BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian serta penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan pokok pembahasan serta sekaligus merupakan
jawaban dari pada permasalahan yang dibuat, yaitu: 1.
Pengaturan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 dalam Bab III yaitu mulai dari pasal 222 sampai dengan pasal
294. Kemudian Pasal 229 ayat 1 Undang- Undang Nomor 37 tahun 2004, yang menentukan bahwa Pemberian Perpanjangan PKPU Tetap berdasarkan Persetujuan
lebih dari ½ satu perdua jumlah Kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 268 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 termasuk Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004, yang bersama-
sama mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari Kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam rapat tertentu. Maka berdasarkan Pertimbangan Hukumnya sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. 2.
Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam PKPU, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan. PKPU dapat diajukan
secara sukarela oleh debitor yang telah memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat
Universitas Sumatera Utara
membayar utang-utangnya maupun sebagai upaya hukum terhadap permohonan pailit yang diajukan oleh kreditornya. PKPU sendiri terbagi 2 bagian yakni PKPU
Sementara, dan PKPU Tetap. Prinisp ini jelas berbeda dengan kepailitan, yang prinsip dasarnya adalah untuk memperoleh pelunasan secara proporsional dari
utang-utang debitor. Meskipun pada prinsipnya kepailitan masih membuka pintu menuju perdamaian dalam kepailitan, namun cukup jelas bahwa kepailitan dan
PKPU adalah dua hal yang berbeda, dan oleh karenanya tidak pada tempatnya untuk membandingkan secara kuantitatif kedua hal tersebut.
3. Penerapan Prinsip Kelangsungan Dalam PKPU Dalam Putusan MA Nomor 156
PKPDT.SUS2012 Majelis Hakim menyatakan Debitur berada dalam keadaan Pailit setelah memeriksa dan mempelajari Laporan tertulis dari Hakim Pengawas dan
Pengurus yang mengatakan hasil dari voting tersebut tidak mencapai 23 dua pertiga dari jumlah tagihan yang diakui atau diakui sementara dari Kreditur
konkuren. Pada kasus diatas Majelis Hakim menurut penulis telah memberikan putusan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu
mendasarkan pada Pasal 229 ayat 1 Undang- Undang Nomor 37 tahun 2004, yang menentukan bahwa Pemberian Perpanjangan PKPU Tetap berdasarkan Persetujuan
lebih dari ½ satu perdua jumlah Kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 268 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 termasuk Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004, yang bersama-
sama mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari Kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam rapat tertentu. Maka berdasarkan Pertimbangan Hukumnya sudah sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
B. Saran