Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, Dan Kebugaran Pada Anak Sekolah Dasar Dengan Status Gizi Normal Dan Lebih Di Kota Bogor.

KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN
PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN STATUS
GIZI NORMAL DAN LEBIH DI KOTA BOGOR

RAMADHINI RIZKIYAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kebiasaan Makan,
Aktivitas Fisik, dan Kebugaran pada Anak Sekolah Dasar Status Gizi Normal dan
Lebih di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Ramadhini Rizkiyah
NIM I14100051

ABSTRAK
RAMADHINI RIZKIYAH. Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, dan Kebugaran
pada Anak Sekolah Dasar dengan Status Gizi Normal dan Lebih di Kota Bogor.
Dibimbing oleh TIURMA SINAGA dan KARINA RAHMADIA
EKAWIDYANI.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan
kebugaran anak sekolah dasar dengan status gizi normal dan lebih di Kota Bogor.
Desain yang digunakan adalah cross sectional study, dilaksanakan pada bulan
Maret-Juni 2014, di SDN Polisi 1 dan SDIT At Taufiq. Contoh penelitian terdiri
dari 62 anak gizi normal dan 38 anak gizi lebih. Data yang digunakan merupakan
data sekunder. Analisis statistik yang digunakan adalah uji beda Mann Whitney,
dan Independent sample T test serta uji korelasi Spearman dan Chi-squre. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa asupan energi (p=0.003), asupan protein
(p=0.000), asupan lemak (p=0.008), serta tingkat kecukupan protein (p=0.033)

pada contoh gizi lebih, lebih tinggi daripada contoh gizi normal. Status gizi
contoh memiliki hubungan signifikan positif dengan asupan energi (p=0.015,
r=0.242) dan asupan lemak (p=0.044, r=0.202), namun memiliki hubungan
signifikan negatif dengan kebugaran (p=0.005, r=-0.282). Tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dengan kebugaran (p>0.05).
Kata kunci: aktivitas fisik, kebiasaan makan, kebugaran, status gizi lebih, status
gizi normal

ABSTRACT
RAMADHINI RIZKIYAH. Eating Habits, Physical Activity and Physical Fitness in
Overweight and Normal Children at Bogor. Supervised by TIURMA SINAGA and
KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.
The objective of this study was to analyze eating habits, physical activity, and
physical fitness in overweight and normal children at Bogor. The design of this
study was cross sectional study. It was conducted from March to June 2014, at
SDN Polisi 1 and SDIT At Taufiq. Samples consisted of 62 normal and 38
overweight children. The type of data was secondary data and statistical analysis
used was Mann Whitney test, and Independent sample t test, Spearman and Chisqure test. The results showed that energy intake (p=0.003), protein intake
(p=0.000), fat intake (p=0.008), and protein adequacy level (p=0.033) in
overweight children were higher than normal children. Nutritional status had

significant positive correlation with energy intake (p=0.015, r=0.242) and fat
intake (p=0.044, r=0.202), but had a significant negative correlation with
physical fitness (p=0.005, r=-0.282). There was no significant relationship
between physical activity level with physical fitness (p>0.05).
Keywords: eating habits, normal status, overweight, physical activity, physical
fitness

KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN
PADA ANAK SEKOLAH DASAR STATUS GIZI NORMAL
DAN LEBIH DI KOTA BOGOR

RAMADHINI RIZKIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

11

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi dengan judul
Kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan kebugaran pada anak sekolah dasar dengan
status gizi normal dan lebih di Kota Bogor disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada:
1. Dr Tiurma Sinaga, MFSA dan dr Karina Rahmadia Ekawidyani, MGizi
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Leily Amalia Furkon, STP, MSi selaku dosen pembimbing akademik,
pemandu seminar, serta penguji sidang.

3. Anggota Tim Peneliti NHF (Prof Dr Ir Ali Khomsan dan Dr Ir Budi
Setiawan, MS) yang telah memberikan ijin penulis untuk menggunakan
sebagian data dari penelitian “Physical Fitness, Anemia, and Academic
Performance in Overweight and Normal Children”.
4. Orang-orang yang terlibat dalam pengambilan data penelitian ini (Mba
Wiwi, Mba Ita, Mba Ima, Dessi, Lilis, Kak Rindu, Kak Tammy, Kak Heti,
Kak Debby, dan Kak Sanya)
5. Ayah (M. Naseh), ibu (Husni Dewi Hilda), dan adik-adik tercinta (Fitra
Farhana dan Alifa Amalia Hasna) yang selalu mendukung, mengajarkan,
memotivasi, memberikan kasih sayang dan doa-doa terbaik yang membuat
penulis menjadi lebih bersemangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu atas segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang selalu
diberikan kepada penulis.
7. Yayasan Karya Salemba Empat dan donatur yang telah memberikan
bantuan dana pendidikan serta pelatihan kepemimpinan sehingga penulis
dapat menerapkan Sharing-Networking-Developing dalam kehidupan dan
lebih termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
8. Teman-teman Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) Batch 6 dari
Unand, USU, UNJ, UI, IPB, ITB, Unpad, UGM, Undip, ITS, Unud,

Unmul, Unsrat, dan Undana yang telah memberikan semangat dan
motivasi agar penulis bisa segera menyelesaikan skripsi ini. Kalian semua
LUAR BIASA!
9. Sekolah SDN Polisi 1 dan SDIT At-Taufiq, dan seluruh anak yang
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Februari 2015
Ramadhini Rizkiyah

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

Tujuan Umum
Tujuan khusus
Hipotesis
Manfaat Penelitian
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah
Karakteristik Contoh
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Kebiasaan Makan
Aktivitas Fisik
Kebugaran
Uji Korelasi antar Variabel
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

i
ii
ii
1
1
2
2
2
3
3
5
5
5
5
8

11
13
13
13
14
16
22
24
25
28
28
29
30
33
Error! Bookmark not defined.

ii

DAFTAR TABEL


1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
2 Kategori variabel penelitian
3 Penilaian tes kesegaran jasmani Indonesia
4 Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, dan uang saku
5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orang tua
6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan besar keluarga
7 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata jumlah makanan yang dikonsumsi
8 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi
9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein
10 Rata-rata frekuensi konsumsi minuman, fast food, junk food (kali/minggu)
11 Rata-rata alokasi waktu contoh pada hari sekolah (menit/hari)
12 Rata-rata alokasi waktu contoh pada hari libur (menit/hari)
13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik
14 Sebaran contoh berdasarkan norma tes kebugaran jasmani Indonesia

7
9
11
14
15

16
17
19
20
21
22
23
24
24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian

4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji Spearman variabel independent dengan status gizi
2 Hasil uji Spearman variabel independent dengan kebugaran
3 Hasil uji Chi-square variabel independent dengan status gizi

33
33
33

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini
memberikan kemudahan bagi manusia dalam segala hal. Kemudahan yang
dirasakan tersebut tidak hanya menimbulkan dampak positif, namun juga dampak
negatif bagi kesehatan manusia itu sendiri. Dampak negatif yang terjadi terhadap
kesehatan, antara lain adalah perubahan permainan dari permainan tradisional
dengan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi menjadi permainan modern
menggunakan gadget dengan tingkat aktivitas fisik yang relatif rendah (sedentary
lifestyle) dan tingginya konsumsi makanan siap saji yang tinggi kalori, tinggi
lemak, namun miskin mineral, vitamin, dan serat (fast food). Gaya hidup
sedentary ditandai dengan ruang gerak manusia yang semakin menurun, sehingga
tingkat aktivitas fisik dan pengeluaran energi menjadi semkain rendah. Perubahan
gaya hidup ini diperkirakan menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan status
gizi lebih, yaitu kegemukan dan obesitas (Oktavani et al. 2012).
Kegemukan (overweight) disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
jumlah asupan energi dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, dan pemeliharaan
kesehatan (Jahari 2004). Jika keadaan ini berlangsung terus menerus (positive
energy balance) dalam jangka waktu cukup lama, maka dampaknya adalah
terjadinya obesitas. Obesitas (obesity) merupakan keadaan indeks massa tubuh
(IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak
sesuai jenis kelaminnya (CDC 2000). Obesitas ditandai dengan penimbunan
lemak yang berlebihan pada bagian tubuh, terutama pada pinggang, pinggul, dan
lengan atas.
Prevalensi gizi lebih pada anak meningkat dari tahun ke tahun, baik di
negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi obesitas Provinsi Jawa
Barat pada anak-anak usia 6-14 tahun adalah sebesar 12%. Prevalensi obesitas
pada anak laki-laki (9.5%) lebih tinggi dari pada prevalensi pada anak perempuan
(6.4%) (Riskesdas 2007). Berdasarkan data yang terdapat pada Riskesdas dalam
angka (2013), prevalensi obesitas Provinsi Jawa Barat pada anak-anak usia 5-12
tahun adalah sebesar 18.6%. Prevalensi obesitas pada anak laki-laki (20.2%) lebih
tinggi daripada prevalensi anak perempuan (17.3%). Prevalensi obesitas yang
cenderung meningkat, baik pada anak maupun orang dewasa, menjadi peringatan
bagi pemerintah dan masyarakat bahwa obesitas memerlukan perhatian khusus.
Obesitas tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi
juga terjadi pada sosio-ekonomi menengah ke bawah. Obesitas lebih dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik, namun anak obesitas
biasanya berasal dari keluarga yang juga obesitas (Quick 2013). Obesitas yang
terjadi pada anak usia sekolah memiliki konsekuensi medis jangka pendek dan
jangka panjang. Konsekuensi medis jangka pendek meliputi dampak negatif
terhadap pertumbuhan, kondisi pernapasan, tekanan darah, lipid darah, dan
metabolisme glukosa (Thorpe et al. 2004). Konsekuensi medis jangka panjang
meliputi risiko yang lebih besar terhadap kejadian penyakit hipertensi, diabetes
melitus, kardiovaskuler, dan osteoarthritis pada saat dewasa. Obesitas yang terjadi

2

pada anak usia sekolah juga dapat menimbulkan konsekuensi psikososial seperti
body image yang negatif, penurunan kepercayaan diri, dan gangguan makan
(Thorpe et al. 2004).
Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang
diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan juga dikaitkan dengan
frekuensi, pemilihan, konsumsi, dan penggunaan makanan yang tersedia
berdasarkan faktor psikologi, fisiologi, sosial, dan budaya dimana seseorang hidup
(Suhardjo 2003). Asupan zat gizi anak dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan
pola makannya. Frekuensi makan yang tidak teratur, jarak antara dua waktu
makan yang terlalu panjang menyebabkan adanya kecenderungan untuk makan
lebih banyak dan melebihi batas. Kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink
yang berlebihan, namun tidak dikombinasikan dengan buah dan sayuran dapat
menyebabkan terjadinya kegemukan dan obesitas pada anak. Fast food umumnya
tinggi kalori, lemak dan garam, tetapi miskin zat gizi lainnya, sedangkan soft
drink memiliki kandungan gula yang tinggi (Wirakusumah 2007).
Kebugaran merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan suatu kegiatan
dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, serta
memiliki cadangan energi untuk menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal
yang tidak terduga (Satya 2008). Kebugaran sangat penting bagi seorang anak
sebagai modal utama dalam melaksanakan kegiatan belajar dan bermain. Anak
yang bugar memiliki rentang perhatian yang lebih lama dalam belajar, bermain,
atau berbagai kegiatan lainnya (Sriundy 2009). Penurunan aktivitas fisik pada
anak menyebabkan ruang gerak anak menjadi sempit sehingga memungkinkan
terjadinya penurunan kebugaran. Peningkatan kebugaran akan dapat dilakukan
selama kegiatan aktivitas fisik dan intensitas latihan terus ditingkatkan.
Kebugaran seharusnya dapat dipertimbangkan sebagai penanda kesehatan pada
anak dan dewasa, sehingga diperlukan penguatan untuk memasukan tes kebugaran
dalam sistem pengawasan kesehatan (Ortega et al. 2008).
Kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan kebugaran anak merupakan hal
penting yang harus diperhatikan pada anak-anak usia sekolah dasar karena
diperkirakan dapat mempengaruhi status gizinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti tentang kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan kebugaran fisik anak
sekolah dasar dengan status gizi normal dan gizi lebih.

Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis kebiasaan makan,
aktivitas fisik, dan kebugaran anak sekolah dasar dengan status gizi normal dan
lebih di Kota Bogor.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi dan membandingkan karakteristik sosial ekonomi
keluarga (pendidikan, pekerjaan, gaji, dan besar keluarga) dan
karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan uang saku) dengan status
gizi normal dan lebih.

3

2. Mengidentifikasi dan membandingkan kebiasaan makan fast food dan junk
food, aktivitas fisik, serta kebugaran anak sekolah dasar dengan status gizi
normal dan lebih.
3. Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga,
karakteristik contoh, kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan kebugaran
dengan status gizi anak sekolah dasar.
4. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran anak sekolah
dasar.

Hipotesis
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik sosial ekonomi
orang tua dan karakteristik contoh antara status gizi normal dan lebih.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kebiasaan makan, aktivitas fisik,
dan kebugaran anak sekolah dasar antara status gizi normal dan lebih.
3. Terdapat hubungan positif antara kebiasaan makan dengan status gizi.
4. Terdapat hubungan negatif antara aktivitas fisik dengan status gizi.
5. Terdapat hubungan negatif antara status gizi dengan kebugaran.
6. Terdapat hubungan positif antara aktivitas fisik dan kebugaran anak
sekolah dasar.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Bagi SDN Polisi 1 dan SDIT At-Taufiq, dapat memberikan informasi sebagai
bahan pertimbangan dalam perencanaan program pencegahan dan
penanggulangan masalah kesehatan siswa, khususnya masalah gizi lebih dengan
peningkatan aktivitas fisik melalui kegiatan olahraga. Bagi peneliti lain,
diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah referensi mengenai
kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan kebugaran pada anak sekolah dasar status
gizi normal dan lebih.

KERANGKA PEMIKIRAN

Masalah gizi lebih, baik itu kegemukan ataupun obesitas merupakan salah
satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab tidak hanya terjadi
pada orang dewasa saja, tetapi juga dapat menimpa anak-anak. Gizi lebih dapat
disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan energi, dimana asupan energi lebih
besar daripada energi yang dikeluarkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) diperkirakan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan
anak berupa meningkatnya konsumsi pangan cepat saji dan pola hidup sedentary
yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadget. Tingkat aktivitas
fisik yang menurun dapat berdampak kebugaran fisik anak.

4

Pramudita (2011) menyatakan bahwa sebagian besar anak obesitas suka
makan cemilan (87.5%). Makanan yang biasa dijadikan cemilan anak adalah
makanan yang padat kalori dan lemak sehingga dapat memicu timbulnya
kelebihan berat badan, terutama apabila tidak diimbangi dengan aktivitas fisik
yang cukup. Hasil penelitian Chaput et al. (2006) menunjukkan bahwa penurunan
aktivitas fisik berhubungan signifikan dengan kejadian kegemukan dan obesitas
pada anak. Kebugaran membuat anak lebih tahan terhadap kelelahan sehingga
bisa belajar dan bermain untuk jangka waktu lebih lama (Utari 2007).
Penurunan aktivitas fisik menyebabkan rendahnya tingkat kesegaran
jasmani. Aktivitas fisik di sekolah melalui kurikulum pendidikan jasmani
diperkirakan akan mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani dan berkorelasi
negatif dengan aktivitas fisik sedentary seperti menonton televisi, main komputer,
dan video games (Koutedakis&Bouziotas 2003). Karakteristik sosial ekonomi
keluarga (pendidikan dan pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, besar
keluarga) dan karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, uang saku) secara tidak
langsung dapat mempengaruhi status gizi anak sebab berkaitan dengan kebiasaan
makan anak tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak
adalah kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan kebugaran. Bagan kerangka
pemikiran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua:
 Pendidikan Orang Tua
 Pekerjaan Orang Tua
 Pendapatan keluarga
 Besar Keluarga

Karakteristik Contoh :
 Jenis Kelamin
 Umur
 Uang Saku

Kebiasaan Makan
 Konsumsi pangan
 Frekuensi makan per hari
 Frekuensi konsumsi minuman, fast food, dan junk food

Aktivitas Fisik
Status Gizi

Kebugaran Fisik

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Hubungan antar variabel yang diteliti
: Hubungan antar variabel yang tidak diteliti

5

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
sebagian data dari penelitian besar berjudul “Physical Fitness, Anemia, and
Academic Performance in Overweight and Normal Children” yang dilakukan oleh
tim dosen dengan ketua peneliti dr Karina Rahmadia Ekawidyani, MGizi dari
Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor dan dibiayai oleh NHF
(Neys-van Hoogstraten Foundation) yang dilakukan pada bulan Maret sampai
Juni 2014. Penelitian tersebut menggunakan desain cross sectional study, yaitu
variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diambil dalam satu
waktu. Penelitian ini menggunakan data dari SDN Polisi 1 dan SDIT At-Taufiq di
Kota Bogor.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Contoh dalam penelitian ini merupakan sebagian data dari penelitian yang
berjudul “Physical Fitness, Anemia, and Academic Performance in Overweight
and Normal Children”. Status gizi contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua, yaitu status gizi normal dan gizi lebih (kegemukan dan obesitas). Pemilihan
contoh dilakukan secara purposive dengan asumsi bahwa siswa kelas 5 sudah
dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mengerti dengan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan di dalam kuesioner, dan mampu mengisi kuesioner dengan baik.
Siswa kelas VI tidak dijadikan contoh karena sudah fokus dengan Ujian Nasional.
Contoh dipilih dengan cara melakukan screening awal yaitu, mengukur
status gizi secara langsung melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan
siswa. Berdasarkan data hasil screening, contoh normal dan gizi lebih dipilih
secara simple random sampling. Sebelum pengambilan data, contoh diberikan
lembar informed consent yang harus ditanda tangani oleh orang tua. Contoh yang
terpilih adalah yang mengembalikan informed consent tersebut. Contoh adalah
siswa Sekolah Dasar kelas 5 dari SDN Polisi 1 sebanyak 51 orang dan SDIT AtTaufiq sebanyak 49 orang. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 100
orang yang terdiri dari 62 orang status gizi normal dan 38 orang status gizi lebih.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku,
sedangkan karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan dan
pekerjaan orang tua, pendapatan serta besar keluarga. Data kebiasaan makan
dalam penelitian ini meliputi frekuensi makan utama yang diambil dari data isian
di kuesioner dan frekuensi konsumsi minuman, fast food, serta junk food yang
diambil dari Food Frequency Questionaire (FFQ). Data konsumsi pangan
diperoleh dari recall 2x24 jam pada hari sekolah dan 1x24 jam pada hari libur.

