Faktor-faktor penghambat pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo

5. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo

d. Komunikasi

Komunikasi yang berlangsung pada saat sosialisasi dalam pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo kurang maksimal. Sosialisasi terkadang tidak bisa menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat, maka informasi tentang PAUD non formal tidak sampai ke kelompok sasaran. Sehingga masyarakat yang ada belum paham tentang pentingnya pendidikan anak usia dini non formal. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu IG, Komunikasi yang berlangsung pada saat sosialisasi dalam pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo kurang maksimal. Sosialisasi terkadang tidak bisa menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat, maka informasi tentang PAUD non formal tidak sampai ke kelompok sasaran. Sehingga masyarakat yang ada belum paham tentang pentingnya pendidikan anak usia dini non formal. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu IG,

April 2012)

Informasi di tingkat kelurahan/desa kurang lancar, disebabkan karena jumlah penilik yang kurang sehingga frekuensi sosialisasi juga berkurang. Jumlah penilik di tiap-tiap kecamatan hanya satu maka tidak menutup kemungkinan bahwa sosialisasi yang dilaksanakan di desa- desa kurang maksimal karena terlalu banyak desa yang harus dikunjungi. Oleh karena itu menyebabkan masyarakat kurang paham tentang PAUD non formal. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu DW, selaku orang tua peserta didik, desa Jenarlor, kecamatan Purwodadi:

/desa tentang PAUD non formal tidak terlalu rinci mbak, kami hanya menerima info sekedarnya saja. Ini mungkin karena jumlah penilik yang hanya satu maka tidak terlalu maksimal memberi informasinya. Mungkin karena penilik banyak target ke desa- desa untuk memberi sosialisasi, jadi ya sosialisasi di sini agak

Akibat frekuensi sosialisasi yang kurang di tingkat kelurahan/desa, menyebabkan informasi tentang pentingnya PAUD non formal tidak diketahui oleh sebagian masyarakat. Ini terbukti dengan ketidaktahuan masyarakat tentang program PAUD non formal. Hal ini juga karena banyak masyarakat yang tidak menghadiri sosialisasi maka masyarakat tidak tahu tentang pentingnya PAUD non formal. Hal ini Akibat frekuensi sosialisasi yang kurang di tingkat kelurahan/desa, menyebabkan informasi tentang pentingnya PAUD non formal tidak diketahui oleh sebagian masyarakat. Ini terbukti dengan ketidaktahuan masyarakat tentang program PAUD non formal. Hal ini juga karena banyak masyarakat yang tidak menghadiri sosialisasi maka masyarakat tidak tahu tentang pentingnya PAUD non formal. Hal ini

Media sosialisasi yang digunakan di tingkat kelurahan/desa hanya menggunakan pertemuan PKK desa, maka banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa telah ada sosialisasi program PAUD non formal. Hal ini karena masyarakat yang tidak rutin menghadiri sosialisasi di pertemuan PKK atau pertemuan desa lainnya. Lain halnya jika sosialisasi menggunakan leaflet yang disebar ke semua lapisan masyarakat, kemungkinan besar masyarakat dapat lebih mengerti tentang PAUD non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu HK, selaku orang tua peserta didik, Desa Pakisrejo RT 02 RT 02, Kecamatan Banyuurip:

terlalu sibuk dengan pekerjaan dirumah, untuk itu informasi yang saya dapat tentang PAUD non formal hanya sekedarnya. Jika ada sebaran leaflet mungkin saya bisa tahu walaupun tidak

29 April 2012)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi komunikasi yang kurang mengakibatkan masyarakat kurang mengerti lebih dalam tentang pentingnya pendidikan anak usia dini non formal. Penggunaan media sosialisasi yang hanya menggunakan pertemuan- Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi komunikasi yang kurang mengakibatkan masyarakat kurang mengerti lebih dalam tentang pentingnya pendidikan anak usia dini non formal. Penggunaan media sosialisasi yang hanya menggunakan pertemuan-

4. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo mempunyai sumber daya manusia atau para aparat pelaksana yang diberi wewenang untuk terjun ke lapangan melaksanakan tugasnya. Mereka adalah para aparat dari dinas, penilik kecamatan, kepala desa dan pendidik PAUD non formal. Sumber daya manusia dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya. Dari segi kualitas, tidak ada hambatan untuk aparat dan pendidik PAUD non formal. Tetapi dari segi kuantitasnya, masih ada hambatan dalam pelaksanaan program PAUD non formal. - Kuantitas

Untuk jumlah penilik sebenarnya belum mencukupi, karena hanya terdapat 1 penilik di tiap kecamatan. Ini karena proses mendapatkan penilik semuanya butuh proses. Di pihak UPT sebenarnya membutuhkan penilik tambahan untuk terjun ke lapangan. Karena selama ini, 1 penilik bertugas ke beberapa desa untuk sosialisasi maupun survey ke lembaga-lembaga PAUD non formal. Oleh karena itu banyak target kerja penilik yang tidak Untuk jumlah penilik sebenarnya belum mencukupi, karena hanya terdapat 1 penilik di tiap kecamatan. Ini karena proses mendapatkan penilik semuanya butuh proses. Di pihak UPT sebenarnya membutuhkan penilik tambahan untuk terjun ke lapangan. Karena selama ini, 1 penilik bertugas ke beberapa desa untuk sosialisasi maupun survey ke lembaga-lembaga PAUD non formal. Oleh karena itu banyak target kerja penilik yang tidak

Keberadaan penilik sangat penting karena tugas penilik adalah menyampaikan secara langsung informasi-informasi ke masyarakat sasaran. Meskipun hanya ada satu penilik di tiap-tiap kecamatan tetapi keberadaannya sangat berpengaruh. Karena jika salah satu penilik di tiap kecamatan tidak melaksanakan tuganya dengan baik maka akan mempengaruhi proses pelaksanaan program pendidikan anak usia dini non formal di kabupaten Purworejo. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Sri Handayani, selaku penilik kecamatan Purwodadi:

mempengaruhi proses pelaksanaan PAUD non formal sekabupaten. Jika salah satu penilik lalai melaksanakan tugasnya maka akan berdampak pada pelaksaan program di kecamatan itu maupun seluruh kecamatan yang ada di

2012)

5. Dana

Sumber daya yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kebijakan, selain sumber daya manusia adalah dana. Dana ini diperlukan untuk membiayai operasionalisasi pelaksanaan kebijakan

Sumber dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program PAUD non formal di dapat dari pemerintah dan dari masyarakat. Dana dari pemerintah yaitu berasal dari APBN, APBD I (provinsi) dan APBD II (daerah). Sedangkan dana dari masyarakat berupa pembayaran SPP PAUD non formal dan sumbangan-sumbangan dari donatur. Semua anggaran dari pemerintah digunakan untuk membiayai dana rintisan untuk PAUD non formal, APE, BOP, bahan ajar dan dana insentif untuk pendidik. Dana dari masyarakat juga digunakan untuk meningkakan pembelajaran anak didik. Untuk dana dari pemerintah masih banyak lembaga PAUD non formal yang belum memperoleh dana tersebut. Akibatnya lembaga-lembaga yang belum mendapatkan dana merasa kewalahan mencari dana untuk menunjang proses pembelajaran.

Dana dari pemerintah sangat terbatas maka TPA (Taman Penitipan Anak), KB (Kelompok Bermain) dan SPS (Satuan PAUD Sejenis), tidak bisa mendapatkan semua dana yang ada. Lembaga- lembaga tersebut hanya mendapatkan salah satu dari dana-dana tersebut. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD Kesetaraan dinas P dan K Kabupaten Purworejo:

- lembaga PAUD non formal seperti TPA, KB dan SPS, tidak mendapatkan semua dana yang ada tetapi hanya mendapat salah satu dari dana-

tanggal 27 Maret

2012)

mencukupi untuk mendanai lembaga-lembaga PAUD non formal yang terdapat di kabupaten Purworejo. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi terganggu karena sarana pembelajarannya tidak mencukupi. Padahal dana untuk rintisan PAUD non formal lumayan banyak. Bisa digunakan untuk membeli alat-alat permainan dan untuk kegiatan-kegiatan lain. Hal ini disampaikan oleh Ibu Ade Riyani, selaku pendidik KB Kuncup Mekar kecamatan Purwodadi:

kami mendapatkannya, lumayan bisa untuk membeli alat-alat bermain anak. Karena selama ini anak-anak bermain dengan permainan yang seadanya. Ya, anak-anak mungkin jadi bosan karena permainannya itu- Maret 2012)

Dana-dana dari SPP bulanan dan dari donatur jelas tidak cukup untuk membiayai program ini, karena jumlah SPP PAUD non formal sangat sedikit. Dana dari donatur juga belum tentu ada setiap bulannya. Akibatnya tidak ada tambahan dana untuk pelaksanaan program sehingga sarana-sarana yang ada sangat terbatas. Hal seperti yang dikatakan oleh Ibu Sofiana selaku Ketua Pos PAUD Hidayatul Aulad kecamatan Banyuurip:

-dana tambahan dari SPP maupun donatur sangat tidak cukup untuk kegiatan belajar anak. Kami tidak selalu mendapat donatur tiap bulannya. Untuk itu ya, alat-alat permainan anak kami Maret 2012)

P (Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan). Untuk itu yang awalnya APE sebesar Rp.8.000.000,00 dan BOP sebesar Rp. 9.000.000,00 bisa berubah menjadi setengahnya. Hal ini menyebabkan pelaksanaan program menjadi terganggu karena kekurangan dana. Sehingga jika ada keperluan mendadak, harus bingung mencari pinjamana dana. Hal ini disampaikan oleh Ibu Endah Budi, selaku pendidik KB Aisyiyah kecamatan Gebang:

hanya dana APE sebesar Rp. 5.500.000,00 dan BOP sebesar Rp. 4.500.000,00. Dana ini tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah karena jumlah yang seharusnya lebih dari itu yaitu untuk APE, Rp. 8.000.000,00 dan BOP Rp. 9.000.000,00. Ini menyebabkan kegiatan menjadi tidak lancar

2012)

Di Kabupaten Purworejo masih ada lembaga-lembaga PAUD non formal yang belum mendapatkan dana bantuan. Hal ini karena keterbatasan dana yang dianggarkan dari pemerintah sehingga pelaksanaan program PAUD non formal tidak bisa terlaksana maksimal. Adapun jumlah lembaga yang belum di danai pemerintah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Daftar Lembaga PAUD Non Formal Di Tiap-Tiap Kecamatan Yang Belum Memperoleh Dana Tahun 2011 Dari 180 KB, 103 SPS Dan 11 TPA

No Nama Kecamatan

KB

SPS TPA

1 Grabag

3 2 - Sumber: Data dinas P dan K Kabupaten

Purworejo

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dana- dana yang dianggarkan pemerintah belum sepenuhnya mencukupi pelaksanaan program PAUD non formal. Hal ini disebabkan keterbatasan dana dari pemerintah, sehingga pelaksanaan program terhambat karena banyak lembaga yang kekurangan dana.

6. Fasilitas atau sarana prasarana

Sarana prasarana merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan sarana-sarana lainnya yang semuanya akan memudahkan

seperti APE juga belum mencukupi di semua lembaga. Terkadang ada lembaga yang menumpang dengan sarana prasarana yang terdapat di TK. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana yang di dapat. Dengan demikian pelaksanaan program menjadi terganggu karena anak tidak akan leluasa bermain karena permainannya berbagi dengan sekolah lain. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Enah Rohanah selaku pendidik Pos PAUD Tunas Bangsa kecamatan Loano:

dekat gedung kita. Kami pinjam APE luar dari TK karena APE luar yang kami punya hanya 1. Tetapi sering anak

Maret 2012)

Penyelenggara program PAUD non formal juga dituntut untuk bisa berkreasi dengan membuat mainan dari barang-barang tidak terpakai. Tetapi walaupun sudah dibuatkan mainan penunjang kegiatan, tetap saja anak didik tidak merasa berminat belajar karena permainan yang dibuat kurang menarik. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Ade Riyani selaku pendidik Pos PAUD Kuncup Mekar kecamatan Purwodadi:

permainan sendiri dari bahan-bahan yang tidak terpakai. Tapi ya itu mbak, terkadang anak merasa tidak semngat karena permainan yang ada, kurang

(wawancara tanggal

26 Maret 2012) 26 Maret 2012)

p. Kami menyewa TPQ yang ada di sini. Ya, resikonya ya kita harus rela bergantian tempat dengan memindahkan barang setiap

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana pendukung pelaksanaan program pendidikan anak usia dini non formal seperti gedung dan APE belum sepenuhnya mencukupi. Hal ini dapat menghambat pelaksaan program karena sarana tersebut merupakan sarana pokok untuk kelancaran pelaksaan program pendidikan anak usia dini non formal.

f. Dukungan masyarakat atau dukungan publik

Dukungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program pendidikan anak usia dini non formal di kabupaten Purworejo. Dalam pelaksanaan program pendidikan anak usia dini non formal, dukungan masyarakat di kabupaten Purworejo tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor ketidakpahaman masyarakat terhadap pentingnya program PAUD non formal, faktor

Ketidakpahaman masyarakat tentang pentingnya PAUD non formal menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Masih banyak masyarakat terutama yang tinggal di daerah pedesaan yang belum paham tentang program PAUD non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo:

program masih rendah. Karena pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan di usia dini kurang. Mereka tidak menyekolahkan anaknya ke PAUD non formal tanggal 8 Maret 2012)

- Faktor ekonomi Faktor ekonomi juga menjadi penghambat dalam implementasi program PAUD non formal di kabupaten Purworejo. Masih banyak warga yang tidak mengikutsertakan anaknya ke PAUD non formal karena masalah ekonomi. Hal ini seperti yang disampaikan Ibu Ade Riyani, selaku pendidik KB Kuncup Mekar kecamatan Purwodadi:

au ikut serta dalam menyekolahakan anaknya ke PAUD non formal kami, mereka masih menganggap lebih baik langsung ke TK daripada hanya bermain-main dan ditarik biaya bulanan au ikut serta dalam menyekolahakan anaknya ke PAUD non formal kami, mereka masih menganggap lebih baik langsung ke TK daripada hanya bermain-main dan ditarik biaya bulanan

- Kesadaran orang tua Faktor pekerjaan orang tua juga menjadi penghambat dalam pelaksanaan program ini. Para orang tua yang bekerja cenderung lebih memilih untuk mencari uang daripada mengantarkan anaknya ke sekolah. Mereka belum sadar kalau bermain di PAUD non formal penting untuk anaknya. Hal ini juga yang disampaikan oleh Ibu Imelda, selaku pendidik Pos PAUD Hidayatul Aulad kecamatan Banyuurip:

petani, jadi mereka lebih mengutamakan pergi ke sawah agar dapat menghasilkan uang. Ya, mereka belum sadar untuk menyekolahkan anaknya ke PAUD non formal. Padahal kami juga tidak keberatan bila orang tua menitipkan anaknya pada

Maret 2012)

Hal ini juga yang disampaikan oleh Ibu Yan, selaku orang tua peserta didik Pos PAUD Hidayatul Aulad kecamatan Banyuurip:

tidak mau ditinggal. Untuk itu ya anak saya jarang masuk sekolah PAUD 2012)