Analisa Dan Pengujian Mesin Tepung Tapioka Dengan Kapasitas 7 Kg Per Jam

(1)

KARYA AKHIR

ANALISA DAN PENUJIAN

MESIN TEPUNG TAPIOKA DENGAN

KAPASITAS 7 KG PER JAM

OLEH :

KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIKINDUSTRI

PROGRAM DIPLOMA – IV FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

ZUHERRY SARAGIH

045202005


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Akhir ini dengan judul “ANALISA DAN PENGUJIAN MESIN TEPUNG TAPIOKA DENGAN KAPASITAS 7 KG PER JAM ”.

Penyusunan laporan Karya Akhir ini dilakukan guna untuk menyelesaikan Studi di Program Studi Teknologi Mekanik Industri Universitas Sumatera Utara, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan.

Dalam kegiatan penulis untuk menyelesaikan Karya Akhir ini, penulis telah banyak mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus. ST. MT, sebagai Dosen Pembimbing penulis

2. Bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Program Studi Teknologi Mekanik Industri Program Diploma-IV, FT-USU.

3. Bapak dan Mama’ tercinta yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan materi serta mendoakan penulis.

4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

5. Pegawai Departemen Teknik Mesin kak Is, kak Sonta, bang Syawal, bang Izhar Fauzi, bang Yono, bang Rustam dan bang Marlon.


(3)

6. Rekan mahasiswa stambuk ’02, ’03 dan ’04, Arwindren.SST, Rohancen.SST, Bambang Wahyudi, Mario.SST, M.Irfrans Syahputra,SST, dan serta rekan-rekan stambuk yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang sudah banyak membantu .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya, karena masih banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata bantuan dan budi baik yang telah penulis dapatkan, menghaturkan terima kasih dan hanya Allah S.W.T, yang dapat memberikan limpahan berkat yang setimpal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis sendiri tentunya.

Medan, September 2009 Penulis

NIM : 045202005


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR NOTASI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Alasan Pemilih Judul ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.3.1. Tujuh Umum Dari Peancang Mesin Tepung Ubi ... 3

1.3.2. Tujuh Khusus Dari Peancang Mesin Tepung Ubi ... 3

1.4.Manfaat ... 4

1.5.Metode Penggujian ... 4

1.6. Batasan Masalah ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalah Bahan Baku... 5

2.2 Pembuatan Tepung Ubi ( Tapika ) ... 7

2.3 Proses Pembuatan Tepung Ubi ... 8

2.4 Tahapan – Tahapan Dalam Perancangan ... 10

2.5 Bagain Utama Mesin ... 12

2.6 Baut... 16

BAB III PENETAPAN SPESIFIKASI 3.1 Meterial Yang Digiling ... 19


(5)

3.2 Penetapan Kapasitas Mesin Tepung Ubi ... 19

3.3 Perencanaan Sistem Transmisi ... 19

3.4 Spesifikasi Perencanaan ... 19

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN ELEMEN MESIN 4.1 Daya Motor Penggerak ... 21

4.2 Analisa Daya Untuk Menghancurkan Ubi ... 22

4.3 Analisa Perbandingan Puli ... 24

4.4 Analisa Gaya ... 26

4.5 Hasil Uji Fungsi ... 27

4.5.1 Analisa Uji Fungsi ... 27

4.5.2 Hasil Kerjan Sistem Tramsmisi ... 27

4.6 Analisa Dari Segi Waktu ... 28

4.7 Analisa Sistem transmisi Sabuk Dan Puli ... 29

4.8 Posor ... 31

4.8.1 Anlisa Kekuatan Posor Pada Motor ... 31

4.8.2 Anlisa Kekuatan Posor Pada Screw Press ... 32

4.9 Bantalan ... 32

BAB V PERAWATAN 5.1 Pengertian Dan Tujuan Utama Perawatan ... 35

5.1 Perawatan Bagaian – Bagaian Utama Mesin ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpul ... 38


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Alir Pembuatan Tepung Tapioka ... .... 9

Gambar 2.2 Bagian utama mesin ... .... 12

Gambar 2.3 Kerangka mesin ... .... 13

Gambar 2.4 Corong masuk ... .... 14

Gambar 2.5 Poros dan Screw Press... .... 14

Gambar 2.6 Piringan penumbuk berputar dan piringan penumbuk diam ... .... 15

Gambar 2.7 Saringan ... .... 16


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kandungan unsur-unsur gizi dan kalori dalam singkong ….………..6 Tabel 2.2 Hasil produksi dan keunggulan beberapa varietas singkong………... 7 Tabel 2.3 Bahan dan Alat untuk pembuatan tepung Tapioka………...8 Tabel 2.4 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir……….18


(8)

DAFTAR SIMBOL

LAMBANG KETERANGAN SATUAN

A Luas ( m2

)

a Percepatan ( m/s2)

Q Kapasitas ( kg )

P Daya ( kW )

B

σ Kekuatan tarik ( kg /mm2)

a

τ Tegangan geser izin ( kg /mm2)

D,d Diameter ( mm )

N Putaran ( rpm)

d

P Daya perencana (kW)

τ Tegangan geser ( kg /mm2

)

T Torsi (kg.mm)

ω Kecepatan sudut ( rad/s )

ρ Massa jenis (kg /m3)

η efisiensi -

V Gaya geser; kecepatan;

faktor putaran pada bantalan ( m/s)

v Volume ( m3)


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kurang lebih dari tujuh puluh persen penduduk indonesia bermata pencaharian dari sektor pertanian. Oleh karena itu kegiatan pertanian haruslah menjadi kebanggaan kita, sebab dari dunia pertanian itulah produksi yang menghidupi sebagian besar bangsa ini berasal. Kegiatan dalam sektor pertanian merupakan salah satu kekuatan ekonomi kita. Karena jumlah penduduk kita terus bertambah dan kebutuhan pangan senantiasa meningkat secara terus menerus, menjadi tuntutan untuk terus meningkat produksi pertanian.

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah umbi-umbian menjadi bahan awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai dan lain-lainnya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan.

Berdasarkan harian Republika terbitan tanggal 17 January 2005 Indonesia merupakan negara pengimpor tepung terbesar di Asia Tenggara. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tepung dalam pembuatan mie instan, roti, dan pangan lainnya, indonesia harus mengimpor sekitar 4 juta ton tepung setiap tahunnya.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan yang berbahan baku tepung, maka kebutuhan tepung setiap tahunnya akan meningkat. Meningkatnya kebutuhan tepung tersebut berdampak semakin besarnya volume impor tepung


(10)

setiap tahunnya, yang berarti semakin besar pula devisa negara yang harus dikeluarkan.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku tepung didalam negeri, supaya menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya alam hayati melalui penelitian dan pengembangan didalam negeri harus dilakukan terus-menerus. Hal tersebut sangat dilakukan karena sekitar 16,7 persen dari sumber daya hayati dunia terdapat di Indonesia. Dari ribuan spesies yang ada, diperkirakan baru 6.000 jenis yang dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.

Dengan demikian, berarti masih banyak potensi sumber daya hayati yang belum dimanfaatkan. Seandainya saja sumber daya yang berlimpah tersebut dapat dimanfaatkan dengan cara pengolahan yang terprogram, tentu akan memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ketahanan pangan di Tanah Air, termasuk untuk memenuhi kebutuhan tepung didalam negeri.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku tepung didalam negeri, berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tepung tersebut, diantaranya dengan menciptakan mesin yang efektif serta berdaya guna dalam pembuatan tepung. Ini kiranya dapat berupaya dalam menciptakan produksi tepung yang sangat mudah. Oleh karena itu perancangan ini mengambil judul “ Analisa Dan Pengujian Mesin Tepung Tapioka ”

1.2. Alasan Pemilihan Judul

Kebutuhan akan bahan makanan dan penyediaan sumber gizi terus meningkat dari tahun ketahun, dalam hal ini ubi. Para petani dituntut untuk mampu menghasilkan produksi yang semaksimal mungkin, namun teknologi yang


(11)

dimiliki sebagian besar para petani masih tergolong tradisionil dalam mengelola hasil panen.

Dari kekurangan-kekurangan itulah maka dirancang mesin tepung ubi yang bertujuan untuk membantu dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang petani dalam mengolah hasil pertaniannya.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum dari perancangan mesin tepung ubi ini adalah :

1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah karya akhir semester VIII dan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST).

2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh selama duduk dibangku kuliah.

3. Dapat merancang suatu alat untuk para petani ubi dalam mengolah hasil panennya menjadi tepung ubi.

4. Ikut berpartisipasi dalam menyumbangkan ide yang berbasis teknologi tepat guna.

5. Untuk memperluas wawasan petani ubi yang ingin membuka usaha menjadi produsen tepung ubi.

1.3.2. Tujuan khusus dari perancangan mesin tepung ubi adalah

Untuk mengetahui cara merancang komponen-komponen mesin dan effisiensi, daya, putaran dan kapasitas alat pembuat tepung ubi yang telah dirancang yaitu termasuk fungsi, dan mekanisme kerja mesin.


(12)

1.4. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari perancangan mesin pembuat tepung ubi adalah : 1. Para petani dapat terbantu dalam pengolahan hasil panen ubi mereka

secara optimal.

2. Dengan perancangan alat ini tentu dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama dalam bangku perkuliahan.

3. Bagi rekan-rekan mahasiswa yang ingin membahas dan meningkatkan performansi mesin ini.

1.5. Metode Pengujian

Untuk memperoleh data guna penyusunan laporan ini, metode yang penulis lakukan antara lain adalah :

1. Mengadakan studi literatur diperpustakaan.

2. Mencari hal-hal yang berhubungan dengan perancangan mesin dimedia internet.

3. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang memahami tentang perancangan mesin tepung ubi.

4. Melakukan studi lapangan dengan melihat dan mengganti mesin-mesin rancangan lain yang telah ada.

1.6. Batasan masalah

Dalam penulisan karya akhir ini, pembahasan dibatasi sebagai berikut : 1. Pengujian alat

2. Kinerja sistem transmisi 3. Uji Spesifikasi, dan


(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengenalan Bahan Baku

Singkong (Manihot Utilisima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon, sudah banyak ditanam hampir diseluruh dunia. Mengenai asal tanaman singkong tersebut, ada beberapa ahli botani yang menyatakan bahwa tanaman singkong berasal dari amerika beriklim tropis. Namun, seorang ahli botani Rusia, Nikolai Ivanovick Vavilov, memastikan bahwa tanaman singkong tersebut berasal dari Brazil.

Singkong masuk ke Indonesia pada tahun 1852 melalui kebun raya Bogor, dan kemudian tersebar keseluruh wilayah nusantara pada saat Indonesia dilanda kekurangan pangan, yaitu sekitar tahun 1914-1918. Dengan demikian singkong menduduki posisi sebagai makanan pokok ketiga, setelah padi dan jagung.

Hasil panen utama dari tanaman singkong adalah umbinya. Umbi singkong merupakan tempat untuk meyimpan persediaan cadangan makanan. Pada umumnya, umbi singkong berbentuk bulat panjang yang makin keujung ukurannya makin kecil. Pada dasarnya, umbi singkong terdiri atas tiga lapisan yang meliputi yaitu :

1. Lapisan kulit luar

Merupakan lapisan kulit yang tipis; yang mudah robek, berwarna coklat, dan coklat abu-abu.

2. Lapisan kulit dalam

Merupakan suatu lapisan kulit yang memiliki ketebalan antara 1mm-3 mm; warna kuning dan berwarna putih.


(14)

3. Lapisan bagian daging : bagian yang memiliki persentasi terbesar dari ubi.

Dari unsur penelitian diketahui bahwa kandungan unsur-unsur gizi dalam ubi, relatif tinggi (diperlihatkan pada Tabel 2.1). Oleh karena itu, masyarakat harus tahu lebih banyak mengenai ubi maupun komposisi kandungan gizi yang terkandung didalammya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Kandungan Unsur-unsur Gizi dan Kalori dalam Singkong

No. Nama Unsur Kadar Gizi / 100 gr Bahan

1. Energi 146 kal

2. Karbohidrat 34,7 gr

3. Protein 1,2 gr

4. Lemak 0,3 gr

5. Mineral 1,3 gr

6. Zat Besi 0,007 mg

7. Kalsium 0,003 mg

8. Fosfor 0,004 mg

9. Vitamin B 0,006 mg

10. Vitamin C 0,003 mg

11. Air 62,5 gr

Sumber ; Daftar Analisis Bahan Makanan, Fak. Kedokteran UI, Jakarta; 1992.

Dalam rangka mencari varietas unggul, puluhan bibit singkong unggul telah didatangkan dari berbagai negara lain. Beberapa sifat unggul singkong yang diharapkan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Produksi ubi harus lebih dari 30 ton / ha.

2. Kadar karbohidrat atau pati antara 35 % sampai 40 %.

3. Umur panen pendek ( kurang dari 8 bulan, sudah dapat dipanen ). 4. Tahan terhadap hama dan penyakit.


(15)

Catatan; Sebagai bahan industri, singkong yang memiliki kadar HCN lebih tinggi dari 100 mg/kg, masih dapat diterima karena derajat keputihannya jauh lebih tinggi.

Berkaitan dengan hasil produksi usaha industri pembuatan tepung tapioka, telah dipilih sebanyak 7 (tujuh) varietas singkong yang memiliki keunggulan dalam hal kandungan karbohidrat atau patinya (diperlihatkan pada Tabel 2.2). Tabel 2.2. Hasil Produksi dan Keunggulan Beberapa Varietas Singkong

No. Varietas Hasil Produksi / Ha ( Ton )

Kadar Pati ( % )

Kadar HCN / kg ( mg )

Rasa

1. Adira I 20 – 35 45,2 27,5 Enak

2. Adira II 20 – 35 40,8 123,7 Pahit

3. Malang I 52,4 – 59,6 32 – 36 — —

4. Malang II 31,5 32 – 36 — —

5. Basiorao 30 31,2 80 Agak pahit

6. Bogor 40 30,9 100 Pahit

7. Malang 20 30 – 37 30 Enak

Sumber : Departemen Pertanian,, Jakarta ; 1992.

2.2. Pembuatan Tepung Ubi ( Tapioka )

Untuk memperoleh tepung tapioka yang berkualitas tinggi sebaiknya dipilih singkong dari jenis yang baik dan tidak mempunyai rasa yang pahit. Disamping itu, singkong yang akan diproses sebaiknya singkong yang dicabut pada hari itu juga atau dalam masih keadaan yang segar. Singkong yang disimpan selama dua hari atau terlalu lama, akan menyebabkan terjadi perubahan warna menjadi hitam akibat kerja enzim polifenolase yang terdapat dalam lendir daging ketela, yang mengakibatkan sarinya akan berkurang.Untuk mengatasi hal tersebut, singkong diolah untuk memperoleh tepung tapioka (diperlihatkan pada Tabel 2.3.).


(16)

Tabel 2.3. Bahan dan Alat untuk Pembuatan Tepung Tapioka

No. BAHAN DAN ALAT JUMLAH

A. Bahan

1. Singkong 300 kg

B. Alat

1. Pisau 2 pasang

2. Nyiru atau widig ( untuk penjemuran ) 50 -100 buah

3. Kayu untuk bak 25 papan

4. Bambu untuk penglari 10 buah 5. Slang plastik / pipa pralon Secukupnya

6. Kain saringan 3 pasang

7. Rak bambu ( alas penjemuran ) 50 – 100 buah

8. Ember plastik 10 buah

Sumber: Handoyo; Sumadji Eko; Membuat tepung Tapioka; Jakarta; Bharata Karya Aksara;1985.

2.3. Proses Pembuatan Tepung Ubi 1. Pengupasan Kulit Ubi

Daging singkong dipisahkan dari kulit dengan cara pengupasan. Selama proses pengupasan kulit singkong dilakukan sortasi bahan baku dengan pemilihan singkong yang bagus. Singkong yang jelek terlebih dahulu dipisahkan dan yang tidak diikutkan pada proses berikutnya.

2. Pencucian

Dilakukan dengan cara meremas-remas singkong didalam bak yang berisi air bersih, untuk memisahkan kotoran yang menempel pada daging singkong.

3. Pengirisan

Daging singkong yang sudah dibersihkan dengan air, selanjutnya


(17)

4. Pengeringan

Ubi yang telah diiris kemudian dikeringkan dengan menggunakan sinar

matahari dengan cara menjemur ubi pada suhu ± 40 º C, dalam napam atau widig yang diletakkan diatas rak-rak bambu selama 1-2 hari ( tergantung dari cuaca ).

Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air ± 15-19 %. Untuk mengetahui Bagan alir Proses Pembuatan tepung ubi dapat diperlihatkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bagan Alir Pembuatan Tepung Tapioka

Penggilingan

Tepung Tapioka Ubi Kayu

Dikupas

Dicuci

Diiris

Pengeringan

Kulit ubi dibuang

Limbah padat dibuang


(18)

2.4. Tahapan-Tahapan Dalam Perancangan

Hasil pertama dari sebuah rancangan mesin tidaklah pernah sempurna. Langkah demi langkah harus dijalani sebelum hasil yang ideal tercapai. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan lanjut sebuah rancangan mesin mencapai taraf tertentu adalah : hambatan yang timbul, cara mengatasi efek samping yang tidak terduga, kemampuan untuk memenuhi tuntutan pemakaian dan kemampuan untuk mengatasi saringan, hal mana akan memperlancar pengembangan itu sendiri.

