Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu saat bahan
bakar
fosil yang ditambang dari perut bumi akan habis, mengingat bahwa bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat
diperbarui unrenewable. Minyak bumi merupakan salah satu bahan bakar fosil, dimana suplai sudah semakin berkurang. Hal ini yang membuktikan bahwa cadangan
minyak bumi sudah semakin menipis
.
Penggunaan bahan bakar fosil juga telah menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Perubahan suhu yang semakin
meningkat merupakan permasalahan yang sangat mengkhawatirkan bagi dunia pada saat ini. Hal ini disebut dengan pemanasan global global warming yaitu adanya
proses peningkatan
suhu
rata-rata
atmosfer
,
laut
, dan daratan
bumi
. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18°C 1,33 ± 0,32°F selama
seratus tahun terakhir. Pemanasan global juga disebabkan peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Dimana yang termasuk dalam kelompok gas rumah kaca
adalah karbondioksida CO
2
, metana CH
4
, dinitro oksida N
2
O, hidrofluorokarbon HFC, perfluorokarbon PFC, dan sulfur heksafluorida SF
6
. Jenis gas rumah kaca yang memberikan sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah
karbondioksida CO
2
. Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya HFC, PFC, dan SF
6
hanya menyumbang kurang dari 1 [38]. Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan
bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak
revolusi industri
pada abad ke-18. Pada saat itu,
batu bara
menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh
minyak bumi
pada pertengahan abad ke-19. Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada 2 macam. Pertama,
pembangkit listrik bertenaga batu bara. Kedua, pembakaran kendaraan bermotor. Emisi gas rumah kaca harus dikurangi, jadi harus dibangun sistem industri dan
transportasi yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil yaitu minyak bumi dan batu bara. Maka untuk mengatasi hal ini diperlukan sumber energi alternatif yang
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009.
dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sekaligus dapat mengurangi emisi karbondioksida. Salah satu sumber energi yang dapat mengurangi pengunaan bahan
bakar fosil adalah bahan bakar nabati yaitu bioetanol [39]. Bioetanol adalah alkohol yang diproduksi dari tumbuh-tumbuhan dengan
menggunakan mikroorganisme melalui proses fermentasi. Pengenalan energi alternatif ini juga merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar
minyak di Indonesia
.
Bioetanol merupakan bentuk sumber energi alternatif yang menarik untuk dikembangkan karena kelimpahannya di Indonesia dan sifatnya yang
dapat diperbarui. Ada 3 kelompok bahan penghasil bioetanol yaitu nira bergula, pati,
dan bahan serat alias lignoselulosa. Semua bahan baku bioetanol itu mudah didapatkan dan dikembangkan di Indonesia yang memiliki lahan luas dan subur [2].
Di Indonesia saat ini, penggunaan etanol sudah digunakan secara luas. Selain digunakan sebagai campuran premium, etanol juga digunakan dalam dunia industri
sebagai pelarut solven dan juga sebagai bahan baku industri kimia yang lain seperti pembuatan etil asetat [28].
Hampir semua industri memerlukan etanol antara lain industri makanan dan minuman, bidang kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Data perkembangan konsumsi
etanol dunia dari tahun 1975, menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi terbesar diakibatkan penggunaan etanol sebagai bahan bakar. Saat ini konsumsi etanol sebagai
bahan bakar terutama di Brazil, Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa dan Australia berkisar 63-67 dari total penggunaan bahan bakar di dunia. Perlu pula dicatat
bahwa 95 dari etanol yang diproduksi di dunia sekarang ini adalah bioetanol [6]. Penggunaan premium telah menimbulkan emisi berbagai gas-gas yang
menjadi polutan berbahaya di udara. Disamping itu, bahan aditif timbal yang selama ini digunakan sebagai peningkat angka oktan octane enhancer pada premium ikut
berkontribusi terhadap pencemaran udara tersebut. Penggunaan MTBE Methyl Tertiary Buthyl Ether sebagai pengganti TEL Tetra Ethyl Lead merupakan upaya
untuk mengurangi pencemaran lingkungan, namun bahan tersebut harus diimpor, dan penggunaannya sudah mulai dilarang di berbagai negara. Bioetanol dapat
menggantikan fungsi dari TEL Tetra Ethyl Lead dan MTBE Methyl Tertiary
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009.
Buthyl Ether sebagai campuran pada premium. Bioetanol memiliki angka oktan 117 atau lebih tinggi dibanding bensin yang hanya 87-88, sehingga campuran
premium-bioetanol secara langsung akan meningkatkan angka oktan [42].
1.2 Tujuan Pengujian