Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal Di Kabupaten Purworejo

4. Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal Di Kabupaten Purworejo

Penelitian tentang implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo membahas tentang tahap-tahap implementasi dan faktor-faktor yang menghambat

Kelo mpok

P el

Subb agian Subb agian

Tahap-tahap implementasi program PAUD non formal, dapat dijelaskan sebagai berikut:

d. Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan suatu program atau kegiatan kepada warga masyarakat. Penyampaian sosialisasi dalam program PAUD non formal di kabupaten Purworejo sudah direncanakan sejak tahun 2002. Sampai tahun ini pun sosialisasi tentang program tersebut masih dilakukan. Sosialisasi ini lebih mengarah ke keberadaan PAUD non formal karena keberadaan PAUD formal (TK) sudah terlaksana sebelumnya. Hal ini karena belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang program pendidikan anak usia dini non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Tri Rokhani selaku staff seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

mengarah untuk keberadaan PAUD non formal seperti KB, TPA dan SPS. Ini karena program PAUD non formal masih baru dan

(wawancara tanggal 9 April 2012)

Sosialisasi program Pendidikan Anak Usia Dini non formal dilaksanakan dari tingkat kabupaten, kecamatan, sampai ke tingkat Sosialisasi program Pendidikan Anak Usia Dini non formal dilaksanakan dari tingkat kabupaten, kecamatan, sampai ke tingkat

program ini. Sampai sekarangpun kami masih sosialisasi. Sosialisasi ini diawali di tingkat kabupaten yang dilaksanakan oleh aparat seksi PAUD dan Kesetaraan, di kecamatan kami menggunakan penilik kecamatan dan di kelurahan/desa melalui lurah, tanggal 9 April 2012)

Sosialisasi di tingkat kabupaten dilakukan oleh aparat dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo dengan cara mengundang penilik di tiap-tiap kecamatan. Penilik adalah tangan panjang dinas P dan K kabupaten di masing-masing kecamatan yang khusus menangani PAUD non formal. Rapat dengan penilik dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Hal ini disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

-penilik di tiap kecamatan untuk rapat tentang program PAUD non formal. Penilik itu adalah tangan panjang kita di di kecamatan,masuknya di UPT. Rapat

(wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Sosialisasi di tingkat kecamatan dilaksanakan oleh UPT kecamatan yang bekerja sama dengan tim penggerak PKK kecamatan. Dalam sosialisasi ini diundang kepala desa di tiap-tiap kelurahan/desa dan tim penggerak PKK kelurahan/desa. Sosialisasi yang dilakukan

Kesetaraan:

penggerak PKK kecamatan. Mereka kemudian mengundang tim penggerak PKK kelurahan/desa. Dari kami sendiri ada program kerja sosialisasi yaitu melalui konferensi-kenferensi kepala desa. Tapi sosialisasi ini tidak dilaksanakan setiap bulannya (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Sosialisasi di tingkat kecamatan juga dilakukan dengan masuk ke perkumpulan-perkumpulan HIMPAUDI kecamatan dan di pertemuan PKK kecamatan. Pertemuan PKK kecamatan dilakukan setiap 1 bulan sekali tetapi khusus untuk sosialisasi program PAUD non formal dilakukan setiap 4 bulan sekali. Hal ini karena di dalam program kerja PKK terdapat 4 pokja. Dimana setiap pokja dibahas setiap bulannya. PAUD non formal ini termasuk ke dalam pokja 2. Seperti yang disampaikan Ibu RR Sri Heni, selaku penilik kecamatan Banyuurip:

ami juga sering masuk ke perkumpulan HIMPAUDI kecamatan maupun PKK kecamatan. Tetapi khusus sosialisasi PAUD non formal, kami bahas pada pertemuan PKK pokja 2,

(wawancara

tanggal 10 April 2012)

Sosialisasi di tingkat kelurahan/desa, dilakukan oleh lurah/kepala desa yang bekerja sama dengan tim penggerak PKK kelurahan/desa. Mereka menyampaikan sosialisasi ke tingkat di bawahnya yaitu ketua RT dan RW. Dari ketua RT atau RW kemudian

Pakisrejo, kecamatan Banyuurip:

mempunyai balita. Dari keputusan kepala desa kami menyampaikan ke masyarakat melalui kegiatan rutin posyandu. RT atau RW juga ikut menyampaikan sosialisasi melalui

ggal 11 Maret 2012)

