Terjadinya Underpricing Saham Analisis Determinan Underpricing Saham PT. BRI Tbk.

2.4 Terjadinya Underpricing Saham

Penetapan harga saham perdana pada IPO atau saat go public sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran. Selain itu kebanyakan dari perusahaan yang akan go public mempunyai sedikit atau malahan tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga ini. Sebenarnya sebuah perusahaan yang ingin go public harus berhubungan dengan underwriter atau penjamin emisi. Di sini terjadi penentuan harga saham yang ditetapkan bersama antara perusahaan emiten bersama pihak penjamin underwriter. Terjadinya underpricing adalah adanya asimetri informasi. Asimetri informasi dapat terjadi antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi, atau antar investor. Underwriter memiliki informasi lebih tentang pasar modal, Sedangkan emiten merupakan pihak yang tidak memiliki informasi. Underwriter memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk membuat kesepakatan harga IPO yang optimal baginya. Karena emiten kurang memiliki informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya. Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran harga sahamnya, maka lebih besar permintaan terhadap jasa underwriter dalam menetapkan harga. Kompensasinya atas informasi yang diberikan underwriter adalah dengan mengijinkan underwriter menawarkan harga perdana sahamnya di bawah harga ekuilibrium. Dengan demikian semakin besar asimetri informasi yang dihadapi investor akan semakin besar ketidakpastian berarti semakin besar risiko yang dihadapi investor dan semakin besar tingkat keuntungan yang diharapkan oleh Universitas Sumatera Utara investor dalam melakukan penawaran perdana maka akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi. Konsep Good Corporate Governance GCG menurut Forum For Governance in Indonesia FCGI Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelolah perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka dengan kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan Arifin, 2005. Corporate governance cakupannya melibatkan semua pemegang kepentingan stakeholders perusahaan dalam rangka mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholders. Penerapan corporate governance perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan memenuhi prinsip-prinsipnya, yaitu kewajaran fairness, keterbukaan informasi transparancy, dapat dipertanggungjawabkan accountability dan pertanggungjawaban responsibility. Perusahaan memperoleh dana dari pasar modal dan manajer perusahaan akan dikontrol pula oleh pasar modal. Secara teoritis, perusahaan akan dijalankan sesuai kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap nilai perusahaan. Sejarah lahirnya GCG berawal dari reaksi pemegang saham di Amerika Serikat tahun 1980-an yang terancam kepentingannya karena adanya gejolak ekonomi yang luar biasa, karena disebabkan adanya kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Banyak perusahaan melakukan Universitas Sumatera Utara restrukturisasi dengan menghalalkan segala cara untuk merebut kontrol atas perusahaan lain . Hal ini menyebabkan publik menilai manajemen perusahaan mengabaikan kepentingan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Untuk menjamin dan mengamankan kepentingan pemegang saham, Saat ini Bapepam mewajibkan setiap emiten untuk melakukan good corporate governance, keterbukaan informasi dan larangan melakukan tindakan yang bersifat conflict of interest. Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manajemen pada perusahaan. Emiten diwajibkan untuk menjalankan perusahaan dengan sebaik- baiknya, dimulai dari jajaran yang paling atas, yaitu top management. Emiten yang profesional akan melaksanakan pemisahan antara pemegang saham, komisaris, dan direksi sedangkan Rapat umum pemegang saham RUPS, dewan komisaris, dan dewan direksi merupakan tiga lapisan top management. Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders. Pelaksanaan good corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham, terutama pemegang saham minoritas. Prinsip-prinsip atau pedoman pelaksanaan corporate governance menunjukkan adanya perlindungan tersebut tidak hanya kepada pemegang saham tetapi meliputi seluruh pihak yang terlibat dalam perusahaan termasuk masyarakat. Sebelum go public perusahaan lebih sering menutup informasi bagi pihak luar perusahaan, tetapi setelah go public perusahaan diwajibkan membuka informasi kepada pihak luar perusahaan. Sebelum go public suatu perusahaan bebas melakukan transaksi, tetapi setelah perusahaan tersebut go public transaksi yang dilakukan tidak bisa lagi dilakukan secara bebas, tetapi harus mementingkan Universitas Sumatera Utara kepentingan pemegang saham minoritas, yaitu transaksi yang mengandung conflict of interest. Setiap transaksi yang mengandung conflict of interest harus mengikuti prosedur yang diatur oleh Bapepam. Peraturan ini dimaksudkan agar manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan harus bersifat independen dan tidak merugikan pemegang saham. Investor akan cenderung menghindari perusahaan- perusahaan yang memiliki penerapan corporate governance yang buruk. Penerapan corporate governance dapat dicerminkan dalam nilai perusahaan dilihat dari harga saham perusahaan dan komposisi dari dewan komisaris dan direksi. Secara rata-rata dan konsisten , IPO memberikan return yang positif secara signifikan dalam jangka pendek dan pada umumnya dipercaya bahwa hal ini terjadi akibat daripada terjadinya underpricing saham-saham perdana yang dilakukan oleh penjamin. Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Dimana Underpricing merupakan selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai Initial Return IR atau positive return bagi investor www.Dumadia.wordpress.com , dan rumusnya sebagai berikut: Initial Return= – x 100 Offering price IPO price atau Harga Penawaran adalah harga jual saham biasa yang ditawarkan kepada masyarakat umum di pasar sekunder. Closing price Universitas Sumatera Utara atau harga penutupan adalah harga jual saham yang ditutup oleh emiten terhadap underwriter pada pasar perdana. Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, apabila terjadi underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal. Sebaliknya bila terjadi overpricing perusahaan akan berhasil menghimpun dana lebih murah, sehingga akan mendapatkan dana yang maksimal. Pelaku pasar sepenuhnya menggunakan semua informasi pada pergerakan harga dimasa lampau namun tidak perlu menggunakan informasi umum lainnya. Investor pada IPO sudah mendapat informasi sebelumnya ex ante tentang harga pasar ekuilibrium atau tidak mendapatkan informasi sebelumnya. Jika IPO underprice, investor yang sudah mendapat informasi akan membeli saham perdana, menyebabkan penerbitan saham baru tersebut kemungkinan besar akan mendapat pelanggan yang berlebihan oversubscribed sehingga dibutuhkan pengalokasian atau penjatahan saham. Pedagang yang tidak mendapatkan informasi sebelumnya akan mendapatkan penjatahan sesuai yang mereka pesan. Sebaliknya, jika penerbitan saham mengalami overpriced, investor yang memiliki informasi akan menghindari pembelian saham menyebabkan hanya investor yang tidak memiliki informasi yang melakukan pemesanan saham. Rata-rata underpricing yang dialami saham perdana IPO dianggap sebagai kompensasi bagi investor yang tidak memiliki informasi dalam rangka mengajak mereka untuk tetap berpartisipasi.fenomena underpricing memang terjadi di bursa efek masing-masing negara. Hanya saja besaran underpricing tersebut yang berbeda-beda untuk masing- masing negara tersebut tergantung pada periode penelitian dan besarnya sampel yang Universitas Sumatera Utara digunakan pada penelitian tersebut. Secara internasional terbukti bahwa IPO mengalami underpricing dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang sebagian IPO mengalami underpricing dan sebagian lagi overpricing. Hal ini merupakan fenomena menarik karena dapat dijadikan bahan bagi investor untuk berpartisipasi di pasar perdana karena memberikan tingkat return yang cukup besar. 2.5 Faktor- Faktor Underpricing Saham 2.5.1 Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI