Gambaran Obesitas pada Penderita Stroke Iskemik yang Dirawat Inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

(1)

GAMBARAN OBESITAS PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK YANG DIRAWAT INAP DI SMF NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN TAHUN 2012

Oleh: ESTER SIBARANI

090100091

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

GAMBARAN OBESITAS PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK YANG DIRAWAT INAP DI SMF NEUROLOGI RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: ESTER SIBARANI

090100091

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Obesitas pada Penderita Stroke Iskemik

yang Dirawat Inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2012

Nama : Ester Sibarani NIM : 090100091

Pembimbing Penguji I

(dr. AldyS. Rambe, Sp.S(K)) (dr. Amira Permatasari, Sp.P) NIP : 19660524 199203 1 002 NIP : 19691107 1999032 0 02

Penguji II

(dr. R. Lia Kesumawati, M.S, Sp.MK) NIP: 19670622 1996032 0 01

Medan, Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Hingga saat ini kasus stroke terus meningkat setiap tahunnya. Kasus stroke merupakan kasus terbanyak dari seluruh penyakit saraf yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011, khususnya stroke iskemik. Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Obesitas adalah salah satu faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran obesitas pada penderita stroke dewasa, khususnya stroke iskemik.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap SMF Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan pada 7 Agustus – 20 November 2012. Besar sampel yang digunakan ialah sebanyak 42 orang dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar perut serta dari data dan keterangan tentang pasien untuk penentuan jenis stroke pasien. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan program komputer SPSS.

Dari analisis hasil penelitian, diperoleh bahwa 32 orang (76,2%) dari responden merupakan penderita stroke yang obesitas dan 10 orang (23,8%) lainnya penderita stroke yang bukan obesitas. Sebagian besar responden penderita stroke yang obesitas adalah perempuan yaitu 53,1%, umur 45-60 tahun yaitu 53,1%, dan bersuku Batak yaitu 53,1%.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita dewasa stroke iskemik termasuk dalam kategori obesitas. Dengan mencegah obesitas sebagai faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi, maka diharapkan kejadian stroke dapat dicegah.


(5)

ABSTRACT

Stroke is a major cause of death and disability in adulthood in many countries, include Indonesia. Until now, cases of stroke continues to rise each year. Cases of stroke is the highest of all cases of neurological diseases in the department of inpatients H. Adam Malik Medan of the year 2011, particularly, ischemic stroke. Many risk factor of stroke have been known, there are the modifiable risk factor and the non modifiable one. Obesity is one of the modifiable risk factor. The purpose of this research is to show the obesity description of stroke patients in adult, especially ischemic stroke.

This study was done with descriptive study method, with cross sectional design. The study held in Neurology Department, Haji Adam Malik General Hospital, Medan on August 7th- November 20 th2012. The number of this study subjects was 42 people, used the consecutive sampling technique. Data was collected by measuring the abdominal circumstance, and taking some information about patients for the type of stroke. Data analysis is done by the SPSS program.

Result of data analysis show that 32 of respondents are obese stroke patients, and 10 others are non obese stroke patients. Many of the obese and stroke respondent are 53,1% woman, 53,1% age of 45-60, and 53,1% Bataknese.

The conclusion of this study shows that the most stroke patients are obese (76,2%). Prevention of obesity as the modifiable risk factor should help prevent risk of stroke.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Obesitas pada Penderita Stroke Iskemik yang Dirawat Inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012” disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menerima banyak bimbingan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

Dosen pembimbing penulis yang terhormat, Bapak dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membimbing penulis dengan sabar serta memberikan masukan dan saran yang berarti bagi penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Yang terhormat, Ibu dr. Amira Permatasari, Sp.P dan Ibu dr. R. Lia Kusumawati, M.S, Sp.MK, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Yang terhormat, Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD. KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Kedua orang tua penulis, Bapak Drs. S. Sibarani, M.Pd dan Ibu Dra. E. Siburian, S.Pd yang telah membesarkan dan mendidik penulis. Penulis sangat berterima kasih atas doa, dukungan, dan motivasi yang telah mereka berikan selama ini. Juga kepada abang penulis, Ronald Sibarani Amd.(Pnb) dan dr. Henry Sibarani, M.Kes, serta kakak penulis, dr. Umi Sibarani dan dr. Imelda Sibarani yang turut memberi dorongan dan semangat.


(7)

Terima kasih kepada teman-teman penulis: Christine, Grace, Shinly, Rebecca dan Dorothy serta teman-teman angkatan 2009 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Teman-teman satu bimbingan KTI dengan penulis, Jefri Sianipar dan Durkahshini yang juga membantu untuk memberikan saran.

Terima kasih juga kepada saudara Yohannes Anugrah, yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi dan membantu penulis. Juga kepada seluruh staf Ruang Rindu A-2 dan SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Penulis meminta maaf kepada semua pihak yang selama ini berhubungan dengan penulis apabila penulis telah melakukan kesalahan baik disengaja ataupun tidak.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 7 Desember 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN …... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ……….…….………. iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Stroke ... 6

2.1.1. Definisi Stroke …………... 6

2.1.2. Epidemiologi Stroke ... 6

2.1.3. Klasifikasi Stroke ……….…... 7

2.1.4. Faktor Risiko Stroke ……….…... 9

2.1.5. Patofisiologi Stroke ………..……….... 12

2.1.6. Diagnosis Stroke ………... 13

2.1.7. Penatalaksanaan Stroke………. 13

2.2. Stroke Iskemik ... 15

2.3. Stroke Hemoragik ………... 17

2.4 Obesitas ……… 18

2.4.1 Definisi Obesitas ……….…. 18

2.4.2 Tipe Obesitas ………... 18

2.4.3 Penilaian Obesitas ……….………… 19

2.4.4 Komplikasi Obesitas ……….… 22


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. 25

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.2 Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Rancangan Penelitian ... 27

4. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.1 Lokasi Penelitian ………...…… 27

4.2.2 Waktu Penelitian ………...… 27

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.3.1 Populasi ... 27

4.3.2 Sampel ... 27

4.3.3 Kriteria Inklusi ... 28

4.3.4 Kriteria Eksklusi ... 29

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

4.5 Metode Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 31

5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….……… 31

5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ….. 31

5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ….. 32

5.1.2.4 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan……….…. 32

5.1.3 Hasil Analisis Statistik... 33


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...… 39 6.1 Kesimpulan ... 39 6.2 Saran ………... 39 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Utama Stroke 8

2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang

Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO (2000) 20 2.3 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan

IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik

(2000) 21

5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 31 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 31 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku 32 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 32 5.5 Distribusi Frekuensi Stroke Iskemik Berdasarkan Kategori

Lingkar Perut 33

5.6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Sirkulus Willisi 12

Gambar 2.2. Tipe Obesitas Android (Apple-Shaped) dan Obesitas

Ginekoid (Pear-Shaped) 19


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Pengukuran

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 4 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Data Induk


(14)

ABSTRAK

Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Hingga saat ini kasus stroke terus meningkat setiap tahunnya. Kasus stroke merupakan kasus terbanyak dari seluruh penyakit saraf yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011, khususnya stroke iskemik. Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Obesitas adalah salah satu faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran obesitas pada penderita stroke dewasa, khususnya stroke iskemik.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap SMF Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan pada 7 Agustus – 20 November 2012. Besar sampel yang digunakan ialah sebanyak 42 orang dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar perut serta dari data dan keterangan tentang pasien untuk penentuan jenis stroke pasien. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan program komputer SPSS.

Dari analisis hasil penelitian, diperoleh bahwa 32 orang (76,2%) dari responden merupakan penderita stroke yang obesitas dan 10 orang (23,8%) lainnya penderita stroke yang bukan obesitas. Sebagian besar responden penderita stroke yang obesitas adalah perempuan yaitu 53,1%, umur 45-60 tahun yaitu 53,1%, dan bersuku Batak yaitu 53,1%.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita dewasa stroke iskemik termasuk dalam kategori obesitas. Dengan mencegah obesitas sebagai faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi, maka diharapkan kejadian stroke dapat dicegah.


(15)

ABSTRACT

Stroke is a major cause of death and disability in adulthood in many countries, include Indonesia. Until now, cases of stroke continues to rise each year. Cases of stroke is the highest of all cases of neurological diseases in the department of inpatients H. Adam Malik Medan of the year 2011, particularly, ischemic stroke. Many risk factor of stroke have been known, there are the modifiable risk factor and the non modifiable one. Obesity is one of the modifiable risk factor. The purpose of this research is to show the obesity description of stroke patients in adult, especially ischemic stroke.

This study was done with descriptive study method, with cross sectional design. The study held in Neurology Department, Haji Adam Malik General Hospital, Medan on August 7th- November 20 th2012. The number of this study subjects was 42 people, used the consecutive sampling technique. Data was collected by measuring the abdominal circumstance, and taking some information about patients for the type of stroke. Data analysis is done by the SPSS program.

Result of data analysis show that 32 of respondents are obese stroke patients, and 10 others are non obese stroke patients. Many of the obese and stroke respondent are 53,1% woman, 53,1% age of 45-60, and 53,1% Bataknese.

The conclusion of this study shows that the most stroke patients are obese (76,2%). Prevention of obesity as the modifiable risk factor should help prevent risk of stroke.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari Informasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker pada orang dewasa (National Stroke Association, 2009). Menurut American Heart Association dalam Japardi (2002), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun. Di negara-negara berkembang, jumlah penderita stroke cukup tinggi dan mencapai dua pertiga dari total penderita stroke di seluruh dunia (WHO, 2004).

Dari data Departemen Kesehatan R.I. (2009), prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi.

Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).

Di Indonesia, seiring dengan kemajuan pembangunan fisik yang dicapai, terjadi pula pergeseran pola hidup disertai semakin meningkatnya usia harapan hidup. Akibat perubahan tersebut, terjadi pula pergeseran pola penyakit. Stroke, yang insidensinya cenderung terus meningkat, telah menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Menurut SKRT 1995, stroke merupakan salah satu


(17)

penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia (Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 1999).

Sampai saat ini stroke masih merupakan masalah kesehatan yang serius. Stroke dengan serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Selain itu stroke juga sebagai penyebab utama kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia lanjut (Gorelick, 1995).

Dilihat dari kelompok umur, di Indonesia, penderita stroke tersebut terbanyak pada kelompok umur yang produktif. Apabila mortalitas dan cacat yang terjadi dapat diatasi maka penderita stroke yang produktif tersebut masih dapat meneruskan kariernya untuk mendapatkan penghasilan dalam menghidupi keluarganya, menyumbangkan pikiran dan darma baktinya kepada nusa dan bangsa. Dengan penanganan stroke yang baik, cepat dan tepat, berarti dapat mengatasi berkurangnya sumber daya manusia yang potensial dalam masyarakat Indonesia (Lamsudin, 2000).

Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui, baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, herediter dan ras/etnis, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah riwayat stroke, hipertensi, penyakti jantung, DM, stenosis karotis, TIA, hiperkolesterol, penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, merokok, alkoholik, penggunaan narkotik, antibodi anti fosfolipid, hiperurisemi, peninggian hematokrit dan peninggian kadar fibrinogen (Kelompok Studi Serebovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 2001).

Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). Obesitas dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, dan kemakmuran. Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan ataupun obesitas sudah menjadi hal biasa di dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan beberapa kanker (WHO, 2011).


(18)

Orang dengan obesitas cenderung memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes, yang secara keseluruhan akan meningkatkan risiko terjadinya stroke (National Stroke Association, 2009). Dengan menggunakan IMT sebagai variabel, para peneliti mendapatkan bahwa subjek yang ikut serta dalam The US Physicians Health Study dengan IMT ≥27,8 kg/m2 memiliki risiko yang lebih besar secara bermakna untuk stroke iskemik dan hemoragik (Price, 2006).

Insidensi obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Diduga bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju (Sugondo, 2009). Sedangkan menurut RISKESDAS (2007), prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.

Untuk memperkirakan kelebihan berat badan seseorang, terdapat banyak cara yang dapat digunakan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT diukur dengan cara berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadarat (m2). Menurut WHO, nilai IMT 25-29,9 kg/m2 dikatakan sebagai pra-obese dan nilai IMT ≥30 kg/m 2 sebagai obesitas. Dalam melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan etnik. Menurut kriteria Asia Pasifik (2000), dikatakan obesitas jika IMT ≥25 kg/m2. Metode lain adalah pengukuran lingkar perut, lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul.

Menurut National Stroke Association (2009), kejadian stroke dapat dicegah sampai 80%. Pencegahan yang paling mungkin dilakukan adalah terhadap faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang salah satunya adalah obesitas. Dengan mengetahui hubungan antara obesitas dan stroke, maka kejadian stroke dapat dicegah baik di tingkat primer maupun sekunder. Hal inilah yang mendorong


(19)

penulis untuk melakukan penelitian ini, yaitu untuk melihat gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana gambaran obesitas pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi frekuensi stroke berdasarkan lingkar perut. 2. Mengetahui distribusi karakteristik pasien stroke yang obesitas.

3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis stroke yang terjadi (iskemik dan hemoragik) pada pasien stroke yang obesitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian dan pengetahuan mengenai gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik.


(20)

2. Memberikan informasi bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pencegahan penyakit stroke.

3. Data penelitian yang didapat, diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan ataupun masukan bagi peneliti berikutnya.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke

2.1.1 Definisi Stroke

Menurut definisi WHO (2006), stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Stroke atau bencana peredaran darah di otak, yang juga disebut sebagai serangan otak (brain attack) merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas) utama pada kelompok usia di atas 45 tahun (Lumbantobing, 2007).

2.1.2 Epidemiologi Stroke

Insidensi terjadinya stroke di Amerika Serikat lebih dari 700.000 orang per tahun, dimana 20% darinya akan mati pada tahun pertama. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 1 juta per tahun pada tahun 2050 (Becker, dkk, 2010). Sedangkan di Indonesia dari data Departemen Kesehatan R.I. (2009), prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Di Indonesia, data nasional epidemiologi stroke belum ada, tetapi dari data sporadik di rumah sakit terlihat adanya tren kenaikan angka morbiditas stroke, yang seiring dengan semakin panjangnya life expentancy dan gaya hidup yang berubah (Modul Neurovaskular PERDOSSI, 2009).

Menurut WHO, penyakit serebrovaskular termasuk stroke adalah pembunuh nomor 2 di dunia. WHO memperkirakan 5,7 juta kematian terjadi akibat stroke pada tahun 2005 dan itu sama dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Angka kematian akibat stroke lebih tinggi pada wanita (11%) dari pada pria (8,4%) pada tahun 2004. Menurut penelitian Lamsudin, dkk (2000) dilaporkan bahwa proporsi morbiditas stroke di rumah sakit di Jogyakarta tahun 1991


(22)

menunjukkan kecenderungan meningkat hampir 2 kali lipat (1,79 per 100 penderita) dibandingkan dengan laporan penelitian sebelumnya pada tahun 1989 (0,96 per 100 penderita) (Sjahrir, 2003).

Insidensi stroke di seluruh dunia bervariasi. Insidensi tahunan rata-rata meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000 penduduk pada kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan (Fieschi, et al, 1998 dalam Rambe, 2003). Di Indonesia, sejalan dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya, terlihat pula kecenderungan meningkatnya insidensi stroke. Dari studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun 2001, ternyata pada 12 rumah sakit di Medan dirawat 1263 kasus stroke terdiri dari 821 stroke iskemik dan 442 stroke hemoragik, dimana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%) stroke iskemik dan 103 (23,30%) stroke hemoragik (Nasution, 2007). Pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan, 59% adalah penderita stroke, dimana 43% diantaranya adalah penderita stroke iskemik.

2.1.3 Klasifikasi Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Semuanya berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosis yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa.

Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Misbach (1999) dalam Ritarwan (2002), klasifikasi tersebut antara lain:

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya: 1.1 Stroke iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA) b. Thrombosis arteri


(23)

1.2. Stroke hemoragik

a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarachnoid

2. Berdasarkan stadium dan pertimbangan waktu : 2.1. Transient Ischemic Attack

Pada bentuk ini gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2.2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit(RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam tetapi tidak lebih dari seminggu.

2.3. Progresing stroke atau stroke in evolution Gejala neurologik yang makin lama makin berat. 2.4. Completed stroke

Gejala klinis sudah menetap. 3. Berdasarkan sistem pembuluh darah

Sistem karotis dan sistem vertebra-basiler.

Sedangkan penggunaan klinis yang lebih praktis lagi adalah klasifikasi dari New York Neurological Institute, dimana stroke menurut mekanisme terjadinya dibagi dalam dua bagian besar yang dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1: Klasifikasi Utama Stroke

Klasifikasi Utama Stroke Stroke Iskemik

(80-85%)

Stroke Hemoragik (15-20%) Oklusi trombotik (75-80%)

Lakunar

Oklusi embolik (15-20%) Kardiogenik

Arteri ke arteri

Intraserebrum (Parenkim) Subaraknoid (PSA)


(24)

2.1.4 Faktor Risiko Stroke

Menurut WHO (1997) dalam Price dan Wilson (2006), faktor utama yang berkaitan dengan epidemi penyakit serebrovaskular adalah perubahan global dalam gizi dan merokok, ditambah urbanisasi dan menuanya populasi. Menurut National Stroke Association (2009), ada 2 tipe faktor risiko terjadinya stroke: a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

1. Usia

Menurut Kissela B, et al., dalam Ardelt (2009), usia merupakan faktor risiko stroke yang paling kuat. Dengan meningkatnya usia, maka meningkat pula insidensi iskemik serebral tanpa memandang etnis dan jenis kelamin. Setelah usia 55 tahun, insidensi akan meningkat dua kali tiap dekade.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih banyak memiliki kecacatan setelah stroke dibanding pria. Wanita juga lebih bayak mati setiap tahunnya karena stroke dibandingkan pria. Namun, insidensi stroke lebih tinggi pada pria.

3. Ras

Amerikan Afrikan berisiko terkena stroke dua kali lipat dibanding kaukasian. Orang Asia Pasifik juga berisiko lebih tinggi dari pada kaukasian.

4. Riwayat Keluarga

Jika dalam keluarga ada yang menderita stroke, maka yang lain memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat stroke di keluarganya.

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: 1. Segi Medis

• Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko stroke yang paling penting. Tekanan darah normal pada usia lebih dari 18 tahun adalah 120/80. Pre-hipertensi jika tekanan darah lebih dari 120/80, dan tekanan darah tinggi atau hipertensi jika tekanan darah 140/90 atau lebih. Orang yang


(25)

bertekanan darah tinggi memiliki risiko setengah atau lebih dari masa hidupnya untuk terkena stroke dibanding orang bertekanan darah normal. Tekanan darah tinggi menyebabkan stress pada dinding pembuluh darah. Hal tersebut dapat merusak dinding pembuluh darah, sehingga bila kolesterol atau substansi fat-like lain terperangkap di arteri otak akan menghambat aliran darah otak, yang akhirnya dapat menyebabkan stroke. Selain itu, peningkatan stress juga dapat melemahkan dinding pembuluh darah sehingga memudahkan pecahnya pembuluh darah yang dapat menyebabkan perdarahan otak.

• Fibrilasi atrium

Penderita fibrilasi atrium berisiko 5 kali lipat untuk terkena stroke. Kira-kira 15% penderita stroke memiliki fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dapat membentuk bekuan-bekuan darah yang apabila terbawa aliran ke otak akan menyebabkan stroke.

• Hiperkolesterol

Hiperkolesterol merupakan sumber pembentukan lemak dalam tubuh termasuk juga pembuluh darah. Kolesterol atau plak yang terbentuk di arteri oleh low-density lipoproteins (LDL) dan trigliserida dapat menghambat aliran darah ke otak sehingga dapat menyebabkan stroke. Kolesterol tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan aterosklerosis, yang keduanya merupakan faktor risiko stroke.

• Diabetes Mellitus (DM)

Penderita DM mempunyai risiko terkena stroke 2 kali lebih besar. Seseorang yang menderita DM harus mengendalikan kadar gula darahnya secara baik agar selalu terkontrok dan stabil. Dengan melaksanakan program pengendalian DM secara teratur antara lain dengan merencanakan pola makan yang baik, berolahraga, serta pengobatan yang tepat dan akurat maka penyakit DM dapat ditanggulangi dengan baik. Dengan demikian bagi penderita DM, risiko terkena serangan stroke dapat diminimalkan.


(26)

• Riwayat Stroke

Faktor mendapatkan serangan stroke yang paling besar adalah pernah mengalami serangan stroke sebelumnya. Diperkirakan 10% dari mereka yang pernah selamat dari serangan stroke akan mendapatkan serangan stroke kedua dalam setahun.

2. Pola Hidup • Merokok

Merokok berisiko 2 kali lipat untuk terkena stroke jika dibandingkan dengan yang bukan perokok. Merokok mengurangi jumlah oksigen dalam darah, sehingga jantung bekerja lebih keras dan memudahkan terbentuknya bekuan darah. Merokok juga meningkatkan terbentuknya plak di arteri yang menghambat aliran darah otak, sehingga menyebabkan stroke. Merokok terbukti menjadi faktor risiko penyakit vaskuler dan stroke yang diakibatkan pembentukan aterosklerosis dan berujung pada pemanjangan waktu inflamasi endotel (Cole, 2008).

• Alkohol

Meminum alkohol lebih dari 2 gelas/hari meningkatkan risiko terjadinya stroke 50%. Namun, hubungan antara alkohol dan terjadinya stroke masih belum jelas.

• Obesitas

Obesitas dan kelebihan berat badan akan mempengaruhi sistem sirkulasi. Obesitas juga menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan DM, yang semuanya dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.

Menurut PERDOSSI (2004) dalam Rambe (2006), nonmodifiable risk factors merupakan kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga dan serangan Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.


(27)

Kelompok modifiable risk factors merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk dalam kelompok ini adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok, hiperlipidemia dan intoksikasi alkohol.

2.1.5 Patofisiologi Stroke

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang yang membentuk sirkulus Willisi (arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya (Gambar 2.1).

Gambar 2.1: Anatomi Sirkulus Willisi (Sumber: Emedicine, Medscape Reference)


(28)

Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari hal tersebut mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Mekanisme patofisiologi umum pada stroke antara lain:

− Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan.

− Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah.

− Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.

− Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subarakhnoid.

2.1.6 Diagnosis Stroke

Untuk mendiagnosis stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, (1999) dalam Lumbantobing (2004) antara lain mengemukakan hal berikut:

− Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis.

− CT scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk menentukan jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi serta menyingkirkan lesi non vaskuler.

− Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus.

− MRI dilakukan untuk mendeteksi lesi patologik stroke secara lebih tajam darah ekstrakranial dan intracranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologik, terapi dan prognostik.


(29)

2.1.7 Penatalaksanaan Stroke

Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia (1999) dalam Lumbantobing (2007), mengemukakan hal berikut: − Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan

oksigen 1-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.

− Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.

− Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus. − Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi. − Suhu tubuh harus dipertahankan normal.

− Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurung, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.

− Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.

− Bila ada dugaan Deep Vein Thrombosis (DVT) diberikan heparin/heparinoid dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontraindikasi.

Menurut PERDOSSI (2001), gaya hidup sehat untuk prevensi stroke yang dapat dilakukan antara lain:

1. Mengatur pola makan yang sehat 2. Menghentikan rokok

Merokok menyebabkan peninggian koagubilitas, viskositas darah, meninggikan level fibrinogen, mendorong aggregasi platelet, meninggikan tekanan darah, menaikkan hematokrit dan menurunkan HDL.

3. Menghindari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan alkohol

Penyalahgunaan obat seperti kokain, heroin, penilpropanolamin dan mengkonsumsi alkohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (abuse alcohol) akan memudahkan terjadinya stroke.


(30)

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang, dll) secara teratur (minimum 3 kali perminggu untuk dewasa, tiap kali 20-30 menit) akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan dan menurunkan berat badan.

Efek biologis: penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma dan menaiknya aktivitas tissue plasminogen activator dan konsentrasi HDL

5. Menghindari stres dan beristirahat yang cukup

Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari. Mengendalikan stres dengan cara berpikir positif.

Pada konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia (2004) dalam Lumbantobing (2007), dikemukakan upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke adalah dengan memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:

1. Menghindari: merokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebih.

2. Mengurangi: kolesterol, konsumsi lemak dalam makanan.

3. Mengendalikan: hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium). 4. Menganjurkan: konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur.

2.2Stroke Iskemik

Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Menurut Price dan Wilson (2006), obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Terdapat beragam penyebab stroke trombolitik dan embolik primer, termasuk aterosklerosis, keadaan hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Namun, trombosis yang menjadi penyulit aterosklerosis


(31)

merupakan penyebab pada sebagian besar kasus stroke trombotik, dan embolus dari pembuluh besar atau jantung merupakan penyebab tersering stroke embolik. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteri karotis interna (tempat arteri karotis komunis bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna) merupakan tempat tersering terbentuknya aterosklerosis.

Penyebab lain stroke iskemik adalah vasospasme, yang sering merupakan respons vaskuler reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang antara lapisan araknoid dan piamater meningen. Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri, karena jaringan otak tidak peka terhadap nyeri. Namun, pembuluh darah besar di leher dan batang otak memiliki banyak reseptor nyeri, dan cedera pada pembuluh-pembuluh ini saat serangan iskemik dapat menimbulkan nyeri kepala. Dengan demikian, pada pasien dengan stroke iskemik disertai gambaran klinis berupa nyeri kepala perlu dilakukan uji-uji diagnostik yang dapat mendeteksi cedera seperti aneurisma disekans di pembuluh leher dan batang otak (Price, 2006).

Menurut Rambe (2007), bila terjadi obstruksi/oklusi pembuluh arteri serebral oleh emboli maupun trombus, aliran darah ke bagian otak yang diperdarahi arteri tersebut, baik korteks maupun substansia albanya, akan berkurang secara drastis, atau bahkan dapat terhenti sama sekali. Akibatnya terjadilah iskemi di daerah tersebut, yang bila berlanjut dapat berubah menjadi infark. Pada infark hemoragik, area yang terlibat, umumnya substansia grisea, mengalami kongesti disertai perdarahan ptekial. Sedangkan pada infark pucat, yang biasanya melibatkan substansia alba, jaringan terlihat pucat diserta edema.

Pada kedua jenis infark ini, secara mikroskopis terlihat nekrosis jaringan otak yang masif, terutama di bagian tengah infark. Semakin ke pinggir kerusakan/nekrosis yang terjadi semakin ringan. Proses perbaikan dimulai pada hari ke-4 atau ke-5, yang dimulai dengan infiltrasi polimorfonuklear, yang dilanjutkan oleh fagosit mononuklear, yang memfagositosis semua hasil


(32)

disintegrasi seluler dan mielin. Selanjutnya daerah yang rusak akan digantikan oleh hipertrofi dan hiperplasia astrosit (Rambe, 2007).

2.3Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular (Berry) dan malformasi arteriovena (MAV). Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemik adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang spontan maupun traumatik. Mekanisme terjadinya iskemik tersebut ada dua: (1) tekanan pada pembuluh darah akibat ekstravasasi darah ke dalam tengkorak yang volumenya tetap dan (2) vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang terpapar ke darah bebas di dalam ruang antara lapisan arakhnoid dan piamater meningen. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran. Namun, apabila perdarahan berlangsung lambat, pasien kemungkinan besar mengalami nyeri kepala hebat, yang merupakan keluhan khas perdarahan perdarahan subarachnoid (PSA). Tindakan pencegahan utama untuk perdarahan otak adalah mencegah cedera kepala dan mengendalikan tekanan darah (Price, 2006).

Perdarahan intraserebral terjadi sebagai akibat dari adanya defek di dinding pembuluh darah serebral, akibat trauma, akibat malformasi vaskuler atau sekunder terhadap hipertensi sistemik. Darah yang keluar dari pembuluh darah ini dapat memasuki ruang subarachnoid atau ke dalam parenkim, atau ke dalam sistem ventrikel otak. PSA disertai oleh meningitis aseptik dan gangguan aktifitas serebrovaskuler. Pada stroke hemoragik, defisit neurologis yang terjadi merupakan akibat dari perusakan jaringan otak oleh darah atau akibat adanya darah di dalam ruang subarakhnoid. Darah di dalam ruang subarakhnoid, khususnya di sisterna basalis, dapat menginduksi terjadinya vasospasme.


(33)

Vasospasme yang berlanjut dapat menyebabkan terjadinya infark serebri sekunder, yang mengakibatkan semakin luasnya kerusakan jaringan otak (Rambe, 2007)

2.4Obesitas

2.4.1 Definisi Obesitas

Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Dorland, 2005). Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong, 2008)

Menurut Sugondo (2009), obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Menurut Ma’ruf (2005) dalam Amsriza (2007), secara ilmiah, obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan sistematik antara asupan kalori dengan pemakaian energi. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu: genetik, lingkungan, psikis, jenis kelamin, kesehatan seperti penyakit hipotiroidisme, obat-obatan seperti kortikosteroid, perkembangan terutama yang gemuk pada masa kanak-kanak, dan aktivitas fisik.

2.4.2 Tipe Obesitas

Berdasarkan letak timbunan lemak, obesitas dapat dibagi menjadi dua tipe (Emedicine Health, 2010) antara lain:

1. Obesitas Android (Tipe Sentral)

Bila lemak banyak tertimbun di setengah bagian atas tubuh (perut, dada, punggung, muka). Pada umumnya, tipe ini dialami oleh pria.

2. Obesitas Gynoid (Tipe Perifer)

Bila lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh (pinggul dan paha). Pada umumnnya, tipe ini banyak dialami oleh wanita.


(34)

Gambar 2.2: Tipe Obesitas Android (Apple-Shaped) dan Obesitas Gynoid (Pear-Shaped) (Sumber: Medline Plus, The A.D.A.M. Medical Encyclopedia)

2.4.3 Penilaian Obesitas A. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangatlah sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas. IMT diukur dengan cara berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadarat (m2).


(35)

Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO (2000)

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan kurang <18,5

Berat badan normal 18,50−24,9

Berat badan berlebih ≥25,00

Pra-obes 25,00−29,9

Obes derajat I 30,00−34,9

Obes derajat II 35,00−39,9

Obes derajat III ≥40,00

(Sumber: Sugondo, 2009)

Penggunaan Indeks Massa Tubuh (IMT) hanya berlaku untuk orang dewasa. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan dengan peningkatan massa otot, seperti pemain sepakbola, atlet angkat besi dan lainnya yang menggunakan angkat beban sebagai bagian dari program olahraganya (Soegih, 2009). IMT juga tidak dapat diterapkan dalam keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa, 2001).

B. Pengukuran Lingkar Perut

Cara lain menilai obesitas ialah dengan mengukur lingkar perut (LP). Pengukuran lingkar perut paling tepat untuk menentukan obesitas sentral dan merupakan pemeriksaan yang praktis dan tidak sulit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita plastik atau pita meteran, di daerah setinggi umbilikus atau pada titik pertengahan antara batas bawah tulang iga dengan puncak tulang iliaka. Dengan menggunakan pita secara horizontal pada saat akhir ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan 20-30 cm. Subyek diminta untuk tidak menahan perutnya. Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2009), untuk penduduk Asia, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Sedangkan untuk penduduk diluar Asia,


(36)

apabila IMT-nya ≥30 kg/m2 atau lingkar perut ≥102 cm pada pria dan ≥88 cm pada wanita. Lemak pada daerah abdominal (viseral) berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler, sindrom metabolik, meliputi DM tipe 2, gangguan tolerannsi glukosa, hipertensi, dan dislipidemia. Pengukuran ini juga penting dilakukan pada saat pasien sedang menjalankan program penurunan berat badan, karena lingkar perut yang mengecil secara bermakna akan menurunkan risiko tersebut walaupun BB tidak terlalu berubah (Soegih, 2009).

Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik (2000)

Klasifikasi IMT

(kg/m2)

Risiko Komorbid Lingkar Pinggang

< 90 cm (pria) ≥ 90 cm (pria) < 80 cm (wanita) ≥ 80 cm (wanita) Berat badan kurang <18,5 Rendah (risiko

meningkat pada masalah klinis lain)

Sedang

Kisaran normal 18,5−22,9 Sedang Meningkat Berat badan lebih ≥23,0

• Berisiko 23,0−24,9 Meningkat Moderat • Obes derajat I 25,0−25,9 Moderat Berat

Obes derajat II ≥30,0 Berat Sangat berat (Sumber: Sugondo, 2009)

C. Waist Hip Ratio (WHR)

Waist hip ratio digunakan untuk menentukan adanya lemak di daerah abdomen, akan tetapi saat ini pemeriksaan ini jarang dilakukan. Pengukuran lingkar pinggul dilakukan di lingkaran terbesar dari pinggul, dan pasien berdiri dengan tegak, kedua tangan di samping tubuh dan kaki dirapatkan. WHR sudah jarang digunakan untuk menilai perubahan status lemak intraabdominal, karena


(37)

pada saat terjadi penurunan lingkar perut akan diikuti juga dengan penurunan lingkar pinggul, sehingga WHR tidak berubah.

D. Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan, salah satunya adalah pemeriksaan komposisi lemak tubuh. Pemeriksaan ini mudah dilakukan karena menggunakan alat, seperti bioelectric impedance analysis (BIA) dan dual energy x-ray absorptiometry (DEXA). Selain itu, dapat juga dengan menggunakan metode underwater weighting, tetapi pemeriksaan ini sulit dan tidak praktis sehingga jarang digunakan. Sementara untuk pengukuran lemak viseral/sentral yang paling akurat adalah dengan menggunakan CT scan atau MRI, tetapi mahal dan tidak praktis.

2.4.4 Komplikasi Obesitas

Kelebihan berat badan dan obesitas menghasilkan konsekuensi kesehatan yang serius. Peningkatan risiko secara progresif seiring dengan peningkatan Body Mass Index (BMI). Menurut WHO (2006), peningkatan BMI merupakan risiko terbesar untuk penyakit kronik seperti:

a. Penyakit kardiovaskular sistem (terutama penyakit jantung dan stroke)

Penyakit ini sudah menjadi penyebab kematian yang pertama, membunuh 17 juta orang setiap tahunnya.

b. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus yang telah menjadi epidemik global. Proyek WHO dimana kematian diabetes akan meningkat 50% di seluruh dunia pada 10 tahun mendatang.

c. Penyakit muskuloskeletal

Khususnya osteoartritis yang berkaitan dengan Low Back Pain. d. Beberapa kanker (endometrium, payudara, dan kolon)


(38)

2.5 Pengaruh Obesitas Terhadap Stroke Iskemik

Mekanisme pasti bagaimana obesitas meningkatkan risiko stroke masih belum diketahui. Namun, diperkirakan ada kaitannya dengan peningkatan mediator inflamasi, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia khususnya LDL, dan hipertrigliseridemia. Pertambahan massa lemak selalu disertai perubahan fisiologis tubuh yang sebagian besar bergantung pada distribusi regional massa lemak itu. Obesitas menyeluruh (generalized obesity) mengakibatkan perubahan volume darah total serta fungsi jantung, sementara penyebaran regional di sekitar rongga perut dan dada akan menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Timbunan lemak pada dada jaringan viseral (intraabdomen), yang tergambar sebagai penambahan ukuran lingkar pinggang, akan mendorong perkembangan hipertensi, sindrom resistensi insulin, hipertrigliseridemia, dan hiperlipidemia.

Konsekuensi obesitas terhadap kesehatan sangat bervariasi mulai dari kematian prematur sampai kualitas hidup yang rendah. Umumnya, obesitas dikaitkan dengan “Non Communicable Disease” seperti DM Tipe 2, Cardiovascular Disease (CVD), kanker, dan berbagai gangguan psikososial. Studi Framingham menunjukkan obesitas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler. Menurut World Heart Federation (2011), di seluruh dunia, setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat kelebihan berat badan ataupun obesitas. Pada tahun 2008, 34% orang dewasa dengan usia diatas 20 tahun mengalami kelebihan berat badan dengan BMI ≥ 25 kg/m2. Pada tahun yang sama, 9,8% pria dan 13,8% wanita mengalami obesitas dengan BMI ≥ 30 kg/m2, sementara dibandingkan pada tahun 1980 sekitar 4,8% untuk pria dan 7,9% untuk perempuan.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa obesitas memiliki hubungan yang kuat dengan meningkatkan risiko terjadinya stroke. Di Swedia, penelitian populasi prospektif menunjukkan bahwa pada laki-laki dewasa dengan Body Mass Index (BMI) >30.0 kg/m2 menunjukkan peningkatan Hazard Ratios (HR) 1,93 dari total stroke. Berdasarkan penelitian kesehatan wanita, wanita dengan BMI


(39)

≥30 kg/m2

mempunyai HR 1,50 dari total stroke dan 1,72 untuk stroke iskemik dibandingkan dengan BMI < 25 kg/m2 (Vemmos, 2011).

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang meningkat di negara maju dan berkembang. Studi epidemiologi yang dilakukan secara prospektif menunjukkan hubungan antara kelebihan berat badan ataupun obesitas dan morbiditas kardiovaskular, kematian CVD dan mortalitas total. Obesitas berhubungan erat dengan faktor risiko mayor penyakit kardiovaskular antara lain peningkatan tekanan darah, intoleransi glukosa, DM tipe 2 dan dislipidemia. Overweight dan obesitas menyebabkan efek yang buruk terhadap metabolik pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida dan resistensi insulin.

Risiko untuk terjadinya kematian mendadak, stroke, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner (PJK) meningkat masing-masing 2,8; 2; 1,9; dan 1,5 kali lebih tinggi pada penderita obes dibandingkan dengan yang tidak obes (Soegih, 2009).


(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

Diteliti :

Yang tidak diteliti : Hubungan yang mempengaruhi :

3.2Definisi Operasional

1. Stroke: penderita dengan gambaran klinis berupa gangguan fungsi serebral fokal maupun global yang timbul tiba-tiba dan berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian. Pada stroke iskemik,

Faktor Risiko Non-modifiable: Modifiable:

• Usia

• Jenis kelamin • Ras

• Genetik • Riwayat TIA/

stroke sebelumnya

• Hipertensi • Merokok • Riwayat

Penyakit Jantung • DM

• Alkohol

• Hiperkolesterolemia

Stroke Iskemik Obesitas


(41)

tampak gambaran hipodens pada CT scan otak (Ritarwan, 2002) dan tidak disebabkan oleh perdarahan (Lumbantobing, 2007).

• Cara ukur: observasi diagnosis penyakit yang terdapat pada data dan keterangan pasien yang telah didiagnosis oleh Dokter Spesialis Saraf.

• Alat ukur: data dan keterangan pasien. • Kategori:

− Stroke Iskemik − Stroke Non-Iskemik • Skala pengukuran: nominal

2. Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda yang khas antara lain wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel.

3. Lingkar perut (LP): pengukuran dengan menggunakan pita meteran, dilingkarkan pada daerah setinggi umbilikus atau pada titik tengah antara tulang iga paling bawah dengan puncak tulang iliaka. Lingkar perut ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita

• Cara ukur: observasi dengan mengukur lingkar perut. • Alat ukur: pita meteran.

• Kategori:

− obesitas (pria: LP ≥ 90cm dan wanita: ≥ 80cm) − non obesitas (pria: LP < 90cm dan wanita: < 80cm) • Skala pengukuran: nominal


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran obesitas yang dilihat dengan pengukuran lingkar perut pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap, dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) yaitu tiap subjek diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan penelitian ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juli 2012 sampai Oktober 2012.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah penderita stroke iskemik yang dirawat inap antara bulan Juli 2012 sampai Oktober 2012 dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


(43)

(1,96)2 x 0,43 x 0,57 (0,15)2

Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2011), perkiraan besar sampel minimal pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumus di bawah ini:

n =

n =

n = 41,84

dimana:

n = besar sampel minimum

= tingkat kemaknaan: 0,05 = 1,96

P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari: 0,43 (dari data rawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011) Q = 1 – P = 0,57

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki: 0,15

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel minimal adalah 42 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Wahyuni, 2008).

4.3.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan subjek. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Penderita yang secara klinis terbukti menderita stroke iskemik dan telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT scan otak.

Zα2 PQ d2


(44)

c. Penderita stroke iskemik yang baru masuk ataupun telah dirawat inap selama ≤ 3 hari.

d. Penderita yang bersedia untuk menjadi subjek penelitian secara sukarela.

4.3.4 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Penderita stroke yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT scan otak. b. Penderita perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid, transient

ischemic attack (TIA), arteriovena malformation (AVM).

c. Penderita yang tidak mampu ataupun tidak bersedia mengikuti penelitian.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data mengenai jumlah populasi stroke di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 dan data hasil pemeriksaan CT scan otak pasien stroke yang diperoleh dari rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Data primer adalah lingkar perut dari penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan yang dikumpulkan oleh peneliti dengan cara pengukuran langsung.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data penelitian yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan analisis frekuensi.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.2. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan November 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dengan jumlah subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 42 orang. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut tergolong rumah sakit pemerintah kategori kelas A. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Dengan demikian, didapati pasien dengan latar belakang yang bervariasi.

RSUP H. Adam Malik memiliki instalasi rawat jalan dan rawat inap. Rawat inap untuk bagian neurologi, yaitu Rawat Inap Terpadu (Rindu) A-2. Selain itu, rumah sakit tersebut juga memiliki ruang rawat khusus penderita stroke, yaitu Stroke Corner. Kedua ruangan tersebutlah yang digunakan sebagai lokasi pengambilan data pada penelitian ini.


(46)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien-pasien stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan. Responden yang diperoleh selama periode Agustus – November 2012 adalah sebanyak 42 orang. Data yang diperoleh telah diseleksi terlebih dahulu menurut kriteria inklusi dan eksklusinya. Dalam penelitian ini, gambaran karakteristik pasien yang diamati meliputi: jenis kelamin, umur, suku dan pekerjaan.

5.1.2.1Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 23 54,8

Perempuan 19 45,2

Total 42 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini terdiri dari 23 orang (54,8%) laki-laki dan 19 orang (45,2%) perempuan.

5.1.2.2Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

21-45 11 26,2

46-60 21 50,0

61-85 10 23,8

Total 42 100

Usia responden pada penelitian ini berkisar antara 21-85 tahun, dimana kelompok usia terbanyak adalah usia 46-60 tahun yaitu sebanyak 21 orang (50%),


(47)

dan paling sedikit pada kelompok usia 61-85 tahun sebanyak 10 orang (23,8%). Dari 42 orang responden, usia responden yang paling muda adalah 25 tahun dan yang paling tua adalah 75 tahun.

5.1.2.3Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Batak 22 52,4

Jawa 10 23,8

Aceh 4 9,5

Minang 4 9,5

Melayu 2 4,8

Total 42 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa suku responden terbanyak adalah Batak sebanyak 22 orang (52,4%), dan suku yang lain adalah Jawa 23,8%, Aceh 9,5%, Minang 9,5%, dan Melayu 4,8%.

5.1.2.4Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n (orang) %

PNS 11 26,2

Wiraswasta 12 28,6

IRT 13 31,0

Petani 3 7,1

Pekerjaan Lepas 3 7,1


(48)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 31%, sebagai wiraswata sebanyak 28,6%, dan paling sedikit adalah sebagai petani dan pekerja lepas, yaitu masing-masing 7,1%.

5.1.3 Hasil Analisis Statistik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran obesitas pada pasien-pasien penderita stroke iskemik, yang ditentukan berdasarkan hasil ukur lingkar perut pasien. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Stroke Iskemik Berdasarkan Kategori Lingkar Perut

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Obesitas 32 76,2

Non Obesitas 10 23,8

Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.5, dari 42 orang pasien stroke iskemik yang dianalisis, 32 orang (76,2%) diantaranya tergolong obesitas dan 10 orang lainnya (23,8%) tergolong non obesitas. Berdasarkan asumsi peneliti, hal ini menunjukkan adanya kecenderungan pasien stroke iskemik tergolong ke dalam kategori obesitas.


(49)

Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Lingkar Perut

Karakteristik Responden

Kategori Lingkar Perut

Total

Obesitas Non-Obesitas

n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 15 46,9 8 80 23 54,8

Perempuan 17 53,1 2 20 19 45,2

Kelompok Umur

21-45 8 25,0 3 30 11 26,2

46-60 17 53,1 4 40 21 50,0

61-85 7 21,9 3 30 10 23,8

Suku

Batak 17 53,1 5 50 22 52,4

Jawa 8 25,0 2 20 10 23,8

Aceh 2 6,3 2 20 4 9,5

Minang 4 12,5 0 0 4 9,5

Melayu 1 3,1 1 10 2 4,8

Pekerja an

PNS 8 25,0 3 30 11 26,2

Wiraswasta 9 28,1 3 30 12 28,6

IRT 12 37,5 1 10 13 31,0

Petani 1 3,1 2 20 3 7,1

Pekerjaan Lepas 2 6,3 1 10 3 7,1

Total 32 100 10 100 42 100

Dari tabel 5.6, diperoleh bahwa pasien stroke iskemik yang berjenis kelamin laki-laki, 15 orang yang termasuk obesitas dan 8 orang termasuk non obesitas, sedangkan dari pasien stroke iskemik yang berjenis kelamin perempuan, 17 orang yang termasuk obesitas dan 2 orang termasuk non obesitas. Dari hasil uji statistik Chi Square (X2) diperoleh nilai p=0.66 (>0.05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan jenis kelamin.


(50)

Dari pasien stroke iskemik yang berusia 21-45 tahun, 8 orang yang termasuk obesitas dan 3 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang berusia 46-60 tahun, 17 orang yang termasuk obesitas dan 4 orang termasuk non obesitas, sedangkan dari pasien stroke iskemik yang berusia 61-85 tahun, 7 orang yang termasuk obesitas dan 3 orang termasuk non obesitas Dari hasil uji statistik Chi Square (X2) diperoleh nilai p=0.761 (>0.05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan usia.

Dari pasien stroke iskemik yang bersuku Batak, 17 orang yang termasuk obesitas dan 5 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang bersuku Jawa, 8 orang yang termasuk obesitas dan 2 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang bersuku Aceh, 2 orang yang termasuk obesitas dan 2 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang bersuku Minang, 4 orang yang termasuk obesitas dan tidak ada yang termasuk non obesitas, sedangkan dari pasien stroke iskemik yang bersuku Melayu, 1 orang yang termasuk obesitas dan 1 orang termasuk non obesitas. Dari hasil uji statistik Chi Square (X2) diperoleh nilai p=0.461 (>0.05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan suku.

