Eufemisme Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

K;gian l.inguistik Agustus セHjP@R

J7.9 - 1.93

usnCopyright@20J3, Program Studi LiIJguistik SP-s

ISSN VYセTP@Q

,
I
TabuJJ le J(J.!No 2

EUFEMISME DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU LANGKAT

Antoni Mrs Ar Rahman Kabupaten Langkat
Nurlela FIB Universitas Sumatera Utara

Abstract

This thesis's entitled Eufemisme dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu


Langkat studies the types and the meaning of the euphemism. This study uses cognitive·

semantic approach which syudies meaning based on human mind The objectives of this

study were: (1) to identify the typesand the meaning ofeuphemism in the Malay Community

Marriage Ceremony in Langkat, (2) to explain the wisdom contained in thf! euphemism in

the Marriage Ceremony a/Malay in Langkat. Qualitative research methods were used in

this study that is used to collect the data obtained with oral observation and interviews with

i/iformants of the Marriage Ceremony of Malay in Langleat. Data were also obtained

through oral interviews with iriformants. Euphemism types found in this study are: (1) the

expression figurative (figurative expression), (2) one word replaces another word (one for

substitution), (3) exaggerating (hyperbole), (4) circumlocution, and (5) metaphor. In


general, the meaning ofwhich was found in this study in the form ofadvice or オNァ・セエョウ@ゥッ

to

the bride and the groom. Local wisdom that can be extracted, namely: (1) respect for

guests, (2) the attitude ofkeeping promises, (3) the attitude ofrespect for the elderly.

Keywords: Euphemism, Marriage Ceremonies of Malay in Langkat, Local Knowledge, Cognitive Semantics.

PENDAHULUAN

Eufemisme merupakan usaha seseorang dalam bertutur agar bahasa yang dituturkan tidak

dianggap melanggar konsep tabu yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Eqfemisme telah

dikenal atau dipakai oleh masyarakat Melayu sejak zaman dahulu. Bahkan mereka 。ィ@iセ

menggunakannya sebelum mereka mengenal agama, khususnya agama Islam. Pada saat itu,


mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam memiliki roh atau kekuataD yang dapat

mempengaruhi kehidupan mereka. Jika merekaberbuat sesuatu.yang dilarang atau melanggar

pantangan, mereka akan rq.engalami sesuatu yang negatif. Sebagai' contoh, ketika mereka

memasuki hutan, mereka hams miota izin terlebih dahulu dengan mengucapkan kata 'nenek'

pada 'penunggu' yang diyakini mendiami huUp1 tersebut atau kata 'cucu' untuk menyebutkan

dirinya, sebagai tanda merendahkan diri atas 'penunggu' hutan tersebut. Ketika para petani

mendapati sawah mereka dimakan tikus, mereka harns menghindari kata 'tileus' untuk

menyebutkan hewan tersebut. Dengan demikian, mereka harns mengganti kata tikus dengan. 'cik

sUi, ' agar tidak semua padi mereka yang sedang berbuah, dimakan oleh tikus sampai habis.

Penggunaan eufemisme semakin tumbuh subur sejak orang Melayu memeluk セ。ァ@


Islam sebab dalam Islam ォ。セゥ、イョ@

keutamakan akhlak dan sopan santun. Akhlak yang terpuji

seperti yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W begitu mempengaruhi masyarakat Melayu Islam,

bukan saja dalam perbuatan, melainkan juga dalam bertutur sehari-hari. Ajaran agama ini

akhimya membudaya di tengah-tengah masyarakat Melayu, sehingga konsep kesantunanatau

eufemisme terns berkembang hingga 800t ini. Masyarakat sekarang enggan menggunakan

ungkapan yang bermakna eufemisme karena dianggap ortodoks, lambat, dan bertele-tele. Hal

ioi senada dengan temuan Juairi Hikmah (2011:2) bahwa masyarakat khususnya generasi IIJ.uda

sekarang jarang sekali menggunakan pepatah dalam berballasa. Pada pepatah juga dijumpai

Antoni
banyak ungkapan yang bermakna eufemisme yang saat ini, dengan penuh kesadaran atau tidak telah mulai ditinggalkan. Akibatnya, di tengah-tengah masyarakat atau di media kerap kita jumpai at;lu qengar orang-orang berbicara sesukahatinya, tanpa merasa malu apalagi merasa bersalah telah melanggar norma atau sopan-santun di dalam masyarakat yang kadang kala menimbulkan konflik di dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan bahasa sangat penting dalam. memahami kebudayaan, demikian sebaliknya, peranan budaya juga sangat penting untuk memahami bahasa. Kekeliruan dan kesalahan kerap teJjadi sehingga menyebabkan perseJisihan karena orang tidak mampu menggunakan bahasa sesuai kebudayaan di suatu daerah tertentu.

Perkawinan merupakan cara untuk memelihara dan me1estarikan keturunan yang sah sesuai dengan hukum agama dan norma masyarakat. Adat perkawinan Melayu sesungguhnya bersesuaian dengan ajaran agama Islam. Meski tidak masuk dalam rukun nikah, merayakan perkawinan atau pesta perkawinan yang dimaksudkan untuk mengumumkan atau mengabarkan kepada masyarakat luas sebuah perkawinan merupakan hal yang dianjurkan (walimatul urus). Umumnya upacara adat perkawinan yang masih dilaksanakan dengan baik saat ini antara lain penyambutan pengarttin beserta rombongan dengan acara: hempang batang, silat berlaga, tukar tepak di tengah halaman, disambut tari persembahan, hempang pintu, hempang ldpas di pelaminan, danbersanding. SeJanjutnya acara marhaban (doa), tepung tawar, makan nasi hadap-hadapan, mCmdi berdimbar, dan serilh terima pengantin (acara penyerahan pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan). Masyarakat Me1ayu Langkat umumnya masih memegang teguh adat istiadat yang menunjukkan kesantunan berbahasa. Kebiasaan santun berbahasa dapat dilihat dari tuturan-tuturan orang Melayu, yang sedapat mungkin menghindari ungkapan secara berterus terang, dalam menyatakan sesuatu hal yang ingin dikatakannya. Sebagai contoh, begitu di lidah, begitu di hati. Artinya: apa yang dijanjikan itulah yang menjadi maksud sesungguhnya. Dari uraian yang ada di atas ini dapat ditemukan masalah: (1) Tipe dan rnakna eufemisme apa sajakah yang digunakan pada saat upacara adat perkawinan rnasyarakat Melayu Langkat? (2) Bagaimanakah kearifan lokal yang terkandung dalam eufemisme pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat.

TINJAUAN PUSTAKA

Jati Diri Orang Melayu

Banyak orang memiliki pamahaman yang berbeda-beda tentang pengertian "Melayu". Hal ini

teIjadi karena pengertian Melayu didasarkan ataS hal yang berbeda オャー。セ@

Ada sebagian orang

yang memandang MeJayu dan pengertian "ras", ada pula pengertian Melayu beidasarkan

kepercayaan atau religi, yaitu "sesama agama]slam". Pengertian berbeda ini teJjadi karena

orang Melayu banyak mendiami wilayah yang berbeda-beda. Wilayah yang didiami orang

Melayu me1iputi: Thailand Se1atan, Malaysia Barat dan Timur, Singapura, Brunei, Kalimantan


Barnt, Tamiang (Aceh Timur), pesisir Timur Sumatera Utara, Riau, Jambi dan pesisir

Palembang (Sinar, 2002: 1). Pada abad ke-18 orang Barat, khususnya orang Belanda dan orang

Inggris menganggap semua penduduk nusantara dan semenanjung Malaysia disebut "Bangsa

Melayu". Hal ini teJjadi karena mereka melihat persamaan wama kulit, postur tubuh yang reJatif

sarna, dan rnenguasai atau mernahami bahasa Melayu secara bersama. Di bawah ini dituliskan

beberapa pendapat ahli dari dalam dan luar negeri mengenai siapa sesungguhnya orang Melayu

ifu, dikutip dari http://fauziteater76.blogspot.com/.../masyarakat dan budaya melayu (diunduh

tanggal 11-04-2012 puku115.00 WlB), yaitu: AJi mengatakan, "Orang meJayu dari segi lahiriah

bia,sanya berkulit sawo rnatang, berbadab sederhana dan tegap, selaku berlemah lembut serta

berbudi bahasa." Wemdly, kata "melayu" berasal dari kata "meiaju" dasar katanya laju


bermakna cepat, deras dan tangkas, dengan pengertian bahwa orang meJayu bersifat tangkas dan

cerdas, segala tindak tanduk mereka cepat dan deras. Beberapa pendapat ahli tentang siapa

sesungguhnya orang Melayu itu juga terdapat dalam Sinar (2002: 7-),

yaitu: Pendeta Simon mengatakan, "Banyak orang Batak naik haji ke Mekah menyatakan

dirinya sebagai Melayu". ludiht A. Nagata, mengatakan bahwa orang melayu beragama

180

K:gim LinguisJik. Tahun Kc-lfJ, No 2 Agustns 2013
Islam, berbahasa Melayu, dan menganut adat Melayu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang orang Melayu dapat dipahami bahwa orang Melayu sejak mereka memeluk agama Islam di abad ke-5 M adalah sebagai berikut: Seseorang disebut Melayu apabila orang tersebut beragama Islam, sehari-hari berbahasa Melayu dalam berkomunikasi, dan berbudaya atau beradat-istiadat Melayu. Adapun konsep adat Melayu itu adalah adat bersendikan hukum syarak, syarak bersendikan kitabullah. Jadi orang Melayu adalah suku atau etnis secara kultural dan bukan harns secara persamaan darah keturunan. Sistem kekeluargaan orang Melayu menganut adalah Parental (kedudukan pihak ibu dan bapak sama).
Kearifan Lokal Kearifan lokal (local wisdom) adalah kebljaksanaan atau pengetahuan as!i suatu masyarakat yang berasal dari ni1ai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012: 112). Kearifan lokal digali dari nilai-nilai luhur budaya yang dapat dimanfaatkan untuk kedamaian dan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pemilik nilai budaya tersebut. Pemertahanan ni1ai-nilai budaya di Indonesia biasanya dilakukan dengan eara konvensional yaitu diwariskan banya secara lisan. Dengan menggunakan bahasa daerah masyarakat pemilik kebudayaan tersebut oleh orang-orang tua kepada anak-anak sampai kepada eueu mereka. Membangun kembali nilai-nilai budaya, etika dan agama perlu dilakukan dengan usaha membangun moral bangsa, kepribadian, karakter bangsa, intlektual, sosia1, emosi, etis, dan banyak faktcr pendukung lainnya (Sinar, 2011:6).
Nilai-Nilai Agama yang Melatarbelakangi Kearifan Lokal Masyarakat Melayu Langkat Nilai-nilai kearifan lokal dalam masyarakat Melayu Langkat sesungguhnya berasal dan budaya mereka sendiri yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Ajaran Islam berperan besar terhadap eara pandang, berpikir, dan bertindak bagi masyarakat Melayu Langkat. Kebudayaan Melayu Langkat tidak terlepas dari ajaran Islam yang meliputi akidah, akhal, dan ilmu dalam menjalani kehidupan bennasyarakat. Beberapa kearifan budaya Melayu yang didasarkan pada ajaran Islam dapat dilihat antara lain: a. Masyarakat atau orang Melayu mengutamakan "budi dan bahasa", yang menunjukan sopan santun dan tingginya peradaban Melayu, seperti pada pantun:
Jangan suka mencabutpadi Kalau dicabut hilang buahnya Jangan suka menyebut bud; Kalau disebut hilang tuahnya Dari pantun diatas dapat tergambar dengan jelas bahwa orang Melayu dilarang mengingat-ingat budi atau kebaikan yang telah dilakukannya, apalagi sampai menyebut-nyebutnya atau mengatakannya kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang melarang umatnya berlaku riya atau suka menyebut-nyebut kebaikan yang pemah dilakukannya karena akan merusak nilai dari kebaikannya tersebut. b. Masyarakat atau Orang Melayu mengutamakan sifat malu, seperti terlihat pada ungkapan berikut ini: Yang disebut sifat malu, malu membuka aib orang malu menyingkap baju di badan malu mencoreng syarak malu dilanda adat malu tertarung pada lembaga (Sinar, 2002: 22). Masyarakat melayu menurut adat kebiasannya sangat menjaga dan menjunjung tinggi rasa malu. Menjaga atau menjunjung tinggi rasa malu sesungguhnya bersesuaian dengan ajaran Islam yang
181

Antoni

mengharuskan umatnya menjaga kehormatannya, seperti dikutip dalam hadits nabi "Jika engkau tidak malu maka berbuatlah sekehendak hatimu". c. Masyarakat Melayu ramah dan menghormati tamu, seperti tergambar pada ungkapan sebagai berikut:
selamat datang /cami ucapkan mohon serta keberkahan dan lreampunan kehadirat Allah kita tujukan semoga pertemuan mendapat kesyukuran Makna yang terdapat di dalam pantun tersebut adalah ucapan selamat datang dari tuan rumah kepada tamu yang telah sampai dengan selamat sampai ketujuan, tidak lupa pula mereka mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta memanjatkan doa agar pertemuan yang mereka selenggarakan mendapatkan ridho dan berkahNya.
Semantik Kognitif Semantik adalah ilmu· yang mempelajari hubnngan antara tanda lingustik dengan hal yang ditandainya atau ilmu yang mempelajari makna atau arti dalam setiap bahasa atau kalimat yang diucapkan oleh manusia. Dalam penelitian ini, semantik yang berhubnngan erat dengan eufemisme Bahasa Melayu Langkat diteliti maknanya karena semantik kognitif membahas makna kata atau kalimat berdasarkan pada pikiran manusia. a. Eufemisme Beberapa pendapat dari para ahli tentang eufemisme dikemukakan sebagai berikut:
1) Eufemisme berasal dari kata Yunani, eu yang berarti bagus dan phemeoo yang berarti berbicara. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan-ungkapan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau menyugesti sesuatu yang tidak menyenangkan.
Contoh: Para pahlawan teJah gugur di medanjuang (mati) Maaf saya hendak ke belakang sebentar (ke toilet)
Wanita itu adalah ternan hidupnya selama ini (istri) (Keraf, 996:132). 2) Eufemisme adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu (Kridalaksana, 1982:42).
b. Tipe Eufemisme Berikut ini contoh penggunaan eufemisme yang terdapat pada tuturan masyarakat. Melayu di Kabupaten Langkat 1. Terimalahjike ade lelaki yang ingin mengambilmu sebagai teman hidup! 2. Berape tebal amplop engko siapkan untuk test PNS?
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa, kata teman hidup bermakna perempuan yang telah dinikahi oleh lelaki. Ternan hidup ini digunakan untuk memperhalus kata ya:lg bermakna istri atau bini. Kata amplop bermakna tempat atau kemasan untuk di isi surat atau uang untuk dikirim kepada orang lain. Kata amplop pada kalimat di atas, digunakan untuk mempeihalus makna kata yang maksudnya sebagai "uang suap". Kata teman hidup dan amplop di atas merupakan bentuk eufemisme yang tergolong dalam tipe satu kata menggantikan kata lain (one for substitution). Eufemisme dalam masyarakat fungsi utamanya adalah untuk menghindari tabu atau tidak santun pada saat berkomunikasi. Tabu adalah suatu bentuk larangan yang tidak tertulis, untuk tidak menggunakan kata tertentu yang dianggap tidak pantas di tengah-tengah masyarakat. Kata yang termasuk tabu biasanya sesuatu yang berbau seks, yang berhubungan dengan bagian tubuh yang harns ditutupi, menujukkan sesusatu yang menjijikkan, koter atau kasar. Kebiasaan masyarakat Melayu dalam menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan rasa suka, benei, kaya, pintar, dan penyakit, juga tidak disampaikan seeara terus terang, tetapi menggunakan kata kiasan untuk menghindari tabu.
182

[kヲゥ@。ョャセ TahlHlkc-Jo..No2! Agustus 2013
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode lnI berdasar pada penggunaan data yang murni dan alamiah yang diperoleh dari lapangan, sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat menjelaskan reaIita yang sebenarnya ( lihat Andayani, 2005) Eufemisme Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat hanya difokuskan di Kecamatan Selesai. Adapun alasan pemilihan lokasi di Kecamatan Selesai adalah: - penduduk di Kecamatan Selesai banyak bersuku Melayu hingga menempati jumlah terbesar
kedua. - masyarakat Melayu di Kecamatan Selesai tetap menggunakan adat Melayu dalam
pelaksanaan upacara perkawinan, - suku nonMelayu yang tinggal di kecamatan ini, ada juga yang menggunakan adat Melayu
dalam melaksanakan upacara perkawinan bagi keluarganya. Data penelitian ini· adalah semua kata atau kelompok kata yang tergolong ke dalam bentuk eufemisme yang terdapat dalam tuturan informan (nara sumber). Data penelitian ini berupa data lisan. Data lisan diperoleh dari informan (penghulu telangkai) yang diamati dan direkam ketika pelaksanaan upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat berlangsung. Selain itu, data lisan juga diambil melalui wawancara dengan informan. Tindakan ini perIu dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang eufemisme dalam upacara adat perkawinan masyarakat Me1ayu Langkat. Infonnasi yang diperoleh dari infonnan dicatat dan direkam untuk ditranskripsikan.
Pengumpulan data menggunakan metode cakap atau yang dikenal dengan metode wawancara. Selain metode cakap penelitian ini juga menggunakan metode simak. Dalam metode ini juga diperlukan teknik pancing, yaitu memancing infonnan untuk berbicara, dengan terlebih dahulu dipersiapkan daftar sejumlah pertanyaan sebagai panduan untuk mengarahkan peneliti meropero\eh data akurat. Teknik penguropulan data yang digunakan da\am penelitian ini dengan mengamati, merek&ro secara audio dan visual menggunakan instumen yang dipersiapkan. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu seorang asisten untuk merekam audio dan video. Setelah terkumpul semua data, data ini didengarkan berulang-ulang kemudian ditranskripsikan. Ketika melakukan wawancara dengan informan digunakan daftar pertanyaan yang diarahkan pada data yang dibutuhkan, yaitu data yang berkaitan dengan eufemisme dalam upacara adat perkawinan rnasyarakat Melayu Langkat. Data "mentah" yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokan dalam tipe, rnakna yang terkandung dan kearifan lokal yang ada di dalamnya. Setiap data yang diperoleh dari infonnan diberi tanda atau kode. Data yang tidak berkaitan dengan eufemisme disisihkan atau dibuang.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan model analisis Miles dan Hubennan (dalam Denzin & Lincoln, 2009:591-592). Analisis data terdiri atas tiga sub proses yang saling terkait, yaitu reduksi data, penyajian data,verifikasil penarikan kesimpulan. Reduksi data adaJah suatu bentuk analisa yang mengelompokkan, mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data yang akhirnya menyimpulkan data. Untuk menjawab masalah penelitian eufemisme dalam upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat, digunakan teknik mengelompokkan, memilih, menafsirkan data yang ada dalam dokumen yang diperoleh dari daftar wawancara yang dicatat. Selanjutnya menggunakan teori eufemisme, menghubungkannya dengan aspek bahasa dan budaya Masyarakat Melayu Langakat. Langkah selanjutnya dalam proses kegiatan analisis data adalah penyajian data. Untuk menganalisis tipe eufemisme dalam upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat digunakan bagan atau tabeJ untuk ]ebih memudahkan dalam pengambilan kesimpuJan. Oi bawah ini diberikan contoh dalam menganalisis eufemime dalam upacara adat Melayu Langkat.
183

Antoni


Tabell Tipe Eufemisme

No Ungkapan

Bahasa Indonesia

1 Kami terima dengan muka yang Kami terima dengan muka

jemih kami sambut dengan hati yang jernih kami sambut

yang sud kami tunggu dengan dengan hati yang suei karoi

dada yang Zapang

tunggu dengan dada yang

Iapang

2 Yang banyak memakan asam Yang banyak memakan


dan garam, yang sudah asam dan garam, yang sudah

menempuh onak dan duri, yang menempuh onak dan duri,

sudah diterpah gelombang laut yang sudah diterpah

kehidupan

gelorobang Iaut kehidupan

Tipe hiperbola
metafora

Makna

Langkah berikutnya dalam menganalisis data adalah penarikan kesimpulan. Tahap penarikan kesimpulan ini melibatkan proses interprestasi makna dari data yang tersaji. Dibawah ini diberikan contoh dalam menarik kesimpulan eufemisme dalam upacara adat Melayu Langkat.

Ta,bel 2 Makna Eufemisme


No Ungkapan

Bahasa Indonesia

1 Kami terima dengan muka Kami terima dengao muka

yangjemih kami sambut yangjemih kami sambut

dengan hati yang sud kam; dengan hati yang suci kami

tunggU dengan dada yang tunggu dengan dada yang

/apang

lapang

Tipe hiperbola

2 Yang banyak memakan asam dan garam, yang sudah menempuh onak dan duri, yang sudah diterpah gelombang laut kehidupan

Yang banyak memakan as-am dan garam, yang sudah menempuh onak dan duri, yang sudah diterpah gelombang laut kehidupan

metafora

Makna Tuan rumah merasa senang dan iklas atas kehadiran para tamu atau undangan. Menggambarkan orang yang banyak pengalaman dalam hidup

Penarikan simpulan sebelum, selama, dan setelah pengumpulan data dalam bentuk paralel yang disebut analisis, ketiga tahap tersebut dapat digambarkan sebagi berikut:

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

VerifikasiIPenarikan kesimpulan

Gambar Komponen Analisis Data: Model interaktif Dalam pengumpulan data peneliti bergerak di antara ke empat model, selama pengumpulan
data, kemudian bergerak bolak-balik di antara reduksi data, penyajiaan data dan penarikan verifikasi untuk sisa hasil studio

184

K;yian linguislik. Tahun .ke-/O, No 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Eufemisme dalam Upacara Mengantar Pengantin Laki-laki Setelah segala sesuatu dianggap siap, pengantin laki-laki dan rombongannya berangkat menuju ke rumah pengantin perempuan dengan beriringan. Sekitar 100 atau 200 meter dari rumah pengantin perempuan, rombongan keluarga pengantin laki-Iaki berhenti sejenak untuk memberi kesempatan tuan rumah mempersiapkan diri dalam menyambut rombongan pengantin laki-Iaki.
Menurut Allan dan Burridge (1991:12), ada 16 tipe eufemisme sebagaimana telah dikemukakan pada bab II. Pada upacara adat perkawinan yang berlangsung ditemukan banyak ungkapan berupa frasa, kelompok kata yang direalisasikan dalam bentuk pantun, yang mengandung makna eufemisme. Beberapa ungkapan yang mengandung eufemisme dapat dilihat pada tabeI berikut ini.

abe13 Tipe Eufemisme dalam Upacara Mengantar Pengantin Laki-laki

No

Ungkapan dalam Bahasa Melayu

Bahasa Indonesia

Tipe

Hilanglah gelapTerbit

HiIanglah gelap terbit

Metafora (metaphor)

lah terang

lah terang

Selamatlah kita dari dahulu Selamatlah kita dari dahuJu

sampai sekarang

sampai sekarang dan masa

dan masa yang akan datang yang akan datang

2 Adat zaman bahari bermacam Adat zaman bahari bermacam Metafora (metaphor)

ragam adat negeri

ragam adat negeri

Tak lapuk dek hujan tak

Tidak lapuk di hujan tidak

lekang dek panas

Iekang di panas

Adat budayajadi tumpuan

Adat budaya jadi tumpuan

Pusaka datuk nenek dari

Pusaka datuk nenek dari

zaman ke zaman

zaman ke zaman

1) Hilanglah gelap terbitlah terang Ungkapan ini disampaikan juru bicara pihak lelaki kepada calon mempelai lelaki dan
rombongan saat upacara mengantar pengantin laki-Iaki berlangsung. Ungkapan tersebut dimaksudkan untuk memberi semangat kepada calon mempelai laki-laki sebelum mempelai laki-Iaki menjalani berbagai rangkaian kegiatan upacara adat perkawinan. Ungkapan di atas termasuk dalam kategori eufemisme karena menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan maksud yang sesungguhnya.

2) Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas Ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan kehidupan berumah tangga yang kuat,
kokoh dan tangguh walau banyak tantangan dan godaan yang datang. Ungkapan ini menggambarkan bahwa pasangan pengantin akan tetap setia selamanya meskipun diterpa hujan dan panas. Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas termasuk kategori eufemisme karena menggunakan kiasan untuk memperhalus bahasa.

2. Eufemisme dalam Upacara Hempang Pintu Berdasarkan pengamatan dan penelitian pada upacara hempang pintu ditemukan beberapa ungkapan yang mengandung eufemisme. Ungkapan yang mengandung eufemisme dapat dilihat pada tabel berikut ini:

185

Antoni

Tabel 4 Tipe Eufemisme dalam Upacara Hempang Pintu

No Ungkapan dalarn Bahasa Melayu

Bahasa Indonesia

Tipe

1) Lama sudah tegak berdiri Dengan pengantin beserta rombongan Apa syarat adat yang komi

Lama sudab tegak berdiri Dengan pengantin beserta rombongan Apa syarat adat yang kami patuhi

Satu kata rnengantikan kata yang lain (one for substitution)

patuhi

Supaya lekas mempelai kami

Supaya lekas mempelai kami duduk di pelaminan

duduk di pelaminan

2)

Knlau rumah tide bepintu Dimane arah boleh disingkap

Kalau rumah tidak berpiotu Dimana arab clapat di singkap

Satu kata mengantikan kata yang lain (one for substitution)

1) Mempelai Mempe/ai adalah orang yang sedang melangsungkan pemikahannya. Mernpelai adalah
ungkapan lain untuk rnenyebut kata pengantin. Pengantin laki-Iaki disebut sebagai rnempe/ai pria sedangkan pengantin perernpuan disebut sebagai mempelai wanita. Penyebutan kata mempelai ditujukan untuk rnernuliakan pengantin yang sedang berbahagia.

2) Di mane arah boleh disingkap Arah adalahjurusan, tujuan, atau maksud yang hendak dituju. Disingkap adalah kata yang
dipakai untuk rneJukiskan sesuatu yang teJab, terbuka, terkuat, atau sesuatu yang tidak rahasia lagi dan diketahui secara urnurn. Ungkapan tersebut menggambarkan apa yang menjadi tujuan atau rnaksud bagi pasangan pengantin telah terbuka.

3. Eufemisme dalam Upacara Bersanding Tabel5 Tipe Eufemisme dalam Upacara bersanding

No Ungkapan dalam Bahasa Melayu
I) Pengantin bersanding bagaikan raja Disaksikan oleh tua dan muda
2) Pahit dan manis sama dirasa

Bahasa Indonesia
Pengantin bersanding bagai kan raja Disaksikan oleh tua dan muda Pahit dan manis sarna dirasa

Tipe Ungkapan figurative (figurative expression)
Metapora (metaphor)

1) Pengantin bersanding bagaikan raja
Ungkapan pada kalimat di atas dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa kedua pasang pengantin tampak mempesona, serasi dan berwibawa duduk berdampingan di pelarninan. Dengan ungkapan ini diharapkan keluarga maupun pengantin itu sendiri merasa senang dan puas dengan penarnpilan atau suasana pesta yang berlangsung. Pada kalimat ini terlihat jelas bahwa eufernisrne yang digunakan adalah tipe ungkapan figurative Karena rnenggunakan ibarat atau perumpamaan pada kalimat tersebut.

186

Kaji;m iッゥセォLウ@オl

TallllIl ke-lo, No 2

2) Pahit dan manis sarna dirasa Pada ungkapan di atas, dapat diartikan bahwa sepasang pengantin apabila- telah sah
menjadi suami dan istri hendaknya senantiasa hidup bersama baik dalam suka maupun duka. Ungkapan pahit dan manis sarna dirasa digunakan untuk memperhalus makna kata. Pahit diartikan sebagai sesuatu keadaan yang dirasa tidak nyaman atau susah, jauh dari rasa bahagia. Sedangkan manis, berlawanan dengan rasa pahit, yang berarti senang atau bahagia, tercukupinya segala kebutuhan dan keperhian dalam hidup ini.

4. Eufemisme dalam Upacara Tepung Tawar Tepung tawar hakikatnya merupakan pertanda bahwa para orang tua telah merestui, dan berdoa semoga pengantin dapat menjalani bahtera rumah tangga dengan baik, terhindar dari berbagai kesusahan, keluarga dapat langgeng, suka dan duka bersama sampai akhir hayat memisahkan. Berikut ini adalah tabel yang berisi ungkapan yang mengandung eufemisme pada upacara tepung tawar.

Tabel 6 Tipe Eufemisme dalam Upacara Tepung Tawar

No

Ungkapan dalam Bahasa Melayu

Bahasa Indonesia

1) Hutang syarak sudah selesai Hutang syarak sudah selesai

Sudah berlangsung akad dan Sudah berlangsung akad dan

2) nikah

nikah

Sudah berjawab ijab dan

Sudah terjawab ijab dan kabul

kabul

Sudah diturut sunnah nabi

Sudah diturut sunnah nabi

Tipe
Satu kata mengantikan kata yang lain (one for substitution Sirkomlokasi (circum locution)

1) Hutang syarak sudah selesai Ungkapan pada kalimat di atas berarti bahwa janji telah ditepati. Hutang merupakan
sesuatu yang harns dibayar atau harns dilunasi. Sedangkan syarak adalah hukum syariah dalam agama Islam. Apabila digabungkan hutang syarak merupakan janji yang melibatkan hukum syariah (hukum menurut agama Islam) yang harus ditunaikan demi menjalankan hukum Allah di muka bumi ini. Hutang syarak sudah selesai merupakan eufemisme yang tujuannya untuk memperhalus makna kata. 2) Sudah berlangsung akad dan nikah
Sudah berjawab ijab dan kabul Sudah diturut sunnah nabi Ungkapan kalimat diatas merupakan bentuk ungkapan yang menyatakan bahwa pokok upacara telah rampung dilaksanakan. Pemyataan di atas menggunakan beberapa ungkapan untuk menyatakan maksud sesungguhnya. Pemyataan yang berputar-putar tersebut merupakan kebiasaan masyarakat Melayu yang memang tidak suka berterus terang dalam menyampaikan maksud atau ungkapan perasaan hatinya. Sifat kurang suka berterus terang inilah yang menyebabkan masyarakat Melayu kerap menggunakan eufemisme dalam menyampaikan maksud hatinya.

5. Eufemisme dalam Upacara Makan Nasi Hadap-Hadapan Pada upacara nasi hadap-hadapan pengantin akan didudukkan di depan sebuah dulang yang berisi nasi beserta lauk pauknya. Di dalam nasi tersebut disembunyikan ayam panggang yang akan diperebutkan kedua pengantin. Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, pengantin yang mendapatkannya lebih dulu, pertanda bahwa dia akan lebih berperan dalam mangarungi rumah tangga.

187

Antoni

Tabel 7 Tipe Eufemisme dalam Upacara Nasi Berhadap-hadaban

No Ungkapan dalam Bahasa MeJayu

Bahasa Indonesia

Tipe

1) Nasi pengantin terhidang sudah Laukpauknya kue dan haluwa Disusun rapi ditata indah Laksana taman bertabur bunga

Nasi pengantin terhidang sudah Lauk pauknya kue dan haluwa Disusun rapi ditata indah Laksana taman bertabur bunga

Ungkapan figurative (figurative expression)

1) Laksarza taman bertabur bunga

Taman berarti tempat yang nyaman, hijau, dan sejuk penuh dengan aneka tanaman.

Bertabur bunga maksudnya adalah tempat yang indah, hamm, dan menyenangkan. Laksana

taman bertabur bunga adalah ungkapan yang mengunakan perumpamaan dengan maksud untuk

memperindah bahasa.

.

6. Eufemisme dalam Upacara Serah Terima Pengantin Laki-Iaki kepada keluarga Pengantin Perempuan Upacara serah terima pengantin adalah upacara yang dilaksanakan sebelum rombongan keluarga pengantar pengantin laki-Iaki kembali ke rumah masing-masing. Pada upacara tersebut pengantin perempuan duduk di samping suami di r.tas permadani atau kain panjang di depan pelaminan. Upacara ini pertama-tama disampaikan oleh pihak keluarga pengantin laki-Iaki sebagai kata-kata serah terima. Selanjutnya kata penyerahan disambut oleh yang mewakili pihak keluarga pengantin perempuan. Kata-kata sebagai nasihat atau petuah disampaikan dengan menggunakan pantun.

Tabel 8 Tipe Eufemisme dalam Upacara Serah Terima Pengantin Laki-Iaki kepada keluarga Pengantin Perempuan

No Ungkapan dalam Bahasa Melayu

Bahasa Indonesia

Tipe

1) Terima kasih yang tiada Terima kasih yang tiada Melebih-Iebihkan ...

hingganya

hingganya

(hyperbole)

Padamu wahai budimanPadamu wahai budima

2) Hutang wajib dibayar, janji Hutang wajib dibayar,janji Satu kata mengantikan

wajib ditepati

wajib ditepati

kata yang lain (one for

Maka pada hari ini kami Maka pada han ini kami substitution)

datang menepatijanji

datang menepati janj i

Mengantar anak kami

Mengantar anak kami

pengantin laki-laki

pengantin laki-laki

Untuk dipersandingkan

Untuk di persandingkan

dengan anak menantu kami dengan anak menantu

kami

Berdasarkan hasil analisis pada data tentang tipe eufemisme yang terdapat dalam upacara perkawinan adat melayu Langkat, terdapat lima tipe eufemisme yang ditemukan. Tipe eufemisme tersebut dapat dilihat sebagai berikut: a. Ungkapan figuratif (figurative expressions) b. Satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution) c. Melebih-Iebihkan (hyperbole)

188

Ki!ft;m linguistik. Tabun lw-lfJ. No 2 Agustus 2O;J3

d. Sirkomlokasi (circumlocution) e. Metafora (metaphor) sebanyak

7. Makna Eufemisme a. Eufemisme Tipe dan Makna FiguratifPada Upacara Perkawinan adat Melayu Langkat Ungkapan figuratif adalah cara berkomunikasi dengan mengunakan kata ibarat, laksana, bagaikan sebagai perlambang atau kiasan dalam menyampaikan pesan atau maksud kepada orang lain. Ungkapan atau bahasa figuratif rnerupakan penyimpangan dari bahasa kita seharihari atau bahasa standar untuk mernperoleh efek tertentu. Sebagai contoh frasa ibarat kucing dan anjing tidak dirnaknai sebagai dua ekor hewan yang sering dijadikan sebagai hewan peliharaan. Ibarat kucing dan anjing tidak dimaknai sebagai hewan beIjenis karnivora atau hewan .pemakan daging, tetapi frasa tersebut bermakna dua orang yang suka bertengkar satu sarna lain yang tidak pemah hidup akur atau selalu bertikai.

Tabel 9 Ungkapan Figuratif No Ungkapan 1) Laksana taman bertabur Bunga
2) Ibaratkajisudah berkhata

Bahasa Indonesia

Makna

Laksana taman ber taburbunga

ternpat yang indah

fbarat kaji sudah berkhatam Acara sudah rampung dilaksanakan

1) Laksana taman bertabur bunga Taman berarti tempat yang st:juk, hijau dan penuh dengan aneka tanaman. Sedang bertabur bunga menyatakan makna penuh dengan berbagai jenis bunga.
Jadi rnaksud ungkapan ini bermakna tempat yang sangat indah. Tempat yang diinginkan oleh banyak orang. Diharapkan rumah tangga yang dibina kelak akan seperti ungkapan Laksana taman bertabur bunga Ungkapan di atas menggunakan pemarkah linguistik 'laksana' sehingga ungkapan tersebut dikategorikan sebagai bentuk figuratif. 2) Ibarat kaji sudah khatam. Kaji merupakan kegiatan menyelidiki sesuatu. Kaji diartikan juga sebagai belajar di bidang agama. Khatam diartikan tarnat atau seIesai. Ungkapan Ibarat kaji sudah khatam menggambarkan sebagai kegiatan menuntut iImu atau menyelidiki sesuatu hingga sampai selesai atau tuntas. Secara metafosis ungkapan di tersebut bermakna bahwa kegiatan
atau upacara yang berlangsung sudah selesai atau tuntas dilaksanakan. Penanda linguistik pada ungkapan di atas terdapat pada kata 'ibarat' sehingga ungkapan tersebut digolongkan dalam bentuk figuratif.

b. Eufemisme Tipe Satu Menggantikau Yang Lain (One For Substitution) Pada Upacara Adat Ungkapan dengan menggunakan kata lain tersebut banyak ditemukan pada upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

Tabelll Satu menggantikan Yang Lain (One For Substitution)

No Ungkapan

Bahasa Indonesia

1) Supaya lekas mempelai kami duduk Pengantin di pelaminan

2) Dimana arah boleh disingkap

Dimana arah dapat

disingkap

Makna Pasangan pengantin baru
Kemana arah yang akan dituju

1) Supaya [ekas mempelai kami duduk di pelaminan. Kata mempelai bermakna orang yang sedang melangsungkan perkawinan atau sedang menjadi pengantin. Pengantin laki-Iaki disebut sebagai mempelai pria sedangkan pengantin laki-laki disebut sebagai mempelai wanita. Mempelai merupakan pemarkah linguistik satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution) karena kata tersebut berdekatan maknanya dengan kata pengantin.

189

Antoni

2) Dimane arah boleh disingkap. Makna ungkapan ini adalah kemana arab akan ditempuh. Maksudnya menggambarkan apa yang akan menjadi proyeksi alau cita-cita bagi pasangan pengantin untuk masa yang akan datang, demi kelangsungan dan kesejahteraan kehidupan rumah tangga mereka. 'Arah' merupakan pemarkah lingustik untuk satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution). Kata 'arah' dalam ungkapan ini berdekatan maknanya dengan kata 'tujuan'.

Co Eufemisme Tipe Sirkumlokasi (Circumlocutions) Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat
Sirkumlokasi (Circumlocutions) merupakan ungkapan yang dianggap terlalu bertele-tele atau ungkapan yang menggunakan banyak kata, berputar-putar dalam menyampaikan maksud yang ingin disampaikan. Sirkumlokasi adalah ungkapan yang tidak berterus terang dengan maksud untuk memperhalus makna kata.

Tabel 10 Ungkapan yang Berkategori Sirkumlokasi Pada Rangkaian Upacara Adat

Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

No Ungkapan

Bahasa Indonesia

Makna

1) Atas berkenan Bapak- bapakllbu-Atas berkenanan

Ucapan terima kasih telah

ibuITuan-tuan dan Puan-puan BapakibapakJIbu-ibui Tuan- bersedia hadir

yang telah datang meringankan tuan dan nona yang telah

langkah memenuhijemputan datang meringankan Iangkah

majelis ini.

memenuhi undangan majelis

illl

1) Atas bekenan Bapak-bapaklIbu-ibuiTuan-tuan dan Puan-puan yang telah datang meringankan langkah memenuhi jemputan mqjelis ini. Maksud ungkapan tersebut berrnakna ucapan terima kasih atas kehadiran para tamu atau undangan serta rombongan dari pihak keluarga pengantin Iaki-laki maupun pihak keluarga pengantin perempuan. Kata atau ungkapan bapak-bapaklibu-ibultuan-tuan dan puan-puan dan meringankan langkah merupakan penanda linguistik sirkumlokasi karena pada ungkapan tersebut menggunakan banyak kata yang mubajir, bertele-tele, dan tidak langsung ke pokok pennasalahan.

d. Eufemisme Tipe Hiperbola (Hyperbole) Pada Upacara Adat Melayu Langkat

Suatu ungkapan dikategorikan sebagai hiperbola apabiIa makna kata atau kaIimat dirasa

berlebih-Iebihan atau terlalu dibesar-besarkan dari makna yang sebenarnaya. Pada rangkaian

upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat ditemukan ungkapan yang dikelompokan

sebagai hiperbola.

Tabel 5.] 1. Hiperbola Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

No Ungkapan

Bahasa Indonesia

Makna

1) Kagum melihat kain terbentang Kagum melihat kain

Menyindir tuan rumah, atas

terbentang

adanya hambatan yang

dialami rombongan masuk ke

rumah pihak mempelai

wan ita

1) Kagum melihat kain terbentang. Ungkapan pada pemyataan diatas bermakna menyindir. Kagmn pada konteks ini dimaksudkan agar para penghempang pintu dapat segera membuka kain terbentang yang menghalangi peIjalanan rombongan pihak pengantin laki-Iaki. Kata kagum pada ungkapan di atas menjadi penanda linguistik sebab kata tersebut bermakna berlebihan atau terlalu dibesar-besarkan dari keadaan yang sesungguhnya.

190

K;ifi