Semua sosialisasi yang dilakukan aparat, membahas tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, manfaat mengikuti pendidikan anak usia dini dan bagaimana memberikan contoh kepada orang tua tentang cara pemberian rangsangan pendidikan bagi anak usia dini. Sosialisasi ini terus dilakukan karena banyak masyarakat yang belum memahami tentang PAUD non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD Kesetaraan:

ahwa pendidikan anak di usia dini sangat penting. Berbagai manfaat mengikuti pendidikan anak usia dini juga kami sampaikan kepada masyarakat. Bahkan sampai cara menangani anak bagi para orang tua juga ikut kami sampaikan. Ini kami lakukan karena masyarakat Purworejo, terutama yang di daerah pedesaan belum sepenuhnya paham (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Ibu Enah Rohanah selaku pendidik Pos PAUD Tunas Bangsa kecamatan Loano, menambahkan: ya, pentingnya

pendidikan anak usia dini,kemudian tumbuh kembang anak

Sosialisasi dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo dilakukan dengan cara penyuluhan-penyuluhan dan melalui Sosialisasi dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo dilakukan dengan cara penyuluhan-penyuluhan dan melalui

-pamlet yang digunakan untuk sosialisasi tetapi melalui rapat-rapat atau penyuluhan. Mungkin jika ada yang membuat dalam bentuk pamlet-pamlet maupun selebaran-selebaran dan bahkan kegiatan lain yang bisa digunakan untuk media sosialisasi biasanya dilakukan oleh penyelenggara-penyelenggaranya maupun lembaga-lembaga di daerah tersebut yang sedang mempromosikan program itu. Kalau kami tidak mem Maret 2012)

Kegiatan sosialisasi juga tidak hanya dilakukan melalui rapat- rapat atau penyuluhan, menyebar pamlet serta buku panduan, tetapi dengan kegiatan lain yaitu pengajian, program parenting dan outbond. Di dalam kegiatan itu, diselingi dengan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Pengajian dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dan program perenting dilakukan setiap 2 bulan sekali. Kegiatan ini tidak selalu dilakukan lembaga-lembaga PAUD non formal yang ada di kabupaten Purworejo. Ini dikarenakan keterbatasan dana dari lembaga penyelenggaranya. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Endah Budi selaku pendidik KB Aisyiyah kecamatan Gebang:

atau rapat-rapat tetapi dengan mengadakan pengajian yang di dalamnya membicarakan tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Kegiatan pengajian ini dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Ada juga program parenting (rapat antara pendidik dan masyarakat). Program ini dilakukan setiap 2 bulan sekali.

sosialisasi yang dilakukan lebih mengarah ke sosialisasi PAUD non formal, tetapi sosialisasinya tidak terjadwal rutin. Selain itu masih banyak masyarakat Purworejo terutama yang tinggal di pedesaan belum memahami arti pentingnya pendidikan anak usia dini non formal.

e. Pelaksanaan program

Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo mulai dilaksanakan sejak tahun 2002. Awal mula pelaksanaan program ini yaitu dengan membentuk lembaga-lembaga PAUD non formal, pelatihan-pelatihan bagi pendidik PAUD non formal dan pemberian dana dari pemerintah.

4. Pembentukan lembaga PAUD non formal

Dari awal sosialisasi program pendidikan anak usia dini non formal di kabupaten Purworejo, pihak aparat telah memberikan buku-buku pedoman petunjuk teknis penyelengaaraan TPA (Taman Penitipan Anak), KB (Kelompok Bermain) dan SPS (Satuan PAUD Sejenis). Di dalam buku pedoman tersebut terdapat berbagai materi tentang PAUD non formal sampai cara pembentukan lembaga. Penyelenggara TPA dan KB berasal dari masyarakat atau yayasan yang berminat untuk membentuk lembaga tersebut. Sedangkan untuk SPS atau Pos PAUD dibentuk atas kesepakatan masyarakat dan

Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

penyelenggaraan PAUD non formal. Setelah sampai di tingkat kelurahan, secara otomatis mereka akan musyawarah untuk mencari kesepakatan akan membuat lembaga PAUD non formal dalam bentuk apa. TPA dan KB biasanya dibentuk oleh masyarakat atau yayasan di daerah itu. Kalau SPS atau Pos PAUD terbentuk dari kesepakatan

(wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Setelah tercapai kesepakatan untuk membentuk lembaga PAUD non formal, semua persyaratan harus dipenuhi oleh penyelenggaranya. Adapun persyaratannya antara lain:

a. Memiliki kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari unsur pembina atau pengelola

b. Memiliki tutor sekurang-kurangnya 3 orang termasuk pengelola

c. Sekurang-kurangnya 50% tutor berpendidikan SLTA

d. Sekurang-kurangnya tutor dilatih

e. Memiliki tempat yang tetap dan layak untuk kegiatan anak baik kepunyain sendiri, sewa maupun pinjam pakai

f. Tersedia air bersih dan kakus untuk keperluan MCK

g. Memiliki halaman untuk bermain bebas

h. Memiliki Alat Permainana Edukasi (APE) untuk mendukung kegiatan anak di masing-masing kelompok

i. Memiliki administrasi pencatatan kegiatan i. Memiliki administrasi pencatatan kegiatan

Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

oleh penyelenggaranya. Persyaratan utama untuk pembentukan PAUD non formal antara lain: memiliki pengurus lembaga, pengajar minimal SMA, mempunyai tempat untuk kegiatan, memiliki sarana dan buku-buku yang menunjang pelaksanaan program dan memiliki anak

Untuk masalah akta notaris, yang diharuskan memiliki adalah dari TPA dan KB. Sedangkan untuk Pos PAUD atau SPS, tidak perlu membuat akta notaris tetapi harus mempunyai akta dari kepala desa. Hal ini disampaikan oleh Ibu RR Sri Heni, selaku penilik kecamatan Banyuurip:

pendirian lembaga. Tetapi yang diharuskan untuk memiliki akta notaris yaitu Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain. Kalau SPS atau Pos PAUD tidak harus memakai

(wawancara tanggal 11 April 2012)

Setelah semua persyaratan terpenuhi dan lembaganya sudah berjalan sekurang-kurangnya 6 bulan, maka pihak penyelenggara Setelah semua persyaratan terpenuhi dan lembaganya sudah berjalan sekurang-kurangnya 6 bulan, maka pihak penyelenggara

lembaga harus mengajukan perijinan ke UPT. Lalu kami segera menindaklanjutinya dengan survey ke lembaga. Survey ini dilakukan untuk membuktikan apakah lembaga itu berjalan atau tidak. Setelah itu, UPT membuatkan rekomendasi ijin perijinan dan langsung diserahkan ke dinas. Dinas yang berhak untuk membuatkan surat ijin

Di bawah ini merupakan jumlah lembaga PAUD non formal baik yang sudah mendapat ijin dan belum mendapat ijin yang tersebar di kabupaten Purworejo.

Tabel 4.2

Data Jumlah Lembaga PAUD Non Formal Baik Yang Sudah Mendapat Ijin Maupun Belum Mendapat Ijin Tahun 2011 No

Kecamatan

Ada Ijin

Belum Ada Ijin

KB

TPA

SPS

KB

TPA

SPS

1. Grabag

2. Ngombol

3. Purwodadi

4. Bagelen

5. Kaligesing

6. Purworejo

7. Banyuurip

6 62 53 5 41 Sumber: Data PAUD non formal dinas P dan K (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan bahwa lembaga PAUD non formal yang ada di Kabupaten Purworejo belum sepenuhnya mendapatkan ijin dari pemerintah. Hal ini karena lembaga tersebut masih dalam tahap pendirian yang belum mencapai 6 bulan pelaksanaannya dan ada pula yang belum memenuhi standar pendirian lembaga PAUD non formal. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

sudah berijin. Masih ada lembaga yang belum mendapat ijin dari kami. Ini karena mereka masih mendirikan lembaga belum mencapai 6 bulan dan ada juga lembaga-lembaga yang belum memenuhi syarat-syarat pendirian lembaga seperti anak didiknya belum mencapai 20 orang. Untuk itu kami belum bisa mengeluarkan ijin pendirian lembaga

(wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Dari data diatas juga terlihat bahwa jumlah TPA masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah KB dan SPS. TPA di kabupaten Purworejo, hanya terdapat didaerah kota. Sedangkan di pedesaan belum banyak terdapat TPA (Taman Penitipan Anak).

Masyarakat lebih memilih untuk diasuh sendiri daripada menitipkan dengan biaya yang tidak sedikit. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

baru daerah kota yang mendirikan kalau di desa belum semuanya mampu dan mau membentuknya. Disamping biayanya

mahal, dari masyarakatnya sendiripun belum mau diajak untuk menitipkan anaknya ke TPA. Ya, mereka lebih memilih diasuh sendiri daripada membayar dengan biaya lumayan

Demikian juga disampaikan oleh Ibu Yan, selaku orang tua peserta didik Pos PAUD Hidayatul Aulad kecamatan Banyuurip:

daripada menitipkan di taman penitipan. Ya karena di pe

(wawancara tanggal 11

Maret 2012)

Dalam pelaksanaan kegiatan PAUD non formal, terdapat sentra-sentra untuk anak didik bermain dan belajar. Dimana pengertian sentra secara umum adalah pojok ruangan area tempat bermain anak. Sentra-sentra tersebut digunakan untuk membedakan kegiatan yang dilakukan saat pembelajaran. PAUD non formal yang sudah memiliki ruangan sentra permainan adalah TPA dan KB. Sedangkan untuk Pos PAUD atau SPS, ruang sentranya bergabung satu sama lain. Kegiatan bermain dan belajarnya di lakukan di satu ruangan yang sama. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita

Berikut ini merupakan gambar ruang sentra di KB Aisyiyah kecamatan Purworejo:

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8 Keterangan: Gambar 4.2 adalah sentra ibadah Gambar 4.3 adalah sentra perang Gambar 4.4 adalah sentra musik dan olah tubuh

Gambar 4.5 adalah sentra seni dan kreativitas Gambar 4.6 adalah sentra persiapan

Gambar 4.7 adalah sentra bahan alam Gambar 4.8 adalah sentra balok

Berikut ini merupakan gambar ruang kegiatan di Pos PAUD Hidayatul Aulad, kecamatan Banyuurip:

Gambar 4.9

Gambar 4.10 Gambar 4.10

Dari gambar-gambar diatas menunjukkan bahwa KB dan Pos PAUD berbeda. Kelompok Bermain (KB) harus mempunyai tempat yang luas untuk membangun sentra-sentra permainan anak sedangkan untuk Pos PAUD hanya diperlukan sarana yang mendukung pelaksanaan program. Untuk ruangan sentra-sentra permainan anak, masih menggunakan satu ruangan dan dilakukan bergantian.

5. Pelatihan pendidik PAUD non formal

mengarahkan perkembangan dari peserta pelatihan melalui pengetahuan, keahlian dan sikap yang diperoleh untuk memenuhi standar tertentu. Kegiatan pelatihan ini memang sangat penting. Ini dilakukan bahwa di dalam pedoman standar pendidik PAUD non formal, minimal pendidikan SMU sederajat dapat menjadi pendidik PAUD non formal yang ada di daerahnya. Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan bagi calon pendidik agar terampil selayaknya seorang pendidik yang profesional. Kegiatan pelatihan bagi calon pendidik, dilakukan dengan magang-magang di tempat yang ditunjuk. Tempat yang digunakan untuk magang itu adalah lembaga-lembaga PAUD non formal yang sudah dianggap unggul pelaksanaan programnya. Selain magang, pendidik juga terkadang diundang untuk mengikuti

Kasi PAUD dan Kesetaraan:

a HIMPAUDI yang mengadakan pelatihan bagi calon pendidik, yaitu dengan mengadakan workshop menyusunan kurikulum dan seminar-seminar. Pelatihan juga dilakukan dengan memagangkan pendidik di tempat-tempat yang

(wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Pelatihan-pelatihan bagi pendidik PAUD non formal ini juga dilaksanakan dari tingkat provinsi, kabupaten maupun SKB (Sanggar Kegiatan Belajar). Untuk pelatihan dari provinsi, tiap-tiap kabupaten diminta untuk mengirim pendidik untuk dilatih. Pelatihan dari provinsi ini juga tidak rutin dilakukan karena keterbatasan dana. Tidak semua pendidik bisa mengikuti pelatihan ini karena kuota untuk pelatihan sudah ditentukan pemerintah pusat. Jadi pelatihan pendidik dilakukan secara bergilir. Hal ini disampaikan oleh Ibu RR Sri Heni, selaku penilik kecamatan Banyuurip:

pelatihan tetapi tidak terjadwal rutin. Hal ini karena dana untuk pelatihan sangat terbatas. Pelatihan bagi pendidiknya

