Pengertian Taksonomi Taksonomi SOLO

berbagai macam permasalahan dalam hal ini permasalahan matematika. Kemampuan memecahkan masalah matematika digunakan sebagai suatu hasil belajar yang diperoleh seorang guru melalui proses penilaian hasil belajar. Berbagai bentuk penilaian hasil belajar dapat dilakukan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Salah satu bentuk penilaian yang paling banyak digunakan oleh guru matematika untuk menilai hasil belajar siswanya adalah melalui tes atau latihan soal-soal. Melalui tes maupun latihan soal-soal tersebut diharapkan dapat mengungkap dan mengeksplorasi ranah kognitif yang dimiliki siswa tentang suatu konsep matematika.

2.5 Taksonomi SOLO

2.5.1 Pengertian Taksonomi

Kata “taksonomi” diambil dari bahasa Yunani tassein yang mengandung arti “untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Kuswana dalam Putri, 2012:6 mendefinisikan taksonomi sebagai pengelompokkan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan taksonomi adalah pengelompokan suatu objek berdasarkan tingkatan tertentu.

2.5.2 Taksonomi SOLO

Teori taksonomi SOLO yang merupakan singkatan dari Structure of the Observed Learning Outcome merupakan teori dari Biggs Collis yang menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Fakhiroh dalam Milati, 2013:11 mengatakan bahwa taksonomi SOLO adalah suatu alat evaluasi tentang kualitas respon siswa terhadap suatu tugas yang dikembangkan oleh Biggs Collis pada tahun 1982. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam merespon atau menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan pada tingkat kompleksitas yang semakin meningkat dari rendah sampai tinggi. Setiap permasalahan terdiri dari pertanyaan yang menggambarkan dari empat tingkat penalaran berdasarkan taksonomi SOLO, yaitu unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak yang diperluas. Collis dalam Sunardi, 1996:13 menyatakan ciri-ciri untuk menyusun pertanyaan adalah sebagai berikut. 1 Pertanyaan Unistruktural U: menggunakan sebuah informasi jelas dan langsung dari soal; 2 Pertanyaan Multistruktural M: menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal; 3 Pertanyaan Relasional R: menggunakan suatu pemahaman terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal; 4 Pertanyaan Abstrak Diperluas E: menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal. Berdasarkan uraian mengenai penyusunan pertanyaan menurut tingkatan dalam taksonomi SOLO di atas, maka dibuat tes yang dikembangkan berdasarkan tingkatan tersebut. Tingkatan pertanyaan disusun dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Tujuan pembuatan tes ini untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematikanya. Respon siswa berdasarkan taksonomi SOLO tersebut diklasifikasikan menjadi lima level berbeda dan bersifat hirarkis yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak yang diperluas. Collis dalam Sunardi, 1996:11 mengemukakan bahwa deskripsi dari masing- masing tahap dalam siklus belajar tersebut adalah sebagai berikut. 1 Prestruktural yang ciri-cirinya adalah menolak untuk memberi jawaban, menjawab secara cepat atas dasar pengamatan dan emosi tanpa dasar yang logis, dan mengulangi pertanyaan. 2 Unistruktural yang ciri-cirinya adalah dapat menarik kesimpulan berdasarkan satu data yang cocok secara konkrit. Tingkat ini dicapai oleh siswa yang rata-rata berusia 9 tahun. 3 Multistruktural yang ciri-cirinya adalah dapat menarik kesimpulan berdasarkan dua data atau lebih atau konsep yang cocok, berdiri sendiri atau terpisah. Rata-rata usia siswa yang mencapai tingkat ini adalah 13 tahun. 4 Relasional yang ciri-cirinya adalah dapat berpikir secara induktif, dapat menarik kesimpulan berdasarkan data atau konsep yang cocok serta melihat dan mengadakan hubungan-hubungan antar data atau konsep tersebut. Siswa yang mencapai tingkat ini rata- rata berusia 17 tahun. 5 Abstrak diperluas yang ciri -cirinya adalah dapat berpikir secara induktif dan deduktif, dapat mengadakan atau melihat hubungan- hubungan, membuat hipotesis, menarik kesimpulan dan menerapkannya pada situasi lain. Tingkat tertinggi ini dicapai oleh siswa yang rata-rata berusia lebih dari 17 tahun. Berdasarkan deskripsi di atas, respon yang diharapkan muncul saat siswa mengerjakan tes pemecahan masalah dapat ditinjau tingkatannya berdasarkan taksonomi SOLO dimulai dari tingkat unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak yang diperluas. Pada tingkat unistruktural, siswa dapat menggunakan satu penggal informasi yang jelas dan tersedia dalam soal dan dapat langsung menentukan penyelesaian. Pada tingkatan ini model penyelesaian masih sederhana. Pada tingkat multistruktural, siswa dapat menggunakan dua informasi atau lebih yang terpisah dalam soal dan informasi tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan penyelesaian dengan menggunakan rumus secara implisit. Pada tingkatan ini, model penyelesaian masalah mulai kompleks. Selanjutnya pada tingkat relasional, siswa dapat memadukan penggalan-penggalan informasi yang tersedia dalam soal akan tetapi informasi tersebut belum dapat segera digunakan untuk menghasilkan suatu penyelesaian. Siswa harus menggunakan ekstra informasi yang terdapat pada soal untuk memperoleh penyelesaian akhirnya. Terakhir pada tingkat abstrak yang diperluas, siswa dapat menggunakan dua informasi atau lebih yang terpisah dalam soal kemudian menemukan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru mempelajari konsep tingkat tinggi agar mendapatkan informasi baru kemudian membangun hipotesis yang diturunkan oleh informasi dalam soal.

2.6 Kriteria Pertanyaan Berdasarkan Taksonomi SOLO

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 JEMBER

6 46 141

ANALISIS LEVEL JAWABAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH PADA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO KELAS VII A SMP NEGERI 13 JEMBER

0 9 18

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH TERBUKA BERBASIS POLYA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX SMP NEGERI 7 JEMBER

3 37 18

ANALISIS STRUKTUR HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO DI KELAS VII SMP NEGERI 7 JEMBER

0 7 16

Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Matematika Kelas VII-E SMP Negeri 1 Jember;

0 12 256

PENGARUH PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA ISLAM PROYEK UISU SIANTAR T.A 2015/2016.

0 1 26

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Taksonomi Solo.

0 7 15

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Taksonomi Solo.

0 4 15

PENDAHULUAN Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Taksonomi Solo.

0 8 5

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA GEOMETRI PISA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Geometri PISA pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Mojosongo Tahun 2015/2016.

0 2 17