TINJAUAN PUSTAKA

8. Pengemasan

Pengemasan merupakan tahap yang harus dilakukan dalam rangkaian proses pengolahan. Secara umum pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan karena pengaruh lingkungan selama penyimpanan, distribusi dan pemasaran. Dewasa ini terdapat berbagai macam bahan pengemas untuk berbagai penggunaan yaitu logam kayu, logam yang bersifat fleksibel, plastik, kertas karton, kayu laminasi, serta kombinasi dari berbagai bahan untuk memperoleh sifat yang tidak mungkin dipenuhi oleh satu jenis bahan pengemas. Cara pengemasan juga bermacam-macam disesuaikan dengan tujuan tertentu tergantung pada jenis bahan yang akan dikemas (Basworo, 1998).

Pada umumnya tujuan pengemasan adalah memelihara aseptabilitas bahan pangan misalnya warna, tekstur dan citarasa serta memelihara nilai gizi selama transportasi dan distribusi (Ketaren, 1986).

Peranan utama pengemasan dalam pengawetan bahan makanan adalah memberi perlindungan terhadap masuknya bahan dari luar dan kotoran selama penyimpanan. Bahan pengemas diharapkan dapat memperpanjang umur simpan produk. Lebih lanjut, pengemasan ditujukan untuk menyajikan produk dalam bentuk yang bisa menarik pembeli (Suyitno, 1990).

berbentuk film (lembaran plastik), kantung, wadah dan bentuk-bentuk lain seperti botol, kaleng, stoples dan kotak. Kini penggunaan plastik sangat luas karena relatif murah ongkos produksinya, mudah dibentuk menjadi aneka model, mudah penanganannya dalam sistem distribusi dan bahan bakunya mudah diperoleh (Syarief, Rizal dan Anies Irawati, 1988).

Wadah yang

Untuk membatasi dan mengendalikan pengaruh kondisi lingkungan terhadap produk sampai batas tertentu, dapat ditempuh dengan melakukan pengemasan menggunakan bahan pengemas dan cara pengemasan yang baik atau sesuai. Bahan pengemas yang kini digunakan secara luas adalah plastik karena mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Terdapat berbagai macam plastik dengan sifat proteksinya yang sangat bervariasi dan dengan pemilihan jenis plastik yang tepat, tujuan pengemasan dapat tercapai dengan biaya murah (Benning, 1983).

Tepung ikan sebagai produk yang berasal dari bahan baku berupa ikan rucah atau sisa olahan, merupakan produk yang memiliki nilai ekonomi. Sehingga jika akan diperdagangkan secara komersial, memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Tepung ikan disajikan dalam bentuk tepung atau padatan yang dikemas dengan karung plastik atau kemasan lain yang sesuai, bersih, kering, dan dijahit kuat, dengan berat maksimal 75 kg.

2. Pemberian merk di bagian luar kemasan berupa tulisan yang tidak mudah luntur dan tertulis jelas, meliputi nama barang, nama/kode dan alamat perusahaan, berat bersih (netto), kode dan tanggal produksi, serta tanggal kadaluwarsa.

3. Pemberian merk, di bagian dalam dari kemasan diberi label yang tidak mudah luntur dan tertulis jelas, misalnya mengenai kandungan atau komposisi nutrisinya (dalam%).

4. Jenis antioksidan (pengawet) yang digunakan sesuai dengan yang diizinkan (Murtidjo, 2001).

Polypropilen (PP) termasuk jenis plastik olefin yang merupakan polimer dari propilen. Sifat umum PP :

1. Ringan, mudah dibentuk, tembus pandang, jernih dalam bentuk film. Tidak transparan dalam bentuk kaku.

2. Mempunyai kekuatan tarik lebih besar dari PE.

3. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang, tidak baik untuk makanan yang peka terhadap oksigen.

4. Titik leburnya tinggi, sehingga sulit dibuat kantung dengan sifat kelim panas yang baik (Syarief, Rizal dan Hariyadi Halid, 1989).

Polipropilen (PP) merupakan salah satu jenis termoplastik yang pertama kali direkomersialkan pada tahun 1950-an. Polipropilen dibuat dengan polimerisasi katalitik dari monomer propilen menggunakan panas dan tekanan. Polipropilen banyak digunakan untuk pengemas makanan yang bersifat kaku (Brown, 1992).

Polipropilen dihasilkan dengan polimerisasi gas polipropilen murni dengan Ziegler-Natta katalis. Polipropilen merupakan plastik dengan densitas antara 0,9-0,91. Polipropilen mempunyai sifat kekakuan yang baik, kuat, permukaan mengkilap dan kenampakan yang bening (Kondo, 1990) dan polipropilen juga memiliki sifat transparan susu pada bentuk film, tahan terhadap panas, relatif sulit ditembus oleh air akan tetapi mudah ditembus oleh gas.

Menurut Supriyadi (1993), polipropilen mempunyai sifat tingkat kekakuan baik, kuat, dan transparan pada bentuk film, tahan terhadap panas, relatif sulit ditembus uap Menurut Supriyadi (1993), polipropilen mempunyai sifat tingkat kekakuan baik, kuat, dan transparan pada bentuk film, tahan terhadap panas, relatif sulit ditembus uap

C sehingga dapat digunakan sebagai kemasan kantong yang tahan terhadap proses pemanasan suhu tinggi seperti sterilisasi. Sifat tahan terhadap suhu tinggi membawa konsekuensi menjadi sulit direkatkan dengan menggunakan panas.

Polipropilen bersifat lebih keras dan titik lunaknya lebih tinggi dari pada PEDT, lebih kenyal namun daya tahannya terhadap kejutan lebih rendah terutama pada suhu rendah. Tidak mengalami stress cracking oleh perubahan kondisi lingkungan, tahan terhadap sebagian besar senyawa kimia, kecuali pelarut aromatik dan hidrokarbon klorida dalam keadaan panas. Sedangkan sifat permebilitasnya terletak antara PEDR dan PEDT. Permukaannya yang keras dan licin membuatnya sulit ditulisi atau ditempeli tinta (Suyitno, 1990).

Polipropilen merupakan polimer dari propilen. Plastik jenis ini bersifat lebih kuat, kaku dan ringan dibanding dengan polietilena dengan daya tembus uap air yang rendah, tahan terhadap lemak, stabil pada suhu tinggi dan cukup mengkilap (Buckle dkk., 1978). Polipropilen juga mempunyai daya tahan yang sangat baik terhadap zat kimia (Setiadji, 1993).

B. Kerangka Berpikir

Ikan

Pengawetan dengan Proses Penepungan

Tanpa Proses Penepungan

Tepung Ikan

Membusuk

Analisis terhadap kualitas

Tepung Ikan (air, abu, protein, lemak,

angka peroksida)

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir Penelitian

C. Hipotesa

Pada penelitian ini diduga bahwa ada perubahan kadar air, abu, protein, lemak, angka peroksida selama proses pengolahan tepung ikan akibat proses pengukusan, perebusan, pengepresan dan penambahan Butylated Hydroxytoluene (BHT) 0,001% yang dikemas dengan plastik polipropilen dalam penyimpanan selama 28 hari pada suhu kamar.