Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

C. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

1. Konsep dan Tujuan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

a. Konsep Pembinaan Pegawai Negeri Sipil Pembinaan merupakan suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik, pembinaan menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, perubahan,

evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. 79 Pengertian di atas mengandung dua hal yaitu; pertama, bahwa pembinaan itu sendiri

bisa berupa tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan; kedua, pembinaan bisa menunjukkan kepada perbaikan atas sesuatu. Pengertian lain dikemukakan oleh Rahardjo dkk, bahwa pembinaan dalam manajemen sumber daya manusia adalah upaya untuk menaikkan potensi dan kompetensi melalui pendidikan formal maupun informal, pembinaan menurut pengertian di atas, bertujuan untuk menggali potensi

79 Miftah Thoha, 1999, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta, Kencana Press, hlm. 7.

dan kompetensi pegawai. 80 Potensi dan kompetensi pegawai perlu terus dibina agar dapat meningkatkan kualitas kerja.

Pembinaan adalah proses mengarahkan yang dilakukan oleh seorang manajer untuk melatih dan memberikan orientasi kepada seorang karyawan tentang realitas di tempat kerja, dan membantunya mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi optimal. Pembinaan erat kaitannya dengan kata membina, membimbing, yaitu proses pemberian dukungan oleh manajer untuk membantu seorang karyawan mengatasi masalah pribadi di tempat kerja atau masalah yang muncul akibat perubahan

organisasi yang berdampak pada prestasi kerja. 81 Pembinaan pegawai dapat diartikan sebagai suatu kebijaksanaan agar perusahaan (organisasi) memiliki pegawai yang

handal dan siap menghadapi tantangan. Kegiatan dalam pembinaan yang dilakukan antara lain pembentukan sikap mental yang loyal, peningkatan keterampilan dan

kecakapan melaksanakan tugas organisasi. 82 Rencana pembinaan harus berkait dengan sistem penghargaan agar pegawai bersemangat untuk mengabdi dan setia

kepada organisasi. Pembinaan diberikan batasan yang sempit, yaitu upaya untuk meningkatkan kecakapan dan keterampilan karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Istilah pembinaan dalam administrasi kepegawaian diberikan pengertian yang luas, meliputi berbagai unsur kegiatan seperti pengembangan karier, perpindahan, pendidikan dan latihan, sampai dengan kesejahteraan di luar gaji. Pembinaan dalam konteks

80 Ibid,. hlm, 7. 81 Ibid,. hlm, 9. 82 Ibid., 80 Ibid,. hlm, 7. 81 Ibid,. hlm, 9. 82 Ibid.,

tersebut meliputi pembentukan sikap dan mental yang loyal dan setia pada pemerintah dan negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta peningkatan keterampilan dan kecapakan melaksanakan tugas organisasi. Langkah tersulit dalam pembinaan adalah mengubah sikap mental dan meningkatkan

kemampuan mereka yang berkedudukan sebagai Pegawai Negeri. 84 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

sebagai landasan normatif kepegawaian, tidak secara tegas membedakan pengertian manajemen dan pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian (Pasal 1 ayat 8). Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasil guna (Pasal 12 ayat 1).

Undang-undang tersebut memang tidak secara tegas menjelaskan pengertian pembinan Pegawai Negeri Sipil, namun secara tersirat dapat ditafsirkan bahwa pembinaan Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari manajemen kepegawaian. Pembinaan dalam perspektif yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa pembinaan pada

83 Tayibnapis Burhannudin A, 1995, Administrasi Kepegawaian Suatu Tinjauan Analitik, Pradnya Paramita, Jakarta., hlm. 136.

84 Ibid., hlm. 405.

dasarnya merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia, yang intinya adalah bagaimana memberikan treatment terhadap sumber daya manusia yang ada, agar sesuai dan diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi.

Salah satu contoh dari Pembinaan pegawai adalah sosok pembentukan pegawai yang diinginkan organisasi. Contohnya, seorang petugas pencatatan sipil yang direkrut dari lulusan SMA, yang sebelumnya tidak mengetahui mengenai tugas pencatatan sipil. Melalui pembinaan dengan cara pembentukan sikap dan mental yang loyal, serta setia pada pemerintah dan negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan cara peningkatan keterampilan dan kecakapan melaksanakan tugas organisasi, maka diharapkan dia dapat menjadi petugas pencatatan sipil yang cakap dan trampil.

Upaya peningkatan kecakapan dan ketrampilan serta masa kerja yang telah dijalani, dengan sendirinya pegawai mengharapkan adanya penghargaan dari pemerintah berupa kesejahteraan material dan non material. Kegagalan mengakomodasi pegawai akan menurunkan etos kerja yang pada gilirannya akan merugikan Negara, serta proses pembinaan yang dijalani pada masa awal kerja seorang Pegawai Negeri Sipil pun menjadi sia-sia. Berdasarkan hal itu rencana pembinaan harus ada kaitan antara pendidikan pelatihan dengan sistim penghargaan, agar pegawai bersemangat untuk mengabdi dan setia secara penuh pada Negara dan Bangsanya. Dalam rangka mewujudkan Pegawai Negeri Sipil seperti yang di maksud di atas, Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi peluang bagi Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi Upaya peningkatan kecakapan dan ketrampilan serta masa kerja yang telah dijalani, dengan sendirinya pegawai mengharapkan adanya penghargaan dari pemerintah berupa kesejahteraan material dan non material. Kegagalan mengakomodasi pegawai akan menurunkan etos kerja yang pada gilirannya akan merugikan Negara, serta proses pembinaan yang dijalani pada masa awal kerja seorang Pegawai Negeri Sipil pun menjadi sia-sia. Berdasarkan hal itu rencana pembinaan harus ada kaitan antara pendidikan pelatihan dengan sistim penghargaan, agar pegawai bersemangat untuk mengabdi dan setia secara penuh pada Negara dan Bangsanya. Dalam rangka mewujudkan Pegawai Negeri Sipil seperti yang di maksud di atas, Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi peluang bagi Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi

Aparatur Negara dalam melaksanakan pembinaan, diperlukan adanya landasan hukum yang kuat dan memuat ketentuan yang tegas sebagaimana tertulis dalam buku Burhannudin yang berjudul Administrasi Kepegawaian antara lain :

1. Pegawai Negeri Sipil: adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat;

2. Pegawai Negeri Sipil harus setia dan taat sepenuhnya terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah;

3. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan secara terintegrasi, yaitu adanya ketentuan pembinaan yang sama terhadap segenap Pegawai Negeri Sipil,baik Pegawai Negeri Sipil pusat maupun Pegawai Negeri Sipil daerah;

4. Pelaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil didasarkan atas sistim karier dan sistim prestasi kerja;

5. Sistim penggajian yang mengarah pada penghargaan terhadap prestasi kerja dan besarnya tanggung jawab;

6. Satuan organisasi Lembaga Pemerintah mempunyai jumlah dan kwalitas pegawai yang rasional berdasarkan jenis,sifat, dan beban kerja;

7. Tindakan korektif terhadap Pegawai Negeri Sipil yang nyata-nyata melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum dan norma-norma kepegawaian;

8. Pembinaan dan pengembangan jiwa korsa yang bulat untuk menjamin keutuhan dan kekompakan segenap Pegawai Negeri Sipil;

9. Pengembangan sistim administrasi yang berdaya guna dan pengawasan yang berhasil guna. 85

b. Tujuan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil Pembinaan aparatur Negara yang diorientasikan kepada kemampuan, kesetiaan, pengabdian dan tanggung jawab pegawai negari terhadap Negara dan bangsa, merupakan salah satu usaha untuk mengimbangi laju pembangunan dan menghadapi era globalisasi pasar bebas, Adapun yang menjadi tujuan dari pembinaan Pegawai Negeri adalah sebagai berikut:

1. Diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas perintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna;

2. Meningkatkan mutu dan keterampilan dan memupuk kegairahan kerja;

3. Diarahkan menuju terwujudnya komposisi pegawai, baik dalam jumlah maupun mutu yang memadai serasi dan harmonis;

4. Terwujudnya pegawai yang setia dan taat kepada Pancasila dan Undnag-undang Dasar 1945 dan terwujudnya aparatur yang bersih dan berwibawa;

5. Ditujukan kepada terwujudnya suatu iklim kerja yang serasi dan menjamin terciptanya kesejahteraan jasmani maupun rohani secara adil dan merata;

6. Diarahkan kepada penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan pegawai secara teratur terpadu dan berimbang;