(wawancara tanggal 10 April 2012)

Di tingkat provinsi juga mengadakan pelatihan pendidik PAUD non formal. Sejak tahun 2010/2011 hanya dilakukan 2 kali yaitu di Salatiga dan di Srondol. Itupun tidak semua pendidik mengikutinya. Dari pusat hanya mengundang sebagian pendidik

Kesetaraan:

kali sejak tahun 2010/2011. Tempatnya yaitu di Salatiga dan di Srondol. Pendidik yang mengikuti pelatihan ini terbatas mbak, jadi ya kami hanya nurut perintah saja untuk

(wawancara tanggal 8 Maret

Di tingkat kabupaten, pelatihan juga pernah dilaksanakan tetapi tidak rutin. Hal ini disebabkan karena terbatasnya anggaran untuk pelatihan bagi pendidik PAUD non formal. Tempat yang digunakan untuk pelatihan yaitu di TPA/KB Mutiara ibu, Setia Budi, Lestari dan Traju Mas. Tempat-tempat tersebut digunakan untuk pelatihan karena lembaga itu sudah dianggap sukses melaksanakan program PAUD non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiani, selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

mbak, tergantung ada tidaknya dana. Tempat yang kami tunjuk untuk pelatihan yaitu di Mutiara ibu, Setia Budi, Lestari dan Traju Mas. Kami menunjuk lembaga tersebut karena lembaga-lembaga itu sudah sukses melakukan

(wawancara tanggal 8 Maret

Data Jumlah Peserta Pelatihan Pendidik PAUD Non Formal

Tingkat Provinsi Tahun 2011

No Nama lembaga Jumlah pendidik

(orang)

Jumlah peserta

14 3,8% Sumber: Data PAUD non formal dinas P dan K (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah peserta pelatihan masih sedikit dibandingkan dengan jumlah pendidik PAUD non formal yang ada. Peserta yang ikut pelatihan dari tiap- tiap lembaga belum mencapai 50 %. Padahal jumlah pendidik SPS sebanyak 365 orang, KB sebanyak 689 orang dan TPA sebanyak 51 orang. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiani, selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

provinsi belum mencapai 50%. Padahal jumlah pendidik PAUD non formal yang ada di kabupaten Purworejo sangat banyak, yaitu SPS sebanyak 365 orang, KB sebanyak 689

Maret 2012)

6. Pemberian dana

Dana yang digunakan untuk mendukung berjalannya program diperoleh dari APBN dan APBD I (Provinsi) dan APBD II (Daerah). Dalam hal ini dinas P dan K tidak ikut campur dengan dana-dana Dana yang digunakan untuk mendukung berjalannya program diperoleh dari APBN dan APBD I (Provinsi) dan APBD II (Daerah). Dalam hal ini dinas P dan K tidak ikut campur dengan dana-dana

dalam proses penyalurannya. Dari pusat, dana yang sudah cair dikirim langsung ke penyelenggaran program. Semua urusan pendanaan sudah menjadi tanggungjawab masing- masing lembaga. Kami hanya memantau RAB (Rancangan Anggaran Belanja) dari setiap lembaga yang tersebar di

Dana-dana yang termasuk dalam APBN, APBD I (Provinsi) dan APBD II (Daerah) yaitu: - Dana rintisan

Dana rintisan adalah dukungan dana bagi lembaga atau badan yang sedang atau akan merintis layanan PAUD non formal dalam bentuk Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Pos PAUD atau Satuan PAUD Sejenis (SPS) lainnya yang digunakan untuk meningkatkan akses layanan PAUD non formal yang menjangkau anak usia dini yang belum atau tidak terlayani.

Dana rintisan berbeda antara lembaga yang satu dengan yang lain. untuk TPA dan KB, dana rintisannya lebih banyak dibanding SPS. Hal ini dikarenakan oleh tingkat kesulitan Dana rintisan berbeda antara lembaga yang satu dengan yang lain. untuk TPA dan KB, dana rintisannya lebih banyak dibanding SPS. Hal ini dikarenakan oleh tingkat kesulitan

(wawancara tanggal 8

Maret 2012)

Adapun jumlah dana dari pemerintah untuk rintisan PAUD non formal yaitu sebagai berikut: Tabel 4.4

Data Jumlah Dana Rintisan PAUD Non Formal

No

Nama PAUD

Jumlah

1. SPS (Satuan PAUD Sejenis)

Rp. 25.000.000,00

2. KB (Kelompok Bermain)

Rp. 35.000.000,00

3. TPA (Taman Penitipan Anak) Rp. 45.000.000,00 Sumber: Data PAUD non formal dinas P dan K

(data diolah)

Dana-dana itu disalurkan ke tiap-tiap lembaga hanya sekali. Bila ada kekurangan dana, lembaga penyelenggaranya harus berusaha sendiri dengan cara mereka. Bisa dengan mencari donatur-donatur, menambah biaya SPP ke peserta PAUD non formal dan mengajukan proposal ke pemerintah.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo: Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo:

Dana rintisan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan lembaga antara lain untuk tempat atau sarana kegiatan, APE luar dan APE dalam serta dipergunakan untuk pembelajaran program PAUD non formal. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Sofiana selaku Ketua pos PAUD Hidayatul Aulad kecamatan Banyuurip:

Rp.25.000.000,00 untuk memenuhi kebutuhan lembaga. Kebutuhan itu antara lain untuk keperluan APE baik yang di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan untuk keb Maret 2012)

- Dana Bantuan Operasional PAUD (BOP)

Bantuan Operasional PAUD (BOP) adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada anak melalui lembaga PAUD untuk mendukung proses operasional pembelajaran PAUD bagi anak dari keluarga tidak mampu. Dana BOP ini telah diberikan pemerintah ke lembaga-lembaga yang ada sebesar Rp. 9.000.000,00. Tetapi untuk dana BOP itu tidak semua PAUD non formal yang ada mendapatkannya.

dana dari pemerintah.Yang diutamakan untuk mendapat BOP ini adalah lembaga PAUD non formal yang baru dibentuk.

lembaga. Tapi tidak semua mendapatkan dana ini mbak, yang kami utamakan adalah lembaga-lembaga yang baru terbentuk. Ini karena lembaga baru biasanya belum mempunyai dana cukup untuk memenuhi kebutuhan

l 8 Maret 2012)

Dana BOP (Bantuan Operasional PAUD) dari pemerintah sangat terbatas maka tidak semua lembaga mendapatkan dana ini. Proses pemberian dana BOP digilir dari lembaga satu ke lembaga lainnya. Diutamakan yang mendapatkan dana ini adalah lembaga- lembaga yang sama sekali belum mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

dana BOP ke lembaga-lembaga. Yang lebih kami pentingkan untuk mendapat dana ini adalah lembaga PAUD non formal yang sama sekali belum mendapat bantuan dana

- Dana untuk bahan ajar

Dana untuk bahan ajar yaitu dana-dana yang diperlukan untuk membeli buku-buku pelajaran untuk anak didik PAUD non formal. Besaran dana untuk bahan ajar yaitu Rp. 5.000.000,00. Dana untuk bahan ajar ini juga tidak semua mendapatkannya. Diutamakan yang mendapat dana ini adalah lembaga yang belum menerima dana bantuan dari pemerintah. Hal ini seperti yang Dana untuk bahan ajar yaitu dana-dana yang diperlukan untuk membeli buku-buku pelajaran untuk anak didik PAUD non formal. Besaran dana untuk bahan ajar yaitu Rp. 5.000.000,00. Dana untuk bahan ajar ini juga tidak semua mendapatkannya. Diutamakan yang mendapat dana ini adalah lembaga yang belum menerima dana bantuan dari pemerintah. Hal ini seperti yang

8 Maret 2012)

- Dana APE (Alat Permainan Edukatif)

Dana APE diperuntukkan bagi Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB) dan Pos PAUD yang sudah berjalan dan sudah mempunyai ijin serta memenuhi persyaratan untuk mendapatkan dana bantuan. Besarnya dana APE ini adalah Rp 8.000.000,00 per lembaga. Dana ini digunakan untuk membeli Alat Permainan Edukatif (APE) baik APE dalam maupun APE luar. Hal ini seperti yang sampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

rmainan Edukatif diserahkan kepada lembaga sebesar Rp 8.000.000,00. Dana ini dikelola sendiri oleh penyelenggara lembaga untuk pembelian APE

