Lima 5 Prinsip dasar pelaksanaan MK3 sesuai tentang pedoman pada penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
menurut Permennaker No.:5MEN1996. Terdiri dari : a. Penetapan Komitmen dan Kebijakan K3
b. Perencanaan Pemenuhan Kebijakan, Tujuan dan Sasaran Penerapan K3 c. Penerapan Rencana K3 secara Efektif dengan Mengembangkan Kemampuan
dan Mekanisme Pendukung yang Diperlukan untuk Mencapai Kebijakan, Tujuan dan Sasaran K3
d. Pengukuran, Pemantauan, dan Pengevaluasian Kinerja K3 e. Peninjauan Secara Teratur dan Peningkatan Penerapan SMK3 secara
berkesinambungan.
2.2.1 Komitmen Manajemen
Menurut Djoko 2007 komitmen merupakan landasan utama konsep penerapan sistim Manajemen K3. Komitmen yang berupa kebijakan dan arahan
dalam penerapan K3 di Perusahaan, komitmen pimpinan tentunya termasuk kesediaannya menyiapkan organisasi K3, SDM K3 dan anggaran K3 yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan K3 Safety Policy, secara umum isi dari komitmen tersebut adalah : Landasan keberhasilan program K3 merupakan
pernyataan sikap dan dukungan manajemen terhadap program K3 dalam perusahaannya serta mengikat semua pihak terkait stakeholder, meliputi
manajemen, karyawan, pemegang saham, pelanggan dan masyarakat luas.
2.2.2 Motivasi
Menurut Winjani 2010 menyebutkan bahwa penyebab dari motor penggerak adalah : prestasi yang diukir, penghargaan yang diperoleh, tantangan
tugas, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan, kesempatan, dan balas jasa, imbalan berupa gaji atau upah merupakan salah satu dari imbalan yang akan
diperoleh melalui kegiatan bekerja, imbalan tersebut dapat dijadikan motivasi kepada pekerja agar pekerja bekerja dengan kinerja tinggi. Akan tetapi jika upah
tersebut tidak dipenuhi, maka akan muncul pertentangan yang kadangkala timbul gejala berupa konflik bahkan hingga memburuknya kesehatan fisik dan mental.
Teori Herzberg pun menyatakan tingginya motivasi kerja dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti, kondisi kerja, gaya kepimimpinan, hubungan antar
pribadi, dan supervise, apabila faktor- faktor ekstrinsik ini tidak dipenuhi maka, akan berpengaruh pada motivasi kerja. Disebutkan bahwa adanya motivasi dalam
diri karyawan yang tinggi maka perilaku pada saat bekerja akan menjadi selamat, tetapi jika pekerja mempunyai motivasi dalam diri yang rendah, maka secara
langsung perilaku pada saat bekerja akan menjadi tidak selamat Winjani,2010.
2.2.3 Kewenangan
Kewenangan adalah kuasa untuk membuat keputusan, menunjuk, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada personel. Organisasi harus
menentukan aturan main, kewenangan dan otoritas para personil yang akan mengatur, menjalankan dan memantau aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
risiko K3 dalam kaitannya dengan aktifitas, fasilitas dan proses dalam organisasi secara keseluruhan. Hal-hal tersebut harus ditetapkan, didokumentasikan dan
dikomunikasikan. Penanggung jawab tertinggi dalam K3 adalah top management. Bila organisasi berupa perusahaan berskala besar, mempunyai anak-anak
perusahaan maka yang dimaksud top management harus didefinisikan dengan jelas. Manajemen organisasi harus menyediakan sumber daya utama, termasuk
didalamnya sumber daya manusia, spesialis-spesialis, teknologi maupun keuangan dalam rangka pelaksanaan, kontrol dan perbaikan manajemen K3 Djoko,2007.
Menurut Andhika 2012 menjelaskan bahwa peran tenaga ahli untuk mengembangkan, menerapkan dan memelihara cara kerja, prosedur, sistim,
pengamanan dan standar dalam menghilangkan, mengendalikan dan mengurangi bahaya kecelakaan kerja terhadap personel, prasarana, lingkungan, dan SDM K3.
Maka penanggung jawab K3 dalam manajemen organisasi harus mempunyai aturan main, tanggung jawab dan wewenang dalam rangka :
a. Menjamin bahwa persyaratan-persyaratan dalam sistem manajemen K3 dibangun, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi dalam
OHSAS b. Menjamin bahwa laporan
performance sistim
manajemen K3
disampaikan kepada top management dalam rangka evaluasi dan sebagai dasar perbaikan sistim manajemen K3. Pada dasarnya Keselamatan dan
Kesehatan kerja K3 adalah tanggung jawab setiap pekerja yang ada
dilapangan proyek konstruksi,namun secara matrik kewenangan harus diberikan kepada seseorang yang memiliki pengalaman dan bisa bertindak
sebagai Project Safety Officer. Kewenangan yang diberikan secara perseorangan contohnya seseorang dapat memberhentikan pekerjaan jika
menurutnya pekerjaan tersebut dilaksanakan tidak aman dan tidak memenuhi Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja
2.3 Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja