Perjanjian yang dibuat antara debitor dan kreditor pada proses PKPU, didalamnya terdapat rencana perdamaian yang diusulkan oleh debitor, maka harus dijalankan
sesuai dengan rencana yang telah disepakati.
C. Dunia Usaha Dalam Kepailitan dan PKPU
Perkembangan perekonomian dan perdagangan serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh para
penguasaha pada umumnya sebagian besar merupakan pinjaman yang berasal dari berbagai sumber, baik dari bank, penanaman modal, penerbitan obligasi maupun cara
lain yang diperbolehkan, telah menimbulkan banyak permasalahan penyelesaian utang piutang dalam masyarakat.
Untuk kepentingan dunia usaha dalam menyelesaikan masalah utang piutang secara adil, cepat, terbuka, dan efektif, sangat diperlukan perangkat hukum yang
mendukungnya. oleh karena itu, perubahan dilakukan terhadap Undang-Undang Kepailitan dengan memperbaiki, menambah, meniadakan ketentuan-ketentuan yang
dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, karena jika ditinjau dari segi materi yang diatur, masih terdapat berbagai
kekurangan dan kelemahan.
48
Dalam dunia usaha, suatu perusahaan tidak selalu berjalan dengan baik dan menghasilkan keuntungan sehingga seringkali keadaan keuangannya sudah sedemikian
rupa sehingga perusahaan tersebut tidak lagi sanggup membayar hutang-hutangnya. Hal demikian dapat pula terjadi terhadap perorangan yang melakukan suatu usaha. Dengan
48
Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm 69
Universitas Sumatera Utara
demikian dapat dikatakan bahwa kehidupan suatu perusahaan dapat saja dalam kondisi untung atau keadaan rugi. Kalau keadaan untung, perusahaan berkembang dan
berkembang terus, sehingga menjadi perusahaan raksasa. Sebaliknya, apabila kondisi perusahaan menderita rugi, maka garis hidupnya menurun. Kepailitan perusahaan
merupakan suatu fenomena hukum perseroan yang sering sangat ditakuti, baik oleh pemilik perusahaan atau oleh manajemennya. Karena dengan kepailitan perusahaan,
berarti perusahaan tersebut telah gagal dalam berbisnis atau setidak-tidaknya telah gagal dalam membayar hutang atau hutang-hutangnya.
Suatu perusahaan dikatakan pailit atau istilah populernya adalah bangkrut manakala perusahaan atau orang pribadi tersebut tidak sanggup atau tidak mau
membayar hutang-hutangnya. Oleh karena itu, untuk mencegah pihak kreditur ramai- ramai menagih debitur dan saling berebutan harta debitur tersebut maka hukum
memandang perlu mengaturnya, sehingga hutang-hutang debitur dapat dibayar secara tertib dan adil. Pada prinsipnya kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat
pernyataan pailit itu dilakukan beserta semua kekayaan yang diperoleh selama kepailitan. Dengan pernyataan pailit, debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk
menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan, terhitung sejak tanggal kepailitan itu. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang- Undang Kepailitan dan PKPU menegaskan bahwa semua perikatan debitur pailit yang
dilakukan sesudah pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia bentuk-bentuk badan usaha business organization yang umum dikenal sebagai pelaku dalam dunia dari usaha hingga saat ini sangar beragam
jumlahnya. Sebagian besar dari bentuk-bentuk badan usaha ini merupakan peninggalan zaman kolonial. Beberapa memang telah gnti dengan nama sebutan dalam bahasa
Indonesia, tetapi sebagian masih ada yang tetap menggunakan nama aslinya. Nama- nama yang masih terus digunakan dan belum diubah pemakainya, antara lain
Maatzchap, Firma yang disingkat Fa dan Commanditaire Vennootschap yang disingkat CV.
