Gambaran Pola Makan Dan Tingkat Keparahan Stroke Iskemik Di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

GAMBARAN POLA MAKAN DAN TINGKAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK DI DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

PUVANA SUBRAMANIAM 110100503

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

(3)

ABSTRAK

Stroke telah menjadi penyebab kematian yang paling sering di kebanyakan negara maju dan berkembang termasuk Indonesia. Stroke, disusuli dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya merupakan penyakit tidak menular utama yang menjadi penyebab kematian utama semua kelompok umur di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Penyebab nomor satu yang berkaitan dengan epidemi penyakit vaskuler seperti stroke adalah perubahan dominan gizi seperti pola makan yang tidak sehat dan seimbang dan merokok, diikuti urbanisasi dan penuaan populasi. Pola makan yang tidak sehat dan seimbang mengakibatkan pelbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia yang menjadi pemicu kepada serangan stroke.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dimana pengumpulan data dilakukan pada saat tertentu. Data yang dikumpulkan adalah data primer melalui wawancara langsung kepada responden. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan September hingga November tahun 2014.

Dari 100 responden yang diteliti, didapati mayoritas responden adalah perempuan 54 orang (54%) dan responden laki-laki adalah 46 orang (46%). Responden dari kategori umur ≥60 tahun adalah 75 orang (75%) dan jumlah responden dari kategori umur <60 tahun adalah 25 orang (25%).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pasien stroke iskemik yang dirawat inap di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki pola makan yang baik berjumlah 14 orng (14%), kurang baik berjumlah 65 orang (65%) dan tidak baik sebanyak 21 orang (21%). Dari penelitian ini juga telah didapati bahwa semua pasien stroke iskemik menderita stroke berat 100 orang (100%) dengan skor Barthel <50.


(4)

ABSTRACT

Stroke has become the most frequent cause of death in many developed and developing countries including Indonesia. Stroke, followed by hypertension, ischemic heart disease and other heart diseases is said to be the leading non-contagious disease that caused the most number of death of all age groups in Indonesia. The prevalence of stroke based on the diagnosis of paramedic is as much as 7 per mile and an undiagnosed paramedic or symptoms sums up to 12,1 per mile in Indonesia. The number one reason of death that has been linked with the epidemy of vascular diseases like stroke is the tremendous change in food consumption like unhealthy and unbalanced eating patterns and smoking, followed by urbanization and aging population. Unhealthy and unbalanced eating patterns causes many illness such as hypertension, diabetes mellitus and hypercholesterolemia which become the trigger to stroke attack.

This research is a descriptive study with cross-sectional approach where data is collected at any given time. The data collected was primary data through direct interview to respondent. The aim of this research is to know the eating patterns and the severity of stroke among ischemic stroke patients admitted in the Department of Neurology of RSUP H. Adam Malik Medan from the month of September to November year 2014.

From the 100 respondents interviewed, it was found that majority respondents were female 54 people (54%) and male respondents were 46 people (46%). Respondents from the age category ≥60 years were 75 people (75%) a nd the total respondents from the age group <60 years were 25 people (25%).

From this research, it can be concluded that patients with ischemic stroke admitted in the Department of Neurology of RSUP H. Adam Malik Medan who has good eating pattern is 14 people (14%), moderate eating pattern is 65 people (65%) and poor eating pattern is 21 people (21%). From this research also, it was found that all the ischemic stroke patients obtained suffered severe stroke 100 people (100%) with Barthel score <50.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “GAMBARAN POLA MAKAN DAN TINGKAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK DI DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. Cut Aria Arina, Sp.S, selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.

3. dr. Imelda Rey, M.Ked(PD), SpPD & dr. Remenda Siregar, SpKK selaku Dosen Penguji yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutamanya dari Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

6. Kedua orang tua penulis, Subramaniam dan Santhi, yang tidak bosan mendoakan kecemerlangan penulis dan yang memberikan semangat dan menjadi sumber inspirasi dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah serta pendidikan kedokteran di Universitas Sumatera Utara. 7. Teman-teman sejawat atas masukan dan bantuan mereka dalam pengambilan


(6)

8. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 2014

Penulis,

Puvana Subramaniam NIM: 110100503


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stroke Iskemik ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Klasifikasi ... 5

2.1.3. Faktor Risiko ... 5

2.1.4. Patofisiologi ... 6

2.1.5. Gejala dan Tanda ... 7

2.1.6. Diagnosis ... 8

2.1.7. Penatalaksanaan dan Pencegahan ... 9

2.2. Pola Makan ... 10

2.3. Outcome Stroke ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 14


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ... 16

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

4.3.1. Populasi ... 16

4.3.2. Sampel ... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 20

5.1.3. Pola Makan Responden ... 22

5.1.4. Tingkat Keparahan Responden ... 27

5.2. Pembahasan ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Gambaran Pola Makan dan Tingkat


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16 Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 19 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik

Berdasarkan Umur ... 21 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik

Berdasarkan Pekerjaan ... 21 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik

Berdasarkan Faktor Risiko ... 22 Tabel 5.5. Gambaran Pola Makan Responden Stroke Iskemik di

Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan... 22 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Hasil Perhitungan Pola Makan

Responden Stroke Iskemik di Departemen Neurologi

RSUP H. Adam Malik Medan... 24 Tabel 5.7. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke

Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin... 24 Tabel 5.8. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke

Iskemik Berdasarkan Umur... 25 Tabel 5.9. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke

Iskemik Berdasarkan Pekerjaan... 25 Tabel 5.10. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke

Iskemik Berdasarkan Faktor Risiko... 26 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Keparahan Responden Stroke

Iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam

Malik Medan... 27 Tabel 5.12. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan dan Tingkat


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian

(Informed Consent)

Lampiran 3 Kuesioner Gambaran Pola Makan Dan Tingkat Keparahan Stroke Iskemik Di Departemen Neurologi Rsup H. Adam Malik Medan 2014

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 5 Rincian Biaya Penelitian Lampiran 6 Formulir Isian Oleh Peneliti

Lampiran 7 Lembar Penelitian Etik Penelitian Dosen Pembimbing KTI Lampiran 8 Ethical Clearence

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Lampiran 10 Uji Validitas

Lampiran 11 Master Data Lampiran 12 Tabel Frekuensi


(12)

ABSTRAK

Stroke telah menjadi penyebab kematian yang paling sering di kebanyakan negara maju dan berkembang termasuk Indonesia. Stroke, disusuli dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya merupakan penyakit tidak menular utama yang menjadi penyebab kematian utama semua kelompok umur di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Penyebab nomor satu yang berkaitan dengan epidemi penyakit vaskuler seperti stroke adalah perubahan dominan gizi seperti pola makan yang tidak sehat dan seimbang dan merokok, diikuti urbanisasi dan penuaan populasi. Pola makan yang tidak sehat dan seimbang mengakibatkan pelbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia yang menjadi pemicu kepada serangan stroke.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dimana pengumpulan data dilakukan pada saat tertentu. Data yang dikumpulkan adalah data primer melalui wawancara langsung kepada responden. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan September hingga November tahun 2014.

Dari 100 responden yang diteliti, didapati mayoritas responden adalah perempuan 54 orang (54%) dan responden laki-laki adalah 46 orang (46%). Responden dari kategori umur ≥60 tahun adalah 75 orang (75%) dan jumlah responden dari kategori umur <60 tahun adalah 25 orang (25%).

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pasien stroke iskemik yang dirawat inap di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki pola makan yang baik berjumlah 14 orng (14%), kurang baik berjumlah 65 orang (65%) dan tidak baik sebanyak 21 orang (21%). Dari penelitian ini juga telah didapati bahwa semua pasien stroke iskemik menderita stroke berat 100 orang (100%) dengan skor Barthel <50.


(13)

ABSTRACT

Stroke has become the most frequent cause of death in many developed and developing countries including Indonesia. Stroke, followed by hypertension, ischemic heart disease and other heart diseases is said to be the leading non-contagious disease that caused the most number of death of all age groups in Indonesia. The prevalence of stroke based on the diagnosis of paramedic is as much as 7 per mile and an undiagnosed paramedic or symptoms sums up to 12,1 per mile in Indonesia. The number one reason of death that has been linked with the epidemy of vascular diseases like stroke is the tremendous change in food consumption like unhealthy and unbalanced eating patterns and smoking, followed by urbanization and aging population. Unhealthy and unbalanced eating patterns causes many illness such as hypertension, diabetes mellitus and hypercholesterolemia which become the trigger to stroke attack.

This research is a descriptive study with cross-sectional approach where data is collected at any given time. The data collected was primary data through direct interview to respondent. The aim of this research is to know the eating patterns and the severity of stroke among ischemic stroke patients admitted in the Department of Neurology of RSUP H. Adam Malik Medan from the month of September to November year 2014.

From the 100 respondents interviewed, it was found that majority respondents were female 54 people (54%) and male respondents were 46 people (46%). Respondents from the age category ≥60 years were 75 people (75%) a nd the total respondents from the age group <60 years were 25 people (25%).

From this research, it can be concluded that patients with ischemic stroke admitted in the Department of Neurology of RSUP H. Adam Malik Medan who has good eating pattern is 14 people (14%), moderate eating pattern is 65 people (65%) and poor eating pattern is 21 people (21%). From this research also, it was found that all the ischemic stroke patients obtained suffered severe stroke 100 people (100%) with Barthel score <50.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke telah menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian yang di kebanyakan negara maju dan juga negara berkembang. Di negara-negara berkembang, jumlah kematian yang diakibatkan oleh stroke amat tinggi dan mencapai dua pertiga dari total penderita stroke di seluruh dunia (Stroke Association, 2013). WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu disfungsi neurologis akut fokal yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 24 jam (BO Norrving, et al., 2013). Berdasarkan data dari WHO (2014), didapati 15 juta orang yang menderita stroke di seluruh dunia, dengan 5 juta orang daripadanya yang mati dan 5 juta orang yang lainnya mengalami kecacatan yang permanen.

Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian keempat terbesar yang membunuh lebih daripada 129.000 orang rakyat setiap tahun

(American Heart Association, 2014). Berdasarkan National Institute of Neurological Disorders and Stroke (2013), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 795.000 pertahun. Diantaranya, 610.000 orang mendapat serangan stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang (Heart Disease and Stroke Statistics, 2013). Data juga mendapati bahwa di Amerika Serikat, terdapat seorang yang meninggal dalam setiap 4 menit akibat stroke (National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2014).

Di Indonesia, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung, dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).


(15)

Stroke menduduki tempat pertama sebagai faktor kematian dominan semua kelompok umur di Indonesia. Stroke, disusuli dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).

Seiring dengan kemajuan pembangunan fisik yang dicapai Indonesia, terjadi pergeseran pola hidup yang disusul dengan bertambahnya usia harapan hidup. Akibatnya, terjadi pula pergeseran pola penyakit. Stroke, yang insidensinya terus meningkat, telah menjadi suatu masalah kesehatan utama di Indonesia yang menyebabkan kematian dan kecacatan (Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 2001).

Menurut Davenport dan Dennis (2000), stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, 80% daripada seluruh penderita stroke adalah penderita stroke iskemik sementara 20% adalah penderita stroke hemoragik. Berdasarkan survey data pasien yang dirawat inap di Bagian Neurologi FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan dari Januari 2013 sampai Disember 2013, didapati data jumlah pasien stroke sebanyak 419 orang (59%) dari 715 orang pasien yang dirawat inap. Ini menunjukkan kejadian stroke di RSUP. H. Adam Malik Medan cukup tinggi. Proporsi untuk stroke iskemik sebanyak 353 orang (84%) dan stroke hemoragik sebanyak 66 orang (12%).

Menurut Weimar dkk (2002), walaupun terdapat investigasi klinis stroke yang selalunya menggunakan mortalitas (kematian) sebagai outcome, terdapat juga outcome lain yang penting untuk penelitian klinis dan berkaitan dengan pasien stroke seperti tingkat disabilitas dan perubahan fungsi tubuh yang dialami pasien stroke. Beberapa alat telah diperkenalkan dan diperkembangkan untuk menilai tingkat disabilitas dan perubahan fungsi tubuh yang dialami oleh pasien stroke. Antara instrument yang paling sering digunakan dalam kebanyakan penelitian klinis adalah skala Barthel Index (BI). Skala ini digunakan dengan sering untuk menilai outcome stroke karena skala ini mudah digunakan dan merupakan pengukuran yang sensitif terhadap derajat keparahan stroke.


(16)

Evaluasi data base mortalitas oleh WHO tahun 1997 menunjukkanbahwa antara penyebab nomor satu yang berkaitan dengan ‘epidemi’ penyakit vaskuler adalah perubahan dominan gizi (Kelompok Studi Serebrovaskular & Neurogeriatri Perdossi, 2001). Di negara-negara berkembang, peningkatan dalam angka kejadian peristiwa serebrovaskular seperti stroke iskemik sangat berkait rapat dengan perubahan pola makan dan gaya hidup yang merupakan dampak daripada proses industrialisasi and urbanisasi di negara-negara tersebut. Oleh karena itu, penilaian dan pemahaman yang tepat dan akurat tentang pengaruh pola makan dalam mengakibatkan stroke amat penting untuk meminimalkan beban global stroke. Pola makan yang sehat dan seimbang juga wajib dan harus diterapkan untuk mencegah faktor risiko stroke iskemik, yang meliputi peningkatan tekanan darah, obesitas, diabetes, dan dislipidemia (Fernanda, et al., 2012).

Sekarang, risiko serangan stroke telah menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, yaitu sebanyak 10-15 kali apabila dibandingkan dengan tahun 1970 dimana risikonya hanya sekitar 2,5%. Salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian stroke di Indonesia kebelakangan ini adalah karena pola hidup rakyat yang tidak sehat seperti malas berolahraga, konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak, sehingga banyak diantara mereka yang mengidap berbagai penyakit yang merupakan pemicu kepada serangan stroke iskemik (KBI Gemari, 2003). Hal inilah yang telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu untuk melihat gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke iskemik. 1.2. Rumusan Masalah

Stroke adalah salah satu daripada penyebab yang tersering yang mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Pola makan telah menjadi salah satu daripada penyebab utama terhadap kejadian stroke iskemik. Dari latar belakang ini, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan?”


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran pola makan pada pasien stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Mengetahui gambaran tingkat keparahan pasien stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pekerja medis dan masyarakat tentang gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke iskemik.

2. Memberikan sumbangan informasi terhadap pengembangan ilmu kedokteran yang berkaitan stroke iskemik dan penyebabnya.

3. Memberikan informasi bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pencegahan penyakit stroke iskemik.

4. Data penelitian yang didapat, diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan ataupun masukan bagi peneliti berikutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke Iskemik 2.1.1. Definisi

Berdasarkan American Heart Association, stroke iskemik didefinisikan sebagai suatu episode dari disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark fokal yang terjadi dalam otak (Sacco, 2013). Menurut definisi WHO dalam

International Classification of Diseases (ICD)-11 (2013), stroke iskemik disebutkan sebagai suatu disfungsi neurologis fokal akut yang terjadi akibat infark fokal pada satu atau beberapa bagian dalam otak.

2.1.2. Klasifikasi

Kejadian stroke iskemik sekitar 70-85% dari total kejadian stroke.

Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya sebagai berikut (Junaidi, 2011) :

a. TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara, gejala deficit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

b. RIND (Reversible ischemic neurological deficits), kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.

c. Stroke progresif atau stroke in evolution yaitu stroke yang gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.

d. Stroke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan deficit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.

2.1.3. Faktor Risiko

Berdasarkan National Stroke Association (2009), ada dua jenis faktor risiko terjadinya stroke iskemik, yaitu :

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi : 1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Ras


(19)

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: 1. Hipertensi

2. Kenaikan kadar kolesterol / lemak darah 3. Diabetes Mellitus

4. Pola makan yang tidak sehat 5. Merokok

6. Konsumsi alkohol yang berlebihan 7. Kurang berolahraga

2.1.4. Patofisiologi

Pada stroke iskemik, adanya penurunan atau tidak adanya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan neuron mewakili 80% dari semua kejadian stroke ini. Keadaan sistemik ini menimbulkan efek yang sangat cepat sebab otak tidak dibekalkan dengan glukosa dan oksigen yang merupakan elemen atau substansi utama untuk metabolismenya (Janice & Mary, 2007).

Menurut sumber lain dikatakan stroke terjadi karena terhentinya aliran darah yang mengakibatkan sel-sel otak mengalami kekurangan bekalan darah yang mensuplai oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk fungsi otak. Sekitar 45% daripada stroke iskemik diakibatkan oleh adanya trombus pada arteri otak yang besar dan kecil, 20% disebabkan emboli dari tempat lain di dalam tubuh selain otak dan 35 % lagi oleh faktor yang lain (Hickey, 2003).

