1
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat tersebut, pemerintah melakukan pembangunan di berbagai bidang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dimana
pelaksanaan pembangunannya dikelompokkan dalam pembangunan nasional maupun pembangunan daerah.
Menurut Deddy T. Tikson yang dikutip oleh Badruddin S. 2009, pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
“transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang
diinginkan .” Pembangunan secara lebih luas dapat diartikan sebagai usaha untuk
lebih meningkatkan komponen-komponen pembangunan utama yang dimiliki, baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya kapital atau
modal maupun sumber daya berupa teknologi, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pada umumnya pembangunan nasional dan daerah di negara-negara berkembang ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena
yang paling terasa adalah keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan, atau mendorong perubahan-
perubahan dan pembaharuan dalam bidang kehidupan yang akan membentuk kemandirian masyarakatnya secara menyeluruh.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja pembangunan suatu negara. Sebagai salah satu negara
berkembang, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memiliki potensi besar. Berdasarkan GDP Gross Domestic Product atau
pendapatan penduduk per kapital antara negara ASEAN pada tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dengan GDP sebesar US 3.592. Akan tetapi
angka itu jauh dibawah negara ASEAN lainya seperti negara Thailand US
2
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
5678, Malaysia US 10304, Brunei US 41703 dan Singapura US 51162. www.worldbank.org, 2013
Tentu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan perekonomian yang baik selalu dilakukan, salah satunya melalui peningkatan SDM, dimana itu
menjadi titik sentral dan tentu menjadi penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Tetapi tidak semua usaha yang dilakukan pemerintah dapat berjalan
dengan baik, dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya ialah pengangguran. Hal ini diperkuat dengan banyaknya angkatan kerja
di Indonesia pada tahun 2013. Tabel 1.1.
Data Angkatan Kerja Per Tahun 2012-2013 No.
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
2012 2013
Februari Agustus
Februari 1.
Tidakbelum pernah sekolah 123,213
82,411 109,865
2. Belumtidak tamat SD
590,719 503,379
513,534 3.
SD 1,415,11
1 1,449,50
8 1,421.65
3 4.
SLTP 1,716,45
1,701,29 4
1,822,39 5
5. SLTA Umum
1,983,59 1
1,832,10 9
1,841.54 5
6. SLTA Kejuruan
990,325 1,041,26
5 847,052
7. Diploma 1,11.IIIAkademi
252,877 196,780
192,762 8.
Universitas 541,955
438,210 421,717
Total 7,614,24
1 7,244,9
56 7,170,52
3 Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, www.bps.go. id, 2013
Ini menjadi bukti bahwa perlu adanya upaya yang lebih dalam menanggulangi permasalahan sumber daya manusia. Dimana dibutuhkan bukan
hanya SDM yang berdaya guna, akan tetapi SDM yang mandiri dari berbagai sektor.
Dalam memandang sumber daya manusia, dapat dilihat dari dua aspek penting, dimana aspek tersebut saling berkaitan. Aspek yang pertama yaitu aspek
kuantitas, dimana berhubungan dengan jumlah sumber daya yang ada dalam suatu masyarakat. Sedangkan aspek penting yang kedua yaitu aspek kualitas, yaitu
kemampuan sumber daya manusia dari segi fisik maupun mental yang mampu bersaing dengan sungguh-sungguh dan berdaya saing tinggi. Inilah aspek yang
sebetulnya harus ditingkatkan, selain aspek kuantitas, dikarenakan pengembangan
3
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
SDM yang banyak apabila tidak didukung kualitas yang baik, akan menjadi beban bangsa dan negara.
Sebagai bentuk apresiasi pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi pada kualitas, SDM yang kompetitif sangat diutamakan sebagai
elemen terpenting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, dimana hal ini dibuktikan dalam pertemuan Asia-Eropa Education
Ministry ASSEM periode 2013-2017, yang mana salah satu topik yang diangkat
dalam pertemuan tersebut adalah Lifelong Learning LLL including Technical and Vocational Education and Training TVET
yaitu pentingnya pendidikan berkelanjutan yang didalamnya memuat pelatihan berupa pemberian kemampuan
life skills sebagai upaya dalam membentuk SDM yang berkualitas melalui
pendidikan. edukasi.kompas.com, 2013 Maka dari itu, pendidikan memegang peranan dalam segala aspek kehidupan,
karena melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat mandiri. Secara yuridis sistem pendidikan di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang No 20
tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang dinyatakan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sisdiknas diatas, yaitu untuk meningkatkan potensi individu masyarakat, dengan membangun kekuatan diri,
baik spiritual, intelektual maupun emosional. Melalui pendidikan, kompetensi SDM dapat ditingkatkan dan lebih berkualitas. Sehingga untuk meningkatkan
potensi secara kualitas, upaya tersebut bisa dilakukan melalui salah satu dari tiga jalur pendidikan yaitu: ...layanan pendidikan pada jalur formal. Nonformal dan
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan Sisdiknas. Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 13 Ayat 1, sehingga jalur pendidikan non formal pun memiliki peran
dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, yang artinya segala upaya pendidikan di masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan produktifitas
hidup, merupakan bentuk pendidikan non formal.
4
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pendidikan non formal, sebagai salah satu jalur pendidikan nasional, berupaya untuk memajukan sumber daya manusia dengan berbagai program,
dengan mengedepankan peningkatan produktifitas individu, yaitu salah satunya melalui pendidikan kecakapan hidup. Menurut Broling 1989 Life Skills adalah
“interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.
” Broling mengelompokkan Life Skills
kedalam tiga kelompok kecakapan yaitu, kecakapan hidup sehari-hari daily living skill
, kecakapan pribadisosial personalsocial skill dan kecakapan untuk bekerja occupational skill. Dirjen PAUDNI, 2012:2
Pendidikan Kecakapan Hidup PKH bagi Lembaga Kursus dan Pelatihan dan satuan pendidikan lainnya adalah program yang diselenggarakan oleh Lembaga
non formal untuk memberikan kesempatan belajar bagi peserta didik agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkembangkan sikap mental
kreatif, inovatif, bertanggung jawab serta berani menanggung resiko yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja atau berwirausaha dalam upaya peningkatan
kualitas hidupnya. Salah satu program pendidikan non formal dalam upaya memenuhi kebutuhan
belajar masyarakat akan pendidikan life skills yaitu berupa pelatihan yang diintegrasikan kedalam program kesetaraan. Pelatihan merupakan salah upaya
dalam pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia.
“Pelatihan adalah pendidikan singkat yang prosedural, sistematis dan terorganisir berupa pemberian pengetahuan personal non teknis dan keterampilan
untuk tujuan tertentu .” Anwar, 2003:50. Pelatihan merupakan proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan yang ujungnya untuk menuju kehidupan sejahtera.
Upaya-upaya di bidang pendidikan non formal, khususnya dalam pemberian pelatihan bagi masyarakat, dimasukkan kedalam satuan pendidikan non formal,
baik itu lembaga kursus, maupun pusat kegiatan belajar masyarakat PKBM yang diberikan kepada warga belajarnya baik pada program kesetaraan maupun warga
sekitar yang membutuhkan.
5
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pendidikan life skills yang diintegrasikan dalam pembelajaran pada program kesetaraan sangat dikedepankan. Pendidikan life skills bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki bekal kemampuan untuk bekerja danatau
berusaha mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan Life skills pada program kecakapan hidup khususnya pada
program kesetaraan paket C penyusunan kurikulumnya berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP Pasal 16 ayat 1, yakni kurikulum dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup. Atas dasar itu, baik sekolah formal maupun non formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berorientasi
kecakapan hidup. Menurut Desmawati, dkk. dalam jurnalnya 2011:2 menyatakan bahwa:
Kecakapan hidup akan memiliki makna yang luas apabila kegiatan pembelajaran yang dirancang memberikan dampak positif bagi warga belajar
dalam membantu memecahkan problematika kehidupannya, serta mengatasi problematika hidup dan kehidupan yang dihadapi secara proaktif dan reaktif
guna menemukan solusi dari permasalahannya.
Tentu pelaksanaan program life skills tidak terlepas dari peran serta lembaga dalam menemukan dan mengidentifikasi kebutuhan akan pendidikan kecakapan
hidup yang pas bagi warga belajarnya. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM adalah satuan pendidikan nonformal memiliki fungsi menyelenggarakan
layanan pembelajaran kepada masyarakat di bidang pendidikan nonformal. “PKBM dibentuk secara swadaya atas dasar prakarsa dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat .” Dirjen PAUDNI, 2012:4
PKBM Hidayatul Mualimin merupakan salah satu lembaga non formal yang ada di Kota Sukabumi yang bergerak di bidang pendidikan. Atas dasar kepedulian
terhadap masyarakat sekitar, PKBM Hidayatul Mualimin ini mengadakan pendidikan masyarakat khususnya pendidikan kesetaraan.
PKBM yang berdiri pada awal tahun 2007 ini, yang pada awalnya merupakan kelompok belajar masyarakat, selanjutnya berubah menjadi PKBM pada tahun
2008, melihat perlu adanya pendidikan keterampilan yang harus diberikan kepada warga belajar. Potensi lingkungan dimana sekitar PKBM yang merupakan lahan
6
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pertanian, yaitu berupa persawahan, yang harus diberdayakan secara optimal, PKBM memilih untuk memanfaatkan sisa pengolahan padi dan sampah organik
lainnya untuk diolah sedemikian rupa dan menjadi pupuk kompos yang dimulai sejak tahun 2012. Dari potensi itu, PKBM menjadikan pelatihan pembuatan pupuk
kompos untuk dijadikan pendidikan tambahan, dalam menunjang pendidikan kesetaraan paket C yang sedang dijalani oleh warga belajar.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa program life skills dirancang untuk memberikan dampak positif. Artinya, materi atau konten yang diajarkan kepada
warga belajar merupakan refleksi nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapinya sehingga lebih berorientasi kepada life skills-based learning. Pelatihan berbasis
life skills pembuatan pupuk kompos ini akan meningkatkan kemandirian warga
belajar bila hasil output dari kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos ini, mampu memberikan sesuatu yang lebih outcome, baik itu berupa pendapatan,
kegiatan tambahan bagi warga belajar, maupun peluang usaha yang dikembangkan sehingga menciptakan kemandirian bagi peserta itu sendiri. Begitu
pula dengan pengelolaan pelatihannya, apabila dirancang dan direncanaan dengan baik, maka akan menunjang terhadap pelaksanaan pelatihan serta membentuk
lulusan yang berkualitas. Atas dasar studi awal yang diuraikan diatas, yang menjadi identifikasi
permasalahan, maka penulis mencoba dan menetapkan judul skripsi Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam
Meningkatkan Kemandirian lulusan Paket C di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi
”. B.
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, peneliti bisa mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil diskusi bersama pengelola PKBM, bahwa pengolahan pupuk
merupakan peluang usaha yang terbuka lebar, dilihat dari segi besarnya pendapatan, maupun permintaan pasar.
2. Pada awal pelaksanaan pelatihan, masih banyaknya peserta pelatihan yang
merupakan warga belajar yang belum memiliki keahlian di bidang tertentu.
7
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan
Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3. Dalam pelaksanaan proses pelatihan pembuatan pupuk kompos berbasis life
skills yang diselenggarakan oleh PKBM Hidayatul Mualimin pada dasarnya
mengacu pada model sistem pelatihan yang terdiri dari: perencanaan program pelatihan, pelaksanaan program pelatihan, dan evaluasi program pelatihan.
4. Adanya motivasi belajar WB peserta paket C dalam mengikuti setiap
pelatihan dalam meningkatkan kemampuan tambahan berupa pembuatan pupuk kompos dilihat dari kehadiran dalam setiap pembelajaran.
5. Kegiatan tidak hanya sebatas pemberian pengetahuan saja, berdasarkan
informasi dari pengelola PKBM, kegiatan dilanjutkan proses produksi bersama lulusan paket C, PKBM berperan dalam memberi akses untuk
memasarkan hasil pembuatan pupuk tersebut, dimana dibutuhkan pengkajian lebih lanjut.
Sehingga dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah bagaimana implementasi hasil pelatihan pupuk kompos berbasis life skills dalam
meningkatkan kemandirian lulusan paket C di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi?
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas maka penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian pada pokok permasalahan:
1. Bagaimana tahap penyelenggaraan pelatihan pupuk kompos yang
diselenggarakan di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi? 2.
Bagaimana implementasi hasil pelatihan pupuk kompos dalam meningkatkan kemandirian lulusan paket C yang diselenggarakan PKBM Hidayatul
Mualimin Kota Sukabumi? 3.
Bagaimana gambaran kemandirian lulusan paket C melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi?
C. Tujuan Penelitian