat
pada komponen error yang ada pada model. Hal ini tidak akan mengurangi
derajat bebas (degree of freedom) akibat penambahan variabel, sehingga efisiensi
dalam penduga