Trombosis dapat terjadi pada arteri di intrakranial maupun ekstrakranial, ketika tunika intima mengalami kerusakan sehingga terbentuk plak di sepanjang dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Kerusakan pada endotel mengakibatkan agregasi trombosit sehingga terjadi proses koagulasi, sehingga trombus tersebut berubah menjadi plak (Mahar dan Priguna, 2008).

Pengaliran darah di sistem intrakranial dan ekstrakranial menjadi berkurang sehingga terjadi proses kompensasi. Jika keadaan ini berlangsung secara terus-menerus, mekanisme kompensasi ini dapat mengalami kegagalan. Hal ini seterusnya dapat menyebabkan penurunan perfusi ke otak yang membawa kepada kematian sel-sel di otak (Mahar dan Priguna, 2008).


(20)

Pada stroke emboli, plak yang telah terbentuk pada pembuluh darah di luar otak akan melepas dan menjadi klot. Adanya aliran darah yang berterusan pula akan menyebabkan klot yang terlepas itu turut mengalir, didorong oleh pengaliran darah. Apabila klot yang beralir mengikuti aliran darah sampai di pembuluh darah otak, stroke akan terjadi (Mahar dan Priguna, 2008).

2.1.5. Gejala dan Tanda

Stroke iskemik terjadi secara mendadak dan sangat cepat. Pada saat terjadinya stroke, pasien membutuhkan pertolongan dan harus dibawa ke pelayanan kesehatan dengan segera dan secepat mungkin. Ketika terjadi stroke, akan terlihat beberapa gejala dan tanda-tanda yang sama dan yang rata-rata telah dikenal pasti pada kebanyakan pasien stroke.

Gejala dan tanda stroke iskemik yang sering dijumpai pada penderitanya adalah (Junaidi, 2011) :

1. Adanya deficit serangan neurologis/kelumpuhan fokal, seperti hemiparesis (lumpuh sebelah badan yang kanan atau kiri saja).

2. Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan/terbakar. 3. Mulut atau lidah mencong jika diluruskan

4. Sukar berbicara / perbicaraan yang tidak lancer dan jelas. 5. Tidak dapat memahami perbicaraan atau percakapan orang lain.

6. Kesulitan mendengar, melihat, menelan, berjalan, menulis, membaca, serta tidak memahami tulisan.

7. Kecerdasan menurun dan sering mengalami vertigo (pusing atau sakit kepala).

8. Menjadi pelupa / demensia.

9. Penglihatan terganggu, sebagian lapangan pandang tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan menjadi gelap / ganda sesaat (hemianopsia).

10. Tuli satu telinga atau pendengaran berkurang.

11. Emosi tidak stabil, seperti mudah menangis dan tertawa. 12. Kelopak mata sulit dibuka dan selalu ingin tertidur.


(21)

13. Gerakan tidak terkoordinasi, seperti kehilangan keseimbangan.

14. Biasanya diawali dengan Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan stroke sementara.

15. Gangguan kesadaran, seperti pingsan bahkan sampai koma. 2.1.6. Diagnosis

Diagnosis stroke iskemik ditegakkan apabila ditemukan defisit fokal dan ditemukan gambaran infark pada CT scan atau tidak ditemukan adanya perdarahan pada CT scan kepala selama observasi, misalnya pasien dengan gambaran klinik stroke tetapi menunjukkan gambaran CT scan yang normal (Davis et al, 1998). Untuk menegakkan diagnosis stroke, terlebih dahulu harus dilakukan anamnesis mengenai gejala awal, perkembangan gejala, riwayat penyakit sebelumnya, faktor risiko yang ada, dan pengobatan yang sedang dijalani. Berikutnya adalah melakukan pemeriksaan neurologis lengkap untuk mengetahui kemungkinan letaknya lesi. Untuk membedakan diagnosis stroke itu merupakan infark / hemoragik dapat dilakukan konfirmasi dengan melakukan CT scan (Roger, et al., 2009).

Pemeriksaan CT scan kepala merupakan pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosis stroke (Rumantir, 2007). Untuk membedakan stroke iskemik karena trombosis atau emboli memang sulit dibedakan dari gejala klinis saja. Diagnosis stroke emboli biasanya ditegakkan secara inferensi. Pada beberapa kasus ditemukan adanya obstruksi arteri melalui pemeriksaan arteriografi. Penemuan yang mendukung ke arah diagnosis stroke emboli adalah awitan yang akut dan ditemukannya sumber emboli (Harsono, 2005).

Diagnosis pasti stroke iskemik dan penyebabnya harus segera ditegakkan dalam beberapa jam paska awitan agar terapi yang tepat dapat segera diberikan.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis stroke adalah (Fitzsimmons, 2007) :

c. Laboratorium :

1. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, hitung trombosit, masa perdarahan, masa pembekuan.


(22)

2. Gula darah dan profil lipid.

3. Ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol darah: HDL/LDL, trigliserida, fungsi hati: SGOT / SGPT, urin lengkap.

4. Bila perlu pemeriksaan gas darah dengan elektrolit (Natrium, Kalium). d. Elektrokardiografi

e. CT Scan / MRI otak

f. Duplex sonografi Karotis / Trans Cranial Doppler (atas indikasi) g. MRA

h. EEG

2.1.7. Penatalaksanaan dan Pencegahan

Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia (1999) dalam Lumbantobing (2007), mengemukakan hal berikut :

a. Membebaskan jalan nafas dan berikan ventilasi yang adekuat, diberikan oksigen 1-2 L / menit sehingga ada hasil gas darah bila perlu.

b. Kandung kemih dikosongkan jika penuh dengan katerisasi intermiten. c. Melakukan penatalaksanaan tekanan darah secara khusus.

d. Mongoreksi hiperglikemia atau hipoglikemia. e. Mempertahankan suhu tubuh normal.

f. Memberikan nutrisi peroral setelah hasil tes fungsi menelan baik, menganjurkan pemberian nutrisi melalui pipa nasogastrik jika terdapat gangguan menelan / kesadaran penderita menurun.

g. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Diberikan cairan intravena berupa cairan kristaloid / koloid, menghindari cairan yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.

h. Jika terdapat dugaan Deep Vein Thrombosis (DVT), diberikan heparin / heparinoid dengan dosis rendah subkutan, bila tidak dikontraindikasikan.


(23)

Menurut PERDOSSI (2001), gaya hidup sehat yang dapat diamalkan untuk prevensi dan pencegahan stroke iskemik adalah dengan :

1. Mengatur pola makan yang sehat. 2. Menghentikan tabiat merokok.

3. Menghindari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan alkohol. 4. Melakukan olahraga yang teratur.

5. Menghindari stres dan beristirahat yang cukup.

Pada konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia (2004) dalam Lumbantobing (2007), telah dikemukakan beberapa usaha yang boleh dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke iskemik yaitu dengan memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain :

1. Penghindaran : Rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan.

2. Pengurangan : Konsumsi lemak yang berlebihan dalam makanan, kolesterol.

3. Pengendalian Hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus.

4. Penganjuran Olahraga yang teratur dan konsumsi gizi yang seimbang. 2.2. Pola Makan

Makanan dikatakan sebagai suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Pola makan atau kebiasaan makan seseorang amat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang (Yulia, 2013). Berdasarkan Yayasan Stroke Indonesia (2012), dikatakan bahwa pola makan yang sehat memainkan peranan yang penting dalam memelihara kesehatan jantung dan jaringan pembuluh darah. Pola makan yang buruk dapat memberikan efek yang negatif terhadap kesehatan jantung dan jaringan pembuluh darah. Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe II, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker tertentu dalam kesehatan masyarakat dapat digolongkan sebagai satu kelompok Penyakit Tidak Menular utama yang mempunyai faktor risiko yang sama dan amat berpengaruh yaitu pola makan yang tidak sehat dan seimbang (KBI Gemari, 2003).


(24)

Beberapa penelitian juga telah memberikan hasil yang positif kepada pengaruh pola makan yang tidak sehat seperti konsumsi makanan yang mempunyai kadar lemak dan kolesterol yang tinggi, kadar gula yang tinggi, konsumsi daging merah dan daging olahan, dan fast food yang berlebihan dalam kehidupan seharian, dan diet rendah serat terhadap kejadian stroke iskemik (Frank B, 2003).

Pola makan yang baik dan seimbang adalah konsumsi makanan yang terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, lemak, serta sumber vitamin dan mineral dalam kuantiti dan porsi yang tepat. Pola makan yang seimbang ini dapat menghindari dan mencegah pelbagai penyakit yang mampu mengancam kesehatan manusia seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, hipertensi, dan kanker (Yuliarti, 2009).

Makanan yang dikonsumsi setiap hari harus memenuhi tiga fungsi makanan yaitu zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Konsumsi makanan pada setiap hari juga mesti beranekaragam karena makanan beranekaragam ini dapat memenuhi dan melengkapi zat gizi yang kurang dalam badan sehingga masukan zat gizi dalam badan kita sentiasa seimbang (Almatsier, 2004).

Namun, terlebih konsumsi makanan dan zat-zat tertentu juga dapat memberikan efek yang buruk terhadap kesehatan manusia. Pola makan seperti ini disebut pola makan tidak seimbang ataupun pola makan tidak sehat.. Pola makan yang tidak sehat dapat disebabkan oleh dua faktor yang dominan yaitu kebiasaan makan makanan jajanan yang tinggi kalori dan minyak dan juga kebiasaan makan makanan yang tinggi kadar lemak dan kolesterol seperti fast food. Kedua-dua faktor ini dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam pembuluh darah. Pola makan yang mengandungi lemak yang tinggi tapi rendah serat dan karbohidrat juga akan menimbulkan akibat yang tidak baik bagi tubuh. Selain menimbun lemak, makanan tersebut dapat mengganggu metabolisme dan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Jika kadar kolesterol meninggi dalam darah, kejadian penebalan dinding pembuluh darah akan dipercepat dan akhirnya akan terjadi penyempitan dan suatu waktu terjadi penyumbatan (clot atau blockage). Penyumbatan inilah yang akan seterusnya menyebabkan terjadinya stroke iskemik (Yulia, 2013).


(25)

Berdasarkan hasil penelitian di kebanyakan negara dikatakan bahwa serangan stroke dapat dicegah oleh semua orang, terutamanya mereka yang mempunyai risiko stroke jika dari awal mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi dan mengikuti pola makan yang sehat dengan penuh disiplin dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, dan mengikuti langkah-langkah hidup sehat sejahtera lainnya dengan melakukan olahraga secara teratur dan menghindari pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi (Suyono, 2005).

Menurut Lumbantobing (2003), telah dikemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke dalam Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999. Antaranya adalah memasyarakatkan pola makan yang sehat dan bebas stroke dengan menghindari alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, mengurangi dan menghindari makanan berkolesterol tinggi, lemak yang berlebihan dalam makanan, pengendalian faktor pemicu stroke seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, serta menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang.

2.3. Outcome Stroke

Fungsi yang hilang setelah terserang stroke selalu dibayangkan sebagai disabilitas, impairment, dan handicaps. Oleh itu, World Health Organization

(WHO)telah membuat garis batas sebagai berikut (Caplan, 2000) :

a. Disabilitas merupakan ketidakmampuan atau keterbatasan melaksanakan atau menjalankan aktivitas dengan cara yang normal seperti yang dilakukan orang sehat.

b. Impairment pula merupakan suatu kekurangan atau abnormalitas fisiologis,psikologis, fungsi atau strktur anatomis.

c. Handicap membawa maksud gangguan yang dialami yang disebabkan oleh disabilitas atau impairment seseorang individu yang dapat membataskan perannya sebagai orang normal.


(26)

Menurut Weimar dkk (2002), walaupun terdapat investigasi klinis stroke yang selalunya menggunakan mortalitas (kematian) sebagai outcome, terdapat juga outcome lain yang juga penting untuk penelitian klinis dan berkaitan dengan pasien stroke seperti tingkat disabilitas dan perubahan fungsi tubuh yang dialami pasien stroke. Beberapa alat telah diperkenalkan dan diperkembangkan untuk menilai tingkat disabilitas dan perubahan fungsi tubuh yang dialami oleh pasien stroke. Antara instrumen yang paling sering digunakan dalam kebanyakan peneliitian klinis adalah skala Barthel Index. Skala ini digunakan secara umum untuk menilai outcome pasien stroke karena skala ini mudah untuk digunakan dan merupakan pengukuran yang sensitif terhadap derajat keparahan stroke.

Berdasarkan Kyungwon dkk (2004), penilaian tingkat disabilitas yang tepat dan akurat pada pasien stroke memainkan peranan yang penting untuk kualitas perawatan dan untuk pengukuran outcome dari penanganan stroke.

Agency for Health Care Policy and Research Post-Stroke Rehabilitation Panel

telah merekomendasikan penggunaan alat dan instrumen yang standard dan terpercaya untuk menilai disabilitas pasien stroke yaitu Barthel Index (BI).

Barthel Index telah dikembangkan sejak tahun 1965, dan telah dimodikasi dan diubah kepada suatu teknik mengukur prestasi dan performa pasien berdasarkan 10 kegiatan hidup harian yang bisa digolongkan kepada dua kelompok yaitu :

a. Kelompok perawatan diri seperti makan, membersihkan diri, mandi, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air kecil, dan penggunaan toilet.

b. Kelompok mobilitas seperti berjalan, berpindah, dan naik tangga.

Skor Barthel Index berada dalam rentang 0-100 dengan skor maksimum, 100 yang menginterpretasikan fungsi fisik pasien benar-benar tanpa bantuan langsung (independen) dan nilai terendah, 0 yang membawa maksud pasien mengalami ketergantungan total (dependen). Tingkat ketergantungan (skor BI) pasien amat dipengaruhi oleh keparahan stroke yang dialami mereka. Dimana, skor BI yang tinggi yang diperoleh pasien menunjukkan tingkat keparahan stroke yang lebih ringan (Sulter dkk, 1999).


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dijalankan seperti yang di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pola Makan dan Tingkat Keparahan Stroke

3.2. Definisi Operasional 1. Stroke Iskemik

a. Stroke iskemik adalah suatu manifestasi klinis oleh gangguan fungsi otak yang berlaku secara fokal maupun global (menyeluruh). Tanda-tanda klinis berkembang dengan cepat dan berlaku lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa sebab jelas yang lain selain gangguan vaskular yang berlaku akibat gangguan peredaran (transportasi) darah ke otak (Junaidi, 2011).

b. Cara pengukuran : Observasional (melihat data dan keterangan pasien)

c. Alat pengukuran : Data dan keterangan pasien d. Skala pengukuran : Nominal

2. Pola makan

a. Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang. Responden akan ditanyakan pola makan atau kebiasaan makan dalam sehari seperti jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari, frekuensi makan dalam sehari, serta jumlah makanan yang dikonsumsi dalam seminggu (Yulia, 2013).

b. Cara pengukuran : Wawancara

Tingkat Keparahan Stroke (BI) Pola Makan


(28)

c. Alat pengukuran : Kuesioner pola makan

d. Hasil pengukuran : Digolongkan dalam tiga kategori yaitu: baik, kurang baik, dan tidak baik

e. Skala pengukuran : Ordinal

f. Gambaran pola makan pasien stroke iskemik dinilai berdasarkan skala ordinal, dengan rincian skor maksimal untuk setiap kategori dari aspek variable pola makan seperti berikut:

1. Nilai satu (1) diberikan untuk jawaban “c” 2. Nilai dua (2) diberikan untuk jawaban “b” 3. Nilai tiga (3) diberikan untuk jawaban “a”

g. Dengan demikian, perhitungan kategori tersebut adalah seperti di bawah :

1. Jika responden mendapatkan skor dalam rentang (29-36) : Baik.

2. Jika responden mendapatkan skor dalam rentang (21-28) : Kurang baik.

3. Jika responden mendapatkan skor dalam rentang (12-20) : Tidak baik.

3. Tingkat keparahan stroke

a. Tingkat keparahan stroke adalah derajat parahnya atau beratnya stroke. Barthel Index digunakan untuk menilai dan mengukur tingkat keparahan stroke (Goldstein, 2001).

b. Barthel Index :

1. Sebanyak 10 kriteria akan dinilai pada pasien stroke dengan menggunakan Barthel Index. Setiap kriteria mempunyai skor antara 0-10 dan setiap responden yang dinilai akan memperoleh skor antara 0-100.

2. Jika responden memperoleh skor dalam rentang 0-50, mereka dikategorikan dalam kelompok stroke berat dan jika skor yang diperoleh responden berada dalam rentang 50-100, maka mereka dikategorikan dalam stroke ringan. 3. Skala pengukuran : Nominal


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian berbentuk deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di ruang rawat inap Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2014. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah secara cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan pada saat tertentu.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada ruang rawat inap Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik di Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilakukan dari bulan September-Oktober atau sampai jumlah sampel terpenuhi.

Tabel 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Penyusunan

proposal Pengumpul an data Pengolahan dan analisa data

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis stroke iskemik, yang dirawat inap di Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan. Jumlah pasien stroke iskemik yang dirawat inap dari bulan Januari sampai Desember 2013 adalah 353 orang.


(30)

4.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara non-probability sampling dengan metode consecutive sampling. Semua subjek yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek penelitian yang dibutuhkan terpenuhi.

Penarikan sampel secara non-probability sampling dengan metode

consecutive sampling merupakan cara yang paling baik dan sering digunakan dan juga merupakan cara termudah. Pengambilan sampel didasarkan pada :

1. Kriteria inklusi, yaitu:

a) Pasien yang didiagnosa dengan stroke iskemik yang dirawat inap dan telah dilakukan Head CT Scan di Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

b) Bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi responden pada penelitian ini.

c) Pasien yang memiliki faktor resiko mayor antara hipertensi, diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia.

2. Kriteria eksklusi, yaitu:

a) Tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak memiliki alloanamnesis yang mengetahui kehidupan sehari-hari pasien.

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, telah digunakan rumus berikut :

=

Z

α

²PQ

=

1.96² x 0.50 x (1−0.50)

0.1²

=

0.9604

0.01


(31)

Keterangan :

n = Besar sampel

Zα = Nilai Z pada derajat kemaknaan ditetapkan 95% = 1,96 P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi.

Berdasarkan pustaka, P = 0.50 Q = (1-P) = (1 - 0.50) = 0.50

D = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan. Ditetapkan nilai d = 0,10

Berdasarkan rumus di atas maka didapat besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 96.04. Sampelnya digenapkan menjadi 100.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data berbentuk data primer yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner pola makan dan berdasarkan Barthel Index.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada responden atau pendamping responden yang mengetahui tentang pola hidup responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pola makan pada 20 pasien stroke iskemik yang dirawat inap di lokasi yang berbeda dengan waktu berbeda dengan penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut, dilakukan dengan cara mengukur korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan jika nilai r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu, diukur dengan menggunakan metode

Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliabel dan jika nilai r Alpha < r tabel dinyatakan tidak reliabel (Sugiyono, 2007). Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(32)

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Butir Pernyataan

Koefisien Korelasi rhitung

Harga

rtabel Status

Cronbach’s Alpha

Pola Makan

1 0,563

0,444

Valid

0,871 (Reliabel)

2 0,631 Valid

3 0,535 Valid

4 0,631 Valid

5 0,644 Valid

6 0,683 Valid

7 0,631 Valid

8 0,563 Valid

9 0,834 Valid

10 0,639 Valid

11 0,661 Valid

12 0,710 Valid

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa butir-butir pertanyaan untuk variabel pola makan adalah valid karena nilainya lebih besar dari r tabel (0,444) serta reliabel (memenuhi persyaratan). Dengan demikian kuesioner tersebut layak digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama,

editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua,

coding yaitu memberi kode angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Tahap ketiga, entry yaitu memasukkan data kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS. Tahap keempat melakukan cleaning, yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan Rumah Sakit Kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H.Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H.Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pasien Stroke Iskemik yang di rawat inap pada Departemen Neurologi RS. Haji Adam Malik sebanyak 100 responden, dengan karakteristik sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 46 46.0

2 Perempuan 54 54.0


(34)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu sebesar 54% dari responden laki-laki sebesar 46%. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik

Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 <60 tahun 25 25.0

2 ≥60 tahun 75 75.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden dengan umur ≥60 tahun lebih banyak yaitu sebesar 75% sedangkan responden dengan umur <60 tahun hanya 25%.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 PNS/Pensiun 11 11.0

2 Wiraswasta 29 29.0

3 Pegawai Swasta 14 14.0

4 Buruh 2 2.0

5 Petani 24 24.0

6 IRT 20 20.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden lebih banyak bekerja sebagai Wiraswasta yaitu sebesar 29% diikuti responden dengan pekerjaan sebagai Petani sebesar 24%, IRT sebesar 20%, Pegawai Swasta sebesar 14%, PNS/Pensiun sebesar 11% dan Buruh hanya 2%.


(35)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Faktor Risiko

No Faktor Risiko Frekuensi Persentase (%)

1 Satu faktor risiko 38 38.0

2 Dua faktor risiko 56 56.0

3 Tiga faktor risiko 6 6.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden lebih banyak memiliki dua faktor risiko yaitu sebesar 56%, satu faktor resiko 38% dan tiga faktor risiko lebih sedikit yaitu 6%.

5.1.3. Pola Makan Responden

Tabel 5.5. Gambaran Pola Makan Responden Stroke Iskemik di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan

No Pernyataan

Gambaran Pola Makan

Jumlah

1 2 3

f % F % f % f %

1 Frekuensi makan nasi dalam sehari

1 1% 5 5% 94 94% 100 100% 2 Kadar rata-rata

kuantiti nasi yang dikonsumsi set iap kali makan

1 1% 2 2% 97 97% 100 100%

3 Apakah anda sering kali makan makanan olahan santan (kuah lemak, gulai, kari daging/kambing atau makanan lain yang dimasak

menggunakan santan)


(36)

4 Apakah anda sering kali makan daging (sapi, ayam, kambing)?

35 35% 47 47% 18 18% 100 100%

5 Apakah anda sering kali makan jajanan yang bermin yak atau gorengan?

57 57% 36 36% 7 7% 100 100%

6 Apakah anda suka dan sering minum kopi (kafein)?

35 35% 37 37% 28 28% 100 100%

7 Apakah anda suka dan sering makan sayur-sayuran dan buah-buahan segar?

3 3% 14 14% 83 83% 100 100%

8 Apakah anda sering kali makan ikan?

3 3% 26 26% 71 71% 100 100% 9 Apakah anda suka dan

sering minum minuman bersoda (berkarbonat)?

43 43% 41 41% 16 16% 100 100%

10 Rata-rata berapa gelas air putih yang anda minum dalam sehari?

48 48% 31 31% 21 21% 100 100%

11 Apakah anda suka dan sering makan camilan (snacks)?

56 56% 38 38% 6 6% 100 100%

12 Apakah anda suka dan sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)?

40 40% 57 57% 3 3% 100 100%

Berdasarkan Tabel 5.5 dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pasien stroke iskemik yang berisi 12 pertanyaan mengenai pola makan pasien stroke iskemik, diperoleh hasil perhitungan gambaran pola makan responden stroke iskemik sebagai berikut :


(37)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Hasil Perhitungan Pola Makan Responden Stroke Iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan

No Pola Makan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 14 14.0

2 Kurang baik 65 65.0

3 Tidak baik 21 21.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pola makan responden lebih banyak kurang baik yaitu sebesar 65%, tidak baik sebesar 21% dan baik hanya 14%.

Tabel 5.7. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Pola Makan

Jumlah Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % n % n % n %

1 Laki-laki 2 2% 32 32% 12 12% 46 46%

2 Perempuan 12 12% 33 33% 9 9% 54 54%

Jumlah 14 14% 65 65% 21 21% 100 100%

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 46 responden laki-laki memiliki pola makan baik sebesar 2%, kurang baik 32% dan tidak baik 12% sedangkan responden perempuan memiliki pola makan baik sebesar 12%, kurang baik 33% dan tidak baik 9%.


(38)

Tabel 5.8. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Umur

No Umur

Pola Makan

Jumlah Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % n % n % n %

1 <60 tahun 1 1 19 19 5 5 25 25

2 ≥60 tahun 13 13 46 46 16 16 75 75

Jumlah 14 14 65 65 21 21 100 100

Dari hasil tabulasi silang pada Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 25 responden umur <60 tahun memiliki pola makan baik sebesar 1%, kurang baik 19% dan tidak baik 5% sedangkan responden umur ≥60 tahun memiliki pola makan baik sebesar 13%, kurang baik 46% dan tidak baik 16%.

Tabel 5.9. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan

Pola Makan

Jumlah Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % n % n % n %

1 PNS/Pensiun 0 0 9 9 2 2 11 11

2 Wiraswasta 2 2 20 20 7 7 29 29

3 Pegawai Swasta 0 0 9 9 5 5 14 14

4 Buruh 0 0 2 2 0 0 2 2

5 Petani 11 11 13 13 0 0 24 24

6 IRT 1 1 12 12 7 7 20 20

Jumlah 14 14 65 65 21 21 100 100

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 11 responden dengan pekerjaan sebagai PNS/Pensiun memiliki pola makan kurang baik sebesar 9% dan tidak baik sebesar 2%. Dari 29 responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta memiliki pola makan baik sebesar 2%, kurang baik sebesar


(39)

20% dan tidak baik sebesar 7%. Dari 14 responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta memiliki pola makan kurang baik sebesar 9% dan tidak baik sebesar 5%. Dari 2 responden dengan pekerjaan sebagai buruh, semuanya memiliki pola makan kurang baik. Dari 24 responden dengan pekerjaan sebagai petani memiliki pola makan baik sebesar 11% dan kurang baik sebesar 13%. Dari 20 responden dengan pekerjaan sebagai IRT memiliki pola makan baik sebesar 1%, kurang baik sebesar 12%, dan tidak baik 7%.

Tabel 5.10. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan Responden Stroke Iskemik Berdasarkan Faktor Risiko

No Faktor Risiko

Pola Makan

Jumlah Baik Kurang Baik Tidak Baik

n % n % n % n %

1 Satu faktor risiko 7 7 24 24 7 7 38 38 2 Dua faktor risiko 7 7 37 37 12 12 56 56

3 Tiga faktor risiko 0 0 4 4 2 2 6 6

Jumlah 14 14 65 65 21 21 100 100

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 38 responden dengan satu faktor resiko memiliki pola makan baik sebesar 7%, kurang baik 24% dan tidak baik sebesar 7%. Dari 56 responden dengan dua faktor resiko memiliki pola makan baik sebesar 7%, kurang baik 37% dan tidak baik 12%. Dari 6 responden dengan tiga faktor resiko memiliki pola makan kurang baik sebesar 4% dan tidak baik sebesar 2%.


(40)

5.1.4. Tingkat Keparahan Responden

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Keparahan Responden Stroke Iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan

No Tingkat Keparahan Frekuensi Persentase (%)

1 Stroke Berat 100 100.0

2 Stroke Ringan 0 0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa responden stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan 100% memiliki tingkat keparahan stroke berat.

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Frekuensi Pola Makan dan Tingkat Keparahan Responden Stroke Iskemik

No Pola Makan

Tingkat Keparahan

Jumlah Stroke Berat Stroke Ringan

N % N % n %

1 Baik 14 14% 0 0% 14 14%

2 Kurang Baik 65 65% 0 0% 65 65%

3 Tidak Baik 21 21% 0 0% 21 21%

Jumlah 100 00 0 0 100 100%

Dari tabel 5.12 tabulasi silang frekuensi pola makan dan tingkat keparahan responden stroke iskemik dapat diketahui bahwa dari 14 responden dengan pola makan baik seluruhnya memiliki tingkat keparahan stroke berat, dari 65 responden dengan pola makan kurang baik seluruhnya memiliki tingkat keparahan stroke berat dan dari 21 responden dengan pola makan tidak baik seluruhnya juga memiliki tingkat keparahan stroke berat.


(41)

5.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian pada tabel 5.11 gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dengan 100 responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) mengalami tingkat keparahan stroke berat. Hal ini dikarenakan pola makan responden stroke iskemik mayoritas kurang baik yaitu sebesar 65%, tidak baik 21% dan baik hanya 14%. Mayoritas stroke iskemik dialami responden perempuan yaitu sebesar 54% dan responden laki-laki sebesar 46% dengan umur ≥60 tahun lebih banyak yaitu sebesar 75% dan umur <60 tahun hanya 25%. Adapun pekerjaan responden mayoritas bekerja sebagai Wiraswasta yaitu sebesar 29%, Petani sebesar 24%, IRT sebesar 20%, Pegawai Swasta sebesar 14%, PNS/Pensiun sebesar 11% dan Buruh hanya 2%. Responden stroke iskemik mayoritas memiliki dua faktor risiko yaitu sebesar 56%, satu faktor risiko 38% dan tiga faktor risiko lebih sedikit yaitu 6%.

Stroke iskemik tidak hanya dialami oleh laki-laki tetapi perempuan juga dapat mengalaminya. Berdasarkan penelitian Opinhe (2010) didapatkan proporsi laki-laki dibandingkan perempuan sebesar 55% berbanding 45%. Sedangkan menurut Sembiring (2010), didapatkan proporsi laki-laki dan perempuan sebesar 48,4% dan 51,5%. Berbeda pada penelitian ini, mayoritas stroke iskemik dialami perempuan yaitu sebesar 54% dan laki sebesar 46%. Dari 46 responden laki-laki memiliki pola makan baik sebesar 2%, kurang baik 32% dan tidak baik 12% sedangkan responden perempuan memiliki pola makan baik sebesar 12%, kurang baik 33% dan tidak baik 9%.

Pada penelitian ini didapati kelompok usia terbesar penderita stroke iskemik pada kelompok umur ≥60 tahun yaitu sebesar 75% dan umur <60 tahun sebesar 25%. Menurut Greenberg (2009), insidensi stroke meningkat sesuai dengat umurnya. Sekitar dua pertiga penderita stroke berusia diatas 65 tahun. Hal ini didukung juga oleh penelitian Opinhe (2010), kelompok terbesar penderita stroke terdapat pada usia ≥60 tahun yaitu 50%. Pada usia 45 -59 tahun didapati penderita stroke 45%, dan pada usia <45 tahun hanya 5%, juga penelitian Ade (2010) dimana didapatkan kelompok usia terbesar penderita stroke pada kelompok


(42)

usia 45-65 tahun sebesar 54,8%. Ini adalah karena pada usia ≥60 tahun, proses penuaan sudah terjadi dan termasuk salah satu factor resiko yang tidak dapat dikendalikan.

Berdasarkan pekerjaan, pada penelitian ini mayoritas responden bekerja sebagai Wiraswasta yaitu sebesar 29%, Petani sebesar 24%, IRT sebesar 20%, Pegawai Swasta sebesar 14%, PNS/Pensiun sebesar 11% dan Buruh hanya 2%. Tingginya persentase IRT mengalami stroke iskemik yaitu sebesar 20%, sesuai dengan hasil penelitian Ade (2010). Dalam penelitiannya ditemukan IRT merupakan pasien stroke iskemik terbanyak yaitu sebesar 33,3%. Hal ini mungkin disebabkan berbagai faktor risiko pada ibu rumah tangga, seperti kurang aktivitas fisik, tingkat stress yang tinggi, dan pola makan yang kurang baik.

Bagi memenuhi kriteria inklusi pada penelitian, peneliti telah membuat catatan tambahan untuk karekteristik responden melalui wawancara, yaitu faktor resiko mayor yang dimiliki responden seperti hipertensi, diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia. Didapati bahwa mayoritas responden memiliki dua faktor resiko yaitu sebesar 56%, satu faktor resiko 38% dan tiga faktor resiko lebih sedikit yaitu 6%. Dua faktor resiko terbanyak yang dialami responden adalah hipertensi dan hiperkolesterolemia. Secara teoritis, hipertensi dan hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis, dimana penumpukan plak

(fatty deposits) terjadi di pembuluh darah. Ini seterusnya merusak aliran darah ke otak, yang akhirnya menyebabkan stroke (National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2014).

Pada penelitian ini, didapatkan pasien stroke iskemik dengan pola makan tidak baik sebanyak 21%, kurang baik 65% dan baik 45%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jefry (2012), dimana dalam penelitiannya didapatkan pasien stroke iskemik dengan pola makan tidak baik sebanyak 7,1%, kurang baik 54,8% dan baik 38,1%. Berbeda pula dengan penelitian Ade (2010), dimana pasien stroke dengan pola makan tidak baik 43,9%, pola makan kurang baik 36,8% dan pola makan baik 19,3%. Perbedaan ini terjadi mungkin karena pengambilan data yang berbeda. Pada penelitian ini, pengambilan data lebih banyak dilakukan dengan wawancara bukan kepada pasien langsung, tetapi


(43)

dengan orang terdekat (alloanamnesa) yang mengetahui keseharian pasien atau responden. Ini dilakukan karena kebanyakan dari pasien stroke iskemik akut yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan sulit berkomunikasi dengan baik.

Pola makan kurang baik (65%) merupakan pola makan terbanyak pada asien stroke iskemik dalam penelitian ini. Pola makan tidak baik atau kurang baik menurut pertanyaan dalam wawancara yang diajukan adalah konsumsi makanan olahan santan yang sering (89%), konsumsi daging yang sering (47%), konsumsi jajanan yang berminyak atau gorengan yang sering (57%), konsumsi kopi yang sering (37%), konsumsi camilan (snacks) yang sering (56%) dan konsumsi makanan siap saji yang sering (57%). Menurut Puspita (2008), kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol seperti makanan olahan santan, daging, jajanan yang berminyak atau gorengan, camilan (snacks) dan makanan siap saji yang sering dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Peningkatan kadar kolesterol ini memungkinkan tertimbunnya kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan aterosklerosis yang menjadi pemicu kepada kejadian stroke.

Kebiasaan responden mengkonsumsi kopi (37%) rata-rata 2-4 kali dalam satu minggu juga dapat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah menyebabkan seseorang lebih rentan menderita stroke karena peningkatan tekanan darah dapat mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan di otak (Yulia, 2013). Menurut Febrina (2011), terdapat hubungan frekuensi minum kopi dan jumlah kopi yang dikonsumsi dengan peningkatan tekanan darah. Hasil ini didukung juga dengan teori bahwa kafein yang terkandung dalam kopi dapat mempengaruhi tekanan darah dengan cara meningkatkan kadar katekolamin di pusat vasomotor dan menstimulasi langsung miokard yang akan meningkatkan tekanan darah (Junaidi, 2011).

Pada penelitian ini dijumpai tingginya konsumsi sayur dan buah-buahan pada pasien stroke iskemik. Sejumlah 83% responden mengaku sering (hampir setiap hari) mengkonsumsi sayuran dan buahan. Ini bertentangan dengan teori asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah mengurangi terjdinya


(44)

stroke (Bethesda Stroke Center, 2011). Menurut peneliti, ini mungkin terjadi karena dalam penelitian ini tidak ditelusuri tentang pola makan sayuran dan buahan secara terperinci kepada pasien, misalnya proporsi sayuran dan buahan atau jenis sayuran dan buahan yang dikonsumsi.

Salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian stroke di Indonesia kebelakangan ini adalah karena pola hidup rakyat yang tidak sehat seperti malas berolahraga, konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak, sehingga banyak diantara mereka yang mengidap berbagai penyakit yang merupakan pemicu kepada serangan stroke iskemik (KBI Gemari, 2003).

Tingginya angka frekuensi stroke iskemik disebabkan oleh banyaknya faktor yang dapat menyebabkan menurunnya aliran darah ke otak yang akan mengakibatkan terjadinya stroke iskemik. Perubahan aliran darah baik di tingkat makrosirkulasi maupun mikrosirkulasi akan menyebabkan perubahan seluler maupun subseluler akibat iskemi otak fokal dan global. Keadaan iskemi global terjadi karena aliran darah ke otak secara keseluruhan menurun akibat menurunnya tekanan perfusi misalnya karena syok irreversibel akibat henti jantung, perdarahan sistemik yang massif, fibrilasi atrial berat dan lain lain. Sedangkan iskemi fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional, dimana keadaan ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian maupun seluruh lumen pembuluh darah otak (Jefry, 2012).

Dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes tahun 1995, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi, hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan setiap hari. Dalam pola gizi seimbang, pengelompokan bahan makanan digambarkan dalam bentuk kerucut, dimana dasar kerucut memuat bahan makanan sumber energi seperti beras, gandum, kentang dan lain-lain yang secara proporsional paling banyak dimakan sehari-hari. Ditengah kerucut adalah sumber zat pengatur yang terdiri dari sayur dan buah-buahan, sedangkan di ujung kerucut adalah sumber zat pembangun yang paling sedikit dimakan sehari-hari terdiri dari lauk hewani dan lauk nabati (Almatsier, 2004).


(45)

Menurut Junaidi (2003), pola makan dapat memengaruhi risiko stroke melalui efeknya pada tekanan darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan dan sebagai prekursor aterosklerosis lainnya. Kesalahan pola makan tidak lain karena ketidakseimbangan komposisi makanan yang dikonsumsi yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat tinggi tetapi kandungan serat, vitamin dan mineralnya rendah. Hal ini dapat menjadi pencetus dari berkembangnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes dan stroke.

Dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 100 orang (100%) pasien yang menjadi responden, menurut perhitungan dengan menggunakan

barthel index tergolong dalam stroke berat, dimana skor/nilai yang diperoleh pasien adalah dibawah 50. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fauzi (2012), dimana dari 67 orang responden yang diteliti, didapatkan bahwa 100% menderita stroke berat. Hasil ini didapat mungkin dikarenakan oleh responden yang diambil hanya yang melakukan rawat inap, sementara pasien rawat jalan tidak dijadikan sebagai responden. Pasien yang dirawat inap tentunya memiliki masalah yang lebih berat ketimbang pasien rawat jalan, karena pasien rawat inap biasanya memerlukan tindakan khusus dan memiliki keterbatasan dalam aktivitas.

Dari hasil analisis data juga didapatkan hasil bahwa dari 14 responden dengann pola makan baik seluruhnya memiliki tingkat keparahan stroke berat, dari 65 responden dengan pola makan kurang baik seluruhnya juga memiliki tingkat keparahan stroke berat dan dari 21 responden dengan pola makan tidak baik seluruhnya juga memiliki tingkat keparajan stroke berat.

Skala pengukuran tingkat keparahan stroke yang digunakan adalah

Barthel Index. Pada Barthel Index, ditanyakan mengenai sejauhmana keterbatasan seorang pasien yang menderita stroke. Indeks Barthel juga merupakan suatu indeks untuk mengukur kualitas hidup seseorang dilihat dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Jika skor/nilai yang didapat seorang pasien 51-100, berarti pasien tersebut tergolong dalam stroke ringan. Artinya, para penderita stroke ringan itu memiliki keterbatasan aktivitas yang lebih minimal dibandingkan para penderita stroke berat, yang memiliki skor


(46)

0-50. Jadi, semakin rendah nilai Barthel Index pasien stroke, maka makin terbatas pula aktivitas yang dapat dilakukannya. Indeks Barthel umum digunakan karena sifat pengerjaan nya yang sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus karena hanya mengamati kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Mayoritas responden stroke iskemik jenis kelamin perempuan sebesar 54% pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 75%, pekerjaan responden umumnya wiraswasta sebesar 29%. Responden lebih banyak memiliki dua faktor risiko yaitu sebesar 56%

2. Pola makan responden stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas kurang baik yaitu 65%, tidak baik 21% dan baik hanya 14%.

3. Tingkat keparahan responden stroke iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan 100% memiliki tingkat keparahan stroke berat.

6.2. Saran

1. Perlunya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehari-hari yang lebih sehat, seperti menghindari konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak yang berlebihan, menghindari konsumsi kopi berlebihan, menghentikan kebiasaan merokok, dan meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran segar.

2. Pemerintah perlu menggalakkan promosi kesehatan tentang pentingnya menjaga pola makan dan ajakan berhenti merokok sebagai prevensi kejadian stroke iskemik akut

3. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya mengurangi alloanamnesis dalam pengumpulan data pada wawancara untuk menghindari bias pada hasil penelitian


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, F., S., 2010. Pengaruh Pola Hidup terhadap Penyakit Stroke Pada Pasien Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, Universitas Sumatera Utara.

Available from:

[Accessed on 20 November 2014]

American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Continue to Threaten U.S. Health. American Heart Association Annual Statistical

Update. Available from

[Accessed on 15 April 2014]

American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Statistics_2014 Update: A Report From the American Heart Association.

Circulation (129): 399-410).

Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Bethesda Stroke Center, 2011. Menyambut Hari Stroke Sedunia. Bethesda Stroke Center.

BO Norrving, MD, Didier Leys, Michael Brainin and Steve Davis, 2013.

Stroke Definition in the ICD-11 at the WHO.

Available from :

[Accessed on 28 April 2014]

Caplan LR. 2000. Caplan’s Stroke: A Clinical Approach. 3rd ed. Butterworth-Heinemen. Boston.


(49)

Davenport, R. & Dennis, M., 2000. Neurological Emergencies: Acute Stroke. Journal of Neurology and Neurosurgery Psychiatry 68: 277-288.

Davis BR, Vogt T and Frost PH., 1998. Risk factors for stroke and type of stroke in persons with isolated systolic hypertension. Stroke (29) : 1333-1340.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI), 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.

Fauzi, 2012. Gambaran Penggunaan Monosodium Glutamate (MSG) dan Tingkat Keparahan Stroke di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli-November 2012.

Febrina, 2011. Hubungan Frekuensi dan Jumlah Konsumsi Kopi Terhadap Tekanan Darah. Universitas Diponegoro.

Fernanda, M. et al., 2012. How Can Diet Influence the Risk of Stroke? International Journal of Hypertension, Vol. 2012, Article ID 763507.

Fitzsimmons, B., M., 2007. Cerebrovascular Disease. Ischemic Stroke. In: Brust, J., C., M., ed. Current Diagnosis & Treatment in Neurology. USA: McGraw-Hill, 100-125.

Frank B Hu, 2003. Plant-based Foods and Prevention of Cardiovascular Disease. The American Journal of Clinical Nutrition 78 (8): 5445-5515.

Greenberg, D., A., Simon, R., P., and Aminoff, M., J., 2009. Clinical Neurology. 7th ed. USA: McGraw-Hill.

Goldstein, L., 2001. Restorative Therapy. In: Fischer M, ed. Stroke Therapy. Pp. 365-376.


(50)

Harsono, 2005. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Infark Otak : Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : UGM press. hal 71-82.

Hickey, J., 2003. The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical. 5th ed. Philadelphia: Lippincott, Williams & Wilkins.

Janice L.H., Mary M.G., 2007. Acute Ischemic Stroke Review. Journal of Neuroscience Nursing, pp. 285-310.

Junaidi, Iskandar. (2003). Panduan Praktis Pencegahan Dan Pengobatan Stroke, Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia, Jakarta.

Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke, Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kantor Berita Indonesia (KBI) Gemari, 2003. Depkes Bentuk Jejaring Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Seksual (PTM).

Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi. 2001. Guideline Stroke : Prevensi Sekunder Stroke Seri Kedua. Jakarta : Perdossi.

Kyungwon, H., B., F., et al, 2004. Carbohydrate intake, Glycemic Index, Glycemic Load, and Dietary Fiber In Relation to Risk of Stroke In Women.

American Journal of Epidemiology 161 (2): 161-169.

Lumbantobing, S.M., 2007. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Mahar, M.P.d. & Priguna, S.P.d., 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : PT Dian Rakyat.


(51)

National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2014.

Division for Heart Disease and Stroke Prevention. Available from ::

[Accessed on 23 April 2014]

National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 2013. Stroke Remains Number One Cause of Disability and Fourth Leading Cause of Death in the United States.

National Stroke Association, 2009. Public Stroke Prevention Guidelines.

Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Opinhe, Lely., 2010. Hubungan Obesitas dengan Stroke Iskemik di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2010, Universitas Sumatera Utara.

Puspita, R., M., Putro, G., 2008. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 3 (11): 263-269.

Rumantir CU, 2007. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin Ahmad / FK UNRI.

Sacco R.L., Kasner SE, Broderick JP, et al., 2013. An updated definition of stroke for the 21st century : a statement for healthcare professionals from the American Heart Association / American Stroke Association. Stroke. 44 (7) : 2064-2089.

Sembiring, Krisna., 2010. Hubungan Diabetes dengan Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010, Universitas Sumatera Utara.


(52)

Stroke Association, 2013. Stroke Statistics. Available from :

[Accessed on 3 May 2014]

Sulter, G., Steen, C. And Keyser, J.D. 1999. Use of Barthel Index and Modified Rankin Scale in Acute Stroke Trials. Stroke. (30): 1538-1542.

Suyono, H., 2005. Pencegahan Dini Bisa Turunkan Risiko Hampir Separo.

Weimar, C., Kurt, T., Kraywikel, K., Wagner, M., Busse, O., Haberl, R.L. and Diener, H.C. 2002. Assessment of Functioning and Disability After Ischemic Stroke. Stroke. (33): 2053-2059.

World Heart Federation, 2014. The Global Burden of Stroke.

Available from :

[Accessed on 10 April 2014]

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), 2012. Hidup Sehat dan Cegah Stroke. Available from :

[Accessed on 12 April 2014]

Yulia Ovina, 2013. Hubungan Pola Makan, Olah Raga, dan Merokok Terhadap Prevalensi Penyakit Stroke Non Hemoragik di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.


(53)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bernama Puvana Subramaniam adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pola Makan dan Tingkat Keparahan Stroke Iskemik di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak / Ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak / Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahsiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Bapak / Ibu bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak / Ibu menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ...2014 Peneliti,

(Puvana Subramaniam)


(54)

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Gambaran Pola Makan dan Tingkat Keparahan Stroke Iskemik Di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan”, maka dengan in saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut berpartisipasi sebagai salah seorang responden dalam penelitian ini. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……… 2014


(55)

Lampiran 3

KUESIONER

GAMBARAN POLA MAKAN DAN TINGKAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK DI DEPARTEMEN NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN 2014

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. No responden : ... 2. Nama : ... 3. Jenis Kelamin : ... 4. Usia : ... 5. Pekerjaan : ... 6. Alamat : ... 7. Diagnosa : ...

8. Faktor risiko : A. Hipertensi B. Diabetes C. Hiperkolesterol

B. GAMBARAN POLA MAKAN

1. Frekwensi makan nasi dalam sehari? a) 2-3 kali

b) 4-5 kali c) > 5 kali

2. Kadar rata-rata kuantiti nasi yang dikonsumsi setiap kali makan? a) 1 piring (100gr = 10 sdm)

b) 2 piring (200gr = 20 sdm) c) 3 piring (300gr = 30 sdm)

3. Apakah anda sering kali makan makanan olahan santan (kuah lemak, gulai, kari daging/kambing atau makanan lain yang dimasak menggunakan santan)?


(56)

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Ya, > 4 kali/minggu

4. Apakah anda sering kali makan daging (sapi, ayam, kambing)? a) Tidak sering, ≤ 1 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Ya, > 4 kali/minggu

5. Apakah anda sering kali makan jajanan yang berminyak atau gorengan? a) Tidak sering, ≤ 1 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 1-2 kali/minggu c) Ya, > 3 kali/minggu

6. Apakah anda suka dan sering minum kopi (kafein)? a) Tidak sering, ≤ 1 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Ya, rata-rata setiap hari

7. Apakah anda suka dan sering makan sayur-sayuran dan buah-buahan segar?

a) Ya, > 5 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Tidak, ≤ 2 kali/minggu

8. Apakah anda sering kali makan ikan? a) Ya, > 4 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Tidak, ≤ 2 kali/minggu

9. Apakah anda suka dan sering minum minuman bersoda (berkarbonat)? a) Tidak sering, ≤ 1 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Ya, rata-rata setiap hari

10. Rata-rata berapa gelas air putih yang anda minum dalam sehari? a) ≥ 8 gelas

b) 4-7 gelas c) ≤ 4 gelas


(57)

11. Apakah anda suka dan sering makan camilan (snacks)? a) Tidak sering, ≤ 1 kali/minggu

b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Ya, > 4 kali/minggu

12. Apakah anda suka dan sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)?

a) Tidak sering, ≤ 1 kali/minggu b) Kadang-kadang, 2-4 kali/minggu c) Ya, > 4 kali/minggu


(58)

C. GAMBARAN TINGKAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK

Patient Name : ... THE BARTHEL INDEX

Rater Name : ... Date : ... 1. FEEDING

0 = unable

5 = needs help cutting, spreading butter, etc. 10 = independent

Skor pasien : ...

2. BATHING 0 = dependent

5 = independent (or in shower)

Skor pasien : ...

3. GROOMING

0 = needs help with personal care

5 = independent face/hair/teeth/shaving (implements provided)

Skor pasien : ...

4. DRESSING 0 = dependent

5 = needs help but can do about half unaided

10 = independent (including buttons, zips, laces, etc.)

Skor pasien : ...

5. BOWELS

0 = incontinent (or needs to be given enemas) 5 = occasional accident

10 = continent


(59)

6. BLADDER

0 = incontinent, or catheterized and unable to manage alone 5 = occasional accident

10 = continent

Skor pasien : ...

7. TOILET USE 0 = dependent

5 = needs some help, but can do something alone 10 = independent (on and off, dressing, wiping)

Skor pasien : ...

8. TRANSFERS (BED TO CHAIR AND BACK) 0 = unable, no sitting balance

5 = major help (one or two people, physical), can sit 10 = minor help (verbal or physical)

15 = independent

Skor pasien : ...

9. MOBILITY (ON LEVEL SURFACES) 0 = immobile or < 50 yards

5 = wheelchair independent, including corners, > 50 yards

10 = walks with help of one person (verbal or physical) > 50 yards 15 = independent (but may use any aid; for example stick) > 50 yards

Skor pasien : ...

10.STAIRS 0 = unable

5 = needs help (verbal, physical, carrying aid) 10 = independent

Skor pasien : ...


(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(1)

Lampiran 5


(2)

Lampiran 6


(3)

(4)

(5)

Lampiran 7


(6)

Lampiran 8