49
Selain itu, ada satu bentuk hukum yang sebenarnya bukan merupakan badan usaha, tetapi belakangan dalam kegiatannya banyak melakukan usaha business, yaitu
yayasan stichiting. Bahasa Belanda atau dalam bahasa Inggris disamakan dengan fundation. Pada waktu dahulu ctichiting atau yayasan dijalankan untuk suatu maksud
dan tujuan yang ideal dan melakukan kegiatan usaha dibatasi hanya dalam bidang sosial. Namun dalam perkembangannya untuk melakukan dana sendiri yang memadai. Dimana
hal ini hanya dapat dipenuhi secara mandiri, apabila yayasan memiliki kegiatan usaha yang mendatangkan keuntungan.
Adapun yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti perseroan terbatas atau disingkat PT, sebenarnya berasal dari sebutan Naamloze Vennootschap
yang disingkat N.V. Karena hal ini kemudian dapat dijumpai badan usaha dengan sebutan perseroan firma, perseroan komanditer dan perseroan terbatas. Atau
penggunaan kata perseroan dalam arti yang luas, sebagai penyebutan untuk perusahaan pada umumnya.
49
I. G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan, Jakarta: Penerbit Megapoin, 2010, hlm 12
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, dasar didirikannya perusahaan adalah iktikad baik dan pendirinya memiliki berbagai keuntungan dalam melakukan kegiatan usaha
sebagaimana disebutkan di atas, maka UUPT mengatur perseorangan yang mendirikan atau mengurus perusahaan harus tetap diberikan tanggung jawab agar tidak merugikan
perusahaan ataupun pihak lain dan kepentingan umum. Dalam pasal 146 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
disebutkan bahwa pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan atas: a.
Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat perseroan melanggar kepentingan umum
b. Permohonan 1 satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili paling
sedikit 110 dari jumlah saham dengan hak suara yang sah. c.
Permohonan kreditor berdasarkan alasan: 1
Perseroan tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit. 2
Harta kekayaan perseroan tidak cukup untuk melunasi seluruh utangnya setelah dinyatakan pailit dicabut.
3 Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat
hukum dalam pendirian perseroan. Mencermati beberapa ketentuan di atas bahwa dianutnya doktrin piercing
corporate veil dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang PT dikandung maksud agar bentuk- bentuk pengingkaran terhadap iktikad baik yang menjadi nilai dasar didirikannya
perseroan dan segala kegiatan usahanya, tetap harus menjadi tanggungjawab para pemegang saham danatau pengurusnya, sebagai bentuk tanggung jawab yang
dipercayakan kepadanya oleh perseroan fiduciary dutie. Sehingga dalam kegiatan
Universitas Sumatera Utara
usahanya, mereka para pemegang saham danatau pengurus tidak merugikan perseroan atau pihak lain yang melakukan perikatan dengan perseroan atau terhadap kepentingan
umum. Dengan dianutnya doktrin piercing corporate viel dalam UU No.40 Tahun 2007
tentang PT seperti tersebut diasumsikan bahwa rantai usaha business chain dari perseroan dan kepentingan umum tidak akan dirugikan. Hal ini aka sangat penting
sebagai dasar kepercayaan yang dimiliki oleh perseroan selanjutnya disebut perusahaan untuk membuat perikatan dengan pihak-pihak tertentu, baik perseorangan
maupun badan hukum. Dimana perikatan tersebut diperlukan untuk memberikan dukungan agar perusahaan dapat melakukan kegiatan usaha secara berkelanjutan sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Adapun dukungan dimaksud dapat berupa penyediaan barang danatau jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan, jasa pemasaran atau penjualan
atau finansial, sebagai tambahan modal kerja working capital perusahaan. Dalam dunia usaha dukungan di atas, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mengibatkan terjadinya perikatan utang piutang antara perusahaan dan pihak-pihak pendukungnya. Namun hal ini, seperti masih sering terjadi perbedaan
pendapat dalam kaitannya dengan putusan Kepailitan dan PKPU. Sebab, dalam penjelasan 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 bahwa “utang adalah
kewajiban yang dinyatakan atau tidak dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia, maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun kontigen
yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh
Universitas Sumatera Utara
debitur dan bila tidak dipenuhi oleh debitur memberi hak kepada kreditur untuk mendapatkan pemenuhan dari kekayaan debitur.”
50
D. Pembuktian Sederhana dalam Perkara PKPU