Dari pasien stroke iskemik yang bekerja sebagai PNS, 8 orang yang termasuk obesitas dan 3 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang bekerja sebagai wiraswasta, 9 orang yang termasuk obesitas dan 3 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang merupakan ibu rumah tangga, 12 orang yang termasuk obesitas dan 1 orang termasuk non obesitas, dari pasien stroke iskemik yang bekerja sebagai petani, 1 orang yang termasuk obesitas dan 2 orang yang termasuk non obesitas, dan dari pasien stroke iskemik yang bekerja tidak tetap, 2 orang yang termasuk obesitas dan 1 orang termasuk non obesitas. Dari hasil uji statistik Chi Square (X2) diperoleh nilai p=0.274 (>0.05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan pekerjaan.

Dari seluruh pasien stroke iskemik yang tergolong obesitas, 46,9% diantaranya laki-laki dan 53,1% lainnya perempuan. Kelompok terbesar penderita stroke iskemik dengan obesitas ini terdapat pada usia 46-60 tahun yaitu sebanyak


(51)

53,1%. Suku terbanyak pasien stroke iskemik yang obesitas adalah Batak yaitu 53,1% dan paling sedikit adalah Melayu yaitu 3,1%.

Sedangkan untuk pasien stroke iskemik yang tergolong non obesitas, terdiri dari 80% laki-laki dan 20% perempuan. Kelompok terbesar pasien stroke iskemik tanpa obesitas ini terdapat pada usia 46-60 tahun yaitu 60%, dengan suku terbanyak adalah Batak yaitu 50%.

1.3. Pembahasan

Stroke dapat mengenai laki-laki dan perempuan. Sebagian besar pada penderita stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 berjenis kelamin perempuan yaitu 51,6%, sedangkan laki-laki yaitu 48,4%. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ness (2000) dan Sacco (2005) yang menyatakan angka kejadian stroke iskemik lebih besar pada laki-laki dibandingkan wanita. Menurut penelitian Lamsuddin (2000), diperoleh proporsi stroke lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan yaitu 1,6 berbanding 1,0. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian Ophine (2011), didapati 55% penderita stroke adalah laki-laki dan 45% lainnya perempuan . Begitu pula pada penelitian ini, didapati bahwa penderita stroke lebih banyak pada laki-laki yaitu sebesar 54,8%, sedangkan pada perempuan sebesar 45,2%.

Menurut Siregar (2002), risiko stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Pada penelitiannya, sebagian besar penderita stroke adalah usia ≥45 tahun yaitu 89,1%. Pada penelitiaannya juga didapati urutan risiko kejadian stroke antara kelompok umur, dimana semakin bertambahnya usia, risiko terkena stroke juga semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yg dilakukan Kissela, et al., dalam Ardelt (2009) yang menyatakan usia merupakan faktor risiko yang paling kuat. Seiring dengan meningkatnya usia maka meningkat pula insidensi stroke iskemik. Setelah usia 55 tahun, insidensi akan meningkat dua kali tiap dekade. Pada penelitian Ophine (2011), kelompok terbesar penderita stroke terdapat pada usia ≥60 tahun yaitu 50%. Pada usia 45-59 tahun didapati penderita stroke 45%, dan pada usia <45 tahun hanya 5%. Namun pada penelitian ini,


(52)

kelompok terbesar penderita stroke terdapat pada usia 46-60 tahun yaitu 53,1%. Sedangkan pada usia >60 tahun didapati penderita stroke sebesar 23,8%, dan pada usia <45 tahun sebesar 26,2%.

Berdasarkan suku, didapati suku Batak lebih dominan dibanding yang lain yaitu 52,4%. Kondisi yang sama juga ditemukan pada penelitian Siregar (2002), dimana proporsi penderita stroke lebih besar pada suku Tapanuli yaitu 69,1%. Sama halnya pada penelitian Ophine (2011), suku batak mendominasi pasien stroke sebesar 55%. Hal ini dikarenakan suku Batak merupakan suku yang dominan yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan.

Pada penderita stroke yang obesitas, didapati proporsi perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 53,1% berbanding 46,9%. Menurut Towfighi (2008), pada usia 35-64 tahun, wanita yang obesitas lebih berisiko terkena stroke dibanding pria (2,9% berbanding 1,1%). Hal tersebut dikarenakan wanita lebih banyak memiliki obesitas pada daerah abdomen dibanding pria. Hal yang sama juga didapati oleh Fulsom dalam Ophine (2011), dimana wanita yang obesitas pada daerah abdomennya beresiko 2,1 kali untuk terserang penyakit stroke.

Dari penderita stroke yang obesitas, kelompok terbesar terdapat pada umur 46-60 tahun yaitu 53,1%. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Kurth et al (2002), dimana didapati rata-rata umur 53,6 tahun. Penelitian Jood, et al (2004) juga mendapati bahwa meningkatnya IMT pada pertengahan usia yaitu 47-55 tahun berhubungan dengan meningkatnya risiko stroke.

Suku terbanyak pada penderita stroke yang obesitas adalah suku Batak yaitu 53,1%, sedangkan suku yang lain adalah Jawa 23,8%, Aceh 9,5%, Minang 9,5% dan Melayu 4,8%. Hal ini dikarenakan suku Batak merupakan suku yang dominan yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan.

Pada penelitian ini, jenis stroke yang terjadi pada penderita stroke yang obesitas adalah stroke iskemik yaitu 100%. Mekanisme bagaimana obesitas mempengaruhi faktor risiko yang independen dari stroke seperti hipertensi dan diabetes belum diketahui. Kurth, et al (2002) mengemukakan bahwa meningkatnya faktor protrombin pada obesitas menyebabkan meningkatnya risiko stroke iskemik. Tingginya kadar faktor protrombin seperti Plasminogen Activator


(53)

Inhibitor-1 (PAI-1), fibrinogen, faktor von Willebrand, dan faktor VII ditemukan pada orang obesitas. Lemak di jaringan berperan dalam peningkatan PAI-1 plasma, yang juga berhubungan dengan pembentukan aterotrombosis.

Meningkatnya kadar C-reactive protein pada orang obesitas juga berperan dalam meningkatkan risiko stroke iskemik, yang ada hubungannya dengan meningkatnya kadar inflammatory-markers. Pada penelitian Kurth, et al (2002), didapati stroke iskemik yaitu 86% dan juga didapati stroke hemoragik yaitu 14%. Penelitian Jood, et al (2004) juga mendapati stroke iskemik 56% dan stroke hemoragik 16%.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan mengenai gambaran obesitas pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap di SMF Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012 sebagai berikut:

a. Penderita stroke iskemik yang memiliki nilai lingkar perut ≥80 cm untuk wanita dan ≥90 cm untuk pria (obesitas) sebanyak 76,2%.

b. Penderita stroke iskemik dengan obesitas paling banyak terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 53,1%, kelompok usia 46-60 tahun yaitu 53,1%, dan suku Batak yaitu 53,1%.

6.2. Saran

1. Dalam upaya menurunkan insiden stroke perlu ditingkatkan promosi kesehatan dan penerapan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya terkait obesitas yaitu mengenai pola makan dan aktivitas fisik.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut berupa analisis hubungan antara obesitas terhadap terjadinya stroke iskemik dengan menggunakan karakteristik – karakteristiknya, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, pola makan dan aktivitas fisik sehari-hari. Sehingga dapat diketahui fakor – faktor apa saja yang mempengaruhi obesitas terhadap terjadinya stroke iskemik.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Amsriza, F.R., 2007. Pengaruh Obesitas terhadap Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah pada Lansia. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.

Ardelt, A.A., 2009. Acute Ischemic Stroke. In: Harrigan, M.R., & Deveikis, J.P., ed. Handbook of Cerebrovascular Disease & Neurointerventional Technique. New York: Humana Press, 571-605.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Departemen Kesehatan RI.

Cole, J.W., et al., 2008. Ischemic Stroke Risk, Smoking, and the Genetics Inflammation in a Biracial Population: The Stroke Prevention in Young Women Study. J Thrombosis 6: 11-18.

