Latar Belakang Masalah PERBEDAAN BANYAKNYA WAKTU LUANG, AKTIVITAS FISIK, STATUS GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI, ANTARA ANAK-ANAK USIA SEKOLAH DASAR SUKU BADUY DAN KOTA SERANG.
mengasingkan diri dari kehidupan luar dengan tidak terpengaruh oleh masyarakat lainnya terutama yang bertolak belakang dengan kebudayaannya. Mereka
bagaikan sebuah negara yang diatur oleh tatanan adat istiadat yang kuat. Mereka sangat tertutup dengan Modernisasi.
Mungkin itu karena keyakinan masyarakat Baduy yang bersumber dari Wiwitan atau agama Sunda Wiwitan. Kepercayaan ini meyakini akan adanya
Allah sebagai “Guriang Mangtua” atau disebut pencipta alam semesta dan melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi Adam sebagai leluhur yang mewarisi
kepercayaan turunan ini. Kepercayaan Sunda Wiwitan berorientasi pada bagaimana menjalani kehidupan yang mengandung ibadah dalam berperilaku,
pola kehidupan sehari-hari, langkah dan ucapan, dengan melalui hidup yang mengagungkan
kesederhanaan tidak
bermewah-mewah seperti
tidak menggunakan listrik, tembok dan alat transportasi.
Prinsip hidup masyarakat adat Baduy tercermin dari pepatah-petitih adat Baduy :
• Gunung tak diperkenankan dilebur.
• Lembah tak diperkenankan dirusak.
• Larangan tak boleh di rubah.
• Panjang tak boleh dipotong Pendek tak boleh disambung Lojor henteu
beunang dipotong, pendek henteu beunang disambung. •
Yang bukan harus ditolak yang jangan harus dilarang yang benar haruslah Dibenarkan.
Ajaran ini yang melahirkan pikukuh yang dititipkan oleh leluhur. Pikukuh yang berdasarkan sistem religi Sunda Wiwitan ini yang menyebabkan masyarakat
Baduy memproteksi diri dari pengaruh modernisasi sekaligus menjadi pedoman perilaku orang-orang Baduy. Sebutan orang Baduy pada awalnya bukanlah berasal
dari warga Baduy sendiri. Penduduk wilayah Banten Selatan yang sudah beragama Islam, biasa menyebut ’Baduy’ sebagai orang-orang Kanekes yang tidak beralas
kaki, pantang naik kendaraan, pantang sekolah formal, dan suka berpindah-pindah seperti halnya orang Badawi di Arab.
Menurut Garna 1987:74, hubungan kekerabatan dengan lokasi kampung dapat mengukur jauh dan dekatnya hubungan kekerabatan seseorang dengan yang
lain serta bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan aturan-aturan kekerabatan.
Beberapa peraturan yang dianut suku Baduy antara lain Garna 1987:75 :
1. Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
khususnya Baduy dalam. 2.
Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki. 3.
Pintu rumah harus menghadap ke utaraselatan kecuali rumah puun. 4.
Larangan menggunakan alat elektronik khususnya Baduy dalam. 5.
Menggunakan kain warna hitamputih sebagai pakaian tenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
6. Tidak diperkenankan menggunakan perabotan mewah.
7. Tidak bersekolah.
8. Tidak memelihara hewan berkaki empat.
9. Tidak boleh berpoligami ataupun poliandri.
Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal
sebagai Baduy dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal
di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat
kepala putih. Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi
wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian
dan ikat kepala berwarna hitam. Apabila Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka Baduy Dangka tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada
saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras Cibengkung dan Sirahdayeuh Cihandam.
Wilayah Baduy luar sekarang berjumlah 54 kampung, yang sudah banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya. Baduy luar atau biasa mereka
menyebutnya Urang Panamping. Cirinya, selalu berpakaian hitam dengan ikat kepala warna hitam bermotif biru. Umumnya orang Baduy luar sudah mengenal
kebudayaan luar, sebagian masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis, bisa berbahasa Indonesia.
Pakaian yang digunakan oleh para laki-laki suku Baduy luar adalah Romal batik, yaitu ikat kepala yang terbuat dari kain yang bermotif batik kupu-kupu
dengan warna dasar hitam dan gambar biru muda. Kampret hideung, yaitu baju lengan panjang berkerah dengan ukuran bawah, yakni dibawah pinggul berwarna
hitam dan berkantung besar pada bagian bawahnya. Calana pondoh, yaitu celana pendek dengan tinggi diatas lutut dan berwarna hitam. Sabuk, pengikat celana
yang terbuat dari kulit kayu teurep atau dari tali dan kain. Dilengkapi dengan tas
kulit kayu atau yang disebut dengan Jarog dan sebilah golok yang terselip dipinggangnya.
Sedangkan wanita Baduy luar memakai baju Kampret awewe, yaitu baju lengan panjang berwarna biru, ungu atau hijau. Menggunakan Samping poleng
panjang, yaitu kain panjang untuk menutupi bagian bawah pusar sampai dengan diatas lutut bermotif batik dengan warna dasar hitam dan bergambar warna biru.
Serta menggunakan Dudukuy, yaitu topi lebar yang terbuat dari anyaman bambu yang biasanya digunakan pada saat bercocok tanam.
Kebudayaan yang diwarisi oleh nenek moyang masyarakat suku Baduy sampai saat ini masih tetap dipertahankan. Hal tersebut berdampak langsung
kepada kurangnya informasi tentang semua hal yang masuk dari luar daerahnya tersebut. Sikap tertutup kepada perubahan yang sebenarnya dapat meningkatkan
taraf hidup secara ekonomi dan kualitas hidup seseorangpun masih kental dirasakan di daerah Baduy. Jika dibandingkan dengan daerah lain di luar Baduy,
misalnya dengan Kota Serang sebagai Ibu Kota Propinsi Banten, sangat terlihat jauh perbedaan yang nampak, baik dari segi informasi, teknologi, pendidikan,
sosial dan lain sebaginya. Bila kita lihat dari peraturan yang ada di Baduy, kemungkinan besar
mereka akan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap individu untuk bertahan hidup. Maka tidak menutup kemungkinan kalau dengan adanya
batasan-batasan yang diciptakan dan dilaksanakan oleh suku Baduy justru membuat kualitas kebugaran jasmani dan kesehatan badan mereka lebih baik.
Contohnya orang-orang Baduy selalu berpergian tanpa menggunakan sarana transportasi, kemanapun mereka pergi baik di dalam daerah Baduy sendiri
ataupun ke luar dari daerahnya baduy dalam mereka akan menggunakan kekuatan kedua kakinya saja dan tanpa menggunakan alas kaki. Hal tersebut
berlaku untuk seluruh masyarakat Baduy, baik dewasa maupun anak-anak, baik laki-laki ataupun wanita.
Pola hidup masyarakat modern yang sarat dengan kesibukan kerap mengesampingkan kesehatan. Aktivitas padat seringkali tak disertai olahraga dan
pola makan yang benar. Padahal efek global warming atau pemanasan global dapat membuat daya tahan tubuh manusia cepat menurun. Jika tidak diimbangi
dengan gaya hidup sehat, bukan tak mungkin kita akan merasa kelelahan dan akhirnya tak mampu lagi menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk. Global
warming disertai dengan tingkat polusi yang tinggi. Kondisi ini juga mengakibatkan munculnya banyak penyakit baru. Untuk mengantisipasinya, gaya
hidup sehat hendaknya diterapkan. Ada beberapa hal yang sering dilewatkan dalam menjalani hidup, sehingga
akibat buruk dari kebiasaan ini akan datang mengganggu kesehatan kita. Hal ini bisa terjadi hanya karena kebiasaan hidup yang tidak teratur. Kebiasaan tersebut
adalah antara lain melewatkan sarapan, kurang minum air putih, kurang gerak sampai dengan makan snack berkalori tinggi.
Hal tersebut memang terjadi pada anak-anak dengan pola hidup yang modern. Kita bisa melihat aktivitas sehari-hari mereka yang cenderung
dimanjakan oleh kemajuan jaman. Misalnya, mereka selalu diantar jemput oleh
orang tua ketika sekolah. Selain itu, dalam memanfaatkan waktunya, anak-anak yang hidup di perkotaan akan menggunakannya dengan menonton televisi,
bermain games ataupun hanya duduk di depan monitor komputer. Secara tidak langsung kejadian-kejadian tersebut akan membuat anak
malas untuk beraktivitas. Ditambah lagi dengan pola makan yang kurang baik, karena kesibukan orang tua anak-anak akan diberikan makanan instan yang
dianggap lebih efisien namun belum tentu menyehatkan. Bagi kebanyakan dari kita, kesehatan kita terutama tergantung pada dua
faktor yang lain yaitu apa yang kita masukkan ke dalam tubuh, dan apa yang kita buat dengan tubuh kita. Konsep ini dapat dipadukan dalam satu kata majemuk
yaitu pola-hidup”. Anak usia sekolah biasanya menghadapi problem memilih-milih makanan.
Ada yang maunya makan yang itu-itu saja, ada yang suka ngemil, tidak suka makan sayur, dan tentunya, hanya mau makan fast food. Ada banyak faktor yang
menjadi penyebab, di antaranya: 1.
Rasanya gurih. Tak bisa dipungkiri makanan cepat saji umumnya bercita rasa gurih yang sesuai dengan selera anak. Ini tidak terjadi secara
kebetulan, produsen tentu saja sudah melakukan riset mendalam akan cita rasa yang paling disukai. Tapi sayangnya makanan ini umumnya tinggi
garam dan lemak namun tidak bergizi seimbang. 2.
Praktis. Makanan ini dianggap praktis dan bisa menjawab kebutuhan masyarakat modern. Jam berapa pun perlu makan tinggal angkat telepon,
makanan hangat segera terhidang di rumah. Bagi orangtua yang bekerja,
hal ini tentu meringankan, ditambah lagi anak memang suka dengan rasanya.
Pengaruh yang bisa membuat kebugaran jasmani seseorang berbeda adalah kebiasan melakukan aktivitas gerak. Obesitas adalah penyakit yang diakibatkan
oleh kurangnya gerak seseorang, dimana asupan kalori tidak sesuai dengan pengeluarannya. Obesitas terjadi karena terlalu banyak lemak yang menumpuk
dalam tubuh. Santosa Giriwijoyo 2007: 16, mengatakan :
Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan apa guna hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup,
meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu :
“bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup”.
Kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak Baduy ataupun Kota Serang sebenarnya selalu berhubungan dengan aktivitas fisik. Dimana pengertian
aktivitas adalah “any bodily movement produced by of skeletal muscle that substantially increases energy expenditure”. Hardman dan Stensel 2003 :14.
Atau dalam arti lain aktivitas fisik adalah suatu perilaku yang dihubungkan dengan peningkatan dalam penggunaan energi, terutama perbandingan antara
penggunaan energi saat istirahat dan beraktivitas dengan mengerahkan tenaga yang dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan jasmani, khususnya anak-
anak usia sekolah dasar. Pada saat melakukan aktivitas fisik, maka akan terjadi perubahan dalam
tubuh, karena tubuh akan menyesuaikan dengan kondisi kegiatan tersebut. Denyut nadi akan lebih cepat, napas akan lebih cepat, pengeluaran keringat akan
meningkat dan suhu tubuh juga akan meningkat. Semua gejala tersebut merupakan penyesuaian atau adaptasi tubuh terhadap beban kerja yang dilakukan.
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak-anak suku Baduy dan anak-anak kota Serang memang terlihat sangat jauh berbeda. Untuk itu dibutuhkan ilmu yang
bisa digunakan untuk mengidentifikasikan karakteristik fisik seseorang, seperti membandingkan fisik orang yang satu dengan yang lainnya berdasarkan besar
otot, proporsi tubuh dan kandungan lemak. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit.Beck,
2000 Pengukuran staus gizi dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali
secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit skinfold diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan
status gizi pada bayi dan anak. Atau dengan menggunakan Body Mass Index BMI, yaitu dalam bahasa Indonesia disebut dengan Index Masa Tubuh IMT
adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang kedalam kategori Underweight kekurangan berat badan
atau Overweight kelebihan berat badan dan Obesitas kegemukan. Rumus yang digunakan umtuk menghitung BMI sangatlah mudah yaitu dengan cara membagi
berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam satuan meter kgm
2
. Dengan mengetahui BMI, kita bisa mengetahui apakah kita masuk ke
dalam kategori kurang berat badan, kelebihan berat badan atau kegemukan. Resiko penyakit yang berhubungan dengan kegemukan seperti penyakit jantung,
kencing manis bahkan stroke dapat kita cegah di antaranya adalah dengan meningkatkan aktivitas fisik kita yang tentunya akan berhubungan dengan
kebugaran jasmani kita sendiri.
Kebugaran jasmani itu sendiri menurut Santosa Giriwijoyo, 2007 :43 Adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan
jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan tidak lelah berlebihan untuk melakukan
kegiatan fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya.
Banyak sekali istilah yang digunakan untuk maksud yang sama dengan kebugaran jasmani, di antaranya :
• Kesegaran jasmani
• Kesanggupan jasmani
• Kesamaptaan jasmani
Bila kita lihat dari pengertian tentang kebugaran jasmani di atas, maka sudah sepantasnya orang-orang baduy akan memiliki kebugaran yang relatif lebih
baik dibandingkan dengan orang-orang di luar Baduy yang menganut budaya hidup modern.