7. Diarahkan kepada pembinaan dengan menggunakan sistem karier dan sistem prestasi kerja. 86

Suatu pembinaan diarahkan agar : (1) pegawai dapat melaksanakan tugas- tugas secara berdaya guna dan berhasil guna; (2) mutu keterampilan pegawai

85 Burhannudin A. Tayibnapis, Administrasi Kepegawaian...........Op.Cit., hlm. 136. 86 Musanef, 1996, Manajemen Kepegawaian Di Indonesia, PT.Toko Gunung Agung, Jakarta,

hlm. 85.

meningkat sehingga dapat menjamin semakin berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas- tugas; (3) diperolehnya para pegawai yang setia dan taat kepada kepentingan perusahaan (organisasi), negara dan pemerintah; dan (4) terciptanya iklim kerja yang

harmonis, serasi dan mampu menghasilkan produk yang bermutu dan optimal. 87 Melihat besarnya peranan sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan organisasi,

maka hadirnya para Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kecakapan dan keterampilan serta motivasi dalam diri masing-masing individu sangatlah dibutuhkan, supaya tujuan organisasi yang telah ditetapkan tidak hanya menjasi dokumen historis saja

tetapi juga harus dilaksanakan. 88 Perhatian dan pembinaan terhadap Pegawai Negeri Sipil dalam suatu organisasi tempat dimana ia bertugas sangatlah penting, karena

tanpa atau kurangnya perhatian dan pembinaan pegawai dalam suatu organisasi akan menimbulkan berbagai efek yang dapat mengancam hidup organisasi yang

bersangkutan. 89

2. Jenis Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

berdasarkan beberapa referensi, diketahui bahwa pembinaan pegawai bermacam-macam jenis atau bentuknya. Sastrohadiwiryo dalam salah satu bukunya menguraikan dua jenis pembinaan, yaitu pembinaan moral kerja dan pembinaan

disiplin kerja. 90 Bentuk pembinaan yang harus dilakukan terhadap pegawai, yaitu: (1) pembinaan mental dan spiritual; (2) pembinaan loyalitas; (3) pembinaan hubungan

87 Saydam Gouzali, 1997, Kamus Istilah Kepegawaian, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm 205. 88 Ibid., hlm. 206 89 Ibid.,

90 B. Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Admnistratif dan Operasional , Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 281.

kerja; (4) pembinaan moril dan semangat kerja; (5) pembinaan disiplin kerja; (6) pembinaan kesejahteraan; dan (7) pembinaan karier untuk menduduki jabatan-jabatan

yang lebih tinggi di masa datang. 91 Implementasi character building sebagai bagian dari falsafah pembinaan dan pengembangan pribadi secara utuh menggunakan tiga

landasan operasional sebagai berikut: (1) pembinaan ketabahan dan keuletan (ketahanan) secara buttom up; (2) pembinaan pemikiran, sikap dan perilaku secara

utuh; dan (3) pembinaan keberhasilan kinerja secara berimbang. 92 Pembinaan dalam perspektif landasan normatif kepegawaian, difokuskan

pada beberapa hal, yaitu: pembinaan prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja (Pasal 12 ayat 2), pembinaan jiwa korps, pembinaan kode etik, dan pembinaan disiplin pegawai (Pasal 30 ayat 1-2). Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dalam konteks kepegawaian di atas paling tidak meliputi tiga aspek ruang lingkup, yaitu : aspek pembinaan sikap, pembinaan mental, dan perilaku pegawai. Sebagai contoh, pembinaan jiwa korps antara lain ditujukan agar Pegawai Negeri Sipil memiliki rasa kebanggaan terhadap profesinya. Pembinaan kode etik antara lain bertujuan untuk menanamkan identitas dan perilaku profesional sebagai pelayan masyarakat, sedangkan pembinaan disiplin menekankan agar Pegawai Negeri Sipil mempunyai disiplin kerja yang tinggi.

Kebijakan pokok pembinaan Pegawai Negeri Sipil meliputi: (1) lingkup pembinaan Pegawai Negeri Sipil adalah nasional; (2) pembinaan dan pengembangan

91 Saydam Gouzali, 1997, Kamus Istilah Kepegawaian, ........., Op.Cit,. hlm.206. 92 Soedarsono, Soemarno, 2002, Character Building, Membentuk Watak, Elex Media

Komputindo, Jakarta,hlm. 165.

Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja, dengan titik berat sistem prestasi kerja; (3) standar kompetensi jabatan Pegawai Negeri Sipil berlaku nasional dan berorientasi global; dan (4) pembentukan perilaku dan etos kerja

yang peka terhadap pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. 93 Pembinaan Pegawai Negeri Sipil ke depan diarahkan pada Pegawai Negeri

Sipil yang netral, profesional, sejahtera, dan akuntabel. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dengan kata lain, diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme, bersikap dan berperilaku jujur, bersih dan disiplin, bermoral tinggi, dan netral dari pengaruh partai

politik. 94 Pembinaan pegawai dalam penelitian ini difokuskan pada tiga hal, yaitu: pembinaan disiplin kerja, pembinaan karier dan pembinaan etika profesi, karena

menurut Penulis, ketiga hal tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap pelanggaran-pelanggaran disiplin yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil. Penjelasan dari ketiga hal di atas adalah sebagai berikut :

a. Pembinaan Disiplin Kerja Pembahasan disiplin (discipline) pegawai dalam hukum kepegawaian berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia sempurna, luput dari kesalahan dan kekhilafan. Banyak ragam berkaitan dengan pengertian disiplin yang dikemukakan oleh para ahli. Disiplin adalah tindakan manajemen untuk menegakkan standar organisasi (dicipline is management action to enforce organization

93 Hardijanto, 2003, Pembinaan Kepegawaian Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia , Makalah disampaikan pada Diklatpim Tingkat II. LAN, Jakarta, hlm. 2.

94 Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil ………..Op.Cit., hlm. 7.

standards 95 ). Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan- peraturan perusahaan. Disiplin adalah kemampuan untuk menguasai diri sendiri dan

melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bersama. Disiplin dapat dikatakan juga sebagai prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur, disiplin merupakan bentuk pengendalian diri

karyawan dan pelaksanaan sebuah organisasi. 96 Ahli lain menggunakan istilah kedisiplinan, yaitu kesadaran dan kesediaan

seseorang untuk mentaati semua peraturan perusahaan atau organisasi dan norma- norma sosial yang berlaku. 97 Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela

mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, jadi eseorang akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai

dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. 98 Pendapat para ahli diatas memang beragam, tetapi terdapat benang merah

yang dapat disimpulkan, bahwa disiplin pada dasarnya adalah ketaatan atau kepatuhan pegawai pada peraturan yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut, pegawai yang disiplin berarti pegawai yang mampu mematuhi semua peraturan yang berlaku di kantornya atau organisasinya. Disiplin kerja dapat diartikan sebagai

95 Davis, Keith, Newstrom, 1985, John, W., Perilaku Dalam Organisasi, (terjemahan), Erlangga, Jakarta, hlm. 87.

96 Mathis, Robert, L., Jackson, John, H., 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, (terjemahan), Salemba Empat, Jakarta, hlm. 314.

97 Malayu, S.P Hasibuan, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 193.

98 Ibid., 98 Ibid.,

adalah: “Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil

untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dila nggar dijatuhi hukuman disiplin”.

Adapun tujuan khusus pembinaan disiplin kerja antara lain adalah:

1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan servis yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan peru- sahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada perusahaan.

5. Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. 100 Guna mewujudkan tujuan-tujuan di atas, pembinaan disiplin pegawai dapat dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut: 1) penciptaan peraturan- peraturan dan tata tertib-tata tertib yang harus dilaksanakan; 2) menciptakan dan memberi

99 Anwar Prabu Mangkunegara, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung,hlm. 129.

B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia ……..,Op.Cit., hlm. 296.

sanksi bagi pelanggar disiplin; 3) melakukan pembinaan disiplin melalui pelatihan kedisiplinan yang terus menerus. 101

b. Pembinaan Karier Pegawai Pembahasan tentang karier Pegawai Negeri Sipil, bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa seseorang yang mulai bekerja setelah penempatan dalam suatu organisasi, akan terus bekerja untuk organisasi tersebut selama masa aktifnya hingga seseorang memasuki usia pensiun. Adalah hal yang logis dan wajar apabila dalam kehidupan organisasi, seseorang mengajukan berbagai pertanyaan yang menyangkut karier dan prospek perkembangannya di masa depan. Beberapa pertanyaan tersebut berkisar pada: Kemampuan, pengetahuan dan keterampilan apa yang dituntut organisasi agar meraih kemajuan dalam kariernya. Sistem promosi apa yang berlaku dalam organisasi, jika promosi menuntut pelatihan tambahan, apakah organisasi menyelenggarakan pelatihan tersebut ataukah pegawai sendiri yang mencari kesempatan untuk itu. Sampai sejauh mana faktor keberuntungan berperan dalam promosi seseorang dalam organisasi, dan mana yang lebih penting kemampuan kerja atau kesediaan beradaptasi terhadap keinginan pejabat yang berwenang memutuskan

promosi seseorang. 102 Berbicara mengenai karier (career) dalam kehidupan organisasional, bisanya

diartikan sebagai keseluruhan pekerjaan yang dilakukan dan jabatan yang dipangku

101 Saydam Gouzali, Kamus Istilah Kepegawaian.............,Op.Cit,. hlm. 204. 102 Sondang P. Siagian, 1996, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, hlm. 205.

oleh seseorang selama dia berkarya. 103 Ada pendapat lain yang mengartikan karier sebagai urutan posisi yang terkait dengan pekerjaan yang diduduki seseorang

sepanjang hidupnya. 104 Karier dalam istilah kepegawaian, sering diartikan dengan kemajuan atau perkembangan yang dicapai oleh seorang pegawai dalam menekuni

pekerjaannya selama masa aktif dalam hidupnya. Karier sering juga diterjemahkan dengan mobilitas pegawai dalam suatu organisasi mulai penerimaan, pengangkatan menjadi pegawai sampai pensiun dalam suatu rangkaian jenjang kepangkatan, dan

dalam jabatan-jabatan yang dilaluinya. 105 Pendek kata, sebagian orang menganggap karier sebagai promosi di dalam organisasi.

Merangkum dari beberapa pendapat di atas, dijel askan bahwa kata “karier” dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda. Perspektif pertama, karier adalah urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama masa hidupnya. Perspektif lainnya, karier terdiri atas perubahan-perubahan nilai, sikap dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua, ini merupakan karier yang subjektif. Kedua perspektif tersebut, objektif dan subjektif terfokus pada individu. Kedua perspektif tersebut menganggap bahwa orang memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasib mereka, sehingga dapat memanipulasi peluang agar

memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karier mereka. 106

103 Ibid., hlm. 206. 104 Mathis, Robert, L., Jackson, John, H., Manajemen Sumber Daya Manusia.........,Op.Cit., hlm.

62. 105 Saydam Gouzali, Kamus Istilah Kepegawaian.........,Op.Cit,. hlm. 34.

106 Ibid., hlm. 73.

Seorang pegawai agar mengetahui pola karier yang terbuka, perlu memahami tiga hal. Pertama, adalah sasaran karier yang ingin dicapai dalam arti tingkat kedudukan atau jabatan tertinggi apa yang mungkin dicapai apabila seseorang mampu bekerja secara produktif, loyal pada organisasi, menunjukkan perilaku yang fungsional serta mampu bertumbuh dan berkembang. Kedua, adalah perencanaan karier dalam arti keterlibatan seseorang dalam pemilihan jalur dan sasaran kariernya. Ketiga, adalah kesediaan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka

pengembangan karier sambil berkarya. 107 Ada beberapa hal yang diinginkan oleh seorang pegawai berkaitan dengan kariernya, yaitu :

1) Persamaan kesempatan karier

Karyawan menginginkan persamaan dalam sistem kenaikan pangkat atau promosi dalam hal kesempatan untuk kemajuan kariernya.

2) Perhatian untuk pengawasan

Karyawan menginginkan para supervisornya untuk memainkan peran aktif dalam pengembangan karier dan memberikan umpan balik tentang kinerja mereka secara tepat waktu.

3) Kesadaran akan kesempatan

Karyawan menginginkan pengetahuan tentang kesempatan untuk kemajuan kariernya.

4) Minat Kerja

Karyawan memerlukan jumlah informasi yang berbeda dan juga memiliki tingkat keinginan yang berbeda dalam kemajuan kariernya.

5) Kepuasan karier

107 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi...........,Op.Cit,. hlm. 71.

Karyawan memiliki tingkat kepuasan karier yang berbeda-beda bergantung pada usia dan jenis pekerjaan. 108

Pemahaman berbagai faktor di atas akan memungkinkan bagian kepegawaian berperan aktif dalam perencanaan karier para anggota organisasi. Salah satunya dapat dilakukan melalui suatu sistem pembinaan yang perlu dilakukan oleh pimpinan atau atasan para pegawai guna membantu menggali potensi dan pengembangan kariernya.

c. Pembinaan Etika Profesi Upaya peningkatan keterampilan melalui pendidikan pelatihan tidak banyak mempengaruhi kesadaran kedisiplinan kerja Pegawai Negeri. Lain hal jika proses pembinaan pegawai itu dengan cara lebih menekankan pada moralitas pegawai itu sendiri. Penekanan tersebut seperti arti pentingnya etika bagi aparatur pemerintah yang merupakan hal penting yang harus dikembangkan karena dengan adanya etika diharapkan mampu untuk membangkitkan kepekaan birokrasi (pemerintah) dalam melayani masyarakat.

Disiplin mengandung suatu gagasan hukuman, dalam arti disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Disiplin secara singkat dapat dikatakan, suatu keadaan yang menyebabkan atau memberikan dorongan kepada pegawai untuk berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma- norma atau aturan yang telah ditetapkan. Disiplin dalam arti sempit sebagai sikap atau tingkah laku seseorang atau sekelompok orang, untuk menaati atau melaksanakan

108 Taufik Effendi, 2004, Membangun Tata Pemerintahan yang Baik, Kompas, Jakarta, hlm. 86.

segala peraturan yang berlaku dalam organisasi secara sadar dan sukarela untuk mencapai tujuan. 109

Etik adalah sistem moral dari individu atau grup. Sistem moral mengandung kaidah-kaidah yang mengatur tindak tanduk dan perilaku angota kelompok agar tetap berwibawa dan dipercaya masyarakat. Sehubungan dengan itu, di dalam kelompok tertentu misalnya persatuan profesi yang terdapat kode etik yang menjadi Pedoman bagi setiap anggota agar berperilaku terpuji sehingga dihormati dan dipercaya oleh masyarakat. Berdasarkan hal itu, setiap anggota berusaha untuk mencegah perilaku yang mencemarkan nama baik organisasi. Penerapan etik dengan sendirinya disertai dengan pengawasan secara terus menerus, dan adanya sanksi-sanksi yang tegas atas adanya pelanggaran kode etik tersebut.

Umumnya yang dimaksud dengan kode etik adalah sekumpulan norma, asas, dan nilai yang menjadi pedoman bagi anggota kelompok profesi tertentu dalam bersikap,berperilaku dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai anggota kelompok profesi tersebut. Setiap manusia dalam kehidupan sehari-harinya memiliki keterikatan satu sama lain. Keterikatan tersebut yaitu; Dalam lingkungan keluarga, kehidupan pribadi kita dibatasi oleh ketentuan-ketentuan ataupun pedoman hidup yang berasal dari adat maupun agama; Dalam kehidupan bermasyarakat yang menjadi patokan adalah hukum positif yang proses penerapanya untuk memelihara dan menumbuhkan rasa keadilan, sedangkan di dalam kehidupan profesi, martabat serta kehormatan

109 Wursanto IG, 1988, Manajemen Kepegawaian 2. Kanisius, Yogyakarta, hlm. 108.

anggota ditentukan oleh kode etik. 110 Berbicara mengenai kode etik dalam kaitannya dengan Pegawai Negeri Sipil, ada suatu prinsip-prinsip yang digariskan dalam kode

etik Pegawai Negeri Sipil yaitu:

1. Adalah warga negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bersikap hormat-menhormati antar sesame warga negara yang memeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan;

2. Sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat, setia dan taat spenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah serta mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan diri sendiri atau golongan;

3. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat Pegawai Negeri Sipil serta menaati segala peraturan perundang-undangan, peraturan kedinasan, dan perintah-perintah atasan dengan penuh kesadaran, pengabdian, dan tanggung jawab;

4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing;

5. Tetap memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan negara dan bangsa Indonesia serta Korps Pegawai Negeri Sipil. 111