Universitas Kristen Maranatha
pendekatan konseptual dan pendekatan perundang-undangan yang mendasarkan penelitian pada data sekunder. Teknik pengumpulan data
adalah teknik studi kepustakaan. Sedangkan untuk teknik analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian sistematika penulisan yang disusun oleh peneliti diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : PRINSIP KEHATI-HATIAN PRUDENTIAL BANKING
PRINCIPLE DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Prinsip Kehati-hatian, Letter of Credit, dan Standby Letter of Credit.
BAB III : STANDBY LETTER OF CREDIT SEBAGAI INDIRECT LOAN
DALAM TRANSAKSI PERBANKAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Kredit,
Indirect Loan, Cash Flow, Penerbitan Standby Letter of Credit
Universitas Kristen Maranatha
berdasarkan Prinsip-Prinsip dalam Perbankan, dan ketentuan penerbitan dan pelaksanaan Standby Letter of Credit.
BAB IV : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASAS KEHATI-
HATIAN PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT DARI
PIHAK BANK DIKAITKAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP PERKREDITAN YANG SEHAT
Dalam bab ini penulis akan menganalisis jawaban dari
Identifikasi Masalah yang telah diuraikan dalam BAB I.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan memberikan suatu masukan maupun perbaikan dan uraian dari apa yang telah diteliti selama
penulisan skripsi.
Universitas Kristen Maranatha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Analisis Bank Terhadap Interpretasi Prinsip Kehati-hatian Oleh
Bank Dalam Penerbitan Standby Letter of Credit Yang Dikaitkan Dengan Kemampuan Finansial Debitur Dan UCP 600
Bank menginterpretasikan Prinsip Kehati-hatian sebagai upaya untuk mengantisipasi timbulnya sebuah risiko yang dapat merugikan bank.
Sebelum menerbitkan SBLC, Bank harus menerapkan Prinsip Kehati- hatian dengan menggunakan tindakan analisis Debitur berupa prinsip 5C,
yang meliputi analisis karakterwatak, analisis kemampuan, analisis modal, analisis jaminan, dan analisis kondisi usaha. Sehingga issuing bank dapat
menilai kemampuan finansial Debitur dalam memenuhi kewajiban pembayarannya ke Beneficiary maupun ke Issuing bank.
Sebenarnya UCP 600 tidak mengatur mengenai Prinsip Kehati- hatian, sehingga penerapan Prinsip Kehati-hatian yang dilaksanakan oleh
Bank didasari dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 74PBI2005 tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi
Bank Umum. Berhubungan dengan tidak adanya peraturan yang mengatur
Universitas Kristen Maranatha
secara spesifik mengenai Prinsip Kehati-hatian maupun Penerbitan SBLC, maka dalam perjanjian SBLC harus menyatakan bahwa SBLC ini tunduk
pada UCP 600, UU Perbankan, PBI Prinsip Kehati-hatian maupun pada segala peraturan yang ada sekarang, atau yang akan ada nantinya, atau
yang nanti akan diberlakukan, berlaku pula untuk perjanjian ini.
2. Analisis Terhadap Kedudukan Pihak Bank Dalam Hal Debitur
Kesulitan Cash Flow Yang Dikaitkan Dengan Ketentuan UCP 600
Bank setelah menerbitkan SBLC memiliki kedudukan sebagai penjamin Debitur atau applicant. UCP 600 tidak mengatur mengenai
tindakan yang harus dilakukan oleh Issuing bank apabila Debitur kesulitan Cash Flow. Selama applicant yang mengalami kesulitan Cash Flow dapat
memenuhi kewajiban pembayarannya, Issuing bank tidak memiliki kewajiban apapun terhadap Beneficiary. Namun UCP 600 mengatur
apabila Debitur gagal memenuhi kewajiban pembayarannya, maka Issuing bank sebagai penjamin applicant akan memenuhi kewajiban
pembayarannya dengan mencairkan SBLC kepada Beneficiary. Dalam penerbitan SBLC kepada applicant yang tidak memiliki Cash
Flow yang baik harus dilengkapi dengan jaminan tambahan dan perjanjian kredit, tujuannya adalah untuk meminimalisir risiko yang akan dialami
oleh issuing bank. Cash Flow dapat dijadikan sebagai indikator penilaian kondisi perusahaan Nasabah yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dari pihak bank.
Universitas Kristen Maranatha
3. Analisis Terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai
Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan Baik Dalam Kondisi Debitur Memiliki Kemampuan Finansial dan Pada Saat Debitur
Tidak Memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dalam Perbankan
Apabila dilihat dari sudut pandang bahwa Debitur dalam kondisi memiliki kemampuan finansial, SBLC merupakan sebuah perjanjian dasar
bagi applicant dalam pemberian kewenangan kepada issuing bank untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada beneficiary dengan mendebit
dana dari rekening applicant. Kedudukan SBLC dalam hal Debitur memiliki kemampuan finansial
hanya sebatas dalam memfasilitasi applicant, karena bank sebagai lembaga intermediasi yang memiliki fungsi perantara keuangan, bank
berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana yaitu applicant dan pihak yang membutuhkan dana yaitu beneficiary.
Apabila dilihat dari sudut pandang bahwa Debitur dalam kondisi tidak memiliki kemampuan finansial, maka SBLC merupakan sebuah
perjanjian kredit tidak langsung yang diberikan oleh Bank kepada applicant untuk memenuhi kewajiban pembayaran atas perjanjian
applicant dengan beneficiary. Selain itu juga sebagai dasar perjanjian untuk pembuatan perjanjian kredit antara issuing bank dan applicant
sebelum melakukan Pencairan SBLC. Perjanjian kredit tersebut berfungsi
Universitas Kristen Maranatha
sebagai hubungan kontraktual bahwa applicant memiliki kewajiban untuk membayar kembali kepada issuing bank atas pencairan SBLC.
B. Saran
1. Bagi Akademisi
Penelitian terhadap penerapan Asas Kehati-hatian dalam Penerbitan Standby Letter of Credit dari pihak Bank diharapkan dapat memberikan
suatu referensi untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerbitan Standby Letter of Credit. Mengingat kurangnya referensi sekarang ini mengenai
Standby Letter of Credit. 2.
Bagi Praktik Perbankan Sebelum melakukan pencairan Standby Letter of Credit, issuing bank harus
melakukan suatu hubungan kontraktual dengan applicant berupa perjanjian kredit, sehingga applicant memiliki suatu kewajiban pembayaran kepada
issuing bank. 3.
Bagi Pelaku Usaha Diharapkan applicant memberikan suatu kuasa khusus kepada issuing bank
untuk mendebitkan dana dari rekeningnya sebagai pelimpahan kegiatan dan kewenangan pembayaran transaksi ekspor impor kepada beneficiary.
Karena pemberian kuasa khusus tersebut dapat mempermudah pembayaran transaksi ekspor impor kepada beneficiary secara tepat waktu dan
menghindari risiko applicant tidak membayar kembali kepada issuing bank.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku