Stroke Iskemik Gambaran Pola Makan Dan Tingkat Keparahan Stroke Iskemik Di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke Iskemik

2.1.1. Definisi Berdasarkan American Heart Association, stroke iskemik didefinisikan sebagai suatu episode dari disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark fokal yang terjadi dalam otak Sacco, 2013. Menurut definisi WHO dalam International Classification of Diseases ICD-11 2013, stroke iskemik disebutkan sebagai suatu disfungsi neurologis fokal akut yang terjadi akibat infark fokal pada satu atau beberapa bagian dalam otak. 2.1.2. Klasifikasi Kejadian stroke iskemik sekitar 70-85 dari total kejadian stroke. Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya sebagai berikut Junaidi, 2011 : a. TIA transient ischemic attack atau serangan stroke sementara, gejala deficit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. b. RIND Reversible ischemic neurological deficits, kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu. c. Stroke progresif atau stroke in evolution yaitu stroke yang gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat. d. Stroke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan deficit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi. 2.1.3. Faktor Risiko Berdasarkan National Stroke Association 2009, ada dua jenis faktor risiko terjadinya stroke iskemik, yaitu : a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Ras 4. Riwayat keluarga Universitas Sumatera Utara b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: 1. Hipertensi 2. Kenaikan kadar kolesterol lemak darah 3. Diabetes Mellitus 4. Pola makan yang tidak sehat 5. Merokok 6. Konsumsi alkohol yang berlebihan 7. Kurang berolahraga 2.1.4. Patofisiologi Pada stroke iskemik, adanya penurunan atau tidak adanya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan neuron mewakili 80 dari semua kejadian stroke ini. Keadaan sistemik ini menimbulkan efek yang sangat cepat sebab otak tidak dibekalkan dengan glukosa dan oksigen yang merupakan elemen atau substansi utama untuk metabolismenya Janice Mary, 2007. Menurut sumber lain dikatakan stroke terjadi karena terhentinya aliran darah yang mengakibatkan sel-sel otak mengalami kekurangan bekalan darah yang mensuplai oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk fungsi otak. Sekitar 45 daripada stroke iskemik diakibatkan oleh adanya trombus pada arteri otak yang besar dan kecil, 20 disebabkan emboli dari tempat lain di dalam tubuh selain otak dan 35 lagi oleh faktor yang lain Hickey, 2003. Trombosis dapat terjadi pada arteri di intrakranial maupun ekstrakranial, ketika tunika intima mengalami kerusakan sehingga terbentuk plak di sepanjang dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Kerusakan pada endotel mengakibatkan agregasi trombosit sehingga terjadi proses koagulasi, sehingga trombus tersebut berubah menjadi plak Mahar dan Priguna, 2008. Pengaliran darah di sistem intrakranial dan ekstrakranial menjadi berkurang sehingga terjadi proses kompensasi. Jika keadaan ini berlangsung secara terus-menerus, mekanisme kompensasi ini dapat mengalami kegagalan. Hal ini seterusnya dapat menyebabkan penurunan perfusi ke otak yang membawa kepada kematian sel-sel di otak Mahar dan Priguna, 2008. Universitas Sumatera Utara Pada stroke emboli, plak yang telah terbentuk pada pembuluh darah di luar otak akan melepas dan menjadi klot. Adanya aliran darah yang berterusan pula akan menyebabkan klot yang terlepas itu turut mengalir, didorong oleh pengaliran darah. Apabila klot yang beralir mengikuti aliran darah sampai di pembuluh darah otak, stroke akan terjadi Mahar dan Priguna, 2008. 2.1.5. Gejala dan Tanda Stroke iskemik terjadi secara mendadak dan sangat cepat. Pada saat terjadinya stroke, pasien membutuhkan pertolongan dan harus dibawa ke pelayanan kesehatan dengan segera dan secepat mungkin. Ketika terjadi stroke, akan terlihat beberapa gejala dan tanda-tanda yang sama dan yang rata-rata telah dikenal pasti pada kebanyakan pasien stroke. Gejala dan tanda stroke iskemik yang sering dijumpai pada penderitanya adalah Junaidi, 2011 : 1. Adanya deficit serangan neurologiskelumpuhan fokal, seperti hemiparesis lumpuh sebelah badan yang kanan atau kiri saja. 2. Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutanterbakar. 3. Mulut atau lidah mencong jika diluruskan 4. Sukar berbicara perbicaraan yang tidak lancer dan jelas. 5. Tidak dapat memahami perbicaraan atau percakapan orang lain. 6. Kesulitan mendengar, melihat, menelan, berjalan, menulis, membaca, serta tidak memahami tulisan. 7. Kecerdasan menurun dan sering mengalami vertigo pusing atau sakit kepala. 8. Menjadi pelupa demensia. 9. Penglihatan terganggu, sebagian lapangan pandang tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan menjadi gelap ganda sesaat hemianopsia. 10. Tuli satu telinga atau pendengaran berkurang. 11. Emosi tidak stabil, seperti mudah menangis dan tertawa. 12. Kelopak mata sulit dibuka dan selalu ingin tertidur. Universitas Sumatera Utara 13. Gerakan tidak terkoordinasi, seperti kehilangan keseimbangan. 14. Biasanya diawali dengan Transient Ischemic Attack TIA atau serangan stroke sementara. 15. Gangguan kesadaran, seperti pingsan bahkan sampai koma. 2.1.6. Diagnosis Diagnosis stroke iskemik ditegakkan apabila ditemukan defisit fokal dan ditemukan gambaran infark pada CT scan atau tidak ditemukan adanya perdarahan pada CT scan kepala selama observasi, misalnya pasien dengan gambaran klinik stroke tetapi menunjukkan gambaran CT scan yang normal Davis et al, 1998. Untuk menegakkan diagnosis stroke, terlebih dahulu harus dilakukan anamnesis mengenai gejala awal, perkembangan gejala, riwayat penyakit sebelumnya, faktor risiko yang ada, dan pengobatan yang sedang dijalani. Berikutnya adalah melakukan pemeriksaan neurologis lengkap untuk mengetahui kemungkinan letaknya lesi. Untuk membedakan diagnosis stroke itu merupakan infark hemoragik dapat dilakukan konfirmasi dengan melakukan CT scan Roger, et al., 2009. Pemeriksaan CT scan kepala merupakan pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosis stroke Rumantir, 2007. Untuk membedakan stroke iskemik karena trombosis atau emboli memang sulit dibedakan dari gejala klinis saja. Diagnosis stroke emboli biasanya ditegakkan secara inferensi. Pada beberapa kasus ditemukan adanya obstruksi arteri melalui pemeriksaan arteriografi. Penemuan yang mendukung ke arah diagnosis stroke emboli adalah awitan yang akut dan ditemukannya sumber emboli Harsono, 2005. Diagnosis pasti stroke iskemik dan penyebabnya harus segera ditegakkan dalam beberapa jam paska awitan agar terapi yang tepat dapat segera diberikan. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis stroke adalah Fitzsimmons, 2007 : c. Laboratorium : 1. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, hitung trombosit, masa perdarahan, masa pembekuan. Universitas Sumatera Utara 2. Gula darah dan profil lipid. 3. Ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol darah: HDLLDL, trigliserida, fungsi hati: SGOT SGPT, urin lengkap. 4. Bila perlu pemeriksaan gas darah dengan elektrolit Natrium, Kalium. d. Elektrokardiografi e. CT Scan MRI otak f. Duplex sonografi Karotis Trans Cranial Doppler atas indikasi g. MRA h. EEG 2.1.7. Penatalaksanaan dan Pencegahan Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia 1999 dalam Lumbantobing 2007, mengemukakan hal berikut : a. Membebaskan jalan nafas dan berikan ventilasi yang adekuat, diberikan oksigen 1-2 L menit sehingga ada hasil gas darah bila perlu. b. Kandung kemih dikosongkan jika penuh dengan katerisasi intermiten. c. Melakukan penatalaksanaan tekanan darah secara khusus. d. Mongoreksi hiperglikemia atau hipoglikemia. e. Mempertahankan suhu tubuh normal. f. Memberikan nutrisi peroral setelah hasil tes fungsi menelan baik, menganjurkan pemberian nutrisi melalui pipa nasogastrik jika terdapat gangguan menelan kesadaran penderita menurun. g. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Diberikan cairan intravena berupa cairan kristaloid koloid, menghindari cairan yang mengandung glukosa murni atau hipotonik. h. Jika terdapat dugaan Deep Vein Thrombosis DVT, diberikan heparin heparinoid dengan dosis rendah subkutan, bila tidak dikontraindikasikan. Universitas Sumatera Utara Menurut PERDOSSI 2001, gaya hidup sehat yang dapat diamalkan untuk prevensi dan pencegahan stroke iskemik adalah dengan : 1. Mengatur pola makan yang sehat. 2. Menghentikan tabiat merokok. 3. Menghindari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan alkohol. 4. Melakukan olahraga yang teratur. 5. Menghindari stres dan beristirahat yang cukup. Pada konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia 2004 dalam Lumbantobing 2007, telah dikemukakan beberapa usaha yang boleh dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke iskemik yaitu dengan memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain : 1. Penghindaran : Rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan. 2. Pengurangan : Konsumsi lemak yang berlebihan dalam makanan, kolesterol. 3. Pengendalian Hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus. 4. Penganjuran Olahraga yang teratur dan konsumsi gizi yang seimbang.

2.2. Pola Makan