Dorland, W.A., 2005. Kamus Kedokteran Dorland Edisi Ke-29. Jakarta: EGC. Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Ke-22. Jakarta: EGC. Goldszmidt, A.J., dan Caplan, L.R., 2009. Stroke Iskemik. Dalam: Kenny

Wisurya, ed. Esensial Stroke. Jakarta: EGC.

Jood, Katarina, et al, 2004. Body Mass Index in Mid-Life Is Associated With a First Stroke in Men. Stroke, 35: 2764-2769.

Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi. 2001. Guideline Stroke: Prevensi Sekunder Stroke Seri Kedua. Jakarta: Perdossi.

Kurth, Tobias, et al, 2002. Body Mass Index and the Risk of Stroke in Men. Archives of Internal Medicine, 162: 2557-2562.

Lamsudin, R., 2000. Pengendalian Hipertensi sebagai Faktor Resiko Stroke dan Manajemen Hipertensi pada Penderita Stroke Akut. Berkala Neuro Sains, 3: 127-131.

Lumbantobing, S.M., 2004. Neurogeriatri Edisi 1. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Lumbantobing, S.M., 2007. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI.

National Stroke Association, 2009. Public Stroke Prevention Guidelines. Available from [Accessed 19 April 2012]


(56)

Notoatmodjo, S., 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ophine, L., 2011. Hubungan antara Obesitas dengan Stroke pada Pasien Rawat

Inap di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

PubMed Health, 2011. Stroke Risk Factors and Prevention. Available from: April 2012]

Price, Sylvia, and Wilson, Lorraine, 2006. Penyakit Serebrovaskular. Dalam: Hartanto Huriawati, et al (ed). Patofisiologi Konsep Klinis, Proses-proses Penyakit Edisi VI. Jakarta: EGC, 1105-1132.

Rambe, A., 2003. Kadar Lipoprotein (a) pada Penderita Stroke Iskemik Fase Akut dan Non Stroke. Medan: USU Digital Library. Available from:

[Accessed 14 April

2012]

Rambe, A., 2006. Stroke: Sekilas Tentang Definisi, Penyebab, Efek, dan Faktor Risiko. Medan: Majalah Kedokteran Nusantara Volume 10 (2): 195-198.

Available from:

Rambe, A., 2007. Stroke pada Anak. Medan: Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 (4): 297-302. Available from:

Ritarwan, K., 2002. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: Departemen Neurologi FK USU/RSUP H. Adam Malik.

Sacco, R.L., 2005. Vascular Disease. In: Rowland, L.P, ed. Merritt’s Neurology.8th ed. Dallas: Williams & Wilkins, 275-290.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi IV. Jakarta: CV Sagung Seto.

Siregar, F.A., 2002. Determinan Kejadian Stroke pada Penderita Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Info Kesehatan Masyarakat, 1: 1-6.

Sjahrir, H., 2003. Stroke Iskemik. Medan: Yandira Agung.

Soegih, R., 2009. Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: CV Sagung Seto.


(57)

Sugondo, S., 2009. Obesitas. Dalam: Sudoyo, A.W., et al, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1973-1983.

Towfighi, A., 2008. Obesity Associated with Increased Stroke Risk in Middle Aged Women. Neurology Reviews, 16:4.

Vemmos, K., et al., 2011. Association Between Obesity and Mortality After Acute First-Ever Stroke. J Stroke 42: 30-36.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.

World Health Organization, 2002. Global Burden of Stroke. Available from: . [Accessed 31 March 2012]

World Health Organization, 2011. Global Atlas on Cardiovascular Disease

Prevention and Control. Available from:

[Accessed 31 March 2012]


(58)

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ester Sibarani

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 18 Oktober 1990 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Surya Haji No. 95 D Medan Riwayat Pendidikan:

1. Sekolah Dasar Methodist 7 Medan 1997−2003 2. Sekolah Menengah Pertama Methodist 7 Medan 2003−2006 3. Sekolah Menengah Atas Sutomo 1 Medan 2006−2009

Riwayat Pelatihan:

1. Pelatihan Basic Life Support FK USU 2009

2. Pengabdian Masyarakat Sidikalang Mahasiswa Kristen FK USU 2012 tanggal 19-23 Juli 2012

Riwayat Organisasi:

1. Seksi Konsumsi Pengabdian Masyarakat Sidikalang Mahasiswa Kristen FK USU 2012


(60)

LEMBAR PENGUKURAN

No Nama Jenis


(61)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam Sejahtera Dengan hormat,

Nama Saya Ester Sibarani, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Obesitas pada Penderita Stroke Iskemik yang Dirawat Inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran distribusi obesitas pada pasien-pasien baru penderita stroke iskemik. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pencegahan penyakit stroke, baik di tingkat primer (yang masih sehat), maupun di tingkat sekunder (yang sudah sakit untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk).

Pada penelitian ini, saya akan bertanya kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tentang data pribadi yaitu nama, jenis kelamin, usia, dan suku. Kemudian, saya akan melakukan pengukuran lingkar perut.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini, Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya, dengan nomor Hp. 085373930501.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri atas partisipasinya. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.

Medan, 2012 Peneliti,


(62)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umur : Alamat : Telepon / Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Gambaran Obesitas pada Penderita Stroke Iskemik yang Dirawat Inap di SMF Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ... 2012


(1)

OUTPUT SPSS

Frequencies

Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Obesitas 32 76.2 76.2 76.2

Non-Obesitas 10 23.8 23.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Jenis Kelamin


(2)

Kelompok Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-45 11 26.2 26.2 26.2

46-60 21 50.0 50.0 76.2

61-85 10 23.8 23.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 22 52.4 52.4 52.4

Jawa 10 23.8 23.8 76.2

Aceh 4 9.5 9.5 85.7

Minang 4 9.5 9.5 95.2

Melayu 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 11 26.2 26.2 26.2

Wiraswasta 12 28.6 28.6 54.8

IRT 13 31.0 31.0 85.7

Petani 3 7.1 7.1 92.9

Pekerjaan Lepas 3 7.1 7.1 100.0


(3)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Kategori 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Jenis Kelamin * Kategori Crosstabulation

Count

Kategori

Total Obesitas Non-Obesitas

Jenis Kelamin Laki-laki 15 8 23

Perempuan 17 2 19

Total 32 10 42

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.375a 1 .066

Continuity Correctionb 2.170 1 .141

Likelihood Ratio 3.598 1 .058

Fisher's Exact Test .083 .068

Linear-by-Linear Association 3.294 1 .070

N of Valid Cases 42

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.52. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok Umur * Kategori 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Kelompok Umur * Kategori Crosstabulation

Count

Kategori

Total Obesitas Non-Obesitas

Kelompok Umur 21-45 8 3 11

46-60 17 4 21

61-85 7 3 10

Total 32 10 42

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .546a 2 .761

Likelihood Ratio .547 2 .761

Linear-by-Linear Association .015 1 .904

N of Valid Cases 42

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.38.


(5)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Suku * Kategori 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Suku * Kategori Crosstabulation

Count

Kategori

Total Obesitas Non-Obesitas

Suku Batak 17 5 22

Jawa 8 2 10

Aceh 2 2 4

Minang 4 0 4

Melayu 1 1 2

Total 32 10 42

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.613a 4 .461

Likelihood Ratio 4.197 4 .380

Linear-by-Linear Association .082 1 .775

N of Valid Cases 42

a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48.


(6)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pekerjaan * Kategori 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Pekerjaan * Kategori Crosstabulation

Count

Kategori

Total Obesitas Non-Obesitas

Pekerjaan PNS 8 3 11

Wiraswasta 9 3 12

IRT 12 1 13

Petani 1 2 3

Pekerjaan Lepas 2 1 3

Total 32 10 42

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5.131a 4 .274

Likelihood Ratio 5.029 4 .284

Linear-by-Linear Association .087 1 .768

N of Valid Cases 42

a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .71.