Evaluasi Risiko Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.4 Level risiko berdasarkan standar ASNZS4360 RISIKO SANGAT TINGGI 15- 25 Risiko tidak dapat diterima, kegiatan tidak boleh dilanjutkan sampai keadaan tertentu upaya mereduksi risiko RISIKO TINGGI 8 - 12 Risiko perlu pertimbangan untuk direduksi, kegiatan tidak boleh dilanjutkan, jika dilanjutkan perlu tindakan segera RISIKO SEDANG 4 - 6 Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, disesuaikan dengan perhitungan biaya pencegahan dan waktu yang diperlukan RISIKO RENDAH 1 - 3 Risiko dapat diterima, pengendalian tambahan tidak diperlukan Sumber : ASNZS4360, 2004

2.10.3 Analisis Risiko Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan analisis yang mempergunakan perhitungan probabilitas kejadian dengan data numerik tidak berupa peringkat, konsekuensi dihitung menggunakan permodelan hasil dari kumpulan kejadian atau eksperimen terdahulu, sedangkan probabilitas dihitung dari paparan dan likelihood untuk menetapkan tingkatan yang terjadi.

2.11 Evaluasi Risiko

Tingkat atau peringkat dari risiko merupakan alat yang sangat penting pada manajemen dalam pengambilan keputusan, karena melalui peringkat risiko pihak manajemen dapat menentukan prioritas dan penanganan saat mengalokasikan sumber daya pada tahap pekerjaan konstruksi berlangsung. Pada evaluasi risiko akan diperoleh gambaran-gambaran informasi tentang risiko yang ada dalam parameter biaya maupun parameter lainnya. As Low As Reasonably Practicable ALARP merupakan salah satu konsep praktis dalam mengevaluasi prioritas dari risiko tersebut menimbang terhadap terjadinya risiko, dana, dan waktu untuk mengendalikannya dilapangan. Menggunakan metode dengan konsep ini dapat memungkinkan dan memudahkan kita dalam menetapkan tujuan dan tugas para duty-holders secara non preskriptif Bhardwaj, 2010. Menurut ASNZS 4360 2004 ada tiga kategori region pada ALARP untuk meninjau peringkat risiko antara lain : 1. Dapat diterima secara luas broadly acceptable 2. Dapat ditoleransi tolerable 3. Tidak dapat diterima tidak dapat ditoleransi unacceptable Gambar 2.5 Regional ALARP Sumber : Bhardwaj, 2010

2.12 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan langkah terpenting dalam menentukan alternatif-alternatif pada pilihan yang tersedia setelah diketahuinya potensi dan besarnya risiko yang ada. Berikut beberapa alternatif sebagai pendekatan dalam pengendalian risiko ASNZS 4360, 2004 : a. Menghindari risiko tidak mengambil risiko b. Mengurangi kemungkinan terjadi reduce likelihood Mengurangi segala kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko dengan macam pendekatan seperti : jam kerja, ijin kerja, budaya K3, eliminasi, isolasi, dan pengendalian jarak. c. Mengurangi konsekuensi kejadian reduce consequence Risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya secara total dengan pertimbangan teknis dan ekonomis yang membuat risiko itu akan tetap ada. Konsekuensi dari suatu kejadian dapat direduksi dengan penerapan system tanggap darurat yang terencana dengan baik. d. Pengalihan risiko risk transfer Pengalihan risiko ini berupa ambil alih pihak lain yang berkompeten terhadap risiko yang dapat terjadi, dengan bidang khusus tanggungan risiko dialihkan atau dipusatkan kepada pihak penanggung. Dengan ini konsekuensi yang terjadi ditransfer risikonya kepada pihak asuransi.

2.12.1 Tindakan Pengendalian

Risiko dapat dikendalikan dikelola melalui beberapa teknik dan pilihan teknologi yang tersedia dalam usaha pencegahan maupun pengendalian dengan pertimbangan biaya, efisiensi, dan efektivitasnya Bhardwaj, 2010. ` Eliminasi Substitusi Isolasi Engineering Administrasi APD Pilihan Terakhir Gambar 2. 6 Skema tindakan pengendalian Sumber : Bhardwaj, 2010 a. Eliminasi Potensi dari sumber dari risiko bahaya yang dapat terjadi dihilangkan, maka risiko menyisakan kemungkinan kecil untuk terjadi. b. Subtitusi Sumber bahaya yang tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan karena pertimbangan tertentu pada pelaksanaan, dapat diganti dalam penentuan alternatif lainnya dengan sumber yang intensitasnya lebih rendah. c. Isolasi Sumber bahaya yang masih ada, dengan intensitas yang berkurang bahkan nihil kejadian. Menempatkan sumber bahaya terisolir dari para pekerja. d. Engineering Sumber dari bahaya dikelola secara teknis dengan menentukan jarak aman yang dapat menjauhkan para pekerja dari sumber bahaya, semakin jauh sumber bahaya semakin kecil pula paparan yang akan diterima. e. Administrative Sumber bahaya dikelola melalui pendekatan-pendekatan administratif seperti pengaturan jam kerja, shift kerja, prosedur kerja yang aman, dan pemilihan pekerja yang selektif. f. APD Alat Pelindung Diri Pilihan terakhir yang tujuan dari penggunaannya sendiri untuk mengurangi dampak akibat dari penerimaan risiko dari sumber bahaya, sebagai perlindungan dan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan.

2.13 Penelitian Sebelumnya

Terdapat beberapa penelitian yang menjadi refrensi dari proposal tesis ini sebagai berikut : 1. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada Proyek Pembangunan Ciputra World Jakarta Wiyasa,2014. Dengan menggunakan metode kuisioner untuk mengidentifikasi risiko berkesimpulan : Terdapat 262 jenis risiko yang teridentifikasi melalui kuisioner dan 80 jenis risiko diantaranya tergolong risiko dengan kategori dominan major risk maka dari itu, dilakukan pengendalian risiko melalui tindakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut : a. Pendekatan Teknis engineering control, dengan cara memperbaiki desain alat pemasangan alat pengaman tertentu misalnya, memasang tali kendali pada semua operasi pengangkatan yang dilakukan menggunakan Tower Crane sehingga beban dapat dikendalikan pada jarak yang aman serta mencegah beban jatuh pada tempat yang tidak diharapkan. b. Pendekatan Administrasi, dengan mengatur jadwal kerja, waktu istirahat libur yang cukup, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. c. Pendekatan Manusia, dengan cara memberikan pelatihan kerja kepada para pekerja baru sebagai pendukung kerja agar melakukan pekerjaan secara aman. 2. Analisis Kualitatif Hubungan Antara Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja yang Telah Terjadi pada pekerja di unit Shredder Facility PT Holcim Indonesia Tbk Winjani,2010. Sesuai dengan tujuan Sistem Manajemen K3 untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif, maka haruslah dibentuk suatu tim yang ringkas tetapi memiliki kemampuan cepat dalam pembuatan peraturan, standar K3 perusahaan dan materi pelatihan untuk mengembangkan sistem manajemen K3 di tempat kerja. 3. Identifikasi dan Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Area Produksi di PT. Sierad Produce,Tbk Khurnia, 2012. Pemberian pelatihan kepada pekerja dirasa sangat penting untuk mengenali potensi bahaya dan risiko di tempat kerja serta melakukan sosialisasi secara rutin mengenai K3 terutama pada area-area yang secara potensial mengundang kecelakaan kerja.

2.14 Identifikasi dan Sumber Risiko K3 Pada Proyek Konstruksi