8
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi huruf Arab-Latin dalam skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang disusun oleh
Tim Penulis CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan tahun 2007.
A. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin
Keterangan
ا
Tidak dilambangkan
ب
b be
ت
t te
ث
ts te dan es
ج
j je
ح
h ha dengan garis di bawah
خ
kh ka dan ha
د
d de
ذ
dz de dan zet
ر
r er
ز
z zet
س
s es
ش
sy es dan ye
ص
s es dengan garis di bawah
ض
d de dengan garis di bawah
ط
t te dengan garis di bawah
ظ
z zet dengan garis di bawah
9
Huruf Arab Huruf Latin
Keterangan
ع
‘
Koma terbalik di atas hadap kanan
غ
gh ge dan ha
ف
f ef
ق
q ki
ك
k ka
ل
l el
م
m em
ن
n en
و
w we
ھ ـ
h ha
ء
´
apostrof
ي
y ye
B. Tanda Vokal
Tanda Vokal Arab Tunggal Tanda Vokal Latin
Keterangan
ـ َ◌
ـ
a fathah
ـِـ
i kasrah
ـُـ
u dammah
10
Tanda Vokal Arab Rangkap Tanda Vokal Latin
Keterangan
ـَـ
ي
ai a dan i
ـَـ
و
au a dan u
Tanda Vokal Arab Panjang Tanda Vokal Latin
Keterangan
ﺎ ـَ ـ
â a dengan topi di atas
ْﻲـِ ـ
î i dengan topi di atas
ْﻮـُ ـ
û u dengan topi di atas
C. Penulisan Ta Marbûtah
1. Huruf ta marbûtah dialihaksarakan menjadi h, jika terdapat pada kata yang berdiri sendiri.
Kata Arab Alih Aksara
ﺔﹶﻘﻳﹺﺮﹶﻃ
tarîqah 2. Huruf ta marbûtah dialihaksarakan menjadi h, jika diikuti oleh kata sifat
na’t. Kata Arab
Alih Aksara
ﺔﻴﻣﹶﻼﺳِﻹﺍ ﺔﻌﻣﺎﹶﳉﺍ
al-jâmi’ah al-islâmiyyah 3. Huruf ta marbûtah dialihaksarakan menjadi t, jika diikuti kata benda ism.
Kata Arab Alih Aksara
ﺣﻭ ﺩﻮﺟﻮﻟﺍ ﺓﺪ
wahdat al-wujûd
11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah wahyu, kitab yang mengandung firman Allah swt. diturunkan kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw. dengan perantara
Jibril, untuk menjadi petunjuk dan pegangan bagi hidup manusia sekarang maupun di akhirat kelak.
Al-Qur’an secara empiris merupakan suatu naskah teks, sebagai suatu kitab yang menggunakan sarana komunikasi bahasa. Namun demikian,
hendaklah dipahami bahwa al-Qur’an berbeda dengan teks sastra maupun teks lainnya. Kekhususan ini karena sifat hakikat bahasa yang terkandung di
dalam al-Qur’an memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi bahasa lainnya. Perbedaan ini terletak pada hakikat makna, fungsi bahasa al-Qur’an yang
khas, Universal, dan mengatasi ruang dan waktu.
1
Al-Qur’an secara teks memang tidak berubah tetapi penafsiran atas teks selalu berubah, sesuai dengan konteks dan waktu manusia. Karenanya
al-Qur’an selalu membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasikan ditafsirkan dengan berbagai alat, metode, dan pendekatan
untuk menguak isi sejatinya.
2
1
Sahiron Syamsuddin, dkk., Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya Yogyakarta: Islamika, 2003, h. 69-70.
2
Umar Shihab, Kontektualitas Al-Quran Kajian Tematik Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Quran Jakarta: Permadani, 2005, h. 69.
12
Allah swt. sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta adalah sumber segala pengetahuan yang menurunkan al-Qur’an untuk menjadi petunjuk dan
pegangan bagi hidup manusia tidak mungkin tidak menjelaskan segala- galanya.
3
Begitu juga dengan hukum waris, hukum waris Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. telah mengubah hukum waris Arab pra-Islam dan
sekaligus merombak struktur hubungan kekerabatannya, bahkan merombak sistem pemilikan masyarakat tersebut atas harta benda, khususnya harta
pusaka. Sebelumnya, dalam masyarakat Arab ketika itu, wanita tidak diperkenankan memiliki harta benda, kecuali wanita dari kalangan elite,
bahkan wanita menjadi sesuatu yang diwariskan.
4
Islam merinci dan menjelaskan melalui al-Qur’an bagian tiap-tiap ahli waris dengan tujuan mewujudkan keadilan di dalam masyarakat. Meskipun
demikian, sampai kini persoalan pembagian harta waris masih menjadi penyebab timbulnya keretakan hubungan keluarga. Ternyata, di samping
karena keserakahan dan ketamakan manusianya, kericuhan itu sering disebabkan oleh kekurangtahuan ahli waris akan hakikat waris dan cara
pembagiannya. Kekurang pedulian umat Islam terhadap disiplin ilmu ini memang
tidak kita pungkiri, bahkan Imam Qurtubi telah mengisyaratkannya: “Betapa banyak manusia sekarang mengabaikan ilmu faraid.”
5
Dalam praktek kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi krusial yang terkadang memicu pertikaian dan menimbulkan
3
Harun Nasution, Islam Rasional Bandung: Mizan, h. 26.
4
http:media.isnet.orgislamwarisindex.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008.
5
http:media.isnet.orgislamwarisindex.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008.
13
keretakan hubungan keluarga. Penyebab utamanya ternyata keserakahan dan ketamakan manusia, di samping karena kekurang-tahuan pihak-pihak yang
terkait mengenai hukum pembagian waris. Padahal, Allah swt. di dalam al-Qur’an mengatur pembagian waris secara lengkap. Sementara itu, di sisi
lain, kita jumpai kenyataan bahwa beberapa kalangan, termasuk para pelajar di sekolah-sekolah Islam, menganggap faraid ilmu yang mengatur
pembagian harta pusaka sebagai momok yang menakutkan.
6
Allah swt. dalam surah an-Nisa, menegaskan dan merinci bagian setiap ahli waris yang berhak untuk menerimanya. Perlu kita ketahui bahwa
ayat 11,12, dan 176 dalan surah an-Nisa’ merupakan asas ilmu faraid, di dalamnya berisi aturan dan tatacara yang berkenaan dengan hak dan
pembagian waris secara lengkap. Oleh sebab itu, orang yang dianugerahi pengetahuan dan hafal ayat-ayat tersebut akan lebih mudah mengetahui
bagian setiap ahli waris, sekaligus mengenali hikmah Allah Yang Maha Bijaksana.
Allah Yang Maha Adil tidak melalaikan dan mengabaikan hak setiap ahli waris. Bahkan dengan aturan yang sangat jelas dan sempurna. Allah
menentukan pembagian hak setiap ahli waris dengan adil serta penuh kebijaksanaan. Maha Suci Allah. Dia menerapkan hal ini dengan tujuan
mewujudkan keadilan dalam kehidupan manusia, meniadakan kezaliman di kalangan mereka, menutup ruang gerak para pelaku kezaliman, serta tidak
6
http:media.isnet.orgislamwarisindex.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008
14
membiarkan terjadinya pengaduan yang terlontar dari hati orang-orang yang lemah.
Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa ketiga ayat tersebut merupakan salah satu rukun agama, penguat hukum, dan induk ayat-
ayat Ilahi. Oleh karenanya faraid memiliki martabat yang sangat agung, hingga kedudukannya menjadi separo ilmu. Hal ini tercermin dalam hadits
berikut, dari Abdullah Ibnu Masud bahwa Rasulullah saw. bersabda:
7
ﻌﺗ ﱠﻠ
ﺍﻮﻤ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ
ﻩﻮﻤﱢﻠﻋﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍ
ﺍﻮﻤﱠﻠﻌﺗﻭ ﺾﺋﺍﺮﹶﻔﹾﻟﺍ
ﺎﻫﻮﻤﱢﻠﻋﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍ
ﹺﺈﹶﻓﻧ ﻲ
ﺅﺮﻣﺍ ﺽﻮﺒﹾﻘﻣ
ﱠﻥﹺﺇﻭ ﻢﹾﻠﻌﹾﻟﺍ
ﺳ ﻴ
ﺾﹺﺒﹾﻘ ﺮﻬﹾﻈﺗﻭ
ﻦﺘﻔﹾﻟﺍ ﻰﺘﺣ
ﻒﻠﺘﺨﻳ ﻥﺎﻨﹾﺛﻻﺍ
ﻰﻓ ﺔﻀﻳﹺﺮﹶﻔﹾﻟﺍ
ﹶﻻ ﻥﺍﺪﹺﺠﻳ
ﻦﻣ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﹸﻞﺼﹾﻔﻳ
ﻩﺍﻭﺭ ﲏﻄﻗﺭﺍﺪﻟﺍ
”Pelajarilah al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, serta pelajarilah faraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Sesungguhnya aku
seorang yang bakal meninggal, dan ilmu ini pun bakal sirna hingga akan muncul fitnah. Bahkan akan terjadi dua orang yang akan berselisih dalam
hal pembagian hak yang mesti ia terima, namun keduanya tidak mendapati orang yang dapat menyelesaikan perselisihan tersebut.” HR Daruquthni
8
Oleh karena itu, al-Qur’an merupakan acuan utama hukum dan penentuan pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang kewarisan yang
diambil dari hadits Rasulullah saw. dan ijma para ulama sangat sedikit. Dapat dikatakan bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikit sekali ayat al-Qur’an
yang merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk
7
Imam ad-Daruquthni, Sunan al-Daruquthni, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1966. Jilid 4, h. 81.
8
http:media.isnet.orgislamwarisindex.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008
15
kepemilikan yang legal dan dibenarkan AlIah swt. di samping bahwa harta merupakan tonggak penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok
masyarakat.
9
Sebagaimana telah penulis ungkapkan di atas bahwa al-Qur’an merupakan kitab yang Universal yang menembus ruang dan waktu. Sehingga
dalam memahami satu makna kata saja dalam al-Qur’an dapat timbul berbagai macam pendapat. Selain itu juga dalam memahami makna al-Qur’an
banyak metode yang digunakan. Dengan melihat serta menganalisis beberapa terjemah al-Qur’an yang diterjemahkan dalam berbagai metode serta tipe
yang berbeda-beda, akhirnya dapat dijadikan sebuah perbandingan analisis, serta untuk memfokuskan pembahasan, maka tulisan ilmiah ini mencoba
mengangkat judul Metode Terjemahan Ayat-Ayat Hukum Waris Dalam Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah