PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DASAR HUKUM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Atau dengan kata lain, pelaksanaan pemungutan pajak juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara, termasuk didalamnya ekonomi rakyat secara individu. Jadi, fungsi pajak untuk mengisi kas Negara dalam rangka menjalankan pemerintahan disebut dengan Fungsi Budgeter. Sedangkan fungsi pajak untuk untuk ikut mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi, sosial budaya, bahkan politik disebut Fungsi Regulerend mengatur. Salah satu jenis pajak yang berlaku di Indonesia adalah Pajak Penghasilan, dengan dasar hukumnya adalah Undang–Undang No. 7 Tahun 1983 dan kemudian diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan diubah lagi dengan UU No. 10 Tahun 1994 dan diubah lagi UU. No. 17 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah menjadi UU. No. 36 Tahun 2008.

2. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

2.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 Pengertian pajak secara bebas dapat dikatakan sebagian suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian dan peran serta aktif warga Negara dan masyarakat untuk membiayai keperluan Negara yang berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur di dalam Undang–Undang dan Peraturan– peraturan sebagai tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. Dengan kata lain pengertian pajak dapat diartikan sebagai suatu kewajiban kenegaraan yang diberikan masyarakat kepada pemerintah atas fasilitas–fasilitas yang digunakan sehingga dapat hidup layak di suatu Negara. Sedangkan Universitas Sumatera Utara penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi dan atau menimbun kekayaan. ` Menurut pasal 4 UU PPh Tahun 2008, yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Jadi Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

3. DASAR HUKUM PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Setiap penghitungan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentunya harus mempunyai dasar hukum. Demikian juga halnya dengan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. dalam melaksanakan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan berdasarkan : Universitas Sumatera Utara a. Undang–Undang No. 7 Tahun 1983 dan kemudian diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan diubah lagi dengan UU No. 10 Tahun 1994 dan diubah lagi UU. No. 17 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah menjadi UU. No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur tentang pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun. b. Undang–Undang No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang–Undang No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah dengan Undang–Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. c. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-545PJ2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi beserta pelaksanannya. d. Peraturan Pemerintah No. 149 tahun 2000 tentang pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang pensiun, dan tunjangan hari tua THT atau jaminan hari tua JHT. e. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan para Pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah. Universitas Sumatera Utara f. Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 250PMK-032008, tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiun. g. Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK-032008, tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi. h. Peraturan Menteri Keuangan No. PMK-254PMK-032008 tentang penetapan bagian penghasilan sehubungan pekerjaan pegawai harian, mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan. i. Keputusan Menteri Keuangan No. 541KMK042000 Tanggal 22 Desember 2000 tentang penentuan tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak. j. Keputusan Menteri Keuangan No. 520KMK04 1998 tanggal 18 Desember 1998 tentang bagian penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

4. PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21