Dalam mendisain tidak mungkin mengingat semua pokok-pokok utama secara serentak. Secara bertahap mengumpulkan pokok-pokok utama dan pengalaman-pengalaman. Menurut G. Neimann ada beberapa tahapan dalam perancangan, yaitu :

1. Mula pertama, tugas disain yang bagaimanakah harus dipenuhi ? Faktor-faktor utama apa yang sangat menentukan untuk konstruksi ? Bahan-bahan, jumlah produk, cara produksi, bahan setengah jadi manakah yang patut dipertimbangkan.

2. Menentukan ukuran-ukuran utama dengan perhitungan kasar. 3. Menentukan alternatif-alternatif dengan sketsa tangan.

4. Memilih bahan. Bahan-bahan umumnya yang mudah didapat dipasaran seperti baja karbon diprioritaskan pemakaiannya.

5. Bagaimana memproduksi. Konstruksi dan cara pembuatan elemen-elemen tergantung dari jumlah produk yang akan dihasilkan.


(19)

6. Mengamati disain secara teliti. Setelah menyelesaikan disain berskala, konstruksi diuji berdasarkan pokok-pokok utama yang menentukan dengan cara yang teliti. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Perubahan sebuah pokok utama dapat mengubah disain secara menyeluruh.

b. Mengubah konstruksi sebuah disain sebelum diproduksi adalah jauh lebih menghemat waktu bila dibandingkan dengan perubahan-perubahan yang dilakukan waktu atau setelah produksi berjalan.

c. Hasil konstruksi yang matang biasanya dicapai setelah dilakukan bermacam-macam disain dan perbaikan-perbaikan.

d. Konstruksi yang terbaik merupakan hasil kompromi dari berbagai ragam tuntutan para pemakai.

7. Merencanakan sebuah elemen; gambar kerja bengkel (workshop blue print). Pokok-pokok utama yang harus diperhatikan dalam meneliti gambar kerja adalah sebagai berikut :

a. Ukuran: apakah elemen tersebut lengkap dan jelas ukurannya ? Apakah ukuran-ukuran tersebut sudah termasuk bagian yang terpotong dalam proses pembuatan ?

b. Toleransi dan simbol pengerjaan c. Nama bahan dan jumlah produk

d. Apakah disain ini mengikuti standar dan norma yang berlaku ?

e. Keterangan mengenai metode-metode khusus pengerasan (hardening), celup dingin (quenching), pelapisan permukaan, semprot pasir (sand


(20)

8. Gambar lengkap dan daftar elemen. Setelah semua ukuran-ukuran elemen dilengkapi, baru dibuat gambar lengkap dengan daftar elemen-elemen. 2.5. Bagian Utama Mesin

Rancangan mesin yang dimaksudkan adalah rancangan bagian utama mesin, rancangan bentuk dan dimensi yang ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya kemudahan dalam pengoperasian, bahan teknik yang tersedia dan kekuatan bahan yang digunakan.

Gambar 2.2. Bagian Utama Mesin

Keterangan : 1. Kerangka Mesin 2. Corong keluar

3. Pisau penumbuk berputar 4. Bantalan

5. Rumah Pisau penumbuk berputar 6. Rumah Screw Press

7. Cerobong Masukan 8. puli 2"

9. Screw Press 10. Sabuk A 45 11. Motor penggerak 12. puli 4"


(21)

Bagian utama mesin adalah bagian yang sangat penting dalam mendukung fungsi mesin. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kerangka Mesin

Kerangka mesin terbuat dari besi siku, kerangka mesin berfungsi sebagai tempat dudukan mesin dan bagian lain yang diatasnya. Jika kerangka sebuah mesin tidak kuat kemungkinan besar akan mempengaruhi kinerja mesin, maka dalam perancangan mesin tepung ubi ini kerangka mesin yang dipakai terbuat dari besi siku 30 x 30, dengan ketebalan 2 mm.

Kerangka Mesin

Gambar 2.3. Kerangka Mesin

2. Corong Masuk

Corong masuk digunakan sebagai tempat masukkan bahan baku. Berfungsi sebagai pengarah bahan baku agar tepat jatuh pada rumah screw press diantar menuju kepiringan penumbuk. Dalam memasukan ubi kedalam corong masuk sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menghindari penumpukan bahan baku ubi pada saluran pemasukkan yang dapat menggangu kinerja mesin. Corong masuk terbuat dari besi plat dengan ketebalan 2 mm yang terletak pada bagian puncak mesin.


(22)

Corong Masuk

Gambar 2.4. Corong Masuk 3. Poros Dan Screw Press

Untuk menggerakkan dan mentransmisikan daya biasanya digunakan poros. Didalam merencanakan poros ada beberapa kriteria yang harus dimiliki poros diantaranya poros harus tahan terhadap puntiran, lenturan dan lendutan. Screw press Digunakan untuk mengepress ubi kering dan mengantar menuju piringan penumbuk agar lebih padat ketika didalam penggilingan tepung ubi

Poros


(23)

4. Piringan Penumbuk

Didalam penggilingan tepung ubi ini direncanakan menggunakan piringan penumbuk. Didalam piringan penumbuk ini diletakkan pisau-pisau penumbuk. Pada piringan penumbuk ini terdapat dua piringan penumbuk yaitu : Piringan pertama adalah piringan penumbuk yang diam terletak pada tutup mesin terdiri atas 4 buah pisau penumbuk. Pada piringan kedua terdiri atas 4 buah pisau penumbuk berputar. Bagian ini yang berputar menumbuk bahan baku ubi. Pisau berputar pada lintasannya.

k berputar

Gambar 2.6. piringan penumbuk berputar dan piringan penumbuk diam 5. Saringan

Pada rumah piringan penumbuk dipasang saringan dengan ukuran 25 mm x 125 mm secara keseluruhan oleh saringan kasa. Saringan mempunyai tingkat kerenggangan tertentu, semakin tipis jarak saringan kasa maka akan menentukan kehalusan produk yang dihasilkan. Tujuan utama dari saringan ini adalah untuk menyaring bahan baku, apabila bahan baku yang ditumbuk sudah menjadi butiran-butiran tepung yang halus akan keluar melalui saringan ini, namun apabila bahan baku dalam keadaan tidak halus akan terus tertumbuk oleh pisau penumbuk putar.


(24)

Gambar 2.7. Saringan 6. Corong Keluar

Setelah tertumbuk halus maka butiran-butiran tepung ubi tersebut akan keluar melalui corong pengeluaran. Corong pengeluaran terbuat dari besi plat dengan ketebalan 2 mm.

Gambar 2.8. Corong keluar

2.6. Baut

Baut berfungsi sebagai pengikat untuk dudukan rumah screw press dan dudukan pada motor penggerak tetapi selain itu berfungsi juga untuk pengikat poros terhadap puli. Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm) dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) Pada permukaan poros adalah :


(25)

) 2 / (ds

T

F=

Tegangan geser yang ditimbulkan adalah :

2 4 / d F k × = π τ

Dimana : τk = Tegangan geser yang terjadi (kg/mm

2 2 1 fk fk b ka S S × = σ τ )

d = Diameter luar baut (mm) Tegangan geser izin didapat dengan :

Dimana : Sfk1 = Faktor keamanan (umumnya diambil 6)

Sfk2 2 4 / d F ka × ≥π τ

= Faktor keamanan

= 1,0-1,5 (jika beban dikenakan perlahan-lahan) = 1,5-3,0 (jika beban dikenakan tumbukan ringan) = 2,0-5,0 (jika beban dikenakan secara tiba-tiba dengan

tumbukan berat)

Dari tegangan geser izin, panjang pasak yang diperlukan dapat diperoleh dengan :

Gaya keliling F (kg) yang sama seperti diatas dikenakan pada luas permukaan samping pasak. Maka tekanan permukaannya adalah :

1 t d F P × =

Dimana : P = Tekanan permukaan (kg/mm2

dari harga tekanan permukaan yang di izinkan, panjang pasak yang diperlukan dapat dihitung dengan :

)


(26)

1 t d

F Pa

× =

Dimana : Pa = Tekanan permukaan izin (kg/mm2

Tabel 2.4. Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir ) Harga Pa dapat dilihat pada tabel 2.4.

Bahan Tekanan permukaan yang

diizinkan Pa (kg/mm2) Ulir luar Ulir dalam Untuk pengikat

Untuk penggera

k

Baja liat Baja liat atau perunggu 3 1

Baja keras Baja liat atau perunggu 4 1,3

Baja keras Besi cor 1,5 0,5


(27)

BAB III

PENETAPAN SPESIFIKASI

3.1. Material Yang Digiling

Peninjauan pada material yang digiling dilakukan dalam perencanaan mesin tepung tapioka serbaguna. Material yang digiling adalah yang termasuk dalam ubi, jagung, beras, dan lain-lain

3.2. Penetapan Kapasitas Mesin Tepung Ubi

Kapasitas mesin tepung ubi direncanakan mampu menampung 7 Kg bahan yang akan digiling dengan model poros screw press.

.

3.3. Perencanaan Sistem Transmisi

Untuk memindahkan putaran motor ke poros penggerak direncanakan menggunakan sistem transmisi sabuk dan puli dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam perencanaan mesin tepung tapioka ini direncanakan putaran akhirnya adalah 2800 rpm.

3.4. Spesifikasi Perencanaan.

Jenis Material : termasuk dalam ubi, jagung, beras, dan lain-lain

Kapasitas : 7 kg / jam Sistem transmisi : Sabuk dan puli


(28)

Selanjutnya adalah cara kerja mesin tepung ubi :

1. Bahan yang akan digiling dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dimasukan pada bagian cerobong pemasukan.

2. Putaran pada poros penggiling, bahan yang telah masuk dan akan dikeluarkan melalui cerobong pengeluaran.

3. Putaran pada poros adalah poros yang dihasilkan dari putaran pada motor penggerak yang ditransmisikan melalui sabuk dan puli


(29)

BAB IV

ANALISA PERHITUNGAN ELEMEN MESIN

4.1. Daya Motor

Motor merupakan pusat dari gerakan dalam keseluruhan sistem, maka dari pada itu harus diperhatikan dan diperhitungkan dengan teliti dan benar agar sistem yang dirancang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Diketahui daya elektro motor = 373 Watt Diketahui putaran elektro motor = 1400 rpm Maka untuk perhitungan torsi didapat :

5 , 259 1400 373 , 0 10 74 ,

9 × 5 =

=

T kg.mm

Untuk perhitungan daya motor adalah sebagai berikut :

P = 60 n . π 2. T. = 259,5     60 1400 3,14. . 2 = 60 52 , 2250


(30)

4.2. Analisa Daya Untuk Menghancurkan Ubi

Dari data-data pengukuran (ditimbang & dihitung), 1 kg ubi = 1000 gram. Dari data percobaan 1 jam = menghasilkan tepung 7 kg

Dari data elektro motor = daya 373 Watt = putaran 1400rpm

Maka volume ubi adalah

( )

Vubi = .d .t

4

2 π

= .

( )

10 30 4

2

π

= 23,55 (mm)³

= 23,55 x10−10 (m)³

Dari hasil pengujian penggilingan 1 kg ubi menjadi tepung dibutuhkan waktu selama 9 menit.

Maka dalam 1 detik:

= 60 x 9 1 = detik 540 gram 1000

= 1,851 gram/detik

Dari hasil pengukuran dengan timbangan, maka diperoleh : 1 kg ubi = 5 buah ubi

Maka untuk kapasitas pengolahan ubi menjadi tepung pada mesin, diperoleh : = 1,851 gram x 5

= 93 gram/detik (menjadi tepung) Diketahui putaran mesin sebagai berikut : N = 1400rpm

Untuk putaran mesin dalam 1 detik adalah :

= 1400rpm . second 60

1


(31)

Jadi ubi yang dihancurkan dalam 1 putaran :

gram 98 , 3 33 , 23

gram 93

=

Untuk perhitungan daya mesin, maka diperoleh data sebagai berikut : P = daya x effisiensi mesin

P = 373 Watt x 95 = 354Watt

Maka daya yang dipakai dalam menghancurkan ubi menjadi tepung adalah :

= 93

Watt 354

= 3,80 Watt

Jadi jumlah daya yang digunakan untuk menghancurkan ubi menjadi tepung dalam 1 kg :

= 5 x 3,80 Watt /butir = 19Watt

atau = 19 x

3600 1

H x

1000 1

kW

= 0,052 kWH

Maka daya yang digunakan untuk menghancurkan 7 kg ubi menjadi tepung : = 7 x 0,052 kWH

= 0,364 kWH


(32)

4.3.Analisa Perbandingan Pulley

Dari data-data diatas diperoleh perbandingan pulley 2" dan 4" menghasilkan 7 kg tepung per jam, dalam hal ini daya yang digunakan untuk menghancurkan singkong menjadi tepung adalah 0, 364 kWH

Sedangkan untuk perbandingan pulley 3" dan 4" menghasilkan 5 kg tepung per jam, dalam hal ini daya yang digunakan untuk menghancurkan singkong menjadi tepung adalah 0,345 kWH

Dari hasil pengujian penggilingan 1 kg ubi menjadi tepung dibutuhkan waktu selama 12 menit.

Maka dalam 1 detik:

= 60 x 12 1 = detik 720 gram 1000

= 1,388 gram/detik

Dari hasil pengukuran dengan timbangan, maka diperoleh : 1 kg ubi = 5 buah ubi

Maka untuk kapasitas pengolahan ubi menjadi tepung pada mesin, diperoleh : = 1,388 gram x 5

= 69 gram/detik (menjadi tepung) Diketahui putaran mesin sebagai berikut : N = 1400rpm

Untuk putaran mesin dalam 1 detik adalah :

= 1400rpm . second 60

1

= 23,33 rps

Jadi ubi yang dihancurkan dalam 1 putaran :

gram 95 , 2 33 , 23 gram 69 =


(33)

Untuk perhitungan daya mesin, maka diperoleh data sebagai berikut : P = daya x effisiensi mesin

P = 373 Watt x 95 = 354Watt

Maka daya yang dipakai dalam menghancurkan ubi menjadi tepung adalah :

= 69

Watt 354

= 5,13Watt

Jadi jumlah daya yang digunakan untuk menghancurkan ubi menjadi tepung dalam 1 kg :

= 5 x 5,13 Watt /butir = 25Watt

atau = 25 x

3600 1

H x

1000 1

kW

= 0,069 kWH

Maka daya yang digunakan untuk menghancurkan 5 kg ubi menjadi tepung : = 5 x 0,069 kWH

= 0,345 kWH


(34)

4.3. Analisa Gaya

Dalam percobaan yang dilakukan, untuk perhitungan menghancurkan ubi didapat sebagai berikut :

t

F = gaya tangensial mata pisau atau gaya tumbukan pada ubi

1 t

t R

M F =

=

mm 90

kg.mm 259,5

= 2,88 kg

Dimana :

t

M = Momen torsi ( kg.mm)

1

R = jari-jari mata pisau

Adapun gaya tangensial yang terjadi dipengaruhi oleh faktor gravitasi, maka besar gaya yang terjadi adalah :

F = Ft .g

= 2,88 kg . 9,81 2

s m

= 28,79 kg . 2 s mm

B MT

W R

Gambar 4.3. Analisa Gaya

t

F

t


(35)

Keterangan :

R = Jari- jari mata pisau B = Ubi

W = Berat ubi

4.4. Hasil uji fungsi

Tabel. 4.4. Hasil uji fungsi

Bagian transmisi Pemasangan

Kinerja tanpa beban

Baik Tidak Baik Tidak

Puli 1 (Ø 4 ”) √ √

Puli 2 (Ø 2 ” ) √ √

Sabuk 105 ” √ √

Screw press √ √

4.4.1. Analisa uji fungsi

Dari tabel 4.1 diatas bahwa semua komponen transmisi terpasang dengan baik, baut pengikat puli dipastikan kuat mengikat puli dan sabuk dipastikan tidak kedor, maka alat ini siap untuk digunakan.

4.4.2. Hasil Kerja Sistem Transmisi

Setelah semua komponen berfungsi dengan baik maka akan dilakukan pengujian kedua. Dalam pengujian ini dilakukan dengan beban yang sama yaitu beban mesin tepung ubi sebesar 7 kg, tetapi dengan putaran yang berbeda yaitu 2800 rpm dan 900 rpm. Dibawah ini akan disajikan hasil kinerja sistem transmisi


(36)

Tabel. 4.4.2. Hasil kinerja sistem transmisi

Beban (kg) Putaran

(rpm)

Lama pembuatan/

pemarutan (menit)

7 2800 60

900 45

4.5. Analisa dari segi waktu

Untuk putaran 2800 rpm dengan lama pemarutan 60 menit, maka biaya penggunaan listrik dari PLN adalah :

Bila biaya listrik per kWH adalah Rp. 475,-, maka biaya total selama 60 menit : Biaya total = Rp. 475 × 7/60 × daya motor (kW)

= Rp. 475 × 7/60 × 0,25 × 0,746 = Rp. 10,3352 / produksi

Untuk putaran 900 rpm :

Biaya total = Rp. 475 × 45/60 × 0,25 × 0,746 = Rp. 66,4406 / produksi


(37)

Gambar 4.4 Grafik biaya listrik PLN dari segi waktu

Dari grafik diatas jelas terlihat bahwa biaya terbesar kalau putaran pemarutan 2800, jadi makin rendah putaran penggilingan makin lama proses penggilingan sehingga biaya listrik PLN semakin banyak dan sebaliknya jika putaran poros screw press tinggi maka proses penggilingan akan semakin cepat sehingga biaya listrik PLN tidak begitu banyak.

4.6. Analisa sistem Transmisi Sabuk Dan Puli

Sistem transmisi pada mesin pembuat tepung beras adalah dengan puli, dengan putaran motor 1400 rpm. Data-data pada mesin yang dirancang :

1. puli motor penggerak Ø 4’’ ( 101,6 mm) 2. puli screw press Ø 2’’ (50,8 mm)

Rp62.00 Rp64.00 Rp66.00 Rp68.00 Rp70.00 Rp80.00 Rp90.00 Rp10.00

Biaya 2800 rpm

900 rpm

Rp10.400


(38)

Dengan mengabaikan slip pada sabuk maka jumlah putaran pada masing-masing puli adalah sebagai berikut :

2 1 1 d d x n

n= ( Khurmi,1980.hal 675 )

Dimana : d = diameter puli penggerak 1

n = putaran puli penggerak 1

d = diameter puli yang digerakkan 2

n = putaran puli yang digerakkan 2

Putaran puli pada screw press adalah :

2 1 1 2 d d x n n =

= 1400 × 8 , 50 6 , 101

= 2800 rpm

Diameter puli diatas merupakan (dk) diameter luar puli, maka untuk menentukan diameter nominal puli (dp) adalah :

8 , 39 11 8 , 50 1

1 =dkt = − =

dp mm 6 , 90 11 6 , 101

2 = − =

dp mm

Kecepatan linear sabuk dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

995 , 20 1000 60 2800 8 , 39 = × × × =π

v m/s

Jarak poros rencana diambil 2 kali diameter puli besar, maka :

6 , 79 8 , 39

2× =

= rencana

C mm


(39)

66 , 2666 ) 6 , 101 8 , 39 ( 6 , 79 4 1 ) 6 , 101 8 , 39 ( 2 6 , 79

2 − 2 =

× + + + × = π L mm

Dari tabel lampiran 1 dapat dipilih panjang sabuk standart adalah 105 inchi, maka jarak sumbu poros dapat dihitung sebagai berikut :

21 , 593 8 ) 6 , 101 8 , 39 ( 8 87 , 7556 87 ,

7556 2 2

= − + + = C mm

Dimana untuk b=2×2666,66−3,14(39,8+101,6)=7556,87 mm Menurut Sularso, Elemen Mesin

C dp Dp

L− − ≥

2 , 2 126,26

8 , 39 6 , 101 66 ,

2666 − − ≥ , baik

2

dk Dk

C > + , 126,26 baik

4.7. Poros

4.7.1. Analisa Kekuatan Poros Pada Motor

Poros pada motor penggerak berdiameter 20 mm. Bahan poros diperkirakan

dari baja karbon S30C dengan kekuatan tarik (σB) = 48 kg/mm2, maka σa adalah : 4 2 6 48 2

1× = × =

= Sf Sf B a σ

σ kg/mm2, τa =0,5×4=2 kg/mm

5 , 259 1400 373 , 0 10 74 ,

9 × 5 =

=

T

2

Torsi (kg.mm) adalah :

kg.mm

Tegangan geser yang timbul :

165 , 0 20 5 , 259 1 , 5 . 1 , 5 3 3 = × = = s d T τ kg/mm

Jadi dapat dikatakan bahwa konstruksi aman karena

2

τ τ >a


(40)

4.7.2. Analisa Kekuatan Poros Pada Screw Press

Poros screw press berdiameter 25 mm. Bahan poros diperkirakan dari baja

karbon S50C dengan kekuatan tarik (σB) = 62 kg/mm2, maka σa adalah :

16 , 5 2 6 62 2

1× = × =

= Sf Sf B a σ

σ kg/mm2,τa =0,5×5,16=2,58kg/mm

5 , 259 1400 373 , 0 10 74 ,

9 × 5 =

= T

2

Torsi (kg.mm) adalah :

kg.mm

Tegangan geser yang timbul :

847 , 0 25 5 , 259 1 , 5 . 1 , 5 3 3 = × = = s d T τ kg/mm τ τ >a

2

Jadi dapat dikatakan bahwa konstruksi aman karena

4.8. Bantalan

Dalam mesin ini bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding. Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat kecil bila dibandingkan dengan bantalan luncur.

Bila diketahui gaya radial dari poros sebesar 529,7 (N). Maka momen geser bantalan dapat ditentukan sebagai berikut :

) 2 / .( .f D F Mt =

Dimana : M = Momen geser bantalan ( N.mm). t

F = Gaya radial ( N )

f = Koefisien geser bantalan = 0,0015 untuk bola bantalan tunggal


(41)

Maka :

t

M = 529,7. 0,0015. ( 14/2 )

t

M = 5,56 (N.mm)

Akibat gaya gesek yang timbul maka akan menyebabkan sebagian daya akan turut hilang. Maka besar daya yang hilang adalah :

loss

P = Mt.N.(2π/60)

Dimana Ploss = Daya hilang (Watt)

t

M = Momen geser bantalan (N.mm) N = Putaran poros (rpm)

Maka : Ploss = 5,56 .1400.

(

2.π/60

)

loss

P = 814,7 (Watt)

Beban ekivalen yang dialami pada bantalan adalah : a

r e X.F Y.F

F = +

Dimana : F = Beban radial ekivalen (N) e

X = Faktor radial = 0,6

r

F = Beban radial yang bekerja (N) Y = Faktor aksial = 0,5

a

F = Beban aksial yang bekerja (N)

Bila beban aksial (Fa), maka :

Fa = K Fr . 47 , 0 Fa = 5 , 1 7 , 592 . 47 , 0

Fa = 185,71 (N)

Jadi beban ekivalen yang dialami pada bantalan adalah :

e

F = 0,6. 592,7 + 0,5 . 185,71

e


(42)

Bila diasumsikan kehandalan bantalan yang bekerja sebesar 95 % dengan pemakaian direncanakan selama 1800 jam, maka dapat ditentukan umur bantalan yang digunakan sebesar :

R = exp

            − 17 , 1 10 84 , 6 L L

Dimana : R = Kehandalan Bantalan ( R = 0,95) L = Umur bantalan yang direncanakan

10

L = Umur penilaian bantalan Maka :

0,95 = exp

            − 17 , 1 10 84 , 6 1800 L 10

L =

17 , 1 051293294 , 0 7 , 678       10

L = 3332,34 jam


(43)

BAB V PERAWATAN

5.1. Pengertian Dan Tujuan Utama Perawatan

Untuk dapat mencapai jumlah produksi yang maksimum maka perlu sekali dibutuhkan kesiapan mesin yang digunakan seoptimal mungkin. Agar mesin dapat siap pakai dan tidak mengganggu dalam sistem produksi maka diperlukan suatu cara yang disebut pemeliharaan. Suatu mesin tidak mungkin tidak mengalami kerusakan, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan kegiatan perawatan.

Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk memelihara dan menjaga setiap komponen-komponen mesin atau peralatan agar dapat tahan lama sehingga dapat mencapai hasil produksi yang maksimum.

Tujuan utama sistem perawatan adalah sebagai berikut :

1. Agar mesin ataupun peralatan yang digunakan dalam keadaan siap pakai secara optimal untuk menjamin kelancaran proses kerja mesin.

2. Untuk memperpanjang usia dari pada mesin.

3. Untuk menjamin keselamatan operator dalam menggunakan mesin atau peralatan.

4. Untuk mengetahui kerusakan mesin sedini mungkin sehingga dapat mencegah kerusakan yang lebih fatal.

Perawatan yang dilakukan terhadap mesin pembuat tepung beras ini dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :


(44)

1. Perawatan secara rutin

Perawatan dilakukan secara terus menerus, misalnya setiap hari atau setelah selesai menggunakan/memakai mesin. Pada mesin ini kegiatan perawatan secara rutin yang dilakukan adalah pembersihan dan pelumasan pada bagian yang berputar.

2. Perawatan secara periodik

Perawatan secara periodik adalah kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan setahun sekali. Pada mesin ini, kegiatan perawatan secara periodik adalah tegangan sabuk, poros pisau penumbuk. Sehingga mesin tepung beras ini dapat bekerja secara optimal.

5.2. Perawatan Bagian-Bagian Utama Mesin

Perawatan utama yang dilakukan pada bagian-bagian utama mesin adalah sebagai berikut :

1. Puli dan Sabuk

Bagian yang memerlukan perawatan pada puli adalah memeriksa kekencangan baut pengikat puli, mengecek secara visual kesejajaran antara puli. Periksa tegangan sabuk serta kerusakan yang terjadi pada sabuk, apabila sabuk sudah rusak sebaiknya diganti dan apabila tegangan sabuk kendor maka harus dikencangkan kembali.

2. Poros

Untuk poros, kegiatan perawatan yang dilakukan adalah memeriksa keseimbangan terhadap bearing (bantalan).


(45)

3. Bantalan/Bearing

Lakukan pengecekan pada bantalan, jika bantalan sudah aus harus diganti walaupun belum mencapai umur jam kerja.

Hal yang sangat penting terhadap perawatan bantalan adalah mengenai pelumasan, karena pelumasan pada bantalan untuk mengurangi gesekan dan tingkat keausan antara elemen gelinding dan rumah bantalan, mereduksi panas yang terjadi akibat gesekan, dan mencegah korosi.

Cara pelumasan yang dipakai disini dengan pelumasan grease/gemuk. Pada bantalan ini dianjurkan dengan pelumasan gemuk karena konstruksinya lebih sederhana dan semua gemuk yang bermutu baik dapat memperpanjang umur bantalan. Pemberian gemuk dilakukan dengan mengisi bagian dalam bantalan secukupnya.


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisa perbandingan pully

Dari uji coba perbandingan pullley 2" dan 4" maka didapat hasil tepung adalah7 kg per jam.Sedangkan untuk pulley 3" dan 4" didapat hasil tepung adalah 5 kg per jam.

2. Analisa Gaya

Dalam analisa gaya untuk besar gaya yang terjadi menghancurkan ubi

adalah : = 28,79 kg . 2

s mm

3. Analisa Waktu

Dari uji coba yang dilakukan didapat perbandingan waktu 7 kg tepung ubi diperlukan waktu 9 menit. Sedangkan untuk 5 kg ubi menjadi tepung diperlukan waktu 12 menit.

4. Analisa kekuatan Bahan / Poros

Pada motor penggerak poros motor berdiameter 20mm. Bahan poros yang

dipakai pada motor baja karbon S30C dengan kekuatan tarik (σB) = 48 kg/mm

B σ

2

Sedangkan untuk poros screw press berdiameter 25mm. Bahan yang poros

yang dipakai baja karbon S50C dengan kekuatan tarik ( ) = 62


(47)

6.2. Saran

1. Lakukan inspeksi mesin sebelum dan sesudah pengoperasiannya. 2. Saat awal menghidupkan mesin diharapkan tidak diberikan beban.

3. Memperhitungkan kekuatan mesin dan komponen mesin untuk memastikan mesin bekerja dalam keadaan maksimal.

4. Sewaktu mengadakan pembersihan, pembongkaran serta pemasangan komponen mesin ini, pastikan motor terbebas dari arus listrik.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Khurmi R.S dan Gupta, JK. A Text Book of Machine Design. New Delhi Eurasia Publishing House (Put) Ltd. 1980.

Niemenn, G, 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Erlangga.

Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.Pradnya Paramita: Jakarta, 1994

Shygley, Joseph E; 1986; Perencanaan Teknik Mesin jilid 1 & 2; Jakarta; Erlangga.

Sitinjak. K, Dkk, 1995. Teknologi Pasca Panen. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(49)

LAMPIRAN 1 Panjang Sabuk-V Standart.


(50)

LAMPIRAN 2 Jenis Bantalan


(51)

LAMPIRAN 3 Ukuran penampang sabuk


(52)

LAMPIRAN 4 Tabel Konversi Satuan


(53)

(1)

Khurmi R.S dan Gupta, JK. A Text Book of Machine Design. New Delhi Eurasia Publishing House (Put) Ltd. 1980.

Niemenn, G, 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Erlangga.

Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.Pradnya Paramita: Jakarta, 1994

Shygley, Joseph E; 1986; Perencanaan Teknik Mesin jilid 1 & 2; Jakarta; Erlangga.

Sitinjak. K, Dkk, 1995. Teknologi Pasca Panen. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)