Kesimpulan Penerapan Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus Putusan MA No 156 PK/Pdt.Sus/2012)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian serta penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan pokok pembahasan serta sekaligus merupakan jawaban dari pada permasalahan yang dibuat, yaitu: 1. Pengaturan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 dalam Bab III yaitu mulai dari pasal 222 sampai dengan pasal 294. Kemudian Pasal 229 ayat 1 Undang- Undang Nomor 37 tahun 2004, yang menentukan bahwa Pemberian Perpanjangan PKPU Tetap berdasarkan Persetujuan lebih dari ½ satu perdua jumlah Kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 termasuk Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004, yang bersama- sama mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari Kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tertentu. Maka berdasarkan Pertimbangan Hukumnya sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 2. Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam PKPU, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan. PKPU dapat diajukan secara sukarela oleh debitor yang telah memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat Universitas Sumatera Utara membayar utang-utangnya maupun sebagai upaya hukum terhadap permohonan pailit yang diajukan oleh kreditornya. PKPU sendiri terbagi 2 bagian yakni PKPU Sementara, dan PKPU Tetap. Prinisp ini jelas berbeda dengan kepailitan, yang prinsip dasarnya adalah untuk memperoleh pelunasan secara proporsional dari utang-utang debitor. Meskipun pada prinsipnya kepailitan masih membuka pintu menuju perdamaian dalam kepailitan, namun cukup jelas bahwa kepailitan dan PKPU adalah dua hal yang berbeda, dan oleh karenanya tidak pada tempatnya untuk membandingkan secara kuantitatif kedua hal tersebut. 3. Penerapan Prinsip Kelangsungan Dalam PKPU Dalam Putusan MA Nomor 156 PKPDT.SUS2012 Majelis Hakim menyatakan Debitur berada dalam keadaan Pailit setelah memeriksa dan mempelajari Laporan tertulis dari Hakim Pengawas dan Pengurus yang mengatakan hasil dari voting tersebut tidak mencapai 23 dua pertiga dari jumlah tagihan yang diakui atau diakui sementara dari Kreditur konkuren. Pada kasus diatas Majelis Hakim menurut penulis telah memberikan putusan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu mendasarkan pada Pasal 229 ayat 1 Undang- Undang Nomor 37 tahun 2004, yang menentukan bahwa Pemberian Perpanjangan PKPU Tetap berdasarkan Persetujuan lebih dari ½ satu perdua jumlah Kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 termasuk Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004, yang bersama- sama mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari Kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tertentu. Maka berdasarkan Pertimbangan Hukumnya sudah sesuai Universitas Sumatera Utara dengan Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

13 131 117

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 5 12

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 3 13

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA A. Pengertian PKPU - Asas Pembuktian Secara Sederhana Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Pkpu) Pada Putusan Ma Ri No. 586 K/Pdt.Sus-Pailit/2013

0 1 23

Penerapan Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus Putusan MA No 156 PK/Pdt.Sus/2012)

0 0 32

BAB I - Penerapan Prinsip Kelangsungan Usaha Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus Putusan MA No 156 PK/Pdt.Sus/2012)

0 0 13

BAB II FILOSOFI KEWENANGAN KREDITOR DALAM PENGAJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 2.1. Hakikat dan Tujuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 34

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR 3.1. Upaya Hukum dalam Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository

0 0 29