6

Menurut Rolfes et al. (2014), metode food recall memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya hasil tidak bergantung pada kemampuan baca tulis ataupun
tingkat pendidikan responden, wawancara dilakukan setelah makanan dikonsumsi
sehingga tidak mempengaruhi pemilihan makanan, serta hasil diperoleh secara
cepat dan relatif mudah untuk dilakukan. Kelemahan dari metode food recall,
yaitu biasa terjadi kekurangan ataupun kelebihan perkiraan pada asupan makanan,
mengandalkan daya ingat, mengabaikan jenis pangan yang dianggap memalukan,
recall 1x24 jam tidak dapat menggambarkan secara akurat asupan responden
sehari-hari, bumbu mungkin tidak dicantumkan, dan kemampuan pewawancara
dapat mempengaruhi hasil. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan cara
menanyakan kembali konsumsi pangan contoh pada saat pengisian kuesioner
aktivitas fisik contoh pada hari yang sama.
Metode food frequency ini mempunyai kelebihan, antara lain kuesioner diisi
setelah makanan dikonsumsi sehingga tidak mempengaruhi pemilihan makanan,
murah untuk dilakukan, serta menggunakan ingatan asupan makanan jangka
panjang, dan penambahan bumbu tidak mempengaruhi hasil. Kekurangan metode
Food Frequency antara lain daftar makanan memiliki jumlah yang terbatas untuk
populasi khusus, tidak efektif untuk memantau perubahan asupan makanan jangka
pendek, perhitungan asupan zat gizi mungkin tidak akurat, responden sering
kesulitan menentukan takaran saji apabila tidak didampingi oleh pewawancara,
mengandalkan daya ingat, dan daftar makanan hanya terdiri dari makanan yang
biasa dikonsumsi (Rolfes et al. 2014). Metode FFQ dalam penelitian ini hanya
digunakan untuk mengambil data jenis makanan tertentu saja yang tergolong
dalam minuman, fast food, dan junk food.
Metode penilaian konsumsi pangan yang biasa digunakan, selain food
recall dan FFQ adalah food record. Food record dilakukan dengan menuliskan
sendiri jumlah makanan yang dikonsumsi selama beberapa hari. Kelebihan dari
metode food record adalah tidak mengandalkan ingatan, menambah ketepatan
data asupan makanan, dan berguna untuk mengontrol asupan makanan karena
catatan tersebut meningkatkan kesadaran dalam pemilihan makanan, sehingga
lebih akurat dalam menentukan asupan zat gizi sehari-hari. Kekurangannya adalah
kesalahan dalam pencatatan yang dilakukan akan mempengaruhi data asupan
makanan, jenis dan ukuran rumah tangga (URT), perubahan pola makan tidak
dimasukan ke dalam catatan, serta memberatkan responden (Rolfes et al. 2012).
Contoh pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas V dengan jadwal
belajar yang cukup padat di sekolah, yaitu pukul 07.00-13.00, sehingga untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti lupa mencatat makanan yang telah
dimakan, lembar kuesioner hilang, ataupun tulisan yang kurang rapi dan tidak bisa
terbaca maka penilaian konsumsi makan dilakukan dengan menggunakan metode
food recall 3x24 jam dan FFQ.
Data aktivitas fisik yang dilakukan selama 2x24 jam pada hari sekolah dan
hari libur diperoleh berdasarkan data yang terdapat pada kuesioner. Data
kebugaran fisik anak sekolah dasar diperoleh dengan melakukan Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia (TKJI). Jenis tes kesegaran jasmani yang dilakukan adalah lari
cepat sejauh 40 meter, sit up selama 30 detik, push up selama 30 detik, loncat
tegak setinggi-tingginya, dan lari sejauh 600 meter.Variabel, jenis, dan cara
pengumpulan data secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

7

Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
No.
Variabel Data
1 Karakteristik sosial ekonomi keluarga
- Besar keluarga
- Pendidikan orang tua
- Pekerjaan orang tua
- Pendapatan keluarga
2 Karakteristik siswa
- Umur
- Jenis kelamin
- Uang saku
3 Aktivitas fisik
- Jenis dan durasi aktivitas fisik
- Physical Activity Level
4 Kebiasaan makan
- Jumlah dan jenis pangan
- Frekuensi makan utama
- Frekuensi konsumsi minuman, fast food, dan
junk food
5 Status gizi
- Berat badan
- Tinggi badan
6 Kebugaran
- Lari 40 meter
- Push up
- Sit up
- Lompat tegak
- Lari 600 meter

Cara pengumpulan data

Kuesioner diisi oleh orang tua

Wawancara menggunakan
kuesioner

Wawancara menggunakan
kuesioner
Recall 3x24 jam
Pengisian kuesioner
Food frequency questionaire
(FFQ)
Pengukuran dengan timbangan
Pengukuran dengan microtoise

Observasi tes kesegaran jasmani
dengan panduan (Nurhassan dan
Cholil 2007)

Menurut Nurhassan dan Cholil (2007) petunjuk pelaksanaan dari setiap
jenis tes yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tes lari cepat 40 meter
Siswa lari secepat mungkin menuju garis finish dengan menempuh jarak
sejauh 40 meter. Saat subjek menyentuh/melewati garis finish stop watch
dihentikan. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.
b. Tes Push up 30 detik
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot lengan. Siswa
tengkurap di atas lantai/rumput. Posisi kaki lurus dan menempel satu sama lain.
Gerakan tubuh naik-turun dan bertumpu pada kedua tangan dan kedua kaki.
Ketika naik, posisi tangan harus lurus dan posisi seluruh bagian tubuh atas dan
bawah tetap lurus selama pergerakan. Ketika turun, tangan ditekuk dan posisi
badan tidak boleh sampai menyentuh lantai. Jika hitungan dimulai dari posisi
bawah maka perhitungan dimulai jika sudah kembali ke bawah, begitu pun
sebaliknya.
c. Tes Sit up 30 Detik
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot perut. Siswa berbaring
di atas lantai/rumput. Kaki menempel satu sama lain. Lutut ditekuk kurang lebih

8

45 derajat. Posisi tangan menyilang di depan dada. Gerakan tubuh bagian atas
naik-turun. Ketika naik, perut dan dada harus sampai menyentuh paha. Ketika
turun, kepala tidak boleh sampai menyentuh lantai, tetapi punggung harus
menyentuh lantai. Jika hitungan dimulai dari posisi bawah maka perhitungan
dimulai jika sudah kembali ke bawah, begitu pun sebaliknya. Salah seorang teman
membantu dengan cara memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar
kaki siswa tidak terangkat.
d. Tes Loncat Tegak
Siswa berdiri tegak dekat dinding. Kedua kaki, papan dinding berada di
samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang berada dekat dinding
diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala dan
ditandai, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua tangan lurus berada
di samping badan, kemudian subjek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk
papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga
meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan tinggi
raihan loncatan subjek tersebut. Subjek diberi kesempatan sebanyak dua kali
loncatan. Raihan dari loncatan tertinggi akan diambil sebagai hasil tes loncat
tegak. Skor diperoleh dengan cara hasil raihan tertinggi dari salah satu loncatan
tersebut dikurangi tinggi raihan tanpa loncatan.
e. Tes Lari 600 Meter
Siswa lari dengan menempuh jarak 600 meter. Hasil yang dicatat sebagai skor
adalah waktu yang dicapai dalam menempuh jarak 600 meter. Hasil dicatat
sampai sepersepuluh detik.

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer
Microsoft Excel 2007 dan dianalisis dengan menggunakan Statistical Program for
Sosial Science (SPSS) for windows versi 16.0. Data yang telah dikumpulkan
diolah secara deskriptif, kemudian dilakukan uji normalitas untuk membedakan
jenis data menjadi normal dan tidak normal lalu menentukan uji data yang dapat
dilakukan selanjutnya. Uji beda Independent Sample T-Test untuk menganalisis
perbedaan frekuensi makan dan tingkat aktivitas fisik antara contoh gizi normal
dan gizi lebih, uji beda Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan karakteristik
contoh, karakteristik orangtua, frekuensi konsumsi minuman, fast food, dan junk
food, asupan zat gizi, tingkat kecukupan energi dan protein, serta kebugaran
antara contoh gizi normal dan lebih. Uji korelasi yang digunakan adalah uji
korelasi Spearman dan Chi-square. Uji korelasi Spearman digunakan untuk
menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi
keluarga, asupan zat gizi, tingkat kecukupan energi dan protein, frekuensi makan,
pola konsumsi minuman, fast food, dan junk food, aktivitas fisik, serta kebugaran
dengan status gizi. Setelah itu, menganalisis hubungan aktivitas fisik dan
kebugaran, serta uji korelasi Chi-square untuk menilai hubungan variabel
kategorik dengan kategorik seperti pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan jenis
kelamin dengan status gizi. Tabel 2 menyajikan variabel data dan kategori yang
digunakan dalam penelitian ini.

9

Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No
1

Variabel Data
Status gizi (IMT/U)
(WHO 2007)

2

Uang saku
(Interval min-max)

3

Pendidikan orang tua

4

Pekerjaan orang tua

5

Pendapatan keluarga
(BPS 2014)
(Puspitawati 2010)
Besar keluarga
(BKKBN 1997)

6

7

Tingkat kecukupan Energi dan
protein (Gibson 2005)

8

Physical Activity Level (PAL)
(FAO/WHO/UNU 2001)

9

Norma Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia
(Nurhassan H dan Cholil DH 2007)

Kategori
1. Normal (-2 SD < z-score < +1 SD)
2. Lebih (overweight: +1 SD < z-score < +2 SD
dan obesitas: z-score > +2 SD)
1. Rp1.000 – Rp12.499
2. Rp12.500 – Rp24.999
3. Rp25.000 – Rp37.499
4. Rp37.500 – Rp50.000
1. Tidak sekolah/Tidak lulus SD
2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. Diploma
6. Sarjana/Pascasarjana
1. Tidak bekerja
2. PNS/Polisi/ABRI
3. Karyawan swasta
4. Buruh
5. Wiraswasta/pedagang
6. Jasa (Penjahit, supir, dokter)
1. Miskin ( 85th percentile)
TEE = 114 – 50.9xU + PA x (19.5xBB + 1161.4xTB)
c. Perempuan usia 9-18 tahun (normal)
TEE = 135.3 – 30.8xU + PA x (10xBB + 934xTB) + 25
d. Perempuan usia 9-18 tahun (BMI > 85th percentile)
TEE = 389 – 41.2xU + PA x (15xBB + 701.6xTB)
Kecukupan Energi = TEE + 0.1TEE
Kecukupan energi = TEE + 0.1 TEE

Keterangan:
U : Umur (tahun)
BB
: Berat Badan (kg)
TB
: Tinggi Badan (m)
TEE : Total Energy Expenditure (Total Pengeluaran Energi) (Kal)
PA
: Koefisien aktivitas fisik
Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu
protein

Keterangan:
AKP : Angka kecukupan protein (g/kg/BB/hari)
BB
: Berat badan (kg)
Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak remaja
Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam
physical activity level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan
rumus sebagai berikut FAO/WHO/UNU (2001):
PAL= (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas)
24 jam

11

Keterangan :
PAL
:Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR
:Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis
kegiatan per satuan waktu tertentu)
Penilaian dari tes kesegaran jasmani Indonesia terdapat pada tabel 3 di
bawah ini. Setelah selesai melakukan rangkai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia,
hasil penilaian dari kelima tes tersebut dapat dijumlahkan. Hasil dari penjumlahan
nilai-nilai itu, kemudian dicocokkan dengan Norma Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia untuk menentukan klasifikasinya.
Tabel 3 Penilaian tes kesegaran jasmani Indonesia
Jenis Tes
Lari cepat 40 meter
Putra
Putri
4 menit 23 detik

Push up 30 detik
Putra
Putri
>51 kali
> 40 kali
31-50 kali
20-19 kali
15-30 kali
8-18 kali
5-14 kali
2-7 kali
0-4 kali
0-1 kali
Loncat tegak
Putra
Putri
>46 cm
>42 cm
38-45 cm
34-41 cm
31-37 cm
28-33 cm
24-30 cm
21-27 cm
0-23 cm
0-20 cm

Sit up 30 detik
5
4
3
2
1

Putra
>23 kali
18-22 kali
12-17 kali
4-11 kali
0-3 kali

Putri
>20 kali
14-19 kali
7-13 kali
2-6 kali
0-1 kali

5
4
3
2
1

Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah alokasi waktu selama 24 jam yang digunakan contoh gizi
lebih maupun gizi normal untuk melakukan aktivitas setiap hari baik di
sekolah maupun di rumah, baik pada hari sekolah maupun hari libur.

12

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
kakak, atau adik serta anggota keluarga lainnya yang tinggal satu rumah
dengan contoh.
Contoh adalah siswa-siswi kelas 5 dari SDN Polisi 1 dan SDIT At-Taufiq, Kota
Bogor yang memiliki status gizi normal dan gizi lebih (kegemukan serta
obesitas).
Fast Food adalah makanan western yang penyajiannya cepat dan singkat, seperti
hamburger, sosis, nugget, pizza, atau ayam goreng tepung.
Frekuensi Makan adalah tingkat keseringan konsumsi pangan contoh yang
diukur dengan satuan kali per hari, minggu, dan bulan.
Junk Food adalah makanan tinggi kalori dan tinggi lemak, serta miskin akan
vitamin dan mineral.
Kebiasaan makan adalah mencakup asupan zat gizi yang diketahui dengan
pencatatan makanan (food recall) selama 3x24 jam, kebiasaan makan
cemilan, fast food, soft drink.
Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental.
Soft Drink adalah minuman olahan baik dalam bentuk bubuk atau cair berupa
minuman karbonasi atau non karbonasi dalam kemasan siap dikonsumsi.
Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ayah
dan ibu contoh.
Pendapatan keluarga adalah jumlah seluruh uang yang dihasilkan oleh kedua
orang tua (ayah dan ibu) dari pekerjaan atau usaha dalam jangka waktu
satu bulan, lalu dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga.
Status gizi lebih mencakup kegemukan (IMT/U +1 SD < Z ≤ +2 SD) dan
obesitas(IMT/U >+2 SD).
Status gizi normal adalah keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi
dan IMT/U -2 SD < Z < +2 SD.
Tingkat aktivitas fisik adalah aktivitas fisik siswa dinyatakan dengan nilai PAL
(physical activity level) dan dikategorikan menjadi kegiatan ringan,
kegiatan sedang, dan kegiatan berat.
Uang saku adalah jumlah uang yang diperoleh contoh dari orang tua dan
dikategorikan berdasarkan interval data minimal dan maksimal.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah Dasar di Kota Bogor, yaitu
SDN Polisi 1 dan SDIT At Taufiq. SDN Polisi 1 berdiri pada tahun 1917, salah
satu sekolah tertua di Kota Bogor. Sekolah ini beralamat di Jl. Paledang No. 45,
Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor. Visi sekolah ini adalah
terwujudnya sekolah sehat yang berbudaya lingkungan, berprestasi, berwawasan
iptek, berakhlakul karimah dengan berlandaskan iman dan taqwa. SDN Polisi 1
memiliki siswa sebanyak 1193 orang dan guru sebanyak 39 orang. Fasilitas
belajar yang dimiliki SDN Polisi 1 adalah ruang belajar, ruang guru, laboratorium
komputer, perpustakaan, ruang kesenian, mushola, UKS, ruang tata usaha, dapur,
koperasi, kantin dan lapangan olahraga.
SDIT At Taufiq didirikan pada tanggal 14 Juli 2003, beralamat di Jl.
Cimanggu Permai I, Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sereal, Bogor.
Visi sekolah ini adalah mencetak generasi islami. SDIT At Taufiq memiliki lebih
dari 100 guru berkualitas dengan perbandingan antara guru dan murid sebesar
1:10. Gedung SDIT At Taufiq memiliki luas sekitar 8 000 m2, terdiri dari masjid,
lokal TKIT, SDIT, dan SMPIT yang terpisah. Sekolah ini memiliki perpustakaan,
lapangan olahraga, koperasi, fasilitas auto debet payment, fasilitas jemputan dan
catering, serta sarana belajar outdoor.

Karakteristik Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 5 SDN Polisi 1
dan SDIT At-Taufiq sebanyak 100 orang yang terdiri dari 62 anak status gizi
normal dan 38 anak status gizi lebih. Contoh terdiri dari 47 anak laki-laki dan 53
anak perempuan. Status gizi contoh berdasarkan z-score (IMT/U) berkisar antara 1.97 sampai 4.11 dengan rata-rata 0.5+1.5. Contoh dalam penelitian ini berusia
sekitar 10-12 tahun dengan rata-rata 10.9+0.4 tahun, dan persentase terbesar
berada pada usia 11 tahun (58%). Sebagian besar contoh status gizi normal
(93.5%) dan gizi lebih (86.8%) memiliki uang saku yang berkisar antara Rp1 000Rp12 500. Berdasarkan uji beda Mann Whitney, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p>0.05) pada usia dan uang saku antara contoh gizi normal dan gizi
lebih. Hal ini diduga tidak semua uang saku yang diterima oleh anak dihabiskan
untuk membeli makanan.
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang
diberikan untuk anak pada jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau
bulanan (Napitu 1994). Napitu (1994) menyatakan bahwa pemberian uang saku
diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengajarkan kepada anak untuk belajar
mengelola dan bertanggung jawab atas uang yang dimiliki, termasuk dalam
menentukan makanan (jajanan) yang akan dikonsumsinya. Semakin tinggi uang
saku yang diperoleh seorang anak maka akan semakin tinggi kemungkinan anak
tersebut mengonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah yang banyak (Hadi

14

2005). Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, dan uang saku disajikan
pada Tabel 4.
Table 4 Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, dan uang saku
Karakteristik Contoh

Gizi Normal
n
%

Gizi Lebih
n
%

TOTAL
n (%)

p

Usia
1
1.6
0
0
1
10 Tahun
37
59.7
21
55.3
58
0.579
11 Tahun
24
38.7
17
44.7
41
12 Tahun
62
100
38
100
100
TOTAL
10.0-12.0
10.1-12.1
10.0-12.1
Min-Max
11.0 + 0.4
10.9 + 0.4
10.9 + 0.4
Rata-rata ± SD
Jenis Kelamin
31
50
16
42.1
47
Laki-laki
31
50
22
57.9
53
Perempuan
62
100
38
100
100
TOTAL
Uang Saku
58
93.5
33
86.8
91
Rp1 000 - Rp12 499
4
6.5
4
10.5
8
Rp12 500 - Rp24 999
0.327
0
0
0
0
0
Rp25 000 - Rp37 499
0
0
1
2.6
1
Rp37 500 - Rp50 000
62
100
38
100
100
TOTAL
1 000-15 000
2 000-50 000
1 000-50 000
Min-Max
6 737.1 + 3 499.3 8 644.7 + 8 079.8 7 462.0 + 5 726.1
Rata-rata ± SD

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa sebagian besar ayah (47%)
dan ibu (38%) contoh memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sarjana.
Pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian besar ayah contoh (50%) adalah karyawan
swasta, sedangkan sebagian besar ibu contoh (55%) tidak bekerja dan memilih
menjadi seorang ibu rumah tangga. Berdasarkan uji beda Mann Whitney, tidak
terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) pada lama pendidikan formal ayah dan
ibu antara kedua contoh. Hal ini diduga masih rendahnya pengetahuan gizi orang
tua atau pengetahuan gizi yang sudah dimiliki oleh orang tua tidak sepenuhnya
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan Deni
dan Dwiriani (2009) di SD Bina Insani Bogor yang menyatakan bahwa
berdasarkan hasil uji beda Independent t-Test tidak terdapat perbedaan nyata
(p>0.05) pada lama pendidikan orang tua antara contoh gizi normal dan gemuk.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada ibu contoh memberikan
kemudahan dalam memperoleh, menyerap, dan menerapkan informasi dalam
perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya mengenai kesehatan dan gizi
keluarga (Pahlevi 2012). Menurut Behrman et al. (2000), kejadian obesitas pada
anak berhubungan dengan status sosial ekonomi keluarga yang lebih tinggi,

15

pendidikan orang tua yang lebih tinggi, dan ukuran keluarga yang kecil.
Pendidikan memiliki pengaruh terhadap produktivitas kerja yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Sebaran contoh berdasarkan
pendidikan dan pekerjaan orang tua disajikan pada Tabel 5.
Table 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orang tua
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Ayah
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pascasarjana
TOTAL
Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pascasarjana
TOTAL
Pekerjaan Ayah
Karyawan Swasta
Wiraswasta/pedagang
PNS/Polisi/ABRI
Jasa (Penjahit, Supir, Dokter)
Buruh
TOTAL
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
Karyawan Swasta
PNS/Polisi/ABRI
Wiraswasta/pedagang
Jasa (Penjahit, Dokter)
TOTAL

Gizi Normal
n
%

Gizi Lebih
n
%

TOTAL
n (%)

1
12
11
28
10
62

1.6
19.4
17.7
45.2
16.1
100

0
5
5
19
9
38

0
13.2
13.2
50
23.7
100

1
17
16
47
19
100

2
2
20
9
22
7
62

3.2
3.2
32.3
14.5
35.5
11.3
100

0
0
11
8
16
3
38

0
0
28.9
21.1
42.1
7.9
100

2
2
31
17
38
10
100

31
15
12
3
1
62

50
24.2
19.4
4.8
1.6
100

19
9
8
2
0
38

50
23.7
21.1
5.3
0
100

50
24
20
5
1
100

34
8
11
5
4
62

54.8
12.9
17.7
8.1
6.5
100

21
8
4
4
1
38

55.3
21.1
10.5
10.5
2.6
100

55
16
15
9
5
100

p

0.684

0.598

Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga disajikan pada Tabel 6.
Orang tua (ayah dan ibu) contoh sebanyak 19 pasang menolak untuk mengisi data
pendapatan per bulan dalam penelitian ini karena hal tersebut dianggap privasi,
sehingga data hanya diperoleh dari 81 pasang orang tua contoh yang bersedia
mengisi data pendapatan per bulannya. Pendapatan keluarga merupakan salah satu
faktor paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan dalam suatu keluarga.

16

Jika tingkat pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan yang dapat
dikonsumsi pun semakin meningkat serta beragam (Pahlevi 2012).
Table 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan besar keluarga
Karakteristik Keluarga
Pendapatan keluarga
Miskin (577 484)
TOTAL
Min-Max
Rata-rata ± SD

Gizi Normal

Gizi Lebih

TOTAL

n

%

n

%

n (%)

1

2.1

0

0

1.2

2

4.3

3

8.8

6.2

44

93.6

31

91.2

92.6

47

100

34

100

100

0.360

1 000 000-25 000 000
2 032 695.9 + 1 810
815.4

2 000 000-30 000 000
2 158 676.9 + 1 614
797.2

1 000 000-33 000 000
9 100 463.8 + 6 350
226.0

Besar Keluarga
Kecil

8

12.9

3

7.9

11

Sedang

50

80.6

31

81.6

81

Besar

4

6.5

4

10.5

8

TOTAL

62

100

38

100

100

Rata-rata ± SD

p

4.63 + 1.31

5.03 + 1.48

0.128

4.8 + 1.4

Pendapatan keluarga contoh berkisar antara Rp1 000 000-Rp33 000 000
dengan rata-rata sebesar Rp9 100 463+6 350 226. Pendapatan keluarga pada
sebagian besar keluarga contoh gizi normal (93.6%) dan gizi lebih (91.2%) berada
pada kategori menengah ke atas, yaitu >Rp577 484/bulan. Besar keluarga pada
sebagian besar contoh gizi normal (80.6%) dan gizi lebih (81.6%) termasuk dalam
kategori sedang dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 5-6 orang.
Berdasarkan uji beda Mann Whitney tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p>0.05) pada pendapatan keluarga dan besar keluarga antara contoh
gizi normal dan gizi lebih. Hal ini diduga karena kedua contoh berasal dari
keluarga yang tergolong ekonomi menengah ke atas dengan pendapatan yang
tinggi, sehingga mereka mempunyai daya beli yang juga tinggi terhadap berbagai
jenis makanan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Karimah (2014), yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) pada
pendapatan orang tua dan jumlah anggota keluarga antara contoh normal
kegemukan di SD Insan Kamil dan Bina Insani Bogor.

Kebiasaan Makan
Menurut Suhardjo (2003), kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku
konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan
juga dikaitkan dengan frekuensi, pemilihan, konsumsi, dan penggunaan makanan
yang tersedia berdasarkan faktor psikologi, fisiologi, sosial, dan budaya dimana
seseorang hidup.

17

Asupan zat gizi
Asupan energi dan zat gizi bagi tubuh dapat diperoleh dari konsumsi
pangan. Konsumsi pangan dapat dianalisis dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Kuantitas konsumsi pangan dapat diketahui melalui food recall, 2x24 jam pada
hari sekolah dan 1x24 jam pada hari libur, sedangkan kualitas konsumsi pangan
contoh diketahui melalui metode Food Frequency Questionaire (FFQ). Tabel 7
menunjukkan sebaran contoh berdasarkan rata-rata jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa jenis makanan yang paling
banyak dikonsumsi oleh contoh gizi normal dan gizi lebih dari golongan serealia
adalah nasi, golongan umbi-umbian adalah kentang, golongan pangan hewani
adalah susu, golongan minyak dan gula adalah minyak kelapa sawit dan gula
pasir, golongan kacang-kacangan adalah tahu, golongan buah adalah mangga,
golongan sayur adalah bayam, serta golongan lainnya adalah teh gelas.
Table 7 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata jumlah makanan yang dikonsumsi
Jenis Makanan
Gol. Serealia dan Hasil Olahannya
Nasi
Nasi Uduk
Roti Tawar
Nasi Goreng
Mie Basah
Mie Goreng
Tepung Terigu
Bakwan
Buras
Martabak
Bihun
Makaroni
Gol. Umbi-umbian dan Hasil Olahannya
Kentang
Singkong
Tepung Sagu
Gol. Pangan Hewani dan Hasil Olahannya
Susu Sapi
Telur Ayam
Ayam
Bakso
Siomay
Daging Sapi
Bandeng
Udang
Kembung
Mujair

Jumlah yang dikonsumsi (g/hr)
Gizi Normal
Gizi Lebih
170.8 + 21.1
18.6 + 3.5
17.5 + 3.3
17.2 + 3.1
15.8 + 2.9
15.4 + 2.7
10.5 + 2.4
10.3 + 2.3
10.2 + 2.2
8.3 + 2.0
8.1 + 1.9
5.0 + 1.4

191.1 + 20.5
19.8 + 2.5
18.9 + 2.2
18.3 + 3.0
18.8 + 2.7
17.2 + 2.2
13.6 + 1.5
12.4 + 2.5
10.6 + 2.6
8.9 + 1.9
8.5 + 0.9
6.2 + 0.9

21.8 + 2.2
7.2 + 1.1
4.7 + 0.6

22.4 + 3.0
8.7 + 1.8
5.6 + 0.9

180.0 + 2.9
47.4 + 2.1
25.6 + 0.8
17.5 + 1.3
15.4 + 1.2
15.3 + 0.3
15.2 + 0.6
10.3 + 0.6
0.0 + 0.0
0.0 + 0.0

200.0 + 13.1
57.4 + 3.7
27.8 + 3.0
17.5 + 1.1
17.1 + 0.8
20.9 + 2.8
20.8 + 2.5
12.2 + 2.1
19.6 + 1.1
19.3 + 2.1

18

Table 7 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata jumlah makanan yang dikonsumsi
(Lanjutan)
Jenis Makanan
Gol. Minyak dan Gula dan Hasil Olahannya
Gula Pasir
Minyak Kelapa Sawit
Santan
Margarin
Gol. Kacang-kacangan dan Hasil Olahannya
Tahu
Tempe
Kacang Hijau
Gol. Buah dan Hasil Olahannya
Mangga
Pepaya
Jeruk
Pisang
Gol. Sayur dan Hasil Olahannya
Bayam
Sawi
Kangkung
Buncis
Wortel
Labu Siam
Kool
Toge
Gol. Lainnya dan Hasil Olahannya
Teh Gelas
Fruit Tea
Frutang
Coklat
Es Krim
Pop Ice
Teh Sisri

Jumlah yang dikonsumsi (g/hr)
Gizi Normal
Gizi Lebih
24.0 + 3.0
10.0 + 2.0
4.7 + 1.4
4.5 + 1.4

26.0 + 2.5
12.5 + 2.4
5.5 + 1.4
5.0 + 0.9

25.7 + 2.2
15.3 + 1.3
7.5 + 1.2

27.7 + 1.3
20.6 + 1.0
8.4 + 0.8

20.5 + 3.4
16.9 + 1.6
25.6 + 1.5
17.3 + 1.7

20.7 + 1.6
17.6 + 1.6
27.2 + 1.2
18.1 + 1.3

21.1 + 1.3
18.2 + 1.5
17.7 + 2.4
17.6 + 1.4
16.8 + 1.7
15.8 + 1.2
14.3 + 1.8
3.8 + 2.2

22.4 + 2.3
19.1 + 2.2
18.3 + 1.4
18.3 + 1.8
17.2 + 1.7
16.4 + 1.1
14.6 + 2.1
4.5 + 1.3

183.3 + 73.2
145.8 + 43.9
133.3 + 31.5
15.3 + 3.7
15.4 + 3.2
8.0 + 1.0
7.3 + 1.2

325.0 + 50.0
170.8 + 64.1
158.3 + 52.0
17.7 + 1.1
16.8 + 0.9
10.7 + 1.5
9.7 + 2.1

Sebagian besar rata-rata jumlah konsumsi pangan contoh gizi normal lebih
rendah dibandingkan dengan contoh gizi lebih. Konsumsi pangan contoh terlihat
masih belum beragam, terutama pada golongan buah dan sayur yang konsumsinya
masih tergolong rendah. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa seluruh rata-rata
asupan energi dan zat gizi pada contoh gizi normal lebih rendah dibandingkan
dengan contoh gizi lebih.

19

Table 8 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi
Zat gizi
Energi (Kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)

Asupan
Gizi Normal
1656 + 457.96
43.39 + 14.19
57.33 + 22.64
232.91 + 65.61

Gizi Lebih
1855 + 414.71
53.96 + 18.05
66.10 + 21.64
258.76 + 85.34

p
0.003*
0.000*
0.008*
0.159

Keterangan: 1) p = nilai signifikansi, 2) (*) = berhubungan (p

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kegemukan Pada Pedagang Sayur Di Lingkungan XIII Kelurahan Kwala Bekala Medan Tahun 2010

7 74 101

Hubungan Antara Kebugaran Dengan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

2 23 136

Kebiasaan Makan Pagi dan Jajan serta Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor

0 10 76

Kualitas Menu Makan Siang Kaitannya dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor

0 3 90

Konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada siswa/i SMAN 3 Bogor dengan status gizi normal dan lebih

0 3 70

Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor

0 3 62

Asupan Energi, Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor

0 7 61

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Siswi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUSGIZI NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Berstatusgizi Normal Dan Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMA Batik 1 Surakarta

0 2 17

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUS GIZI NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Berstatusgizi Normal Dan Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMA Batik 1 Surakart

0 3 14