Tinjauan Yuridis terhadap Asas Kehati-Hatian (Prudential Banking Principle) dalam Penerbitan Standby Letter of Credit dari Pihak Bank Dikaitkan dengan Prinsip-Prinsip Perkreditan yang Sehat.

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASAS KEHATI-HATIAN (PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE) DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT DARI PIHAK BANK DIKAITKAN

DENGAN PRINSIP-PRINSIP PERKREDITAN YANG SEHAT ABSTRAK

Standby Letter of Credit merupakan suatu fasilitas kredit tidak langsung yang diberikan oleh Bank kepada Nasabahnya. Semua fasilitas yang diberikan oleh Bank mengandung sebuah risiko, sehingga Bank harus melaksanakan Prinsip Kehati-hatian untuk mengatasi risiko tersebut. Dalam kaitannya dengan Standby Letter of Credit yang merujuk pada Uniform Customs and Practice for Documentary Credits 600 tidak memberikan ketentuan tentang Prinsip Kehati-hatian, sehingga Bank harus mengakomodirkannya dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 07 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta perubahan-perubahannya. Berkaitan dengan penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam pemberian fasilitas kredit terhadap pihak nasabah, maka bank harus mempertimbangkan beberapa prinsip dalam pemberian fasilitas kredit

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang mengacu pada asas-asas hukum dan hukum positif. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dalam penerbitan Standby Letter of Credit

yang dikaitkan dengan Prinsip Kehati-hatian. Sumber bahan hukum primer yang digunakan adalah Uniform Customs and Practice for Documentary Credits 600 (UCP 600), Undang-Undang Nomor 07 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta perubahan-perubahannya (UU Perbankan), dan peraturan lain yang mengatur

Standby Letter of Credit. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan konseptual dan pendekatan undang-undang. Data-data yang digunakan dianalisis secara deduksi sebelum mengambil suatu kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UCP 600 tidak mengatur mengenai Prinsip Kehati-hatian, oleh karenanya Bank melakukan Prinsip Kehati-hatian dengan mengacu pada Undang-Undang Perbankan.

Penerbitan Standby Letter of Credit merujuk pada UCP 600, dan merupakan ketentuan yang ditaati oleh semua bank secara internasional. Pelaksanaannya di Indonesia harus menerapkan Prinsip Kehati-hatian yang merujuk pada UU Perbankan. Salah satu bentuk yang dapat meminimalisir risiko yang akan dialami oleh pihak bank adalah mengikatkan dirinya dengan perjanjian kredit. Dalam hal

Apllicant tidak memiliki kemampuan finansial, maka diperlukannya suatu jaminan tambahan dari Applicant untuk melindungi Issuing Bank terhadap segala bentuk risiko. Issuing Bank harus menerapkan Prinsip Kehati-hatian sebelum menerbitkan

Standby Letter of Credit dengan mengenal lebih jelas Nasabahnya, yaitu mengenal bisnis yang dijalankan dan kemampuan dari Nasabahnya berdasarkan prinsip penilaian 5C.


(2)

LEGAL REVIEW OF PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE IN ISSUANCE OF STANDBY LETTER OF CREDIT FROM BANK

CONNECTED WITH BANKING PRINCIPLE ABSTRACT

Standby Letter of Credit is an indirect credit facilities granted by the Bank to Clients. All the facilities provided by the Bank contain a risk, so the Bank must implement the Prudential Banking Principle to resolve these risks. In relation to the Standby Letter of Credit which refers to the Uniform Customs and Practice for Documentary Credits 600 does not provide provisions on the Prudential Banking Principle, so the Bank must refer to Regulation Number 7 Year 1992 regarding Banking and its revisions. Relating to the application of Prudential Banking Principle in the provision of credit to the customer, the bank must consider some of the principles in the provision of credit facilities.

This Thesis research method is normative juridical research which refers to the general principles of law and positive law. The nature of the research is descriptive in the issuance of the Standby Letter of Credit which is associated with the Prudential Banking Principle. A source of primary law material used is the Uniform Customs and Practice for Documentary Credits 600 (UCP 600), Regulation Number 07 of 1992 on Banking and its revisions (Banking Act), and other regulations governing the Standby Letter of Credit. The approach used in this study is a conceptual approach and the approach of the legislation. The data used were analyzed deduction before taking a conclusion. The results showed that the UCP 600 does not regulate the Prudential Banking Principle, therefore the Bank perform Prudential Banking Principle with reference to the Banking Act.

Standby Letter of Credit issuance refers to the UCP 600, and the provisions complied by all banks internationally. Its implementation in Indonesia should apply the Prudential Banking Principle that refers to the Banking Law. One form that can minimize the risks that will be experienced by the bank is forming the credit agreement. In case Applicant do not have the financial capacity, hence the need for an additional guarantee from the Issuing Bank Applicant to protect against all forms of risk. Issuing Bank must apply the Prudential Banking Principle before issuing the Standby Letter of Credit to recognize more clearly their Clients, which recognize businesses that are run and the ability of Clients based on the 5C principle of assessment.


(3)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN………..………

PENGESAHAN PEMBIMBING…....………….…...…………..………..……

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN………....

PERYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG………..

PERSETUJUAN REVISI ………

ABSTRAK ……….………...

ABSTRACT………...

KATA PENGANTAR ………..

DAFTAR ISI ………...………..

BAB I PENDAHULUAN ………..….………….

A. Latar Belakang ……….……...……..…....………….. B. Identifikasi Masalah ……….….……….…………. C. Tujuan Penulisan ……….…………...…..……….. D. Kegunaan Penelitian ……….……….…..………...

E. Kerangka Pemikiran ……….………...

F. Metode Penelitian ……….………..

1. Sifat Penelitian ……….

2. Jenis Data dan Sumber Bahan Hukum ………..

3. Pendekatan Penelitian ………..

4. Teknik Pengumpulan Data ………...

5. Langkah Penelitian ………...

6. Teknik Analisis Data ………

G. Sistematika Penulisan ……….………...……….

BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN (PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE)

DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT………

A. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Banking Principle) sebagai Landasan dalam Penerbitan Produk Bank ……….

1. Pengertian Prinsip Kehati-hatian ……….……….. 2. Tujuan dan Fungsi Prinsip Kehati-hatian ………..

ii iii iv v vi vii viii ix xi 1 1 16 16 17 18 23 23 24 25 25 26 26 27 29 29 29 31


(4)

3. Dasar Hukum Berlakunya Prinsip Kehati-hatian ……… 4. Elaborasi Prinsip Kehati-hatian dalam Hubungan Kontraktual …….. 5. Jasa-Jasa Perbankan ………...

B. Letter of Credit sebagai Transaksi Perdagangan Internasional……..

1. Pengertian Letter of Credit ……… 2. Fungsi dan Peran Letter of Credit ……….. 3. Dasar Hukum Letter of Credit ………... 4. Macam-macam Letter of Credit ………... C. Standby Letter of Credit sebagai Upaya dalam Transaksi Perdagangan Internasional yang Difasilitasi oleh Issuing Bank……. 1. Pengertian Standby Letter of Kredit ………... 2. Fungsi dan Peran Standby Letter of Credit ……… 3. Dasar Hukum Standby Letter of Credit ………. 4. Proses Pencairan Standby Letter of Credit ………

BAB III STANDBY LETTER OF CREDIT SEBAGAI INDIRECT LOAN

DALAM TRANSAKSI PERBANKAN………...

A. Perikatan Sebagai Dasar Terjadinya Hubungan Kontraktual Antara Bank Dan Nasabah Dalam Penerbitan Standby Letter of

Credit………...

1. Perikatan yang Terjadi di Dalam Penerbitan Standby Letter of Kredit ... 2. Kredit Sebagai Salah Satu Bentuk Perikatan Dalam Hubungan Kontraktual untuk Penerbitan Standby Letter of Credit ………

3. Jenis-Jenis Kredit ………..

4. Tujuan dan Fungsi Kredit ……….. 5. Standby Letter of Credit sebagai Bentuk Indirect Loan ……… 6. Cash Flow Sebagai Situasional untuk Memberikan Fasilitas Kredit..

B. Penerbitan Standby Letter of Credit berdasarkan Prinsip-Prinsip

dalam Perbankan ………...

1. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle) ……… 2. Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle) ………...

33 35 37 41 41 43 45 48 58 58 60 60 62 65 65 65 68 70 75 77 78 80 80 81


(5)

3. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Banking Principle) ……….. 4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle) ……..

C. Ketentuan Penerbitan dan Pelaksanaan Standby Letter of Credit... 1. Berdasarkan Uniform Customs and Practice for Documentary

Credits ………... 2. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 04/M-DAG/PER/1/2015 dan Nomor 26/M-DAG/PER/3/2015 tentang Letter of Credit ………... 3. Keunggulan dan Kendala Standby Letter of Credit ………..

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASAS KEHATI-HATIAN

(PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE) DALAM PENERBITAN

STANDBY LETTER OF CREDIT DARI PIHAK BANK DIKAITKAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP PERKREDITAN YANG SEHAT ……… A. Analisis Issuing bank Terhadap Interpretasi Prinsip Kehati-hatian

Oleh Issuing bank Dalam Penerbitan Standby Letter of Credit Yang Dikaitkan Dengan Kemampuan Finansial Debitur Dan UCP 600….

1. Penerapan Prinsip Kehati-hatian oleh Bank dalam Penerbitan Standby Letter of Credit yang Dikaitkan dengan Kemampuan

Finansial Debitur ………...

2. Penerapan Prinsip Kehati-hatian oleh Issuing bank dalam Penerbitan Standby Letter of Credit yang Dikaitkan dengan UCP

600 ………

B. Analisis Terhadap Kedudukan Pihak Bank Dalam Hal Debitur Kesulitan Cash Flow Yang Dikaitkan Dengan Ketentuan UCP 600... 1. Cash Flow Dikaitkan dengan Kebutuhan Kredit bagi Nasabah ……. 2. Kedudukan Bank dalam Hal Debitur Kesulitan Cash Flow yang

dikaitkan dengan UCP 600 ……… 82 83 84

84

87 88

91

91

91

98

102 102


(6)

C. Analisis Terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan Baik Dalam Kondisi Debitur Memiliki Kemampuan Finansial dan Pada Saat Debitur Tidak Memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dalam Perbankan………

1. Analisis terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan dalam Kondisi Debitur memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip dalam Perbankan ………... 2. Analisis terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan dalam Kondisi Debitur Tidak memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip dalam Perbankan ………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……

A. Kesimpulan……….……

1. Analisis Bank Terhadap Interpretasi Prinsip Kehati-hatian Oleh Bank Dalam Penerbitan Standby Letter of Credit Yang Dikaitkan Dengan Kemampuan Finansial Debitur Dan UCP 600 ………. 2. Analisis Terhadap Kedudukan Pihak Bank Dalam Hal Debitur

Kesulitan Cash Flow Yang Dikaitkan Dengan Ketentuan UCP 600.. 3. Analisis Terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan Baik Dalam Kondisi Debitur Memiliki Kemampuan Finansial dan Pada Saat Debitur Tidak Memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dalam Perbankan ………..

B. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA ………...

CURRICULUM VITAE ………..………

MATRIX REVISI ...

LAMPIRAN 108 108 110 114 114 114 115 116 117 118 122 125


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Richard F. Taflinger dalam jurnalnya “Human Cultural Evolution” mengatakan:

“humans are social creatures, the ways we deal with each other,

from personal to international relationship, can have as much an

influence on our behavior as our instinctive reactions.”

Diterjemahkan secara bebas oleh penulis menjadi “manusia merupakan makhluk sosial, cara kita berhubungan dengan satu sama lain, dari pribadi sampai dengan hubungan internasional, dapat menimbulkan banyak pengaruh

pada perilaku kita seperti reaksi naluriah.”

Manusia memiliki ketergantungan sesama manusia lainnya karena kemampuan mereka yang berbeda-beda, hal tersebut dapat kita lihat bahwa terdapat manusia yang memiliki kelebihan berburu, terdapat juga manusia yang memiliki kelebihan dalam membangun tempat hunian. Manusia membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mewujudkan suatu kehidupan yang makmur.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berlandaskan semangat sosial, menempatkan penguasaan terhadap berbagai sumber daya untuk kepentingan publik (seperti sumber daya alam) pada negara. Pengaturan


(8)

ini berdasarkan anggapan bahwa pemerintah adalah pemegang mandat untuk melaksanakan kehidupan kenegaraan di Indonesia. Untuk itu, pemegang mandat ini seharusnya punya legitimasi yang sah dan ada yang mengontrol tidak tanduknya, apakah sudah menjalankan pemerintahan yang jujur dan adil, dapat dipercaya (accountable), dan transparan (good governance).1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD) dalam Pasal 33 ayat (4) menegaskan bahwa :

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

Pelaksanaan pembangunan perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi Pancasila, atau yang lebih dikenal dengan demokrasi ekonomi2. Demokrasi ekonomi berarti kegiatan ekonomi dilakukan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pengawasan pemerintah hasil pemilihan rakyat. Masyarakat berperan aktif, sementara pemerintah berkewajiban memberikan arahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.3

Kebutuhan manusia dalam perekonomian dilaksanakan melalui sektor perdagangan yang dilakukan dengan dua cara yaitu perdagangan domestik (dalam negeri) dan perdagangan internasional (luar negeri). Peningkatan

1 http://www.si-pedia.com/2014/03/bunyi-pasal-33-uud-1945-1-5-dan-pembahasannya.html

yang diakses pada tanggal 9 bulan September tahun 2015 pukul 22:11 WIB.

2

Demokrasi Ekonomi menurut Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 adalah produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.


(9)

perekonomian melalui perdagangan internasional akan memupuk investasi serta kemampuan teknik produksi agar hasil produksi terus meningkat. Jika hasil produksi meningkat dan pendapatan masyarakat meningkat, maka perekonomian mengalami pertumbuhan, serta memberikan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk negara tersebut.4 Perdagangan internasional mencakup ekspor (menjual produksi ke negara lain) dan impor (membeli produksi negara lain) barang dan jasa yang merupakan sesuatu yang penting bagi sebuah negara, yakni sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi negara.5

Menurut David Ricardo, seorang ekonom Inggris, perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antar negara. Suatu negara akan melakukan spesifikasi dengan jalan mengekspor barangnya yang unggul secara komparatif dibandingkan negara lainnya, dan kebalikannya suatu negara akan mengimpor barang yang tidak unggul secara komparatif dengan negara lain. 6 Contoh: Indonesia memiliki keunggulan dalam memproduksi kopi secara efisien, tetapi tidak mampu memproduksi timah secara efisien. Sebaliknya, Malaysia memiliki keunggulan memproduksi timah secara efisien, tetapi tidak mampu memproduksi kopi secara efisien. Kedua negara tersebut akan saling menguntungkan jika bersedia bertukar kopi dan timah.

4 Eeng Ahmad dan Epi Indriani. Membina Kompetensi Ekonomi. Bandung: Grafindo Media

Pratama. 2007. hlm. 16 s/d 17.

5 Imamul Arifin dan Giana Hadi W.. Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: Grafindo Media

Pratama. 2009. hlm. 64.

6 Budhi Wibowo dan Adi Kusrianto. Menembus Pasar Ekspor. Siapa Takut. Jakarta: Elex Media


(10)

Peningkatan efisiensi dalam mekanisme perdagangan internasional dan menjalin hubungan baik antar negara diwujudkan dengan pembentukan Bank yang menganut sistem perbankan. Sistem perbankan Indonesia terbangun dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada dalam demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu pancasila. Hal ini termuat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi:

“Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan

demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian.”

