Kekuatan Kelemahan Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. sekitar Rp. 14,1 trilyun atau naik 107,66 dari anggaran tahun sebelumnya. Berikut merupakan data anggaran subsidi pupuk tahun 2003 – 2008 : - Tahun 2003 sebanyak Rp 900 miliar - Tahun 2004 sebanyak Rp 1.590 miliar - Tahun 2005 sebanyak Rp 2.590 miliar - Tahun 2006 sebanyak Rp 4.180 miliar - Tahun 2007 sebanyak Rp 6.790 miliar - Tahun 2008 sebanyak Rp 14.100 miliar Sinar Tani, 2008. Sistem pendistribusian pupuk subsidi dengan konsep RDKK ini dapat juga dikatakan sebagai sistem distribusi tertutup, hal tersebut memang dikarenakan hanya petani yg sudah bergabung dalam kelompok tani yang dapat memperoleh pupuk subsidi tersebut. Sistem distribusi tertutup mempunyai kekuatan dan juga kelemahan, yaitu:

a. Kekuatan

- Peluang petani menggunakan pupuk secara overdosis relatif rendah - Ketepatan pupuk bersubsidi mencapai sasaran relatif tinggi

b. Kelemahan

- Keberadaan kelompok tani mutlak sebagai wadah utama untuk mengajuka RDKK - Keberadaan PPL mutlak sebagai pihak yang mengesahkan pengajuan RDKK Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. - Ada kewajiban bagi pengecer resmi untuk menyalurkanmenjual pupuk subsidi kepada petani dalam kurun waktu tertentu Syafaat N, dkk, 2007. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diteliti sebagai berikut : 1 Bagaimana mekanisme pendistribusian pupuk bersubsidi dengan menggunakan konsep RDKK? 2 Apa fungsi dan peranan setiap lembaga yang terlibat didalam proses penyampaian pupuk bersubsidi? 3 Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam praktek pelaksanaan pendistribusian pupuk bersubsidi dengan konsep RDKK? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Mengidentifikasi mekanisme pendistribusian pupuk bersubsidi dengan menggunakan konsep RDKK. 2 Mengidentifikasi fungsi dan peranan setiap lembaga yang terlibat didalam proses penyampaian pupuk bersubsidi. 3 Mengidentifikasi faktor penghambat dalam praktek pelaksanaan pendistribusian pupuk bersubsidi dengan konsep RDKK. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yaitu sebagai : 1 Bahan informasi dan pertimbangan bagi produsen dan distributor pupuk bersubsidi dalam mengembangkan usahanya. 2 Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos Wikipedia Indonesia, 2009. Pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi komoditas pertanian. Hal ini menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang strategis. Untuk menyediakan pupuk ditingkat petani diupayakan memenuhi azas 6 tepat yaitu : tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu dan harga yang layak sehingga petani dapat menggunakan pupuk sesuai kebutuhan. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Peraturan Menteri Perdagangan RI Permendag RI No.03M-DAGPER22006 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian BUMN pupuk penanggung jawab pengadaan pupuk bersubsidi di Sumatera Utara adalah PT. Pupuk Sriwijaya sejak April 2006 yang sebelumnya dipegang oleh PT. Pupuk Iskandar Muda. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi Urea, SP-36,ZA, dan NPK di Indonesia telah diterbitkan peraturan Menteri Perdagangan No.03M-DAGPER22006 tanggal 16 Februari 2006 memutuskan bahwa : Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian dan produsen, distributor, dan pengecer bertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan 6 enam tepat yaitu jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu mulai dari lini I sampai dengan lini IV sesuai dengan tugas dan kewajiban masing-masing PT. PUSRI, 2009. Lalu usulan penggantinya adalah mengembalikan distribusi pupuk kepada perusahaan induk yaitu PT. Pusri. Selanjutnya BUMN tersebut yang menerapkan kebijakan distribusi pupuk satu atap ditangan satu pihak. Karena dalam kenyataannya kebutuhan riil di suatu wilayah yang dimaksud jauh lebih besar dari kuota Departemen Pertanian. Inilah yang kemudian dikenal sebagai konsep distribusi Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK. Setiap kelompok tani boleh mengajukan kebutuhan defenitif pupuk Anonimus, 2006. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK adalah rencana kebutuhan kelompoktani untuk 1 satu musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. anggota kelompoktani, meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta modal kerja, untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani yang merupakan pesanan kelompoktani kepada gabungan kelompoktani atau lembaga lain distributor sarana produksi dan perbankan. Rencana Definitif Kelompok RDK, adalah rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk 1 satu, yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani. Untuk mewujudkan program ketahanan pangan, khususnya penyediaan pangan, perlu disusun rencanasasaran setiap tahun. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian melalui musyawarah menyusun Rencana Definitif Kelompok RDK yang merupakan rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode 1 satu tahun berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani. RDK hendaknya dijabarkan lebih lanjut oleh kelompoktani dalam suatu Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK yang merupakan alat perumusan untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kreditpermodalan usahatani bagi anggota kelompoktani yang memerlukan maupun dari swadana petani. Pesanan berupa RDKK yang disusun melalui musyawarah anggota kelompoktani hendaknya disampaikan kepada Gabungan kelompoktani, Perusahaan Mitra distributor pupuk dan benih serta Perbankan khusus untuk keperluan kredit selambat-Iambatnya 1 satu bulan sebelum Musim Tanam, sehingga teknologi dapat diterapkan sesuai anjuran. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Oleh karena itu penyusunan RDKK yang dilaksanakan oleh kelompoktani secara serentak dan tepat waktu merupakan kegiatan strategis, sehingga perlu suatu gerakan untuk mendorong petani kelompoktani menyusun RDKK. Mekanisme penyusunan RDKK harus memperhatikan keinginan para petani, namun mengingat kemampuan petani dalam menyusun perencanaan masih terbatas, maka penyuluh pertanian perlu mendampingi dan membimbing petanikelompok dalam menyusunnya, sehingga rencana yang disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. RDKK sebagai dasar rencana pengadaan dan pelayanan dari GAPOKTAN. Dalam pelaksanaan penyusunan RDKK mengacu kepada RDK masing-masing kelompok. Penyusunan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pertemuan pengurus kelompoktani yang didampingi oleh Penyuluh Pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDKK. 2. Pertemuan anggota kelompoktani dipimpin oleh Ketua Kelompoktani yang didampingi penyuluh pertanian untuk membahas, menyusun dan menyepakati daftar kebutuhan sarana produksi 6 tepat tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, harga dan mutu yang akan dibiayai secara swadana maupun kredit dari tiap anggota kelompoktani. Daftar yang disusun akan berfungsi sebagai pesanan kelompoktani kepada GAPOKTAN. RDKK selesai paling lambat 1 bulan sebelum jadual tanam. 3. Meneliti kelengkapan RDKK dan penandatanganan RDKK oleh Ketua kelompoktani yang diketahui oleh Penyuluh Pertanian. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. RDKK itu sebenarnya secara teoritis itu baik. Sebab kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung berdasarkan kebutuhan setahun untuk suatu wilayah kabupaten tertentu. Perhitungan kebutuhan tersebut juga mendekati kenyataan. Pada sisi lain tidak menyulitkan BUMN pupuk menyalurkan pupuk sesuai dengan demand dan supply. Antara kebutuhan dan pasokan bisa dicocokan. Ini kelebihan dari konsep RDKK Anonimus, 2006. Perlu diketahui bahwa sistem distribusi yang berlaku terdahulu bersifat terbuka dan pasif. Yang dimaksud bersifat pasif adalah bahwa penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan oleh produsen mulai dari pabrik sampai ketingkat pengecer yang selanjutnya dijual dipasar secara pasif dalam arti siapapun baik petani yang berhak maupun bukan secara sendiri-sendiri maupun berkelompok dapat membeli pupuk dengan cara dating kekios pengecer yang berlokasi di kecamatan atau desa. Yang dimaksud bersifat terbuka adalah bahwa sistem distribusi hanya memiliki delivery system sistem distribusi dari produsen sampai pengecer dan tidak memiliki receving system sistem penerimaan oleh petani. Akibatnya, pengecer resmi dapat menjual pupuk bersubsidi kepada siapa saja termasuk kepada mereka yang tidak berhak yaitu pihak-pihak yang tidak berhak menerima pupuk bersubsidi, antara lain petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani, petani yang mempunyai lahan lebih dari 2 ha, perusahaan perkebunan, dll. Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka dan pasif tersebut meyebabkan petani berpeluang besar tidak mendapatkan jumlah pupuk bersubsidi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan perkataan lain sistem distribusi tersebut seringkali menyebabkan terjadinya langka pasok. Terjadinya langka pasok berarti Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. sejumlah azas dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, seperti jumlah, jenis, mutu, waktu dan tempat, akan dilanggar. Ketersediaan pupuk seringkali lebih kecil daripada kebuthan petani. Dengan demikian, langka pasok akan semakin mengurangi ketersediaan pupuk bersubsidi dan pada gilirannya akan semakin memicu terjadi peningkatan harga pupuk bersubsidi. Akibatnya, tingkat penggunaan pupuk di tingkat usahatani menurun dan pada gilirannya kuantitas produksi pun juga menurun. Bertitik tolak dari fakta diatas muncul wacana untuk mengubah sistem distribusi pupuk bersubsidi dari bersifat terbuka dan pasif menjadi tertutup dan aktif. Yang dimaksud bersifat aktif adalah bahwa ada kewajiban secara eksplisit bagi pengecer resmi untuk menyalurkanmenjual habis pupuk bersubsidi yang sudah diterima dari distributor kepada petani dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud bersifat tertutup adalah bahwa sistem distribusi pupuk bersubsidi paling tidak terdiri dari delivery system sistem distribusi dari produsen sampai pengecer dan receiving system penerimaan oleh petani. Kedua segmen tersebut harus menyatu agar aliran pupuk dari produsen kepada petani tidak bocor terutama dari pengecer ke patani. Pengalaman kebijakan subsidi harga pupuk yang dilakukan pada era 1980 – 1990-an menunjukkan bahwa penerapan sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat tertutup terbukti efektif dalam mencegah langka pasok dan menjamin HET Simatupang dkk, 2004. Landasan Teori Sistem distribusi pupuk di Indonesia selama ini diatur oleh Menteri Perdagangan dan Industri yang sekarang menjadi Menteri Perdagangan. Pengaturan sistem Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. distribusi pupuk dengan harapan agar petani dapat memperoleh pupuk dengan enam azas tepat, yaitu : tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga. Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat, dana pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau produksi manajemen khusus seperti penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan Taff. C.A, 1994. Dalam upaya penyaluran distribusi pupuk bersubsidi yang efisien maka Departemen Pertanian mengadakan kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi. Dalam kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi tersebut menghasilkan rumusan-rumusan sebagai berikut : 1. Pemerintah memberikan subsidi pupuk insentif untuk sektor pertanian sejak tahun 2003 dan masih dilanjutkan sampai tahun 2009 supaya petani dapat memperoleh pupuk sesuai 6 enam azas tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu untuk mendukung ketahanan pangan nasional. 2. Kebutuhan pupuk disusun berdasarkan kebutuhan riil ditingkat lapangan RDKK dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Gubernur untuk alokasi masing-masing Kabupaten Kota dan Peraturan Bupati Walikota untuk masing-masing Kecamatan. 3. Pemerintah melalui Kementerian Negara BUMN menugaskan BUMN Pupuk untuk memproduksi pupuk bersubsidi dan menjamin pengadaan dan penyalurannya sampai ke tangan petani bekerjasama dengan distributor dan pengecer. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. 4. Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi : - Diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun 2008 mulai dari tingkat produsen lini I sampai dengan pengecer lini IV dan dalam kondisi tertentu bila distributor dan pengecer tidak dapat menyalurkan pupuk bersubsidi penyalurannya dapat dilakukan langsung dari produsen ke petani. - Pengecer hanya melayani petani kelompok tani terdaftar pola tertutup berbasis RDKK Inspektorat Jenderal, 2009. Program kebijakan pupuk sudah amat komprehensif. - Pertama, malalui jangka panjang, industri pupuk dibangun dengan kapasitas produksi jauh melebihi kebutuhan pupuk domestik tersebar diberbagai wilayah, dan sepenuhnya dikuasai oleh hanya lima pabrik pupuk badan usaha milik negara BUMN sehingga mampu dan dapat diarahkan untuk mengemban misi sebesar-besarnya mendukung pembangunan pertanian nasional. Dari segi bahan baku, industri pupuk didukung oleh sektor minyak dan gas bumi yang cukup besar sehingga mestinya memiliki keunggulan komparatif dalam menghadapi pesaing dari negara lain. - Kedua, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Menperindag meminta pabrikan pupuk untuk senantiasa mendahulukan pemenuhan kebutuhan domestik. Ekspor pupuk diawasi dan dikendalikan melalui sistem perizinan. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. - Ketiga, melalui surat keputusan Menperindag, distribusi pupuk domestik diatur dengan sistem rayonisasi pasar. Setiap pabrik pupuk wajib menjamin kecukupan pasokan pupuk sesuai harga eceran tertinggi HET di kios pengecer resmi dirayon pasar yang menjadi tanggung jawabnya. - Keempat, HET dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi menurut wilayah pemasaran dan waktu ditetapkan oleh Menteri Pertanian. HET yang ditetapkan cukup rendah, leboh rendah dari harga pasar bebas atau mengandung subsidi yang bervariasi menurut jenis pupuk. Pupuk bersubsidi hanya dijual kepada petani keluarga kecil. Usaha pertanian skala besar umumnya perkebunan membeli pupuk sesuai dengan harga pasar bebas. - Kelima, sebagai imbalan dalam melaksanakan distribusi pupuk hingga kios pengecer sesuai HET, pabrik pupuk memperoleh subsidi gas, bahan baku utama produksi pupuk. Subsidi gas ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan pertimbangan bahwa pabrikan pupuk bersubsidi dijamin memperoleh laba normal. - Keenam, subsidi dibayarkan kepada pabrikan pupuk sesuai dengan besaran subsidi gas dan volume pupuk bersubsidi yang disalurkan. Dana subsidi berasal dari anggaran belanja pemerintah pusat berdasarkan kesepakatan dengan DPR sebesar 1,3 triliun unntuk tahun 2003 dan akan ditingkatkan menjadi 1,5 triliun pada tahun 2004. - Ketujuh, pelaksanaan distribusi pupuk bersubsidi tersebut dimonitor, dievaluasi, dan diawasi terus-menerus oleh suatu tim pemerintah antar departemen bersama. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Kebijakan distribusi pada dasarnya adalah mengatur barang agar dapat tersebar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Indonesia misalnya adalah suatu contoh yang baik. Negara ini terdiri dari ratusan pulau sehingga kebijaksanaan distribusi menjadi amat penting. Kesulitan paling besar dalam kaitannya dengan kebijaksanaan distribusi adalah transportasi dan segala prasarananya, gudang, yang harusnya ada disetiap tempat dan pengaturan waktu Soekartawi, 2002. Saluran distribusi, kadang-kadang disebut saluran perdagangan atau saluran pemasaran, dapat didefinisikan dalam beberapa cara. Umumnya definisi yang ada memberikan gambaran tentang saluran distribusi ini sebagai satu rute atau satu jalur Swastha.B, 1999. Saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Anggota-anggota saluran pemasaran secara garis besar dibagi kedalam dua golongan, yaitu agen dan pedagang. Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen akhir dapat menggunakan saluran yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijaksanaan saluran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan Angipora, 1999. Secara luas, terdapat dua golongan besar lembaga-lembaga pemasaran yang mengambil bagian dalam saluran distribusi. Mereka ini disebut : 1. Perantara pedagang 2. Perantara agen Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Istilah pedagang digunakan disini untuk memberikan gambaran bahwa usahanya mempunyai hubungan yang erat dalam pemilikan barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun pemilikannya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : a. Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar. b. Pedagang besar, yang menjual barang kepada pengusaha lain. c. Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir. Swastha. B, 1999. Saluran distribusi langsung umumnya jauh lebih efektif daripada saluran distribusi tidak langsung. Manajemen saluran distribusi mudah dilakukan apabila pemasaran menjual langsung kepada pengecer atau konsumen. Distribusi langsung ini memberikan kemungkinan untuk mengendalikan saluran distribusi lebih leluasa, memungkinkan pemasar menanggapi setiap pembelian kondisi pasar secara fleksibel, serta memperoleh informasi dan umpan balik dari pasar secara akurat dan cepat. Oleh karena itu banyak pemasar internasional yang lebih tertarik untuk menggunakan saluran distribusi langsung Budiarto dan Ciptono, 1997. Secara luas terdapat lima macam saluran dalam pemasaran barang-barang konsumsi. Pada masing-masing saluran, produsen mempunyai alternatif untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Selain itu juga terdapat kemungkinan penggunaan agen pada pedagang besar dan pengecer gambar 1. Kelima macam saluran tersebut adalah: a. Produsen – Konsumen akhir Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Ini merupakan saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana untuk barang-barang konsumsi. Sering juga disebut saluran langsung karena tidak melibatkan pedagang besar. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau mendatangi rumah konsumen dari rumah ke rumah. b. Produsen – Pengecer – Konsumen Akhir Dalam saluran ini, beberapa pengecer besar membeli secara langsung dari produsen. Ada juga beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer untuk melayani penjualan langsung pada konsumennya; tetapi kondisi saluran ini tidak umum dipakai. c. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Akhir Saluran ini disebut juga saluran tradisional, dan banyak digunakan oleh produsen. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar. d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen Akhir Selain menggunakan pedagang besar, produsen dapat pula menggunakan agen pabrik, mekelar, atau perantara agen lainnya untuk mencapai pengecer, terutama pengecer besar. e. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Akhir Untuk mencapai pengecer kecil, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara dalam penyaluran barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. PRODUSEN PRODUSEN PRODUSEN PRODUSEN Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Gambar 1. Saluran Distribusi untuk Produsen Barang Konsumsi Swastha. B, 1999. Distribusi pupuk bersubsidi dengan sistem tertutup yang mulai diberlakukan saat ini mengandung harapan bahwa pupuk bersubsidi tersebut akan tepat sasaran, yakni dinikmati langsung oleh petani tanaman pangan. Akan tetapi, ada beberapa isu potensial menjadi penghambatnya. Dari sisi pengguna pupuk bersubsidi, agar tepat sasaran haruslah didahului dengan identifikasi secara tepat petani tanaman pangan sebagai penerimanya dan jumlah aktual kebutuhannya sesuai dengan jenis tanaman pangan yang diusahakan, luas lahan yang dikelola, dan intensitas pertanaman. Artinya, petani yang tergabung dalam kelompok tani haruslah petani yang tepat dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK juga ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata. Keberhasilan penyusunan RDKK selain menjadi indikator keberhasilan kelompok tani yang bersangkutan, juga menjadi indikator kinerja unit kerja pemerintah kabupatenkota yang berperan sebagai pembinanya. AGEN PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR AGEN PENGECER PENGECER PENGECER Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Hal yang perlu diwaspadai adalah adanya kecenderungan dalam menyusun RDKK untuk mengajukan volume kebutuhan pupuk yang melebihi kebutuhan nyata kelompok tani. Alasan yang mungkin menjadi latar belakangnya adalah pandangan bahwa lebih baik kelebihan dari pada kekurangan atau karena alasan lain yang curang, yakni sengaja dilebihkan agar kelebihannya bisa “dialihkan” untuk tanaman perkebunan. Mengingat bahwa kemampuan produksi pupuk nasional yang masih defisit, maka penyusunan RDKK harus betul-betul dilakukan secara bertanggung jawab. Unit kerja pemerintah daerah yang terkait harus mengambil peran penuh dan menjalankan prinsip good governance. Penyusunan RDKK jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan cermat, memang akan butuh curahan tenaga dan waktu yang lumayan lama. Mudah-mudahan ini yang menjadi alasan beberapa kabupatenkota dan provinsi yang sampai sekarang belum menetapkan surat keputusannya tentang kebutuhan pupuk bersubsidi untuk masing-masing wilayahnya M. Suparmoko, 2003. Agus Pakpahan, Deputi Menneg BUMN, menyebutkan bahwa harga pupuk bersubsidi lebih murah 2,67 kali lipat dibandingkan dengan harga pupuk di pasar internasional, lebih murah 3,46 kali lipat dibanding pupuk impor, dan lebih murah 2,18 kali lipat dibanding harga pupuk nonsubsidi dalam negeri. Dengan kesenjangan harga yang berlipat ganda ini, tentu akan membuat beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab tergoda untuk melakukan penyelewengan. Jika niat untuk menyelewengkan tersebut ada maka banyak modus operandi yang mungkin muncul. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Tanpa dedikasi yang tinggi dari aparatur yang bertugas mengawasi dan penyiapan langkah-langkah antisipatif yang tepat, penyimpangan distribusi pupuk bersubsidi akan tetap terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Pupuk bersubsidi untuk petani pangan akan kembali mengalir secara ilegal ke lahan-lahan perkebunan, diselundupkan ke negara tetangga, atau dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan lainnya Benyamin. L, 2009. Kerangka Pemikiran Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 93MPPKep32001 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk untuk sektor pertanian ditunjuk lima industri pupuk yang bertugas dalam pengadaan dan penyaluran pupuk yaitu PT.Pupuk Srwijaya, PT.Petrokimia Gresik, PT.Pupuk Kujang, PT.Kalimantan Timur dan PT.Pupuk Iskandar Muda, dan yang bertanggung jawab dalam pengadaan dan penyaluran pupuk di Sumatera Utara yaitu PT.Pupuk Sriwijaya. PT. Pupuk Sriwidjaja Persero, yang lebih dikenal sebagai PT. Pusri, merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk. Secara legal, PT. Pusri resmi didirikan berdasarkan Akta Notaris Eliza Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960. PT. Pusri, yang memiliki kantor pusat dan pusat produksi berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan, merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia. Peraturan Menteri Perdagangan RI Permendag RI No: 03M-DAGPER22006 tetntang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sector pertanian menetapkan bahwa BUMN pupuk penanggung jawab pengadaan pupuk bersubsidi di Sumatera Utara adalah dilakukan oleh PT. Pupuk Sriwijaya untuk jenis pupuk urea dan PT. Petrokimia Gresik untuk pupuk ZA, SP-36, dan Phonska. PT. PUSRI dan PT. Petrokimia Gresik menyalurkan pupuk ke distributor utama PT. PERTANI dan distributor swasta. Dan dari PT. PERTANI dan distributor swasta menyalurkan pupuk ke pedagang pengecer. Pedagang pengecer menjual pupuk langsung ke petani yang telah terdaftar dalam RDKK Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok. Kegiatan saluran distribusi merupakan suatu tindakan ekonomi yang mendasarkan pada kemampuannya untuk membantu dalam penciptaan nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang menentukan harga barang dan jasa kepada individu-individu. Menciptakan nilai ekonomi perlu memperhatikan tiga faktor penting, yaitu : 1. Kegiatan produksi untuk membuat barang 2. Kegiatan pemasaran untuk mendistribusikan barang 3. Kegiatan produksi untuk menggunakan barang Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Saluran pendistribusian pupuk menggambarkan arus proses berpindahnya pupuk dari PT.Pusri PT.Pertani distributor sampai kepada petani atau kelompok tani melalui lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat akan melakukan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Fungsi pemasaran tersebut meliputi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pemodalan, pengemasan dan informasi pasar. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan dalam saluran distribusi dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan, yakni : 1. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran ini diperlukan adanya transaksi antara dua pihak atau lebih. Fungsi yang ada dalam pertukaran antara lain pembelian, penjualan, dan pengambilan resiko. 2. Fungsi Penyediaan Fisik Fungsi ini menyangkut pula perpindahan barang-barang secara fisik dari produsen sampai konsumen. Ada empat macam fungsi yang termasuk dalam penyediaan fisik yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemilihan dan pengangkutan. 3. Fungsi Penunjang Fungsi penunjang ini bersifat membantu untuk menunjang terlaksananya fungsi-fungsi yang lain. Fungsi penunjang antara lain yaitu pelayanan sesudah pembelian, pembelanjaan, penyebaran informasi, dan koordinasi saluran. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Status Indonesia sebagai negara agraris bukanlah kemarin sore. Bahkan FAO pernah menganugerahkan award kepada Indonesia karena berhasil melakukan swasembada beras. Artinya puluhan tahun negeri ini menyandang predikat sebagai negara pertanian. Tetapi mengapa persoalan kelangkaan pupuk selalu terjadi setiap tahun. Indonesia misalnya sempat berkali-kali menerapkan sistem distribusi pupuk. Distribusi pupuk pernah digunakan dengan cara rayonisasi. Bahkan saat ini pemerintah oleh sebuah LSM diminta menghapuskan sistem rayonisasi dalam distribusi pupuk yang diduga sebagai penyebab kelangkaan pupuk. Sampai saat ini, baru 211 bupati dari 440 kabupaten yang telah menerbitkan SK alokasi pupuknya. Hal ini jelas menghambat distribusi pupuk bersubsidi ke wilayah kabupaten-kabupaten yang belum ada SK-nya tersebut. Kesiapan pihak produsen untuk menyediakan pupuk yang cukup dari produksi nasional plus impor dan kesigapan pihak pengguna yang tercermin dari RDKK kelompok tani yang tepat dan terbitnya SK BupatiWali Kota baru merupakan kesiapan dua ujung simpul distribusi. Potensi gangguan masih ada pada saat pengangkutan. Kondisi infrastruktur jalan yang masih buruk dan gangguan cuaca pada transportasi laut merupakan dua faktor yang sangat mengganggu kelancaran distribusi pupuk. Perlu diingat bahwa sentra-sentra produksi pangan masih banyak yang belum dihubungkan dengan infrastruktur jalan yang memadai. Kendala- kendala distribusi pupuk bersubsidi pada sisi produsen, pengguna, dan jaringan transportasi lebih bersifat teknis. Ada satu kendala lain yang lebih fundamental, Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. yang akan selalu menjadi faktor penumbuh niat melakukan penyelewengan dalam distribusi pupuk bersubsidi, yakni kesenjangan harga yang luar biasa besar antara pupuk bersubsidi dengan pupuk komersial. PT. PUPUK SRIWIJAYA DAN PT. PETROKIMIA GRESIK PT. PERTANI Distributor Swasta Pengecer Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Pelaku Pemasaran = Saluran Pemasaran = Menyatakan Hubungan Hipotesis Penelitian Sesuai dengan landasan teori yang telah dirumuskan, maka berikut ini beberapa hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut : 1 Mekanisme pendistribusian pupuk bersubsidi di lapangan belum sesuai dengan konsep RDKK yang baku. 2 Terdapat disfungsionalisasi beberapa lembaga yang terlibat dalam distribusi pupuk bersubsidi. Kelompok Tani yang Mengajukan RDKK Peranan Setiap Lembaga Konsumen Petani Padi Sawah Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. 3 Penyebab hambatan dalam pendistribusian pupuk bersubsidi dengan konsep RDKK adalah tidak validnya data tentang Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok tani. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Wilayah ini ditentukan secara purposive sampling Sugiarto, dkk, 2001 yaitu pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif. Adapun pertimbangannya adalah bahwa lokasi penelitian merupakan daerah yang cukup banyak berbagai jenis usaha tani yang di lakukan sebagai mata pencaharian oleh sebagian besar penduduk. Selain itu, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah pemakai pupuk terbesar di Sumatera Utara karena merupakan sentra produksi tanaman pangan. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini pengambilan sampel produsen dilakukan secara prastudi yaitu dengan melakukan pengambilan data dan pengamatan langsung ke daerah penelitian. Adapun sampel yang diamati dalam penelitian ini antara lain yaitu PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pertani, distributor swasta, pengecer, kelompok tani dan konsumen akhir yaitu petani padi sawah. Dan adapun jumlah populasi produsen, distributor, pengecer, kelompok tani, dan petani padi sawah ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini : Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Produsen, Distributor, Pengecer dan Kelompok Tani Tahun 2008 Kategori Populasi Sampel Lokasi Produsen : 1. PT. PusriPPD SUMUT 2. PT. Petrokimia Gresik 1 1 - - Medan Gresik Distributor : 1. PT. Pertani 2. CV. Karo Jambi 1 1 1 1 Medan Medan Pengecer Kios 1. Kabupaten 14 5 Pancur Batu Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Konsumen : 1. Petani Padi Sawah 455 50 WKPP Sukaraya di Kec. Pancur Batu Jumlah 473 57 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, Dinas Pertanian Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008. Metode Pengambilan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan PT. Pusri, PT. Pertani, distributor swasta, pedagang eceran dan petani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari PT. Pusri, Dinas Pertanian Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan akan ditabulasi secara sederhana, kemudian di analisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis. 1 Untuk identifikasi masalah 1 akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi mekanisme pendistribusian pupuk bersubsidi di lapangan sudah sesuai dengan konsep RDKK yang baku atau belum pada setiap saluran yang dilewati oleh produsen hingga ke konsumen akhir yaitu petani padi sawah dalam pendisrtibusian pupuk. 2 Untuk identifikasi masalah 2 akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara mengamati apakah terdapat disfungsionalisasi Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. pada beberapa lembaga yang terlibat dalam pendistribusian pupuk bersubsidi. 4 Untuk identifikasi masalah 3 akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi faktor yang menjadi penghambat pendistribusian pupuk bersubsidi dengan konsep RDKK apakah karena tidak validnya data tentang Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok dalam pendistribusian pupuk bersubsidi hingga di terima oleh konsumen akhir petani padi sawah. Defenisi 1. PT. Pupuk Sriwijaya dan PT. Petrokimia Gresik merupakan produsen yaitu perusahaan yang memproduksi pupuk subsidi antara lain urea, SP-36, ZA, dan NPK di Sumatera Utara. 2. PT. Pertani merupakan distributor yaitu badan usaha baik yang berbentuk badan hokum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh produsen untuk melaksanakan pembelian, penyimpanan, penyaluran dan penjualan pupuk dalam partai besar di wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada petani atau kelompok tani melalui pengecer yang ditunjukkannya. 3. Pengecer adalah perorangan yang berkedudukan di kecamatan atau desa yang ditunjuk oleh distributor dengan kegiatan pokok melakukan penjualan pupuk di wilayah tanggung jawabnya secara langsung hanya kepada petani atau kelompok tani. 4. Kelompoktani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usahatani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan, yang dikukuhkan oleh BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk. 5. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan atau hortikultura. 6. Lembaga pendistribusian adalah badan usaha atau individu yang meyelenggarakan pendistribusian, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen hingga ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. 7. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani RDKK adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompoktani berdasarkan luasan areal usahatani yang diusahakan petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan dan atau udang anggota kelompoktani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi. 8. Subsidi transfer adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah. 9. Pupuk Bersubsisi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi HET yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV. Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. 10. Hambatan merupakan segala sesuatu yang dapat menghalangi suatu perencanaan atau komunikasi sehinggga tidak dapat berjalan baik bahkan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan perencanaan tersebut. Batasan Operasional 1. Sampel dalam penelitian adalah konsumen atau petani padi sawah yang tergabung dalam kelompok tani dan yang telah mengajukan RDKK. 2. Penelitian dilakukan di daerah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. 3. Penelitian dilakukan pada tahun 2009. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pada zaman pemerintahan Belanda Pancur Batu ini disebut dengan Sinuan Bunga dengan ibukota Arhnemia. Pada tahun 1974 sejalan dengan perluasan Kotamadya Medan, bahwa desa Lau Cih, desa Namo Gajah, desa Simalingkar B, desa Kemenangan Tani, desa Simpang Selayang dan sebagian desa baru telah menjadi daerah Kotamadya Medan sampai sekarang. Kemudian pada tahun 1990 terjadi pula penggabungan desa yang pada tahun sebelumnya kecamatan Pancur Batu terdiri dari 59 desa digabung menjadi 25 desa, luas arealnya 122,53km 2 atau sekitar 12.253 Ha. Kecamatan ini terdiri dari 25 desa dan 108 dusun, dengan Ibukota Kecamatan terletak di Desa Tengah. Daerah ini dipilih karena daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi tanaman pangan terutama padi yang kebutuhan pupuknya perlu diperhatikan untuk mencapai produktivitas hasil pangan yang tinggi.

a. Luas dan Letak Geografis

Dokumen yang terkait

Penilaian Kinerja Keuangan Petani Padi Sawah Melalui Analisis Neraca di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

1 114 86

Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

3 98 104

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani di Kabupaten Deli Serdang

1 32 89

Analisis Produksi Padi Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2001 - 2011

0 36 74

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Padi Sawah Pada Pola Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus: Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

7 68 81

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 29 100

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11