2.3.1. Beban mati Berat sendiri
Bagian jembatan yang menjadi satu kesatuan pada badan jembatan dapat dikategorikan sebagai beban mati jembatan. Beban mati ini bisa berupa bagian-
bagian nostruktural maupun struktural. Cara menentukan beban mati ini adalah dengan cara mengalikan volumeluasan bahan dengan berat satuan material itu
sendiri. Berat satuan material adalah sebagai berikut : No.
Bahan Beratsatuan isi
KNm
3
Kerapatan massa kgm
3
1. Campuran aluminium
26,7 2720
2. Lapisan permukaan aspal
22,0 2240
3. Besi ruang
71,0 7200
4. Timbunan tanah dipadatkan
17,2 1760
5. Kerikil dipadatkan
18,8-22,7 1920-2320
6. Aspal beton
22,0 2240
7. Beton ringan
12,25-19,6 1250-2000
8. Beton
22,0-25,0 2240-2560
9. Beton prategang
25,0-26,0 2560-2640
10. Beton bertulang
23,5-25,5 2400-2600
Universitas Sumatera Utara
11. Baja
777,0 7850
12. Batu pasangan
23,5 2400
13. Besi tempa
75,5 7680
14. Pasir kering
15,7-17,2 1600-1760
15. Pasir basah
18,018,8 1840-1920
Tabel.1. Berat satuan material
2.3.2. Beban hidup beban kendaraan
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur “D” dan beban truk “T”. Beban lajur “D” bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekivalen dengan suatu iring-iringan kenda
raan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur “D” ynag bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.
Beban truk “T” adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari dua
bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu truk “T” diterapkan per lajur lalu lintas rencana.
Secara umum beban “D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang mempunyai bentan
g sedang sampai panjang sedangkan beban “T” digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
Universitas Sumatera Utara
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata dan terbagi rata seperti
terlihat dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2.6. Intensitas beban “D”
Beban garis P=12 ton belum termasuk kejut sedangkan untuk beban terbagi rata dengan intensitas “p” ton per meter jalur memiliki nilai tergantung pada
panjang jembatan dimana besar “p” ditentukan sebagai berikut :
p = 2,2 tonm untuk l ≤ 30 m
p = 2,2 tonm –
l-30 m untuk 3 0 m l 60 m
p = 1,1 tonm
untuk l 60 m dimana: l = panjang bentang dalam meter
Universitas Sumatera Utara
Dalam perencanaan muatan “D” untuk jembatan berlaku ketentuan bahwa apabila lebar lantai kendaraan ≥ 5,5 m maka muatan “D” sepenuhnya dipikul pada
lebar jalur 5,5 m sedangkan lebar selebihnya hanya dibebani 50 dari muatan “D” tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut :
Gambar 2.7. Distribusi beban “D” untuk lebar penampang jembatan
Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat dalam gambar 2.8. Berat dari
masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as
tersebut bisa diubah-ubah antara 4 m sampai 9 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8. Distribusi beban “T”
2.3.3. Beban angin