A. Abdurrachman mengemukakan perbankan (banking) pada umumnya ialah

kegiatan-kegiatan dalam menjual-belikan mata uang, surat efek dan instrumen-instrumen yang dapat diperdagangkan. Penerimaan deposito, untuk memudahkan penyimpanannya atau untuk mendapatkan bunga, dan/atau pembuatan, pemberian pinjaman-pinjaman dengan atau tanpa barang-barang tanggungan, penggunaan uang yang ditempatkan atau diserahkan untuk disimpan. Pembelian, penjualan, penukaran, atau penguasaan atau penahanan alat pembayaran, instrumen yang dapat diperdagangkan, atau benda-benda lainnya yang mempunyai nilai moneter secara langsung sebagai suatu kegiatan yang teratur.7

Sistem perbankan memegang peran penting dalam bidang perekonomian, terutama dalam bidang perdagangan internasional. Untuk menjamin perekonomian antar negara berjalan secara lancar, sehingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang

7 Lihat lebih lanjut A. Abdurrachman. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan


(11)

Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu Lintas Devisa. Sebuah transaksi ekspor dan impor dengan skala besar yang terjadi antara dua negara memerlukan kepercayaan dan perlindungan hukum yang tinggi. Untuk menjembatani keinginan, baik pihak pembeli (importir) maupun pihak penjual (eksportir) maka perlu digunakan sarana pembayaran yang saling menguntungkan. Sarana pembayaran ini akan menjamin pembayaran yang diinginkan penjual dengan mengirim barangnya. Jaminan diberikan pula kepada pihak pembeli bahwa akan menerima jumlah dan kualitas barang yang diinginkan. Sarana pembayaran semacam ini dibuat melalui jaminan bank sebagai lembaga pembayar yang dikenal dengan nama Letter of Credit (untuk selanjutnya disebut sebagai L/C).8

L/C tidak hanya mengacu pada peraturan nasional tetapi juga harus mengacu kepada peraturan internasional yaitu Uniform Customs and Practice

for Documentary Credits (untuk selanjutnya disebut sebagai UCP 600) yang

dikeluarkan oleh International Chamber of Commerce’s Commission on

Banking Technique and Practice (untuk selanjutnya disebut sebagai ICC) yang

dikuatkan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 sebagai pengaturan pemberlakukan UCP (untuk selanjutnya disebut sebagai SE BI pemberlakuan UCP). Pemberlakuan UCP yang diatur oleh SE BI menyebabkan bank-bank yang di indonesia merujuk pada UCP 600 dalam melakukan penerbitan L/C yang dimohonkan oleh nasabahnya.

8 Makalah Nadya Gusnita Sari. “Peranan Perbankan di Indonesia dalam Menunjang/Mendukung

Perdangangan Luar Negeri Khususnya dengan Menggunakan L/C”. Universitas Gunadarma. Jakarta. 2015. hlm. 3.


(12)

L/C merupakan surat yang memberikan kekuasaan kepada penerima kiriman uang untuk mencairkan sejumlah uang, apabila dia sudah melakukan keseluruhan syarat yang diperinci di dalam L/C.9 Secara definitif

yang dimaksud dengan L/C adalah suatu surat yang diterbitkan oleh Issuing

Bank atas permintaan pembeli barang (importir) atau applicant, dimana bank

tersebut menyetujui dan akan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir) atau beneficiary, asal wesel beserta seluruh dokumen lampirannya yang ditarik itu sesuai dan memenuhi semua syarat yang tercantum dalam surat (L/C tersebut).10

L/C atau Pemberitahuan Kredit adalah kontrak internasional antara bank penerbit (issuing bank) dan penerima L/C (beneficiary).11 Ramlan Ginting dalam jurnalnya “Peranan Bank Indonesia dalam Mendorong Ekspor Melalui Pengaturan Metode Pembayaran dan Metode Pembiayaan Perdagangan Internasional” mengatakan dalam pelaksanaan L/C para pihak hanya

berurusan dengan dokumen, tidak dengan transaksi barang, jasa atau pelaksanaan lainnya. L/C merupakan kontrak yang independen terhadap kontrak terkait seperti kontrak jual beli. Penerbitan L/C meliputi ketentuan legalitas, jaminan (collateral), aplikasi L/C, dan para pelaku L/C (Applicant,

Beneficiary, Issuing Bank, et cetera) yang akan dibahas lebih lanjut oleh

9 Sugeng Hariyanto. English Business Correspondence. Yogyakarta: Kanisius. 2010. hlm. 84. 10 Herman Budi Sasono. Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor. Yogyakarta: ANDI.

2012. hlm. 87.

11 Ramlan Ginting. Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta: Salemba. 2007. hlm.


(13)

penulis di BAB II. Hakekat L/C adalah perwujudan pembayaran atas dasar penyerahan dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C.12

Penerbitan L/C diawali dengan adanya suatu hubungan hukum antara bank dan nasabah. Nasabah mengharapkan penerbitan L/C ini dapat memberikannya suatu kenyamanan dalam transaksi perdagangan internasional, sedangkan pemberian pelayanan L/C oleh bank kepada nasabahnya adalah penerimaan biaya administrasi dan suatu harapan nasabah akan lebih loyal kepada bank. Bank akan menerbitkan L/C kepada nasabah apabila ternyata nasabah tersebut memiliki performance baik yang dinilai oleh bank,

performance yang dimaksud yaitu kemampuan finansial, reputasi nasabah di

lingkungan usahanya, dan lain-lain. Nasabah menggunakan L/C untuk melunasi suatu pembayaran melalui bank yang sebagai perantara.

Sistem pembayaran dengan L/C merupakan cara paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir, asalkan eksportir tersebut dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C. Dengan penerbitan L/C ini sebuah bank bertindak sebagai pengganti importir yakni pihak yang memberikan kepercayaan dan kepastian kepada penjual bahwa pembayaran akan dilakukan oleh bank tersebut sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang terdapat di dalam L/C.13 Dengan demikian, fungsi dari L/C adalah menyelesaikan kesulitan pembayaran antara eksportir dan importir. Selain itu L/C juga memberikan jaminan atau

12 Direktorat Hukum Bank Indonesia. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan. Volume 2.

Nomor 3. Desember 2004. hlm. 2.


(14)

kepastian atas kelancaran pembayaran dan pengiriman barang sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh eksportir dan importir.

Penerapan L/C hanya berhubungan dengan dokumen-dokumen tetapi tidak berhubungan dengan barang maupun jasa. hal tersebut diatur dalam Pasal 5 UCP 600 yang berbunyi:

Banks deal with documents and not with goods, services or performance to which documents may relate.

Diterjemahkan secara bebas oleh penulis menjadi “kegiatan bank hanya

berkaitan dengan dokumen-dokumen dan bukan dengan barang-barang, jasa-jasa atau suatu kinerja yang berkaitan dengan dokumen-dokumen yang bersangkutan.” Klausul ini memiliki tujuan apabila barang tidak sesuai dengan ordernya, maka importir tidak dapat menuntut kepada issuing bank karena kegiatan bank hanya berkaitan dengan dokumen dan bukan barang.14

Persyaratan L/C tersebut adalah berupa pemenuhan dokumen-dokumen yang diminta di dalam L/C, misalnya bill of lading, invoice (faktur), dan

certificate of insurance.15 Kelancaran transaksi perdagangan antara eksportir dan importir memerlukan suatu kerja sama yang baik dan saling menguntungkan dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. L/C dalam negeri maupun L/C luar negeri merupakan salah satu bentuk jasa bank yang bertujuan untuk memperlancar transaksi perdagangan atau jual beli barang dari satu tempat ke tempat lainnya, baik yang bersifat lokal

14 Lihat

http://eksporimpor.co/artikel-dan-tutorial/bank-bank-hanya-berurusan-dgn-dokumen-bukan-barang.html yang diakses pada tanggal 17 bulan September tahun 2015 pukul 00:50 WIB.


(15)

maupun internasional.16 Dalam perdagangan internasional terdapat beragam jenis L/C, yaitu irrevocable L/C, revocable L/C, Red Clause L/C, Transferable

L/C, Standby L/C, dan lain-lain. Pada kesempatan ini penulis akan membahas

mengenai Standby Letter of Credit (untuk selanjutnya disebut sebagai SBLC). SBLC berfungsi sama dengan garansi, yaitu L/C yang dapat digunakan untuk menjamin jika ada wanprestasi atas suatu kontrak. L/C seperti ini tetap tidak dibayar (stand by) sampai terjadi suatu tindakan tertentu, misalnya terjadi wanprestasi atas kontrak.17 Perbedaan singkat antara L/C dan SBLC adalah

penerbitan L/C dimohon oleh importir, sedangkan penerbitan SBLC dimohon oleh eksportir.

A standby letter of credit is generally obtained by the exporter, and held in reserve or paid out only as a penalty for noncompliance with some other underlying contract between the parties involved. Exporters may be asked to provide a standby letter of credit as an assurance under a contractual obligation that they will perform as agreed.18

Diterjemahkan secara bebas oleh penulis menjadi “Sebuah SBLC secara

umum diperoleh eksportir, yang dipegang sebagai cadangan untuk menerima pembayaran dari suatu hukuman karena terjadinya wanprestasi di perjanjian yang melibatkan kedua belah pihak. Eksportir dapat meminta penyediaan SBLC sebagai jaminan atas dasar kewajiban perjanjian yang telah mereka

sepakati.”

