2.2 Larvasida Nyamuk
2.2.1 Defenisi
Larvasida nyamuk adalah suatu zat kimiawi yang digunakan untuk membunuh larva nyamuk. Beberapa larvasida juga efektif dalam membunuh pupa
dan nyamuk dewasa, tetapi sangat sedikit membunuh telur WHO, 2002.
2.2.2 Syarat Larvasida
Banyak bahan kimia yang dapat membunuh larva, tetapi terdapat syarat- syarat agar suatu bahan kimia dapat digunakan sebagai larvasida. Suatu larvasida
harus dipillih berdasarkan efikasinya, ekonomisnya, dan keamannya pada pengguna dan organisme non-target. Karakterisitik dari suatu zat kimia yang
diinginkan untuk dapat menjadi larvasida yang layak digunakan adalah sebagai berikut:
a. Toksisitas tinggi terhadap larva nyamuk
b. Kerja yang cepat dan persisten
c. Kualitas penyebaran yang baik di dalam air
d. Didapatkan dengan mudah dan biaya yang murah
e. Aman dan mudah untuk ditransportasikan dan digunakan
f. Efektif pada kondisi cuaca apa pun
g. Efektif secara primer terhadap larva dan kemungkinan terhadap telur,
pupa, dan nyamuk dewasa h.
Efektif pada jenis air apa pun dimana larva dapat tumbuh polusi, asam, basa, keruh
i. Tidak toksik terhadap mahluk hidup non-target manusia, makanan,
tumbuh-tumbuhan, ternak, ikan pemakan larva, dan serangga air pemakan larva
j. Efektif ketika diberikan dalam dosis yang rendah WHO, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Klasifikasi Larvasida
Larvasida nyamuk dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan senyawa kimianya yaitu inorganik, organik alami, dan organik sintetik. Pengklasifikasian
lain dari suatu insektisida adalah berdasarkan caranya memasuki tubuh serangga, dimana racun perut dimakan dan diabsorbsi dari sistem pencernaannya; racun
kontak berpenetrasi dari dinding tubuhnya; dan racun pernafasan fumigant memasuki tubuh serangga dari spirakel atau pori nafas WHO, 2002.
Saat ini, racun perut dan racun pernafasan tidak lagi digunakan sebagai larvasida melainkan sebagai pestisida. Insektisida yang digunakan sebagai
larvasida saat ini adalah racun konttak. Racun kontak inorganik tidak digunakan sebagai larvasida karena menyebabkan polusi yang serius pada lingkungan,
misalnya merkuri. Racun kontak organik alami,misalnya pyrethrum dan alkaloid, merupakan racun pada neuromuskular WHO, 2002.
Racun organik sintetik yang digunakan saat ini adalah organoklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroid. Organoklorin tidak hanya bekerja sebagai
racun neuromuskular, tetapi juga sebagai racun perut, beberapa lainnya sebagai fumigant. Contoh insektisida organoklorin adalah metoksiklor, klorden, heptaklor,
dan toksafen.
Organofosfat memiliki
mekanisme kerja
menginhibisi kolinensterase sehingga menghambat transmisi dari impuls saraf. Organofosfat
sering digunakan sebagai larvasida. Contoh organofosfat adalah malathion, parathion, temefos, diazion, dan klorpirifos. Karbamat memiliki mekanisme kerja
yang sama dengan organofosfat, namun kurang efektif sebagai larvasida. Contoh karbamat adalah prolan dan dinitrofenol. Piretroid merupakan racun pada
neuromuscular, tidak digunakan pada larva karena biaya yang tinggi WHO, 2002 Hoedojo dan Zulhasril, 2008.
Racun organik alami yang terkenal adalah Piretrum. Piretrum merupakan suatu senyawa aktif dari ekstraksi
Chrysanthemum nerariaefolium Asteraceae
yang menjadi awal pembuatan sintetis turunan-turunan piretroid Omena
et al
., 2006.
Universitas Sumatera Utara
Hoedojo dan Zulhasril, 2008WHO, 2002 Gambar 2.8 Klasifikasi Insektisida
2.2.4 Insektisida Temefos
Nama Kimia Temefos :
O
,
O
,
O
’
O
’-tetramethyl
O
,
O
’-thiodi-
p
-phenylene bisphosphorothioate WHO, 2O11
Struktur kimia dari temefos adalah :
WHO, 2011 Gambar 2.9 Struktur kimia Temefos
Universitas Sumatera Utara
Insektisida temefos adalah insektisida golongan organofosfat yang sering digunakan untuk pengendalian larva
Aedes aegypti
di TPA dengan konsenstrasi 1 ppm 1 gram temefos 1 dalam 10 liter air. Temefos dikenal sebagai abate pada
kalangan masyarakat. Hoedojo dan Zulhasril, 2008 Temefos banyak digunakan untuk pengendalian vektor dengue karena
biaya yang murah dan dapat diterima oleh masyarakat. Namun, karena penggunaannya yang sangat luas, resistensi
Aedes aegypti
terhadap temefos banyak dilaporkan di Amerika Latin Brazil, Kuba, Argentina, Peru, dan
Kolombia Grisales
et. al.
, 2013, Thailand Jiranjanakit, 2007, Banjarmasin Istiana
et al
., 2012 , dan Surabaya Rahardjo, 2006. Terdapat 3 enzim utama yang berhunbungan dengan resistensi dari
Aedes aegypti
terhadap temefos, yaitu
glutathione S-transferases
GST
, cytochrome P450 monooxygenases
CYP450
and carboxylesterases
CE Marcombe, 2009. Walaupun diperkirakan paparan temefos kepada manusia melalui makanan
dan air minum rendah, terdapat kemungkinan paparan langsung temefos kepada manusia melalui air minum ketika temefos diberikan langsung pada wadah
penyimpanan air minum WHO, 2009. Temefos merupakan insektisida golongan organofosfat. Keracunan organofosfat pada manusia dapat menyebabkan
gangguan pada sistem neurologis, respiratorik, dan kardiovaskular yang dapat berakhir kepada kematian Peter
et al.
, 2014.
2.3 Srikaya