Pengujian Emisi Gas Buang .1 Kadar Karbon Monoksida CO dalam gas buang

Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Beban kg Putaran rpm Karbon Monoksida Premium Gasohol BE-5 Gasohol BE-10 10 2000 0.061 0.054 0.044 2500 0.051 0.035 0.027 3000 0.089 0.081 0.057 3500 0.209 0.160 0.145 4000 0.321 0.234 0.195 25 2000 0.051 0.050 0.043 2500 0.042 0.032 0.031 3000 0.079 0.065 0.062 3500 0.218 0.166 0.154 4000 0.301 0.230 0.225 4.3 Pengujian Emisi Gas Buang 4.3.1 Kadar Karbon Monoksida CO dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar premium, gasohol BE-5, gasohol BE-10 melalui pembacaan autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut: Tabel 4.10 Kadar CO dalam emisi gas buang. Perbandingan kadar karbon monoksida CO yang terdapat dalam gas buang dari masing-masing pengujian dapat dilihat pada gambar 4.15 dan 4.16 berikut. Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Gambar 4.15 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 10 kg. Pada pembebanan 10 kg gambar 4.15, kadar CO tertinggi terjadi pada premium sebesar 0.321 pada putaran 4000 rpm. Sedangkan untuk gasohol BE-5 dan BE-10 tertinggi terjadi pada putaran 4000 rpm masing-masing sebesar 0.234 dan 0.195. Gambar 4.16 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 25 kg. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 2000 2500 3000 3500 4000 C O Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 2000 2500 3000 3500 4000 C O Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Pada pembebanan 25 kg gambar 4.16, kadar CO tertinggi terjadi pada premium sebesar 0.301 pada putaran 4000 rpm. Sedangkan untuk gasohol BE-5 dan BE-10 tertinggi terjadi pada putaran 4000 rpm masing-masing sebesar 0.23 dan 0.225. Emisi gas buang karbon monoksida CO terjadi akibat kekurangan oksigen sehingga proses pembakaran berlangsung secara tidak sempurna karena banyak atom C karbon yang tidak mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya membentuk gas CO. Pada gambar 4.15 dan 4.16, emisi gas CO meningkat seiring meningkatnya putaran mesin. Bioetanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang terdapat di dalam molekul bioetanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan bakar di dalam silinder, serta bioetanol memiliki rentang keterbakaran flammability yang panjang bila dibandingkan dengan bensin sehingga pembakaran berlangsung dengan baik.

4.3.2 Kadar Karbon Dioksida CO

2 dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO 2 dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar premium, gasohol BE-5, gasohol BE-10 melalui pembacaan autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.11 Kadar CO 2 dalam gas buang. Beban kg Putaran rpm Karbon Dioksida Premium Gasohol BE-5 Gasohol BE-10 10 2000 2.18 2.11 1.74 2500 1.59 1.38 1.37 3000 3.53 3.38 2.96 3500 7.78 6.70 6.17 4000 8.68 8.26 7.84 25 2000 1.78 1.75 1.69 2500 1.57 1.29 1.22 3000 3.18 1.90 2.64 3500 10.22 6.49 5.96 4000 8.40 8.15 8.13 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Perbandingan kadar CO 2 yang terdapat dalam gas buang tiap-tiap pengujian dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.17 Grafik Kadar CO 2 vs Putaran untuk beban 10 kg. Pada pembebanan 10 kg gambar 4.17, kadar CO 2 tertinggi terjadi pada bahan bakar premium sebesar 8.68 pada putaran 4000 rpm. Kadar CO 2 pada gasohol BE-5 dan BE-10 tertinggi terjadi pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 8.26 dan 7.84. Gambar 4.18 Grafik Kadar CO 2 vs Putaran untuk beban 25 kg. 2 4 6 8 10 2000 2500 3000 3500 4000 C O 2 Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 2 4 6 8 10 12 2000 2500 3000 3500 4000 C O 2 Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Pada pembebanan 25 kg gambar 4.18, kadar CO 2 tertinggi untuk premium terjadi pada putaran 3500 rpm sebesar 10.22. Pada gasohol BE-5 dan BE-10 kadar CO 2 tertinggi terjadi pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 8.15 dan 8.13 . Karbon dan oksigen bergabung membentuk senyawa karbon monoksida CO sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida CO 2 sebagai hasil pembakaran sempurna. Bila campuran bahan bakar udara sempurna stoikiometris, maka akan dihasilkan senyawa CO 2 . Proses pencampuran udara-bahan bakar dimulai dari diinjeksikannya bahan bakar kedalam silinder, kemudian butiran bahan bakar akan menguap dan bercampur dengan udara, proses ini dipengaruhi oleh volatility bahan bakar. Volatility bahan bakar menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk dapat menguap. Bioetanol mempunyai volatility yang lebih kecil daripada premium, sehingga pembentukan butiran dan penguapan bahan bakar lebih mudah dan pencampuran udara-bahan bakar berlangsung dengan baik. Kenaikan putaran poros mempercepat proses pembakaran, sehingga bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak dan emisi CO 2 yang dihasilkan cenderung bertambah besar.

4.3.3 Kadar Unburned Hidro Carbon UHC dalam gas buang

Data hasil pengukuran kadar UHC dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar premium, gasohol BE-5, gasohol BE-10 melalui pembacaan autlogic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut: Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Tabel 4.12 Kadar UHC dalam gas buang. Perbandingan kadar UHC yang terdapat dalam gas buang masing-masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar 4.19 dan 4.20 berikut. Gambar 4.19 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 10 kg. 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2000 2500 3000 3500 4000 U H C p p m Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 Beban kg Putaran rpm Unburned Hidro Carbon ppm Premium Gasohol BE-5 Gasohol BE-10 10 2000 464 389 352 2500 310 189 161 3000 127 73 63 3500 176 162 94 4000 158 108 63 25 2000 404 395 389 2500 234 242 160 3000 181 119 102 3500 162 142 96 4000 156 104 74 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Pada pembebanan 10 kg gambar 4.19, kadar UHC tertinggi sebesar 464 ppm terjadi pada premium pada putaran 2000 rpm. Untuk gasohol BE-5 dan BE-10 terjadi pada putaran 2000 rpm sebesar 389 ppm dan 352 ppm Gambar 4.20 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 25 kg. Pada pembebanan 25 kg gambar 4.20, kadar UHC tertinggi terjadi pada bahan bakar premium pada putaran 2000 rpm sebesar 404 ppm. Sedangkan pada bahan bakar gasohol BE-5 dan BE-10 terjadi pada putaran 2000 rpm sebesar 395 ppm dan 389 ppm. Jumlah emisi Unburned Hidro Carbon UHC yang lebih besar pada premium jika dibandingkan terhadap bioetanol disebabkan karena premium mempunyai senyawa berat yang jumlah ikatan rantai karbon yang lebih panjang jika dibandingan dengan bioetanol. Hal ini juga disebabkan karena pembakaran yang tidak sempurna didalam silinder. Bioetanol yang memiliki ikatan OH didalam susunan molekulnya membuat pembakaran bahan bakar semakin sempurna. 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2000 2500 3000 3500 4000 U H C p p m Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009.

4.3.4 Kadar Sisa Oksigen O

2 dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar O 2 dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar premium, gasohol BE-5, gasohol BE-10 melalui pembacaan auto logic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut: Tabel 4.13 Kadar Sisa Oksigen O 2 dalam gas buang. Perbandingan kadar sisa O 2 yang terdapat dalam gas buang masing-masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar 4.21 dan 4.22 berikut. Beban kg Putaran rpm Unburned Hidro Carbon ppm Premium Gasohol BE-5 Gasohol BE-10 10 2000 464 389 352 2500 310 189 161 3000 127 73 63 3500 176 162 94 4000 158 108 63 25 2000 404 395 389 2500 234 242 160 3000 181 119 102 3500 162 142 96 4000 156 104 74 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Gambar 4.21 Grafik Kadar O 2 vs Putaran untuk beban 10 kg. Pada pembebanan 10 kg gambar 4.21, kadar sisa O 2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 8.85 . Sedangkan kadar O 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar gasohol BE-10 pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 18.93 . Gambar 4.22 Grafik Kadar O 2 vs Putaran untuk beban 25 kg. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2000 2500 3000 3500 4000 O 2 Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 0,0 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5 15,0 17,5 20,0 22,5 2000 2500 3000 3500 4000 O 2 Putaran rpm Premium BE-5 BE-10 Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-5 Dan Be-10, 2009. Pada pembebanan 25 kg gambar 4.22, kadar sisa O 2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu 6.5 . Sedangkan kadar O 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar gasohol BE-10 pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19.19 . Proses pembakaran pada motor bensin berlangsung pada campuran udara- bahan bakar yang kaya atau adanya udara oksigen lebihan yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan proses pembakaran, sehingga dalam gas buang hasil pembakaran masih mengandung O 2 . Sisa O 2 gas buang dari pembakaran gasohol BE-5 dan BE-10 lebih besar dari pada premium, hal ini karena adanya kandungan oksigen yang terikat langsung pada senyawa bahan bakar bioetanol. Pengaruh kenaikan putaran poros pada beban konstan cenderung mengurangi jumlah sisa O 2 gas buang, hal ini disebabkan pada kondisi tersebut jumlah massa bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak, sehingga dengan jumlah udara yang sama memerlukan lebih banyak oksigen untuk proses pembakaran.

4.4 Analisa Perhitungan Harga Gasohol BE-5 dan BE-10