A bank guarantee operates in the same business context as a standby letter of credit; that is to say, is secures the performance of obligations by ensuring payment. It is a primary and

16 Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada. 2005. hlm. 101. 17 Hermansyah. Hukum Perbankan . Op. Cit.. hlm. 101.

18 Joe Reif (et.al.). Services: The Export of the 21st Century A Guidebook for U.S. Service


(16)

independent undertaking by the bank, requiring payment without investigating facts of performance or default on the underlying contract. This feature is none other than the autonomy principle which is well established in letter of credit law. The same document issued by a non-bank institution could simply be called a guarantee, performance guarantee or performance bond. The bank guarantee is thus a sui generis instrument which uses the same legal principles as letters of credit; namely, strict compliance and the autonomy principle.”19

Diterjemahkan secara bebas oleh penulis menjadi “Kegiatan operasional

bank garansi sama layaknya seperti kegiatan dari SBLC; yaitu untuk mengamankan kinerja kewajiban dengan memastikan pembayaran. Hal ini merupakan dasar dan bebas pelaksanaan oleh bank, keperluan pembayaran tanpa menyelidiki fakta-fakta kinerja atau standar kontrak dasar. Keistimewaan ini tidak lain dari prinsip otonomi yang mapan di dalam peraturan L/C. Dokumen sama yang dikeluarkan oleh lembaga bukan bank dapat disebut sebagai jaminan, jaminan pekerjaan atau jaminan terlaksananya pekerjaan. Dengan demikian bank garansi merupakan alat sui generis yang menggunakan prinsip-prinsip hukum yang sama seperti L/C; yaitu persyaratan ketat dan

prinsip otonomi.”

19 Agasha Mugasha. The Law of Letters of Credit and Bank Guarantees. Sydney: Federation Press.


(17)

Penulis akan menjelaskan mengenai SBLC lebih lanjut lagi melalui skema yang diambil dari salah satu situs perusahaan perbankan20 di bawah ini:

1. Importir atau Applicant menghubungi Issuing Bank untuk menerbitkan SBLC kepada Eksportir atau Beneficiary. Kemudian Issuing Bank menghubungi Second Bank yang merupakan salah satu dari Nominated

Bank bahwa akan diterbitkannya sebuah SBLC kepada Beneficiary atas

permohonan dari Applicant.

2. Beneficiary akan diberitahukan oleh Second Bank atas penerbitan SBLC

dari Issuing Bank.

3. Setelah menerima SBLC, Beneficiary akan mulai pengiriman barang beserta dengan dokumen pengiriman melalui kurir kepada Applicant.

20

Lihat http://mre-finance-ltd.ro/standby_letter_of_credit_sblc_.shtml yang diakses pada tanggal 03 bulan Oktober tahun 2015 pukul 16:00 WIB.

Skema 1.1 Contract

Vendor- Exporter

Beneficiary

Purchaser Importer Applicant

Issuing Bank Second Bank

(1) Issue of Guarantee

(2)Stand-by credit notification

(5) Non payment

notification + Documents

(7) Payment (4) Absence of Payment

(3) Merchandice and transport documents

(6) Payment of the guarantee


(18)

4. Applicant melakukan wanprestasi, yaitu tidak melakukan pembayaran atas

barang yang telah dikirim oleh Beneficiary pada waktu jatuh tempo.

5. Beneficiary memberikan pemberitahuan beserta dokumen-dokumen yang

terkait kepada Second Bank bahwa Applicant melakukan wanprestasi dengan tidak melakukan pembayaran yang telah jatuh tempo.

6. Setelah menerima dan memeriksa dokumen yang diberikan oleh Beneficiary,

Second Bank melakukan pembayaran jaminan kepada Beneficiary.

7. Issuing Bank sebagai bank yang menerbitkan SBLC membayar kepada Second Bank atas dasar pembayaran kepada Beneficiary.

Skema 1.1 diatas berpotensi menimbulkan beberapa risiko, yaitu Fraud Risk atau Risiko Penipuan, Sovereign and Regulatory Risks yang artinya risiko perbedaan peraturan antar negara yang mempersulit transaksi ekspor dan impor, dan risiko keterlambatan pembayaran atau pengiriman barang. Fraud Risk dapat terjadi pada tahap 3 dan 4, dimana Applicant, Beneficiary, dan kurir melakukan kerjasama untuk merugikan Issuing Bank dengan melakukan kegiatan transaksi palsu dan menerbitkan dokumen-dokumen pengiriman palsu, yang kemudian meminta pencairan SBLC kepada Issuing Bank.

Perlu disadari bahwa dengan memberikan SBLC, berarti bank atau

issuing bank telah melakukan pengakuan atau janji (secara tertulis) kepada beneficiary untuk memenuhi kewajiban applicant kepada beneficiary apabila applicant wanprestasi dengan pembayaran sejumlah uang tertentu. Dalam

hubungan transaksi ini jelas bahwa dengan pemberian SBLC, maka risiko yang dihadapi oleh beneficiary diambil alih oleh bank. Hal yang paling dasar untuk


(19)

dipahami yaitu risiko SBLC akan terjadi apabila applicant yang diberikan jaminan oleh issuing bank melakukan perbuatan wanprestasi.21 Issuing bank akan mengalami kerugian apabila adanya suatu itikad buruk dari applicant dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana tercantum dalam suatu perjanjian antara applicant dan beneficiary.

Kasus Fraud Risk yang dijelaskan diatas dapat kita lihat pada kasus manipulasi L/C yang terjadi di Perusahaan Terbatas Bank Negara Indonesia Terbuka (untuk selanjutnya disebut sebagai PT BNI) dan banyak diberitakan di berbagai media cetak pada tahun 2003. Menurut penulis, kasus Fraud Risk manipulasi L/C PT BNI tersebut akan terjadi pada SBLC, mengingat bahwa baik L/C maupun SBLC, kegiatan bank hanya berkaitan dengan dokumen yang bersangkutan.

Penulis mengutip kronologis kasusnya dari jurnal ”Memahami Kasus L/C Bank BNI dari Aspek Teknis Perbankan” yang ditulis oleh Sutan Remi Sjahdeini, seorang Guru Besar Hukum Perbankan dan Mantan Bankir,

sebagai berikut:22

Kasusnya bermula dari diterimanya L/C bernilai Rp 1,7 triliun oleh Bank BNI Cabang Kebayoran Baru. L/C tersebut dibuka oleh bank-bank yang selain bukan merupakan koresponden Bank BNI, juga bank-bank yang berasal dari negara-negara dalam kategori berisiko tinggi (high risk countries).

Bank-bank tersebut adalah Dubai Bank Kenya Limited;

Rosbank Switzerland SA; Middle East Bank Kenya Ltd; dan The Wall Street Banking Corp, Cook Islands Beneficiary (eksportir).

21 Lihat http://www.academia.edu/9869694/Bank_Garansi yang diakses pada tanggal 17 bulan

September tahun 2015 pukul 02:00 WIB.

22

Lihat repository.binus.ac.id/content/J0044/J004433934.doc yang diakses pada tanggal 03 bulan Oktober tahun 2015 pukul 18:00 WIB.


(20)

Sementara yang menerima L/C adalah perusahaan-perusahaan dalam Gramarindo Group dan Petindo Group. Komoditas yang diekspor adalah pasir kuarsa dan residu minyak dengan negara tujuan Kenya dan beberapa negara di Afrika.

Sebelum L/C tersebut diteruskan kepada eksportir, pertama-tama yang harus dilakukan Bank BNI Kebayoran Baru adalah membuat/mengisi work sheet. Dalam work sheet itu harus dicatat hal-hal yang menyangkut rincian L/C. Antara lain siapa bank pembuka (issuing atau opening bank), nomor dan tanggal L/C, siapa eksportirnya, dan lain-lain. Selain itu, dicatat pula apa syarat-syarat L/C, antara lain apakah L/C itu merupakan usance L/C (artinya, wesel ekspor yang harus dibuat eksportir adalah wesel ekspor berjangka yang harus dibayar importir dalam jangka waktu tertentu, misalnya 90 hari setelah wesel itu diterima importir).

Pada waktu bank penerima melakukan negosiasi (mengambil alih) wesel ekspor dan dokumen-dokumen ekspor lainnya, petugas bank harus memeriksa apakah dokumen-dokumen yang diserahkan eksportir terdapat kesesuaian (comply with) dengan syarat-syarat L/C.

Menurut informasi, Bank BNI Kebayoran Baru ternyata tidak membuat work sheet, sedangkan work sheet merupakan salah satu sarana pengamanan bagi para petugas dan pejabat bank yang terkait dan bertanggung jawab dengan L/C tersebut.

Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh kantor besar Bank BNI, para eksportir, yaitu perusahaan-perusahaan yang termasuk Gramarindo Group dan Petindo Group ternyata telah melakukan ekspor fiktif.

Hal ini terungkap antara lain dari hasil verifikasi kepada Pejabat Bea Cukai cabang Belitung menyangkut Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Gramarindo Group, Pejabat Bea Cukai cabang Belitung menyatakan bahwa PEB tersebut palsu.

Transaksi dalam kasus ini merupakan transaksi yang dilakukan tanpa mengikuti ketentuan Bank terkait. Ketentuan Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Bank BNI Kebayoran Baru dalam hal ini tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dengan baik dan benar, yaitu tidak


(21)

mengidentifikasi siapa yang menjadi beneficiary L/C. Prinsip tanggung jawab dan prinsip kehati-hatian ini pada dasarnya penting untuk dilakukan dalam rangka menjaga kepercayaan yang sudah dipercayakan masyarakat dan untuk mencegah dilakukannya kecurangan-kecurangan atau bahkan suatu tindak pidana atau penyelewengan dana.23

Penulis membatasi penulisan skripsi ini dalam ruang lingkup yang membahas mengenai Prinsip Kehati-hatian dengan kaitan bila nasabah tidak memiliki kemampuan finansial, dan SBLC sebagai fasilitas indirect loan atau kredit tidak langsung. Sejauh ini belum ada penelitian yang membahas atau meneliti mengenai asas kehati-hatian atau Prudential Banking dalam penerbitan SBLC oleh bank. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya tulis berbentuk skripsi dengan judul :

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASAS KEHATI-HATIAN

(PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE) DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT DARI PIHAK BANK DIKAITKAN

DENGAN PRINSIP-PRINSIP PERKREDITAN YANG SEHAT”.

23 Kristian dan Yopi Gunawan. Tindak Pidana Perbankan. Bandung: Nuansa Aulia. 2013. hlm.


(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah yang didapat antara lain: 1. Bagaimana Bank menginterpretasikan Asas Kehati-hatian dalam penerbitan

Standby Letter of Credit yang diberikan kepada Nasabah dikaitkan dengan

kemampuan finansial debitur dan UCP 600 ?

2. Bagaimana kedudukan dari pihak Bank dalam hal Debitur kesulitan Cash

Flow yang dikaitkan dengan ketentuan UCP 600 ?

3. Bagaimana kedudukan Standby Letter of Credit sebagai sebuah perjanjian dalam transaksi perbankan baik dalam kondisi debitur memiliki kemampuan finansial dan pada saat Debitur tidak memiliki kemampuan finansial sesuai dengan prinsip-prinsip dalam perbankan ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Bank menginterpretasikan Asas Kehati-hatian dalam penerbitan Standby Letter of Credit yang diberikan kepada Nasabah dikaitkan dengan kemampuan finansial debitur dan UCP 600. 2. Untuk mengetahui kedudukan dari pihak Bank dalam hal Debitur kesulitan

Cash Flow (Arus Kas) yang dikaitkan dengan ketentuan UCP 600.

3. Untuk mengetahui kedudukan Standby Letter of Credit sebagai sebuah perjanjian dalam transaksi perbankan baik dalam kondisi debitur memiliki kemampuan finansial dan pada saat Debitur tidak memiliki kemampuan finansial sesuai dengan prinsip-prinsip dalam perbankan.


(23)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penulisan ini antara lain: 1. Kegunaan Teoritis, yang terdiri dari:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya mengenai hukum perbankan.

b. Hasil penelitian ini dihadapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan mengenai penerapan dan persepsi prinsip-prinsip perbankan dalam penerbitan Standby Letter of Credit. 2. Kegunaan Praktis, yang terdiri dari:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai penerapan dan persepsi prinsip-prinsip perbankan dalam penerbitan Standby Letter of Credit.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencegah risiko-risiko yang akan timbul pada sistem perbankan

E. Kerangka Pemikiran

Menurut Sudargo Gautama, kesepakatan atau persetujuan kehendak itu merupakan hal yang paling penting dalam pembuatan perjanjian, sebab secara umum tidak terlalu diperlukan bentuk formal agar perjanjian itu mengikat secara hukum, kecuali hukum menentukan secara khusus yang juga


(24)

memerlukan ketentuan lainnya seperti pendirian sebuah perseroan terbatas yang harus dengan akta notaris.24

Secara teoritis juga banyak teori yang mensyaratkan waktu terjadinya suatu kesepakatan, berikut ini adalah beberapa teori yang menentukan saat terjadinya perjanjian antar pihak :25

1. Teori Kehendak (wilstheorie) mengatakan, bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat kehendak, pihak penerima dinyatakan dalam perjanjian.

2. Teori Pengiriman (verzendtheorie), terjadinya kata kesepakatan pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.

3. Teori Pengetahuan (vernemingstheorie) mengemukakan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima.

4. Teori Kepercayaan (vertrowenstheorie), kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.

5. Teori Ucapan (uitings theorie), menyatakan bahwa suatu kesepakatan terjadi, apabila pihak yang menerima penawaran telah menyiapkan surat jawaban yang menyatakan bahwa ia telah menerima tawaran itu.

24 Samuel M.P Hutabarat. Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian. Jakarta:

Grasindo. 2010. hlm. 35.


(25)

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional terjadi apabila ada ketergantungan antar negara, ketergantungan antar negara tersebut muncul karena setiap negara memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda. David Ricardo dengan teori keunggulan komparatifnya (theory of comparative advantage) mengatakan:

Foreign trade will always continue, whatever may be the comparative difficulty of production in different countries; it can only be regulated by altering the natural price, not the natural value, at which commodities can be produced in those countries, and that is effected by altering the distribution of the precious metals. This explanation confirms the opinion which I have elsewhere given, that there is not a tax, a bounty, or a prohibition, on the importation or exportation of commodities, which does not occasion a different distribution of the precious metals, therefore, every where alter both the natural and the market price of commodities.”26

Diterjemahkan secara bebas oleh penulis menjadi “Perdagangan

internasional akan terus berlangsung, apapun kesulitan perbandingan dalam produksi pada negara yang berbeda; hanya dapat diatur dengan pengubahan harga, bukan nilainya, dimana negara tersebut mampu memproduksinya, dan hal tersebut terpengaruhi oleh pengubahan distribusi logam berharga. Penjelasan ini membenarkan pendapat yang telah saya berikan di beberapa tempat, bahwa tidak ada pajak, karunia, atau larangan, pada kegiatan impor atau ekspor komoditi, yang tidak berkesempatan membedakan pendistribusian

26 David Ricardo. On the Principles of Political Economy and Taxation. London. John Murray.


(26)

logam yang berharga, sehingga setiap tempat mengubah harga pasar atas

komoditas.”

Teori comparative advantage yang diungkapkan oleh David Ricardo memicu kesadaran atas pentingnya suatu perdagangan internasional dan diperlukannya suatu sistem yang dapat meningkatkan efisiensi dari perdagangan internasional, sistem tersebut disebut sebagai sistem perbankan.

Perdagangan internasional yang erat berhubungan dengan transaksi dan sistem perbankan akan memicu timbulnya suatu risiko, yang secara umum artinya kemungkinan akan mengalami suatu kerugian. Menurut Soekarto, risiko juga dapat diartikan sebagai (1) variabilitas pada pendapatan masa depan, (2) kemungkinan terjadinya kerugian, dan (3) kemungkinan dari penyimpangan yang merugikan dari hasil yang diinginkan atau diharapkan.27

Ariel Pinto dan Paul Garvey dalam bukunya mengatakan bahwa

sepanjang 300 (tiga ratus) tahun ini, sebuah teori risiko telah timbul dari koneksi antara teori probabilitas dan ekonomi. Secara umum, dalam teori probabilitas, risiko didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Dalam ekonomi, risiko dicirikan sebagai cara seorang mengevaluasikan nilai moneternya untuk berpartisipasi dalam suatu perjudian yang hasil moneternya ditentukan oleh kemungkinan.28 Menurut Dahlan

Siamat, risiko merupakan ketidakpastian dari kerugian finansial atau

27

Lihat http://bprsubang.com/perlukah-penerapan-manajemen-risiko-di-bpr/ yang diakses pada tanggal 05 bulan Oktober tahun 2015 pukul 01.00 WIB.

28 Lihat C. Ariel Pinto dan Paul R. Garvey. Advanced Risk Analysis in Engineering Enterprise Systems. United States: CRC Press. 2012. hlm. 1.


(27)

kemungkinan terjadi kerugian. Dahlan Siamat mengemukakan beberapa hal yang dapat menimbulkan risiko kredit, yaitu:29

1. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar.

2. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif.

3. Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivatif.

Risiko dibagi menjadi beberapa jenis, Dahlan Siamat membagi jenis-jenis risiko tersebut yang dikenal dalam usaha perasuransian menjadi: 30

1. Risiko murni didefinisikan sebagai suatu situasi dimana hanya ada kemungkinan terjadi kerugian atau tidak terjadi kerugian.

2. Risiko spekulatif didefinisikan sebagai suatu situasi dimana baik keuntungan maupun kerugian mungkin terjadi.

3. Risiko individu yaitu risiko yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya misalnya risiko yang timbul karena memiliki mobil, membeli rumah, atau melakukan investasi dalam suatu usaha, hal-hal tersebut semuanya mempunyai risiko yang dapat menimbulkan kerugian keuangan. Risiko individu dapat dibagi menjadi tiga macam risiko yaitu:

29

Lihat http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27689/4/Chapter%20II.pdf yang diakses pada tanggal 06 bulan Oktober tahun 2015 pukul 17.00 WIB.

30 Lihat http://bprsubang.com/perlukah-penerapan-manajemen-risiko-di-bpr/ yang diakses pada


(28)

a. Risiko pribadi, artinya risiko yang mempengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang memperoleh keuntungan.

b. Risiko harta, artinya risiko terjadi kerugian keuangan apabila seseorang memiliki suatu benda atau harta akibat hilangnya harta, dicuri atau rusak.

c. Risiko tanggung gugat, artinya risiko yang mungkin dialami atau diderita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya pihak lain.

Bank dikenal secara umum sebagai lembaga Profit Oriented, sehingga bank akan selalu melakukan cara-cara yang dapat mengurangi terjadinya suatu risiko. Analisis dari Hughes menyarankan bahwa pembedaan risiko bermanfaat pada konsolidasi bank untuk meningkatkan kinerja keuangan. Sebagai tambahan, sebuah penelitian data dari 69 negara dari tahun 1980 sampai dengan 1997 oleh Beck menghasilkan kesimpulan bahwa krisis perbankan jarang terjadi terjadi di negara yang lebih memperhatikan pada sistem bank.31

31 Lihat David Van Hoose. The Industrial Organization of Banking: Bank Behavior. Market Structure. and Regulation. New York: Springer. hlm. 130.


(29)

F. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Penulis menggunakan metode yuridis normatif karena sasaran penelitian ini adalah hukum atau kaidah. Pengertian kaidah meliputi, asas hukum, kaidah dalam arti sempit (value), peraturan hukum konkret. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang berobjekan hukum normatif berupa asas-asas hukum dan sistem hukum.

Metode yuridis normatif juga disebut sebagai penelitian doktrin32 yaitu

suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis dalam buku, maupun hukum yang diputuskan hakim melalui proses pengadilan. Berdasarkan metode tersebut, peneliti harus melakukan pengkajian secara logis terhadap ketentuan hukum yang dapat dianggap relevan dengan asas kehati-hatian dalam penerbitan SBLC dari pihak Bank

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan sifat penelitian, pendekatan penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data dan analisis data sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hal-hal atau peristiwa yang sedang diteliti dan asas kehati-hatian dalam penerbitan SBLC dari pihak Bank.

32 Amirudin dan Zaini Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Grafiti Pres. 2006.


(30)

2. Jenis Data dan Sumber Bahan Hukum

Data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain secara tidak langsung guna mendukung penelitian. Data sekunder dapat berupa tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku ataupun jurnal-jurnal. Tulisan-tulisan hukum tersebut berisi tentang perkembangan atau isu-isu mengenai Penelitian ini. Penelitian menggunakan data sekunder terdiri dari atas : a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan, baik secara nasional maupun internasional. Peraturan perundang-undangan yang dipakai adalah Uniform Customs

and Practice for Documentary Credits, Undang-Undang Nomor 07

Tahun 1992 tentang Perbankan beserta perubahan-perubahannya, dan peraturan lain yang mengatur SBLC dan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku (textbook) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de

herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana,

kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian.


(31)

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.

3. Pendekatan Penelitian

Peneliti skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan konseptual (conceptual approach) dan pendekatan undang-undang (statute approach). Pendekatan konseptual digunakan berkenaan dengan SBLC dan Prinsip Kehati-hatian.

Sedangkan pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 33 Dalam penelitian ini, pendekatan

perundang-undangan digunakan berkenaan dengan peraturan hukum yang mengatur SBLC dan Prinsip Kehati-hatian. Kemudian pendekatan konseptual digunakan berkenaan konsep-konsep yuridis mengenai SBLC.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca peraturan perundang-undangan, mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat yang berkaitan dengan permasalahan yang

33 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2005. hlm.


(32)

sedang diteliti. Dari data tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai data penunjang dalam penelitian ini.

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan yang terdiri dari data sekunder bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier sebagaimana yang tercantum dalam butir 2 diatas.

5. Langkah Penelitian

Penulis akan melakukan persiapan studi kepustakaan terhadap jenis data dan sumber bahan hukum yang tercantum dalam butir 2 diatas. Setelah data terkumpul, maka penulis akan melakukan analisis terhadap data-data tersebut dan menyusunnya kedalam suatu kesimpulan.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan cara analisis kualitatif. Menurut Sunaryati Hartono, pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang membahas mengenai cara-cara menganalisis terhadap data yang dikumpulkan dilakukan dengan cara-cara atau analisis atau penafsiran (interpretasi) hukum yang dikenal, sebagai penafsiran otentik, penafsiran menurut tata bahasa (gramatikal), penafsiran berdasarkan sejarah perundang-undangan, penafsiran sistematis, penafsiran sosiologi, penafsiran teleologis, penafsiran fungsional, ataupun penafsiran futuristik.34 Berdasarkan hal-hal yang telah

dikemukakan di atas, maka skripsi ini menggunakan kombinasi metode

34 Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke 20. Bandung: Alumni.


(33)

pendekatan konseptual dan pendekatan perundang-undangan yang mendasarkan penelitian pada data sekunder. Teknik pengumpulan data adalah teknik studi kepustakaan. Sedangkan untuk teknik analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian sistematika penulisan yang disusun oleh peneliti diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : PRINSIP KEHATI-HATIAN (PRUDENTIAL BANKING

PRINCIPLE) DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Prinsip Kehati-hatian, Letter of Credit, dan Standby Letter of Credit. BAB III : STANDBY LETTER OF CREDIT SEBAGAI INDIRECT LOAN

DALAM TRANSAKSI PERBANKAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Kredit,


(34)

berdasarkan Prinsip-Prinsip dalam Perbankan, dan ketentuan penerbitan dan pelaksanaan Standby Letter of Credit.

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASAS KEHATI- HATIAN (PRUDENTIAL BANKING PRINCIPLE) DALAM PENERBITAN STANDBY LETTER OF CREDIT DARI PIHAK BANK DIKAITKAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP PERKREDITAN YANG SEHAT

Dalam bab ini penulis akan menganalisis jawaban dari Identifikasi Masalah yang telah diuraikan dalam BAB I.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memberikan suatu masukan maupun perbaikan dan uraian dari apa yang telah diteliti selama penulisan skripsi.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Analisis Bank Terhadap Interpretasi Prinsip Kehati-hatian Oleh Bank Dalam Penerbitan Standby Letter of Credit Yang Dikaitkan Dengan Kemampuan Finansial Debitur Dan UCP 600

Bank menginterpretasikan Prinsip Kehati-hatian sebagai upaya untuk mengantisipasi timbulnya sebuah risiko yang dapat merugikan bank. Sebelum menerbitkan SBLC, Bank harus menerapkan Prinsip Kehati-hatian dengan menggunakan tindakan analisis Debitur berupa prinsip 5C, yang meliputi analisis karakter/watak, analisis kemampuan, analisis modal, analisis jaminan, dan analisis kondisi usaha. Sehingga issuing bank dapat menilai kemampuan finansial Debitur dalam memenuhi kewajiban pembayarannya ke Beneficiary maupun ke Issuing bank.

Sebenarnya UCP 600 tidak mengatur mengenai Prinsip Kehati-hatian, sehingga penerapan Prinsip Kehati-hatian yang dilaksanakan oleh Bank didasari dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum. Berhubungan dengan tidak adanya peraturan yang mengatur


(36)

secara spesifik mengenai Prinsip Kehati-hatian maupun Penerbitan SBLC, maka dalam perjanjian SBLC harus menyatakan bahwa SBLC ini tunduk pada UCP 600, UU Perbankan, PBI Prinsip Kehati-hatian maupun pada segala peraturan yang ada sekarang, atau yang akan ada nantinya, atau yang nanti akan diberlakukan, berlaku pula untuk perjanjian ini.

2. Analisis Terhadap Kedudukan Pihak Bank Dalam Hal Debitur Kesulitan Cash Flow Yang Dikaitkan Dengan Ketentuan UCP 600

Bank setelah menerbitkan SBLC memiliki kedudukan sebagai penjamin Debitur atau applicant. UCP 600 tidak mengatur mengenai tindakan yang harus dilakukan oleh Issuing bank apabila Debitur kesulitan

Cash Flow. Selama applicant yang mengalami kesulitan Cash Flow dapat

memenuhi kewajiban pembayarannya, Issuing bank tidak memiliki kewajiban apapun terhadap Beneficiary. Namun UCP 600 mengatur apabila Debitur gagal memenuhi kewajiban pembayarannya, maka Issuing

bank sebagai penjamin applicant akan memenuhi kewajiban

pembayarannya dengan mencairkan SBLC kepada Beneficiary.

Dalam penerbitan SBLC kepada applicant yang tidak memiliki Cash

Flow yang baik harus dilengkapi dengan jaminan tambahan dan perjanjian

kredit, tujuannya adalah untuk meminimalisir risiko yang akan dialami oleh issuing bank. Cash Flow dapat dijadikan sebagai indikator penilaian kondisi perusahaan Nasabah yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dari pihak bank.


(37)

3. Analisis Terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan Baik Dalam Kondisi Debitur Memiliki Kemampuan Finansial dan Pada Saat Debitur Tidak Memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dalam Perbankan

Apabila dilihat dari sudut pandang bahwa Debitur dalam kondisi memiliki kemampuan finansial, SBLC merupakan sebuah perjanjian dasar bagi applicant dalam pemberian kewenangan kepada issuing bank untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada beneficiary dengan mendebit dana dari rekening applicant.

Kedudukan SBLC dalam hal Debitur memiliki kemampuan finansial hanya sebatas dalam memfasilitasi applicant, karena bank sebagai lembaga intermediasi yang memiliki fungsi perantara keuangan, bank berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana yaitu

applicant dan pihak yang membutuhkan dana yaitu beneficiary.

Apabila dilihat dari sudut pandang bahwa Debitur dalam kondisi tidak memiliki kemampuan finansial, maka SBLC merupakan sebuah perjanjian kredit tidak langsung yang diberikan oleh Bank kepada

applicant untuk memenuhi kewajiban pembayaran atas perjanjian applicant dengan beneficiary. Selain itu juga sebagai dasar perjanjian

untuk pembuatan perjanjian kredit antara issuing bank dan applicant sebelum melakukan Pencairan SBLC. Perjanjian kredit tersebut berfungsi


(38)

sebagai hubungan kontraktual bahwa applicant memiliki kewajiban untuk membayar kembali kepada issuing bank atas pencairan SBLC.

B. Saran

1. Bagi Akademisi

Penelitian terhadap penerapan Asas Kehati-hatian dalam Penerbitan

Standby Letter of Credit dari pihak Bank diharapkan dapat memberikan

suatu referensi untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerbitan Standby

Letter of Credit. Mengingat kurangnya referensi sekarang ini mengenai Standby Letter of Credit.

2. Bagi Praktik Perbankan

Sebelum melakukan pencairan Standby Letter of Credit, issuing bank harus melakukan suatu hubungan kontraktual dengan applicant berupa perjanjian kredit, sehingga applicant memiliki suatu kewajiban pembayaran kepada

issuing bank.

3. Bagi Pelaku Usaha

Diharapkan applicant memberikan suatu kuasa khusus kepada issuing bank untuk mendebitkan dana dari rekeningnya sebagai pelimpahan kegiatan dan kewenangan pembayaran transaksi ekspor impor kepada beneficiary. Karena pemberian kuasa khusus tersebut dapat mempermudah pembayaran transaksi ekspor impor kepada beneficiary secara tepat waktu dan menghindari risiko applicant tidak membayar kembali kepada issuing bank.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan

Inggris-Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991.

Adrian Sutedi, Hukum Ekspor dan Impor, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014. Agasha Mugasha, The Law of Letters of Credit and Bank Guarantees,

Federation Press, Sydney, 2003.

Arief Sugiono dan Edy Untung, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan

Keuangan: Pengetahuan Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan, Grasindo, Jakarta, 2008.

Amirudin dan Zaini Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Grafiti Press, Jakarta, 2006.

Amir M.S, Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor, Teruna Grafica, Jakarta, 2001.

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 9th Edition, West Publising, United

States, 2009.

Budhi Wibowo dan Adi Kusrianto, Menembus Pasar Ekspor, Siapa Takut, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.

C. Ariel Pinto dan Paul R. Garvey, Advanced Risk Analysis in Engineering

Enterprise Systems, CRC Press, United States, 2012.

David Ricardo, On the Principles of Political Economy and Taxation, John Murray, London, 1817.

David Van Hoose, The Industrial Organization of Banking: Bank Behavior,

Market Structure, and Regulation, Springer, New York, 2010.

Eeng Ahmad dan Epi Indriani, Membina Kompetensi Ekonomi, Grafindo Media Pratama, Bandung, 2007.

Herman Budi Sasono, Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor, ANDI, Yogyakarta, 2012.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada, Jakarta, 2005.


(40)

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, 6th Edition, West Publising, United States, 1990.

H. Malayu S,P, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002.

Iswi Hariyani, Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.

Imamul Arifin dan Giana Hadi W., Membuka Cakrawala Ekonomi, Grafindo Media Pratama, Bandung, 2009.

Joe Reif (et.al.), Services: The Export of the 21st Century – A Guidebook for U.S. Service Exporters, World Trade Press, California, 1997.

Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, Utomo, Bandung, 2004.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.

Kardiman (ed.), Ekonomi: Dunia Keseharian Kita, Yudhistira, Yogyakarta, 2006.

Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.

Kristian dan Yopi Gunawan, Tindak Pidana Perbankan, Nuansa Aulia, Bandung, 2013.

Malayu S,P, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta 2004. Olufidipe Omopariola, Business Finance in Nigeria, Obafemi Awolowo

University Press, Nigeria, 2006.

O,P, Simorangkir, Seluk-Beluk Bank Komersial, Cetakan Kelima, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1988.

Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.


(41)

Ramlan Ginting, Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional, Salemba, Jakarta, 2007.

Rimsky K, Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Rosa Agustina (et,al,), Hukum Perikatan, Pustaka Larasan, Bali, 2012.

Samuel M.P Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Grasindo, Jakarta, 2010.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan 22, Intenusa, Jakarta, 1989. Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke 20,

Alumni, Bandung, 1994.

Sugeng Hariyanto, English Business Correspondence, Kanisius, Yogyakarta, 2010.

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Edisi Keempat, Jakarta, 1995.

Thomas Suyatno (eds.), Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945.

Uniform Customs and Practice for Documentary Credits.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 04/M-DAG/PER/1/2015 tentang Ketentuan Penggunaan Letter of Credit untuk Ekspor Barang Tertentu.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 26/M-DAG/PER/3/2015 tentang Ketentuan Khusus Pelaksanaan Penggunaan

Letter of Credit untuk Ekspor Barang Tertentu.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum.


(42)

C. Jurnal

Makalah Nadya Gusnita Sari, Peranan Perbankan di Indonesia dalam

Menunjang/Mendukung Perdangangan Luar Negeri Khususnya dengan Menggunakan L/C, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2015.

Toto Octaviano Dendhana, Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Upaya

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana, Jurnal Hukum.

D. Sumber Web

Ahman Reza Wildan (http://www.academia.edu/9869694/Bank_Garansi). Sutan Remy Sjahdeini

(http://www.repository.binus.ac.id/content/J0044/J004433934.doc).

Mediterranean Real Estate

(http://www.mre-finance-ltd.ro/standby_letter_of_credit_sblc_.shtml) PD BPR SUBANG

(http://bprsubang.com/perlukah-penerapan-manajemen-risiko-di-bpr/).

http://www.eksporimpor.co/artikel-dan-tutorial/bank-bank-hanya-berurusan-dgn-dokumen-bukan-barang.html.

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27689/4/Chapter%20II. pdf.

http://www.si-pedia.com/2014/03/bunyi-pasal-33-uud-1945-1-5-dan-pembahasannya.html.

E. Sumber Lain

Direktorat Hukum Bank Indonesia, Buletin Hukum Perbankan dan


(1)

Universitas Kristen Maranatha 3. Analisis Terhadap Kedudukan Standby Letter of Credit sebagai Sebuah Perjanjian dalam Transaksi Perbankan Baik Dalam Kondisi Debitur Memiliki Kemampuan Finansial dan Pada Saat Debitur Tidak Memiliki Kemampuan Finansial Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dalam Perbankan

Apabila dilihat dari sudut pandang bahwa Debitur dalam kondisi memiliki kemampuan finansial, SBLC merupakan sebuah perjanjian dasar bagi applicant dalam pemberian kewenangan kepada issuing bank untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada beneficiary dengan mendebit dana dari rekening applicant.

Kedudukan SBLC dalam hal Debitur memiliki kemampuan finansial hanya sebatas dalam memfasilitasi applicant, karena bank sebagai lembaga intermediasi yang memiliki fungsi perantara keuangan, bank berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana yaitu

applicant dan pihak yang membutuhkan dana yaitu beneficiary.

Apabila dilihat dari sudut pandang bahwa Debitur dalam kondisi tidak memiliki kemampuan finansial, maka SBLC merupakan sebuah perjanjian kredit tidak langsung yang diberikan oleh Bank kepada

applicant untuk memenuhi kewajiban pembayaran atas perjanjian applicant dengan beneficiary. Selain itu juga sebagai dasar perjanjian

untuk pembuatan perjanjian kredit antara issuing bank dan applicant sebelum melakukan Pencairan SBLC. Perjanjian kredit tersebut berfungsi


(2)

Universitas Kristen Maranatha

sebagai hubungan kontraktual bahwa applicant memiliki kewajiban untuk membayar kembali kepada issuing bank atas pencairan SBLC.

B. Saran

1. Bagi Akademisi

Penelitian terhadap penerapan Asas Kehati-hatian dalam Penerbitan

Standby Letter of Credit dari pihak Bank diharapkan dapat memberikan

suatu referensi untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerbitan Standby

Letter of Credit. Mengingat kurangnya referensi sekarang ini mengenai Standby Letter of Credit.

2. Bagi Praktik Perbankan

Sebelum melakukan pencairan Standby Letter of Credit, issuing bank harus melakukan suatu hubungan kontraktual dengan applicant berupa perjanjian kredit, sehingga applicant memiliki suatu kewajiban pembayaran kepada

issuing bank.

3. Bagi Pelaku Usaha

Diharapkan applicant memberikan suatu kuasa khusus kepada issuing bank untuk mendebitkan dana dari rekeningnya sebagai pelimpahan kegiatan dan kewenangan pembayaran transaksi ekspor impor kepada beneficiary. Karena pemberian kuasa khusus tersebut dapat mempermudah pembayaran transaksi ekspor impor kepada beneficiary secara tepat waktu dan menghindari risiko applicant tidak membayar kembali kepada issuing bank.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan Inggris-Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991.

Adrian Sutedi, Hukum Ekspor dan Impor, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014. Agasha Mugasha, The Law of Letters of Credit and Bank Guarantees,

Federation Press, Sydney, 2003.

Arief Sugiono dan Edy Untung, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan

Keuangan: Pengetahuan Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan, Grasindo, Jakarta, 2008.

Amirudin dan Zaini Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Grafiti Press, Jakarta, 2006.

Amir M.S, Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor, Teruna Grafica, Jakarta, 2001.

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 9th Edition, West Publising, United States, 2009.

Budhi Wibowo dan Adi Kusrianto, Menembus Pasar Ekspor, Siapa Takut, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.

C. Ariel Pinto dan Paul R. Garvey, Advanced Risk Analysis in Engineering

Enterprise Systems, CRC Press, United States, 2012.

David Ricardo, On the Principles of Political Economy and Taxation, John Murray, London, 1817.

David Van Hoose, The Industrial Organization of Banking: Bank Behavior,

Market Structure, and Regulation, Springer, New York, 2010.

Eeng Ahmad dan Epi Indriani, Membina Kompetensi Ekonomi, Grafindo Media Pratama, Bandung, 2007.

Herman Budi Sasono, Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor, ANDI, Yogyakarta, 2012.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada, Jakarta, 2005.


(4)

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, 6th Edition, West Publising, United States, 1990.

H. Malayu S,P, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002.

Iswi Hariyani, Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.

Imamul Arifin dan Giana Hadi W., Membuka Cakrawala Ekonomi, Grafindo Media Pratama, Bandung, 2009.

Joe Reif (et.al.), Services: The Export of the 21st Century – A Guidebook for U.S. Service Exporters, World Trade Press, California, 1997.

Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, Utomo, Bandung, 2004.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.

Kardiman (ed.), Ekonomi: Dunia Keseharian Kita, Yudhistira, Yogyakarta, 2006.

Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.

Kristian dan Yopi Gunawan, Tindak Pidana Perbankan, Nuansa Aulia, Bandung, 2013.

Malayu S,P, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta 2004. Olufidipe Omopariola, Business Finance in Nigeria, Obafemi Awolowo

University Press, Nigeria, 2006.

O,P, Simorangkir, Seluk-Beluk Bank Komersial, Cetakan Kelima, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1988.

Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.


(5)

Ramlan Ginting, Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional, Salemba, Jakarta, 2007.

Rimsky K, Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Rosa Agustina (et,al,), Hukum Perikatan, Pustaka Larasan, Bali, 2012.

Samuel M.P Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Grasindo, Jakarta, 2010.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan 22, Intenusa, Jakarta, 1989. Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke 20,

Alumni, Bandung, 1994.

Sugeng Hariyanto, English Business Correspondence, Kanisius, Yogyakarta, 2010.

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Edisi Keempat, Jakarta, 1995.

Thomas Suyatno (eds.), Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945.

Uniform Customs and Practice for Documentary Credits.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 04/M-DAG/PER/1/2015 tentang Ketentuan Penggunaan Letter of Credit untuk Ekspor Barang Tertentu.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 26/M-DAG/PER/3/2015 tentang Ketentuan Khusus Pelaksanaan Penggunaan

Letter of Credit untuk Ekspor Barang Tertentu.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum.


(6)

C. Jurnal

Makalah Nadya Gusnita Sari, Peranan Perbankan di Indonesia dalam Menunjang/Mendukung Perdangangan Luar Negeri Khususnya dengan Menggunakan L/C, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2015.

Toto Octaviano Dendhana, Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Upaya

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana, Jurnal Hukum.

D. Sumber Web

Ahman Reza Wildan (http://www.academia.edu/9869694/Bank_Garansi). Sutan Remy Sjahdeini

(http://www.repository.binus.ac.id/content/J0044/J004433934.doc).

Mediterranean Real Estate

(http://www.mre-finance-ltd.ro/standby_letter_of_credit_sblc_.shtml) PD BPR SUBANG

(http://bprsubang.com/perlukah-penerapan-manajemen-risiko-di-bpr/).

http://www.eksporimpor.co/artikel-dan-tutorial/bank-bank-hanya-berurusan-dgn-dokumen-bukan-barang.html.

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27689/4/Chapter%20II. pdf.

http://www.si-pedia.com/2014/03/bunyi-pasal-33-uud-1945-1-5-dan-pembahasannya.html.

E. Sumber Lain

Direktorat Hukum Bank Indonesia, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 2, Nomor 3, Desember 2004.