Ini juga disampaikan oleh Ibu Ade Riyani, selaku pendidik KB Mekar Kuncup kecamatan Purwodadi:

pemerintah. Dana itu kami gunakan untuk membeli alat tanggal 26 Maret 2012) pemerintah. Dana itu kami gunakan untuk membeli alat tanggal 26 Maret 2012)

pendidik PAUD non formal tetapi dengan syarat, mereka harus sudah mengajar selama 2 tahun atau lebih. Dana dari APBN sebesar Rp. 100.000,00 per bulan dan dari APBD sebesar Rp. 150.000,00 per bulan. Penyerahannya bergilir, tahun ini dapat dari APBN dan tahun berikutnya dapat dari APBD. Dana insentif tanggal 8 Maret 2012)

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Ade Riyani, selaku pendidik KB Kuncup Mekar kecamatan Purwodadi:

n formal yang disebut dengan dana insentif. Dananya mulai ada sejak tahun 2008. Bisa mendapatkan dana insentif itu yaitu dengan syarat telah menjadi pendidik PAUD non

f. Pengawasan

Tujuan pengawasan yaitu untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini non formal di setiap daerah. Pengawasan dilakukan oleh dinas Pendidikan dan

Kabupaten Purworejo. Sedangkan pengawasan dari lembaga yaitu dengan membuat laporan pelaksanaan program PAUD non formal setiap 1 bulan sekali. Pengawasan tidak dilaksanakan secara rutin dikarenakan adanya keterbatasan tenaga, waktu dan dana.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo:

engawasan melalui monitoring ke lembaga-lembaga PAUD non formal yang tersebar di seluruh Kabupaten. Dari lembaganya pun harus membuat laporan yang diserahkan setiap 1 bulan sekali ke dinas melalui UPT kecamatan. Pengawasan yang kami lakukan, tidak rutin karena dananya terbatas dan waktunya terkadang tersita oleh kegiatan

Lembaga-lembaga PAUD non formal, diharuskan untuk menyetor laporan hasil pelaksanaan program. Kalaupun ada lembaga yang belum menyerahkan laporan sampai batas waktu yang ditentukan maka akan ditegur secara langsung untuk menyerahkan laporan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Enah Rohanah, selaku pendidik Pos PAUD Tunas Bangsa, kecamatan Loano:

tertulis tentang perkembangan pelaksanaan program setiap bulannya. Setiap bulan kami harus menyetor laporan itu ke dinas. Misalkan ada yang terlambat menyetor akan ditegur untuk segera menyetor.

(wawancara tanggal 28 Maret 2012) (wawancara tanggal 28 Maret 2012)

an pengawasan ini tidak selalu dilakukan dengan monitoring ke lembaga tetapi terkadang kita mengadakan pertemuan antar pendidik maupun penyelenggaranya, yaitu dengan berkomunikasi bagaimana penyelenggaraannya, apakah fasilitas-fasilitas yang ada telah memenuhi standar pendidikan nasional. Ya berbagai sharing tentang pelaksanaan program yang di

Proses pengawasan yang dilakukan dinas P dan K kabupaten Purworejo tidak selalu berjalan lancar, terkadang masih ada lembaga- lembaga yang belum diawasi. Walaupun ada lembaga yang belum diawasi aparat, tetapi mereka diharuskan untuk membuat laporan kegiatan setiap 1 bulan sekali. Hal ini disebabkan karena masalah waktu. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

jika akan mengadakan pengawasan pasti terbentur kegiatan dari dinas dan adanya pekerjaan rutin dinas yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi lembaga harus menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan setiap 1 bulan sekali. Ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk pengawasan tidak langsung dari jika akan mengadakan pengawasan pasti terbentur kegiatan dari dinas dan adanya pekerjaan rutin dinas yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi lembaga harus menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan setiap 1 bulan sekali. Ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk pengawasan tidak langsung dari

Solusi untuk menangani masalah pengawasan yang tidak selalu dilaksanakan karena terbentur dengan kegiatan-kegiatan dinas lain yaitu dengan cara tetap mengadakan pengawasan yang dilaksanakan di luar jam dinas. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

lembaga-lembaga PAUD non formal yang ada di luar jam dinas. Ya itu, karena di luar jam dinas (wawancara tanggal 8 Maret 2012)