PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG PKPU UNDANG- UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004
A. Maksud dan Tujuan Mengajukan Permohonan PKPU, dan Jenis PKPU
Penundaan kewajiban pembayaran utang atau PKPU merupakan sarana yang dapat yang dapat dipakai oleh debitur untuk menghindari diri dari kepailitan, bila
mengalami keadaan likuid dan sulit untuk memperoleh kredit. Sarana yang memberikan waktu kepada debitur untuk menunda pelaksanaan pembayaran utang utangnya
seperti ini akan membuka harapan yang besar bagi debitur untuk dapat melunasi utang- utangnya.
19
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tidak memberikan definisi penundaan kewajiban pembayaran utang PKPU. hal ini merupakan sesuatu yang janggal karena
ketiadaan definisi tersebut dapat bertentangan dengan asas pembatasan atau asas penjelasan. PKPU dahulu disebut penundaan pembayaran utang atau serseance van
bataling suspension of payment.
20
isi pokok penundaan pembayaran adalah bahwa debitor menduga mengetahui, dia tidak dapat melanjutkan untuk membayarkan utang
yang dapat ditagih, sehingga dia mengajukan permohonan penundaan pembayaran kepada hakim. dengan pengajuan tersebut, dia tidak dapat dipaksa oleh kreditor untuk
membayar hutangnya.
21
19
Robintan Sulaiman dan Joko Prabowo, Lebih Jauh Tentang Kepailitan, Jakarta: Pusat Studi Hukum Bisnis Fakulas Hukum Universitas Pelita Harapan, 2007, hlm 32-33
20
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1988, hlm 54
21
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Kalau dilakukan penelaah terhadap pasal 222 sampai dengan pasal 294 Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004, dapat disimpulkan bahwa PKPU adalah suatu keadaan
yang memperlihatkan bahwa debitor mempunyai utang yang sudah tiba waktunya untuk di bayarkan kepada kreditor namun debitor meminta kepada kreditor untuk membayar
utangnya kepada kemudian hari untuk menghindari pailit.
22
Rencana perdamaian tersebut akan dibahas dalam rapat kreditor. Kreditor dapat menyetujui, dapat pula menolak. Bila rencana perdamaian disetujui, maka
berubah menjadi perjanjian perdamaian yang mengikat bagi debitor dan kreditor. Namun, bila rencana perdamaian ditolak, maka debitor karena hukum menjadi pailit.
Dalam hal rencana perdamaian diterima dan disetujui kreditor, maka debitor akan membayar utang-utangnya sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian perdamaian.
Namun demikian, bila debitor nyata-nyata tidak mampu membayar utang-utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, maka debitor karena hukum otomatis pailit. Untuk
kepailitan yang demikian, debitor tidak dapat mengajukan upaya hukum kasasi. Sama halnya dengan rencana perdamaian yang ditolak kreditor. Dalam hal yang demikian,
Maksud debitor memohon PKPU adalah untuk mengajukan rencana perdamaian. Rencana perdamaian yang memuat tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepada kreditor. Pasal 222 ayat 2 UU Nomor 37 Tahun 2004: ”Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-
utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.”
22
V. Harlen Sinaga, Batas-batas Tanggungjawab Perdata Direksi atas Pailitnya Perseroan Terbatas, dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Penerbit Adinatha Mulia, 2012, hlm 97
Universitas Sumatera Utara
debitor juga pailit karena hukum. Oleh karena itu, dalam menyusun rencana perdamaian, debitor harus dapat menyakinkan kreditor bahwa dia benar-benar sanggup
melaksanakan segala hal yang dituangkan dalam rencana perdamian. Sanggup membayar utang-utangnya. Bukan hanya untuk mengulur-ulur waktu untuk membayar.
Apabila debitor dari awal sudah berniat untuk mengulur-ulur waktu, maka keinginan yang demikian tidak sesuai dengan tujuan PKPU.
Dalam membicarakan rencana perdamaian tidak selalu berjalan mulus. Alotnya pembahasan tentang rencana perdamaian bisa berakibat pada pemungutan suara
voting. Voting adalah merupakan upaya terakhir apabila musyawarah mufakat sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, tidak tercapai. Adapun tujuan memohonkan
PKPU adalah menghindari pailit, memberikan kesempatan kepada debitor melanjutkan usahanya, tanpa ada desakan untuk melunasi utang-utangnya dan menyehatkan
usahanya.
23
Permohonan tersebut harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya.
24
Prosedur permohonan PKPU diuraikan mulai dari pasal 224 yang menentukan bahwa : “Permohonan PKPU harus diajukan kepada pengadilan dengan ditandatangani
oleh pemohon dan oleh advokatnya: dalam hal pemohonan adalah debitor, permohonan PKPU harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang
debitor beserta bukti secukupnya. bila pemohon adalah kreditor, pengadilan wajib memanggil debitor melalui Jurusita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 tujuh
hari sebelum sidang. Pada sidang tersebut, debitor mengajukan daftar yang memuat
23
Syamsudin M. Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia, Cetakan pertama, Jakarta: PT Tatanusa, 2012, hlm 263-264
24
Andhika Prayoga, Op.Cit, hlm 39
Universitas Sumatera Utara
sifat, jumlah piutang dan utang debitor beserta surat permohonan dapat di lampirkan rencana perdamaian.
Prosedur permohonan penundaan pembayaran adalah : 1.
debitur dan kuasanya mengajukan permohonan penundaan pembayaran kepada Pengadilan Negeri dalam wilayah hukum tempat tinggal debitor,
25
2. setelah pengadilan negeri menerima permohonan penundaan pembayaran itu,
mengabulkan permohonan itu untuk sementara dengan memberikan izin sementara penundaan pembayaran. Seiring dengan pemberian izin sementara,
pengadilan akan mengangkat hakim pengawas dan seorang atau lebih pengurus yang bersama-sama debitur akan mengurus kepentingan debitur dan kreditur.
26
3. hakim pengadilan negeri paling lambat 45 hari melalui paniterianya memanggil
pada kreditur yang bersangkutan, debitur dan pengurus untuk diadakan sidang pada hari, jam dan tempat tertentu,
27
4. Dalam sidang tersebut akan diadakan pemungutan suara jika perlu untuk
memutuskan apakah penundaan kewajiban pembayaran utang tersebut dikabulkan atau ditolak.
28
5. dalam putusan hakim yang mengabulkan penundaan pembayaran definitif itu,
ditetapkan pula lamanya waktu penundaan pembayaran yaitu tidak bolah melebihi 270 dua ratus tujuh puluh dari terhitung sejak putusan penundaan sementara
ditetapkan pasal 217 ayat 4.
25
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Edisi 1, Cetakan 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, hlm 108
26
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan Kepailitan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012, hlm 232
27
Zainal Asikin, Op.Cit, hlm 109
28
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Op.Cit, hlm 233
Universitas Sumatera Utara
Di dalam hukum kepailitan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terdiri atas:
1. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang bersifat sementara
Dalam hal permohonan diajukan oleh debitor, Pengadilan dalam waktu paling lambat 3 tiga hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan harus
mengabulkan PKPU sementara dan harus menunjuk seorang Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan serta mengangkat 1 satu atau lebih pengurus yang bersama
dengan debitor mengurus harta debitor. Bila permohonan diajukan oleh kreditor, pengadilan dalam waktu paling lambat 20 dua puluh hari sejak tanggal
didaftarkannya surat permohonan, harus mengabulkan permohonan PKPU sementara dan harus menunjuk hakim pengawas dari hakim pengadilan serta
mengangkat 1 satu atau lebih pengurus yang bersama dengan debitor mengurus harta debitor. segera setelah PKPU sementara diucapkan, maka pengadilan melalui
pengurus wajib memanggil debitor dan kreditor yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir untuk menghadap dalam sidang yang diselenggarakan paling
lama pada hari ke 45 empat puluh lima terhitung sejak putusan PKPU sementara diucapkan. Apabila debitor tidak hadir dan sidang PKPU sementara berakhir maka
pengadilan wajib menyatakan debitor pailit dalam sidang yang sama pasal 225 UU No.37 Tahun 2004.
29
29
Sunarmi, Op.Cit, hlm 203
Universitas Sumatera Utara
Putusan hakim pengadilan niaga tentang PKPU sementara ini berlaku selama maksimal empat puluh lima hari dan setelah itu harus diputuskan apakah PKPU
tersebut dapat dilanjutkan menjadi satu PKPU secara tetap.
30
2. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang bersifat tetap
Pada saat sidang pengadilan, hakim harus mendengar debitor, hakim pengawas, pengurus dan kreditor yang hadir, wakilnya atau kuasanya yang ditunjuk
berdasarkan surat kuasa. Dalam sidang tersebut, setiap kreditor berhak untuk hadir walaupun yang bersangkutan tidak menerima penggilan untuk itu. apabila rencana
perdamaian dilampirkan pada permohonan PKPU sementara atau telah disampaikan oleh debitor sebelum sidang, maka ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 267 telah dipenuhi. bila ketentuan tersebut tidak terpenuhi atau jika kreditor belum dapat memberikan suara mereka mengenai rencana perdamaian,
atas permintaan debitor, maka kreditor harus menentukan pemberian atau penolakan PKPU tetap dengan maksud untuk memungkinkan debitor, pengurus dan
kreditor untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana perdamaian pada rapat atau sidang yang diadakan selanjutnya. bila PKPU tetap tidak dapat
ditetapkan oleh pengadilan maka dalam jangka waktu tersebut, debitor dinyatakan pailit. Apabila PKPU tetap disetujui, PKPU tersebut berikut perpanjangannya tidak
boleh melebihi 270 dua ratus tujuh puluh hari setelah PKPU sementara diucapkan pasal 228 UU No.37 Tahun 2004.
Penjelasan pasal 228 ayat 6 yang berhak menentukan apakah kepada debitor akan diberikan PKPU tetap adalah kreditor konkuren, sedangkan pengadilan
30
Andhika Prayoga, Op.Ct, hlm 34
Universitas Sumatera Utara
hanya berwenang menetapkannya berdasarkan persetujuan kreditor konkuren. ketentuan pasal 228 ini secara tegas menentukan bahwa “bila dalam sidang, tidak
dapat ditetapkan persetujuan PKPU tetap, maka dalam sidang tersebut debitor dinyatakan pailit dan bila PKPU tetap disetujui maka PKPU tersebut
perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 dua ratus tujuh puluh hari setelah PKPU sementara diucapkan.
31
B. Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang