Metode Pelaksanaan Lokasi dan Waktu pelaksanaan Kesimpulan Saran

10 I I I . PROSEDUR

3.1. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan diseminasi meliputi : demplot on farm trial, pertemuan dan apresiasi teknologi, pertemuan sebagai narasumber dan penyampaian leaflet dan brosur.

3.2. Lokasi dan Waktu pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan di 10 Kabupaten Kota, dimulai bulan Januari – Desember 2015. Kegiatan demplot, peningkatan kapasitas penyuluh lapangan dilaksanakan di 3 Kabupaten dan Kota di wilayah kerja BP3K Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Lebong dan BP3K Kota Bengkulu. 3.3. Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Persiapan 1 Pertemuan Tim penajaman RODHP. RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP disusun lebih rinci dan operasional, baik dari aspek administrasi keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirinci lagi menjadi petunjuk teknis kegiatan diseminasi misalnya demplot. 2 Koordinasi dengan stakeholders. Koordinasi dilakukan dengan BP4K untuk memberitahukan dilaksanakannya kegiatan desiminasi melalui demplot dan meminta masukkan wilayah mana yang mempunyai potensi untuk pengembangan komoditi tanaman pangan. 3 Hunting lokasi BP3K, sebelum dilakukan hunting lokasi terlebih dahulu berkoordinasi dengan BP3K BPP untuk memberitahuakan adanya kegiatan desiminasi melalui demplot yang akan digunakan sebagai ajang pembelajaran bagi petugas penyuluh lapangan. Kemudian dilanjutkan dengan peninjauan langsung ke beberapa calon lokasi demplot. 4 I dentifikasi inovasi yang akan didiseminasikan, penyusunan daftar pertanyaan dan parameter pengukuran.

3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan

1 Pertemuan peneliti, penyuluh BPTP untuk menentukan 7 inovasi teknologi yang didiseminasikan. Hasil diskusi ditentukan 7 inovasi yang 11 didesiminasikan tahun 2015 adalah: teknologi Padi, Jagung, Kedelai, Jeruk Gerga, Pengendalian Hama Buah Kakao PBK, Kelapa Sawit dan Sapi. Dari 7 I novasi yang didesiminasikan dilakukan melalui penerbitan dan penyebaran bahan informasi berupa leaflet, banner, buku dan Demplot demcara 2 Pertemuan dengan stekeholders 3 Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedele, dan budidaya tumpang sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan penyuluh BPTP dan lapangan. 4 Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna 5 Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi antar pelaku inovasi yaituPeneliti, penyuluh lapangan dan Kontak Tani. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk i Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, ii Mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang. 6 Melaksanakan Demonstrasi Plot dan demonstrasi cara di wilayah kerja BP3K. 7 Narasumber di BPP menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah, tentang teknologi padi, integrasi sawit -sapi, jeruk gerga, jagung, kedele, pengendalian Penggerek buah Kakao, maupun cara menyusun KTI penyuluh. 8 Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul 9 Data dan analisis data meliputi : Data yang diperlukan dalam kegiatan diseminasi ini Antara lain : data sekunder dari SKPD terkait berupa keragaan dan profil wilayah dan data primer dari petani, penyuluh, petugas sebagai sasaran diseminasi berupa pengetahuan, sikap motivasi,respon, minat dan ketrampilan. I ndikator yang diukur : 1. Perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan PSK penyuluh maupun petani pada setiap kegiatan diseminasi. 12 2. Peran penyuluh pertanian pada kegiatan Demplot demcara. 3. Jumlah penerima informasi melalui demplot demcara maupun pertemuan. 4. Jumlah KTI yang tersusun 13 I V. HASI L DAN PEMBAHASAN 4.1. Meningkatkan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu 7 Teknologi . Untuk mencapai tujuan meningkatkan kapasitas penyuluh, peneliti dalam penyebaran 7 inovasi pertanian dilakukan melalui kegiatan: 1. Menyusun petunjuk teknis budidaya padi dengan pendekatan PTT, petunjuk teknis bududaya Jagung di lahan sub optimal, teknis budidaya kedele dan teknis tumpang sari jagung – kacang tanah spesifik Bengkulu Petunjuk teknis budidaya disusun oleh peneliti, penyuluh BPTP dan penyuluh lapangan, dengan tujuan memberikan acuan bagi penyuluh di lapangan dan petani dalam pelaksanaan demplot yang akan dilaksanakan. Petunjuk teknis ini selanjutnya dibuat dalam bentuk buku dan didokumentasikan di BP4K, BP3K dan BPTP 2. Menyusun daftar pengamatan dan daftar pertanyaan 3. Untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna dilakukan melalui kegiatan: - Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian ke BP3K setempat dan ke 4 BP4K berupa leaflet 7 judul, banner 5 judul, buku hasil kegiatan 3 judul, buku sekilas diseminasi inovasi teknologi dan media elektronik berupa DVD sebanyak 1 judul - Pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti, penyuluh lapangan dan kontak tani dilakukan di lokasi demplot dan BP3K sebanyak 4 kali - Menjadi narasumber di BP3K dan melakukan bimbingan dalam penulisan KTI dari kegiatan demplot. Penyusunan bahan informasi inovasi hasil pengkajian bertujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna, yaitu berupa bahan cetak dan DVD. Penyusunan bahan informasi inovasi yang sudah dilakukan yaitu berupa bahan cetak dan dilakukan bersama – sama dengan penyuluh lapang yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K tempat lokasi demplot. Bahan cetak dan elektronik yang dibuat seperti pada Tabel.1 berikut. 14 Tabel.1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkaj ian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015 No Bentuk Media Judul Jumlah exp 1 Leaflet 1. Fermentasi Daun dan Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi 2. Pengendalian Hama PBK 100 100 2 Banner 1. Budidaya Padi Sawah Spesifik Kota Bengkulu 2. Tumpangsari Jagung Dan Kacang Tanah Di Lahan Kering Spesifik Kecamatan Air Nipis 3. Budidaya Kedelai di Lahan Kering Spesifik Kabupaten Lebong 4. Budidaya Jagung di Lahan Sub optimal Spesifik Kota Bengkulu 5. I ntegrasi Tanaman Kelapa Sawit-Sapi 2 2 2 2 2 3 Buku Selayang Pandang Sekilas Diseminasi I novasi Teknologi 30 4 Buku yang didokumentasikan di perpustakaan BPTP danBP3K 1. Teknologi Budidaya Padi Spesifik Lokasi di Kota Bengkulu 2. Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi Lahan Kering di Kabupaten Lebong 3. Teknologi Budidaya Jagung Spesifik Lokasi Lahan Sub Optimal 5 5 5 5 DVD Teknologi I ntegrasi Tanaman Kelapa Sawit-Ternak 30 KTI yang berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan merupakan kumpulan hasil pelaksanaan demonstrasi plot yang dilakukan peneliti, penyuluh BPTP bersama dengan penyuluh lapangan dan petani. Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti, penyuluh lapangan dan kontak tani bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil- hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani dan mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi demplot pada 4 Kabupaten dan Kota. Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti, penyuluh lapangan dan kontak tani telah dilaksanakan di lokasi demplot maupun di BP3K seperti pada Tabel.2 15 Tabel 2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015. No Kegiatan Tanggal pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah Peserta 1 Apresiasi Teknologi Tumpang Sari Jagung-Kacang Tanah 29 Juni 2015 Lahan Demplot Desa Sukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan 31 orang BP4K Kab. BS, penyuluh se BP3K Air Nipis, Penyuluh + peneliti BPTP, Petani Desa Sukarami 2 Apresiasi Teknologi Budidaya Kedelai 04 Juli 2015 BP3K Tabeak Blau Kec. Lebong Atas Kab. Lebong 31 orang BP4K Kab. Lebong, Penyuluh BP3K Tabeak Blau, Penyuluh+ Peneliti BPTP, Petani Kec. Lebong Atas 3 Apresiasi Teknologi Padi Sawah 01 Sept 2015 Lokasi Demplot Padi Kelurahan Panorama, Kecamatan Singaran Patih Kota Bengkulu 30 Orang Ka BP4K Kota, penyuluh BP3K Singaran Patih, dan Petani Kel. Panorama 4 Demonstrasi Cara I ntegrasi Kelapa sawit- sapi 17 Sept 2015 Lokasi Kelompok Tani Jayakarta, Kab. Bengkulu Tengah 44 Orang Penyuluh BP3K Jayakarta, Petani dan Peternak Desa Jayakarta Sumber: laporan perjalanan dinas pelaksanaan kegiatan Tabel 2.menunjukan bahwa kegiatan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani mendapat respon yang positif dari peserta maupun dari BP4K. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya peserta kegiatan apresiasi teknologi dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan setelah melihat langsung lokasi demplot . Dalam pelaksanaan penerapan metode penyuluhan dilakukan juga evaluasi terhadap pelaksanaan metode penyuluhan seperti pada Tabel 3. 16 Tabel 3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatan kapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 Kegiatan Karakteristik Pengetahuan Umur Pendidikan Petani Penyuluh Petani Penyuluh Petani Penyuluh Demplot Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah 38 41 SMA SMA Meningkat 83,33 Meningkat 84,17 Demplot Kedelai 35 33 SMP SMA Skor 1,17; Kriteria Sedang Skor 1,15; Kriteria Sedang Demplot Padi Sawah 51 43 SMP S1 meningkat 8,49 Meningkat 11,53 Demcara Fermentasi pelepah kelapa sawit-Kompos sapi 39 42 SD S1 Meningkat 43 Meningkat 49 122 Sumber : data terolah 2015 Kegiatan demplot tumpang sari jagung-kacang tanah dan demplot padi sawah dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu PTT dapat meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Pengetahuan petani meningkat sebesar 83,33 dan penyuluh sebesar 84,17 setelah dilaksanakannya diterapkannya teknologi budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah. Melalui penerapan demplot padi sawah dengan pendekatan PTT juga meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh sebesar 8,49 dan 11,53 . Hal ini menunjukkan bahwa demplot menjadi salah satu metode penyuluhan diseminasi yang efektif untuk menyampaikan atau mentransfer inovasi teknologi ke pengguna. Penerapan demplot bertujuan agar petani dapat belajar, melihat, dan mempraktekan secara langsung teknologi yang disuluhkan. Metode penyuluhan ini memberikan manfaat dan sesuai dengan karakteristik sasaran dengan tingkat pendidikan dan umur yang beragam. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebagaimana tersaji pada Tabel 3 mencerminkan tingkat kesadaran mereka untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Pendapat ini 17 didukung oleh pandangan bahwa individu petani dan penyuluh sebagai orang dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar Apps dalam Sadono D, 2008 sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya perlu dikedepankan. Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan keterampilan. Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya. Pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu inovasi teknologi dapat ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi penyuluhan dengan berbagai metode penyuluhan seperti display demplot, temu lapang, dan pertemuan anjangsana dan media penyuluhan seperti folder, leaflet, poster, dan buku. Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi dan pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta 2005 bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai bagian dari perilaku penerapan inovasi. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah faktor dari dalam diri petani seperti umur, pendidikan, status sosial, pola hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme, aspirasi dan dogmatis sistem kepercayaan tertutup dan faktor lingkungan seperti kosmopolitan, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti 18 penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana produksi. Syafruddin, dkk 2006 menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Hanafi 1987 mengemukakan bahwa kerumitan suatu inovasi berhubungan negatif dengan kecepatan adopsi yang berarti semakin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pengadopsiannya. Ditambahkan oleh Soekartawi 2005, bahwa bila memang benar teknologi baru akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah teknologi baru tersebut dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi yang dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi inovasi dapat berjalan cepat, maka penyajian inovasi baru tersebut harus lebih sederhana. Pengetahuan yang dimaksud juga memiliki berbagai level. Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan yang tercakup dalam domain pengetahuan mempunyai enam tingkatan yakni: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau objek yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima pengalaman.Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui. Oleh karena itu ada ungkapan dalam penyuluhan: Saya dengar, maka saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya mencoba, maka saya tahu; Saya mencoba berulang-ulang maka saya paham. Dari kegiatan demplot tersebut penyuluh yang ada di BP3K dapat membuat Karya Tulis I lmiah KTI berdasarkan kegiatan yang ada di demplot dan pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman dan kreatifitas dalam penyusunan angka kredit. 19 Kegiatan peningkatan kapasitas peneliti, penyuluh dalam percepatan penyebaran inovasi pertanian di Provinsi Bengkulu juga berperan aktif dalam kegiatan Pekan Daerah PEDA Kontak Tani Nelayan Andalan KTNA XV yang dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang sebagai narasumber, juri dan panitia dibeberapa kegiatan antara lain : - Sebagai narasumber pada kegiatan Temu teknologi. Materi yang disampaikan yaitu okulasi jeruk - Sebagai narasumber pada kegiatan Temu profesi. Materi yang disampaikan yaitu peningkatan profesionalisme penyuluh. - Sebagai juri dan panitia pelaksana pada kegiatanTemu karya - Sebagai juri dan tim pembuatan soal perlombaan pada kegiatan Asah terampil. 4.2. Mendiseminasikan 7 Teknologi Hasil Kajian BPTP Kepada Petani, KTNA dan Penyuluh di Wilayah BP3K BPP. Untuk menyebarluaskan inovasi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh melalui media demonstrasi plot dan penyebaran leaflet.Ada 7 demplot kegiatan yang tertuang dalam tabel 4. Kegiatan demplot dilakukan di wilayah kerja BP3K dan yang melakukan pendampingan dan pengamatan dilakukan oleh penyuluh yang ada di BP3K tersebut. Tabel 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh di Provinsi Bengkulu tahun 2015 No Komoditas Lokasi Teknologi Budidaya Luas ha 1 Padi Sawah Wilayah BP3K Singaran Patih Kota Bengkulu Kelompok Tani Gambung jaya - Tenologi yang digunakan PTT padi - Menggunakan sistem pertanaman jajar legowo 2: 1 - Varietas yang digunakan cigeulis - Dosis pemupukan dengan menggunakan kalender tanam - Dilakukan pengamatan tanaman dari awal pertumbuhan sampai dengan pemanenan. - Umur tanaman panen: 105 hari - Produksi Padi = 8,77 ton ha hasil ubinan 0,5 2 Kedelai Wilayah BP3K Jayakarta Kabupaten - Teknologi yang digunakan PTT kedelai - Varietas yang digunakan yaitu 0,25 20 Bengkulu Tengah Anjasmoro - Lokasi demplot sudah diolah dan siap untuk ditanam benih kedelai tetapi terkendala dengan tidak adanya hujan sehingga lahan mengalami kekeringan. Sehingga tidak dapat dilanjutkan. - Berita acara terlampir Wilayah BP3K Tabeak Blau Kab. Lebong - Teknologi yang digunakan PTT kedelai - Varietas yang digunakan yaitu Anjasmoro - Pengolahan dan penanaman dilakukan bersama – sama dengan petani calon penerima program GPPTT kedelai - Umur tanaman banen: 81 hari - Produksi = 0,4 ton biji kering ha 0,3 3 Jagung : 1. Tumpan gsari jagung dengan kacang tanah Wilayah BP3K Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan di lahan anggota Kelompok Wanita Tani Mekarsari Desa Sukarami - Teknologi yang digunakan yaitu berdasarkan hasil pengkajian pemanfaatan lahan kering masam dengan tumpangsari jagung dan kacang tanah di Provinsi Bengkulu tahun 2014 dan PTT jagung dan kedelai - Varietas yang digunakan yaitu jagung menggunakan varietas sukmaraga, kacang tanah menggunakan varietas tuban dan talam. - Dilakukan uji tanah dengan menggunakan perangkat uji tanah kering PUTK. - Umur tanaman panen jagung: 120 hari, kacang tanah : 85 hari - Produksi Jagung = - Kacang tanah = - kekeringan, polong tidak berisi 0,5 2. Jagung secara monokul tur Wilayah BP3K Muara Bangkahulu Kota Bengkulu Lahan BP3K - Teknologi yang digunakan yaitu PTT jagung - Varietas yang digunakan yaitu sukmaraga. - Umur tanaman panen: 90 hari - Produksi : 6,67 t ha pipilan kering 0,5 4 Jeruk Lahan BP3K Gunung Alam dan Lahan BP3K - Teknologi yang digunakan yaitu pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat PTKJS. - Umur tanaman : 6 bulan 0,3 21 Tabeak Blau - Pemupukan dilakukan 2 kali saat tanam bulan Mei 2015 dan umur 6 bulan November 2015 5 I ntegrasi tanaman Kelapa Sawit-Sapi Wilayah BP3K Jayakarta Kabupaten Bengkulu Tengah - Demonstrasi cara Fermentasi Pelepah kelapa sawit sebagai pakan termak - Demonstrasi cara pembuatan kompos dari kotoran padat sapi - Hasil = berat badan sapi - Kompos telah dikemas dalam karung dan dijual Peny uluh dan peta ni Demplot Budidaya Padi Saw ah dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT di Kota Bengkulu Komponen Hasil Selama Pengamatan Komponen hasil yang diamati selama penanaman adalah tinggi tanaman, jumlah rumpun per hektar, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, berat 1000 butir serta produksi hasil ubinan. Komponen hasil yang diamati secara rinci tersaji pada Tabel 5. Tabel.5 Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan Singaran Patih Kota Bengkulu, Mei-September 2015. Uraian Hasil Pengukuran Tinggi tanaman 92 cm Jumlah rumpun ha 333.333 rumpun Jumlah anakan rumpun 34 anakan Jumlah anakan produktif 15 Berat 1000 butir 103 gram Produksi ubinan 8,77 ton ha Sumber : Data Primer diolah, 2015. Tabel 5. menunjukkan keragaan tanaman yang cukup, belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman dilaksanakan pada musim kemarau bulan Juni – September 2015. Padi membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Selama musim tanam, Menurut Yetti, H dan Ardian 2010, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner 1991 yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh genotip dan lingkungan. Anakan 22 produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum yang dihasilkan sebelumnya. Kelayakan Usahatani Teknologi PTT Padi Saw ah Kelayakan usahatani teknologi PTT padi sawah diukur dengan membandingkan dan melihat perbedaan selisih pendapatan antara penerapan teknologi PTT padi sawah dengan penerapan budidaya yang biasa dilakukan di tingkat petani. Kelayakan usahatani teknologi PTT secara rinci tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama, Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015 No. Uraian Nilai Teknologi PTT Non PTT 1. 2. 3. 4. 5. 6. Biaya total Rp ha MT - Tenaga kerja - Benih - Pupuk - Pestisida - Sewa traktor Produksi kg ha MT Harga jual Rp kg Penerimaan Rp ha MT Pendapatan Rp ha MT R C 10.093.750 7.733.750 175.000 975.000 508.000 720.000 4.770 4.000 19.080.000 8.986.250 1,89 8.611.000 7.142.500 112.500 366.000 270.000 720.000 3.060 4.000 12.240.000 3.629.000 1,42 7. 8. 9. Marginal Keuntungan PTT – non PTT Marginal Biaya PTT – non PTT MB C = 6 7 5.357.250 1.482.750 3,61 Sumber : Data Primer diolah, 2015. Tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi sawah dengan pendekatan PTT memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani. Produktivitas padi melalui penerapan PTT adalah sebesar 4,77 ton ha sedangkan produktivitas padi yang biasa dilakukan oleh petani adalah 3,06 ton ha. Hal ini berarti bahwa penerapan teknologi PTT meningkatkan produktivitas padi sebesar 55,88 . Meskipun penanaman dilakukan pada saat musim kemarau, ada banyak faktor yang mendukung lebih tingginya produktivitas padi melalui pendekatan teknologi PTT dibandingkan dengan sistem budidaya yang biasa diterapkan oleh petani. Faktor - faktor tersebut di antaranya adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, waktu pemupukan dan kesesuaian dengan status hara dan 23 kebutuhan tanaman, serta yang paling utama adalah penggunan sistem tanam jajar legowo 2: 1. Setyanto dan Kartikawati 2008 menyebutkan bahwa dengan sistem tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir tanaman yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi efek tanaman pinggir. Adanya barisan kosong legowo menyebabkan penyerapan nutrisi oleh akar menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang dihasilkan. Dilihat dari pendapatan yang diterima petani, usahatani dengan pendekatan teknologi PTT lebih besar 147,62 jika dibandingkan dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani dengan margin pendapatan sebesar Rp. 5.357.250 ha. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya produktivitas padi melalui penerapan PTT padi sawah meskipun total biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya yang biasa dilakukan oleh petani, namun keuntungan yang diperoleh masih lebih tinggi. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung nilai perbandingan marginal keuntungan dan biaya yang dikeluarkan petani MB C sebesar 3,61 yang menunjukkan bahwa apabila biaya pendekatan PTT demplot meningkat dengan kondisi eksternal yang sama masih memberikan keuntungan 3,61 kali lipat. Menurut Hidayat, Y, dkk 2012, penerapan model PTT padi sawah dengan menggunakan VUB oleh petani kooperator di Kabupaten Halmahera Tengah mampu memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan teknologi yang biasa digunakan petani di lokasi pengkajian. Pendapat ini juga didukung oleh hasil penelitian Asnawi, R 2014 bahwa produktivitas rata-rata padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB lebih tinggi dari lokasi SLPTT LL non VUB dan non SLPTT. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada lokasi SLPTT LL VUB adalah Rp.17.410.000,- ha R C= 3,15, lokasi SLPTT LL non VUB Rp. 13.488.806,- ha R C= 2,46 dan lokasi non SLPTT Rp.9.885.625,- ha R C= 2,34. Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Desiminasi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT dilakukan melalui demplot di lahan BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten 24 Lebong. Komponen PTT kedelai yang dilaksanakan adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, pengolahan dan penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemberian amelioren dan kapur, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Dari pelaksanaan demplot dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komponen hasil yang diamati pada kegiatan demplot kedelai yang dilakukan pada lahan BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong meliputi tinggi tanaman cm, jumlah cabang cabang, umur berbunga HST, jumlah polong rumpun, berat 100 biji gram, persentase biji rusak dan produksi ton ha. Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh komponen hasil budidaya kedelai yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015. Uraian Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman 66 cm Jumlah Cabang 6 cabang Umur Berbunga 36 HST Jumlah polong rumpun 141 polong Jumlah biji polong 2 biji Berat 100 biji 90 gram biji rusak 20 Produksi 0,4 ton ha Sumber : Data Primer diolah, 2015. Tabel 7. menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai yang cukup, belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman kedelai pada musim kemarau. Pada awal pelaksanaan penanaman demplot kedelai kondisi tanah masih dalam keaadan lembab, namun pada saat tanaman mulai umur 2 minggu tanaman kedelai tidak mendapatkan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Dengan kondisi kekeringan atau curah hujan yang sangat rendah tanaman kedelai masih mampu bertahan dengan tinggi tanaman mencapai 66 cm, jumlah cabang 6 cabang perbatang, umur berbunga 36 hari setelah tanam HST, jumlah polong 141 polong per rumpun hanya saja dengan jumlah biji per polong hanya 2 biji dan kondisi pertanaman tidak mendapatkan 25 air yang cukup serta persentase biji rusak yang cukup tinggi 20 sehingga produksi hanya 0,4 ton ha biji kering. Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai Respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau yang berjumlah 21 orang. Respon penyuluh dan petani dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap kognitif dan afektif penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai seperti pada Tabel 8,9 dan 10. Tabel 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015 Tingkat Pengetahuan Nilai Terendah nilai= 3 3 4,76 Tertinggi nilai= 8 8 4,76 Rata-rata Nilai 5,6 Sumber : Data Primer diolah, 2015. Dari Tabel 8. diketahui bahwa tingkat pengetahuan penyuluh dan petani terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8 masing-masing 4,76 . Rata-rata pengetahuan penyuluh dan petani bernilai 5,6 sedangkan 61,90 pengetahuannya berada di atas rata-rata. Melihat kondisi pengetahuan petani maupun penyuluh di wilayah BP3K masih tergolong rendah maka masih diperlukan peningkatan pengetahuan teknis budidaya kedelai melalui berbagai metode penyuluhan di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau. Selanjutnya sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai merupakan respon penyuluh dan petani. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai disajikan pada Tabel 9. 26 Tabel 9. Sikap kognitif p enyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015 Pertanyaan Sikap Kognitif Responden Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju 1 66,67 33,33 2 42,86 52,38 4,76 3 38,10 61,90 4 33,33 38,10 28,57 5 19,05 19,04 51,91 10 6 23,81 47,62 21,57 7 Sumber : Data Primer diolah, 2015. Dari Tabel 9 terlihat bahwa sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau tentang I nformasi teknologi budidaya kedelai sangat dibutuhkan oleh 66,67 , sedangkan hanya 38,10 responden setuju bahwa penerapan teknologi budidaya kedelai terkendala oleh sistem budidaya yang diterapkan oleh petani dan penyuluh dan selebihnya 61,91 responden tidak setuju. Sikap afektif penyuluh dan petani disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015 Pertanyaan Sikap Kognitif Responden Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju 1 57,14 42,86 2 42,86 57,14 3 28,57 47,62 23,81 4 14,29 54,38 31,33 5 19,05 19,05 61,90 Sumber : Data Primer diolah, 2015. Dari Tabel. 10 terlihat bahwa pertanyaan no 1 dan 2 seluruh responden setuju dan sangat setuju tentang pelaksanaan demplot untuk menambah pengetahuannya, demikian halnya dengan komponen budidaya yang tidak terbiasa dilakukan petani, 61,90 responden menyatakan tidak set uju dan sangat tidak setuju artinya responden senang dengan teknologi yang diterapkan. Demplot Budidaya Jagung dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT di Lahan Sub Optimal Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati selama pertumbuhan adalah tinggi tanaman, dan komponen hasil meliputi panjang tongkol, lingkar 27 tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, bobot 100 butir dan hasil produksi melalui ubinan. Komponen hasil yang diamati secara rinci tersaji pada Tabel 11. Tabel 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal Kecamatan Muara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015 Uraian Hasil Pengukuran Panjang tongkol 17,17 cm Lingkar tongkol 15,27 cm Jumlah baris per tongkol 14 baris Jumlah biji per tongkol 473 biji Berat biji per tongkol 161,47 gram Bobot 100 butir 34 gram Produksi ubinan 6,67 t ha pipilan kering Sumber : Data Primer diolah, 2015. Dari Tabel 11. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung sukmaraga dalam kondisi iklim yang panas masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Dimana produksi ubinan yaitu 6,67 t ha pipilan kering jika dibandingkan dengan diskripsi tanaman jagung sukmaraga rata – rata hasil yaitu 6 t ha pipilan kering. Rata –rata jumlah baris yaitu 14 baris, jumlah baris ini berada pada kisaran jumlah baris jika dilihat berdasarkan diskripsi tanaman jagung sukmaraga yaitu 12-16 baris. Peningkatan produktifitas tanaman, selain dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genotif dan lingkungan juga ditentukan oleh pemilihan varietas dan teknologi yang digunakan. Menurut Subandi dan I brahim 1990 dan Subandi dan Zubachtirodin 2005 keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi meliputi varietas unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Menurut Suprapto 1992 varietas unggul umumnya mempunyai produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan varietas lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung sukmarga dapat menjadi salah satu alternatif varietas yang bisa digunakan pada saat musim kemarau kering. 28 Demonstrasi Pembuatan Kompos dan Fermentasi Pelepah Kelapa Saw it Demonstrasi pembuatan kompos dan fermentasi pelepah kelapa sawit dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh dan memperluas adopsi inovasi I ntegrasi tanaman Kelapa Sawit dan Sapi yang telah dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Hasil pengamatan terhadap responden yang menghadiri kegiatan demonstrasi cara seperti Tabel 12. berikut. Tabel 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelah mengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di Desa Jayakarta Kecamatan Talang I V Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2015. Kegiatan Petani Penyuluh sebelum sesudah Beda Sebelum sesudah Beda Fermentasi pelepah daun Kelapa Sawit 5,47 5,9 0,43 6,94 7,43 0,49 Pembuatan Kompos 6,21 6,21 7,35 8,57 1,22 Sumber : Data Primer diolah, 2015. Tabel 12 menunjukkan bahwa demonstrasi cara mampu meningkatkan pengetahuan penyuluh dan petani dari 6,94 menjadi 7,43 meningkat sebesar 0,49 dan 5,47 menjadi 5,9 sebesar 0,43 . Pengetahuan penyuluh tentang pembuatan pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit masih dalam katagori sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini penyuluh lapang sudah mengetahui bahwa pelepah daun kelapa sawit bisa digunakan sebagai pakan ternak sapi. Begitu juga dengan petani meskipun terjadi peningkatan tetapi dalam katagori rendah. Pada kelompok yang sama dulu pernah dilakukannya pengkajian tentang pelepah daun sawit untuk pakan ternak tetapi tingkat pengetahuan petani masih belum signifikan meningkat . Artinya disini petani dalam proses adopsi teknologi masih berada pada tahapan sadar dan minat belum sampai pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga masih dipandang perlu dilakukannya pendampingan pengolahan pakan yang berasal dari pelepah daun sawit baik itu pada petani maupun penyuluh lapang. Untuk pembuatan kompos, pengetahuan penyuluh dan petani dalam katagori tinggi dan sedang dari 7,35 menjadi 8,57 meningkat sebesar 1,22 dan 6,22 menjadi 6,22. Untuk pengetahuan petani tidak terjadi peningkatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa petani sudah memahami mengenai pembuatan 29 kompos dari kotoran t ernak. Hal ini diduga disebabkan oleh pengalaman petani yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk tanaman mereka. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta 2005 bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Syafruddin, dkk 2006 menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi pembuatan pakan pelepah daun kelapa sawit untuk pakan ternak dan pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih berkembang dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Aplikasi Fermentasi Pelepah Saw it Ke Ternak Fermentasi pelepah daun kelapa sawit dari hasil demontrasi cara diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk melihat pertambahan bobot badan harian PBBH ternak yang diberi pakan dari pelepah daun sawit dengan menggunakan teknologi fermentasi. Pemberian fermentasi pelepah daun kelapa sawit dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak mengkonsumsi fermentasi pelepah daun sawit, yang dilakukan selama 10 hari 30 dan tahap kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 30 hari. Ternak diberi pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebanyak 5 kg hari ekor. PBBH ternak tertuang dalam Tabel 13. Tabel 13. Pertambahan Bobot Badan Harian PBBH Ternak yang beri pakan Fermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit. Ternak Berat Awal Berat selama 40 hari PBBH gr ekor hari 1 191,32 205,76 352,1 2 340 349 219,5 3 169,03 174,35 129,7 Rata – rata 233,77 Sumber : Data Primer diolah, 2015 . Dari Tabel 13 diketahui bahwa pertambahan bobot badan harian rata – rata 233,77 gr ekor hari. Pertambahan bobot badan ternak tersebut masih tergolong rendah. Menurut Jelan et al 1991 dalam Batubara 2003 sapi yang diberi bungkil inti sawit 50 dan silase pelepah sawit 50 memberikan pertambahan bobot badan harian sebesar 450 gr ekor hari. BATUBARA 2002a menyatakan bahwa penggunaan daun sawit segar sebagai pengganti hijauan dalam konsentrat yang mengandung 30 BI S, memberikan pertambahan bobot badan 760 g ekor hari dengan R C–ratio 1,5 pada sapi hasil persilangan. Penggunaan daun sawit dibatasi oleh tinggi kadar lignin, sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk meningkatkan daya cerna melalui perlakuan fisik, senyawa kimia, biologis atau kombinasi. ABU HASAN et al. 1995, mengatakan bahwa pemberian daun sawit dan pelepah sawit dalam bentuk segar atau silase, tidak memberikan hasil yang berbeda dibanding hijauan sebagai ransum basal. 31

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K mampu meningkatkan kapasitas peneliti dan penyuluh dalam penyusunan Karya Tulis I lmiah KTI 2. Kegiatan demplot dan demcara mampu meningkatkan pengetahuan petani serta memberikan respon yang baik kepada petani dan penyuluh di lapangan 3. Penyebaran bahan informasi teknologi tercetak dan elektronik maupun demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K mempercepat sampainya informasi teknologi kepada petani, KTNA Kecamatan dan penyuluh di lapangan.

5.2. Saran

Begitu bermanfaatnya kegiatan Demplot di wilayah kerja BP3K dalam transfer teknologi kepada penyuluh dan petani, diharapkan dalam pelaksanaan demplot di BP3K yang difasilitasi oleh Bakorluh dapat menerapkan tahapan yang telah dilakukan oleh BPTP. 32 KI NERJA HASI L PENGKAJI AN 1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTP oleh petani, KTNA dan penyuluh di 6 wilayah BP3K BPP di 4 Kabupaten dan Kota. 2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagi penyuluh di lapangan di 15 BP3K di Kabupaten dan Kota. 3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalah 1 judul telah dipresentasikan, 3 judul KTI dalam bentuk buku yang didokumentasikan di Perpustakaan BPTP dan BP3K. 33 JADWAL KERJA o. Uraian Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 I Persiapan : 1. Perbaikan RDHP 2. Penyusunan pembahasanper baikan RODHP2 kegiatan 3. Koordinasi I I Pelaksanaan : 4. Pengadaan ATK 5. Penentuan petani Demplot, 6. Persiapan, Pertemuan di lapangan 7. Pelaksanaan Demplot, demcara 8. Penyusunan bahan cetakan dan elektronik 9. Pertemuan petani, penyuluh lapangan di BP3K 10 Field day I I I Evaluasi : 7. Laporan bulanan 8 Analisis Data 9 Laporan tengah tahun, akhir tahun 10 Seminar Hasil 11 Penyusunan KTI 34 PEMBI AYAAN

A. Rencana Anggaran Belanja RAB

No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Jumlah Biaya Rp.000 Rp.000 1 Belanja Bahan : 61.070 - Bahan saprodi demplot di BPP - Bahan pendukung pertemuan - Bahan informasi modul, brosur, leaflet, CD, buku - ATK, Komputer Suplies - Konsumsi dalam rangka pertemuan 7 paket 3 1 1 97 5.000 2.000 12.00 3.220 50 35.000 6.000 12.000 3.220 4.850 2 Honor Output Kegiatan - Honor petugas lapang - UHLpetani Kooperator 40 150 100 35 9.250 4.000 5.250 3 BelanjaJasaProfesi 5.000 - Honor narasumber, pengarah, evaluator 10 500 5.000 4 BelanjaPerjalanan Biasa 45.000 5 - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan berkisar antara Rp. 365.000 s d Rp. 5.000.000 Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan 9 OP 5 OH 5.000 100 45.000 500 500 Jumlah 120.820 35

B. Realisasi Anggaran

No Jenis Pegeluaran Realisasi Anggaran Rp Persentase Keuangan Persentase Fisik 1 Belanja Bahan : - ATK dan komputer supplies 3.470.000 100 100 - Bahan pendukung pertemuan 5.937.000 98,95 100 - Bahan saprodi - Bahan I nformasi 35.000.000 12.000.000 100 100 100 100 2 - Konsumsi Pertemuan 4.850.000 100 100 3 Honor Output Kegiatan - Honor petugas lapang 5.000.000 100 100 - UHL petani kooperator 7.000.000 100 100 4 BelanjaJasaProfesi - Narasumber, pengarah, evaluator 1.950.000 97,5 100 5 BelanjaPerjalanan Biasa - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan 44.876.200 99,73 100 6 Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan 500.000 100 100 Jumlah 120.583.200 99,80 100 36 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Agustina. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong, 24 November 2008. Palu. Abu Hasan, O., M. I shida and Z. Ahmad Tajuddin. 1995. Oil palm fronds. technology transfer and acceptance a sustainable utilization for animal feeding Proc. 17 th Ann. Conf. MSAP, Penang, Malaysia. Azwar.S, 2013. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Astuti,UP dan Ruswendi, 2013. Makalah Seminar Nasional : Berbagai Metode Diseminasi Teknologi Jeruk RGL di Kabupaten Lebong. Astuti, UP, 2013. Laporan Akhir Tahun : Efektifitas Berbagai Metode Diseminasi dalam Mendukung MP3MI berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian serta Program I nformasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Badri.M. 2008. Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi I novasi, www.teori difusi. Batubara, L.P. 2002a. Potensi biologis daun sawit sebagai pakan basal dalam ransum sapi potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 30 September–1 Oktober, Ciawi, Bogor. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan. Batubara, L.P. 2003. Potensi I ntegrasi Peternakan dengan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa Vol.13 No.3 Gardner, P, F, R, B, Perace, dan R, I , Michell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Oleh H, Susilo. Universitas I ndonesia Press. Jakarta. Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan I de-I de Baru. Penerbit Usaha Nasional : Surabaya. Hidayat, Y, Saleh, Y, dan Waraiya, M. 2012. Kelayakan Usahatani Padi Varietas Unggul Baru Melalui PTT di Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vo. 31 No.3 2012. Hubies.S.A.V. Pengaruh Desain Pesan Video I nstruksional t erhadap Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 No.1, Mei 2007 : 1 – 10. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Solo. Risna, Rosni, M, dan Mariani. 2012. Peran Penyuluhan Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten 37 Hulu Sungai Tengah. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03 September 2012. Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di I ndonesia. Jurnal Penyuluhan Maret 2008, Vol. 4 No.1. Saridewi, T.R dan Siregar, A.N. 2010.Hubungan antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya.Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1. Setyanto, P dan R. Kartikawati.2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi Rendah Emisi Gas Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, Vol 27 3 : 154- 163. Shawwal, S.M dan Asyraf Muhammad. 2012. Kontribusi Penyuluhan Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani Kasus Petani Padi di KabupatenLuwuUtara: http: pasca.unhas.ac.id jurnal files 43f06187dabb 751 10dd804a1b697e186.pdf. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas I ndonesia. Jakarta. Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu Online. http: ejournal .unud. ac.id abstrak 6 20soca-sudarta-pks 20pht2.pdf diakses 30 Desember 2009. Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete dengan Pengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2. Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Cetakan I X. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Subandi , I brahim, M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di I ndonesia. Balitbangtan. Deptan. Jakarta. Subandi dan Subachtirodin. 2005. Teknologi Budidaya jagung Berdaya Saing Global. Makalah Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan Koordinasi Agribisnis jagung. 1-2 Agustus 2005 di Bogor. Wijianto, Arip. 2008. Hubungan antara Peranan Penyuluh dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Agritexts No. 24. Wiriatmadja. 1977. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. C.V. Yasaguna. Jakarta Yetti, H dan Ardian.2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Oryza sativa L.Varietas I R 42 dengan Metode SRI System of Rice I ntensification. SAGU, Maret 2010 Vol. 9 No.1: 21-27. 38 PERSONALI A NO Nama NI P Jabatan Fungsional Bidang Keahlian Uraian Tugas Alokasi Waktu Jam Minggu 1 Dr. Umi Pudji Astuti, MP Penyuluh Madya Sosial Ekonomi Pertanian - Penanggung jawab kegiatan - Membuat RODHP - Mengadakan rapat perencanaan dengan tim - Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan - Melakukan koordinasi tim dan pihak terkait - Menyusun laporan bulanan, triwulan, tengah tahun dan laporan akhir. - Membuat KTI bidang Sosek dan penyuluhan 15 2 Yesmawati, SP Peneliti Pertama Sosial Ekonomi Pertanian - Menyusun rancangan demplot - Menyusun indikator pengukuran demplot - Mengkoordinir penyuluh lapangan dalam pengukuran komponen hasil - Tabulasi dan análisis data kelayakan teknis, dan ekonomis - Membuat KTI bidang SOSEK 10 3 Bunaiyah Honorita, SP Penyuluh Pertama Penyuluhan - Menyusun daftar pertanyaan perubahan PSK - Bersama petugas lapangan mengukur perubahan PSK - Melakukan tabulasi, dan análisis data - Membantu menyiapkan laporan - Membuat KTI perubahan prilaku 10 4 Linda Harta, S.Pt Penyuluh Pertama Nutrisi makanan ternak - Menyusun daftar pertanyaan perubahan PSK - Bersama petugas lapangan mengukur perubahan PSK - Melakukan tabulasi, dan análisis data - Membantu menyiapkan laporan - Membuat KTI perubahan prilaku 10 5 Sanusi Musa Administrasi keuangan - Menyiapkan administrasi keuangan RPD, Rencana pengajuan bahan dan memproses ke PUMK - Membantu kegiatan tim di lapangan 5 39 Lampiran 1. Dokumentasi demplot jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan Gambar 1. Peninjauan calon lokasi demplot Gambar 2. Penyusunan Petunjuk Teknis Bersama penyuluh yang ada di BP3K Gambar 3. Pengolahan lahan Gambar 4. Pembersihan rumput Gambar 5. Lahan siap ditanam Gambar 6. Pembuatan tugal 40 Gambar 7. Perendaman benih kacang tanah Gambar 8. Penamanan kacang tanah Gambar 9. Perendaman benih jagung Gambar 10. Pembuatan lubang tanam Gambar 11. Penanaman jagung Gambar 12. Pencampuran pupuk 41 Gambar 13. Pemupukan tanaman jagung dan kacang tanah Gambar 14. Penyiangan gulma Gambar 15. Jagung siap panen Gambar 16. Panen 42 Gambar 17. Pemipilan jagung Gambar 18. Penjemuran secara modern 43 Lampiran 2. Dokumentasi demplot padi di Kota Bengkulu Gambar 1. Olah tanah Gambar 3. Lokasi persemaian Gambar 2. Pengambilan sampel tanah Gambar 4. Penanaman Gambar 5. Pemupukan Gambar 6. Pengambilan data Ubinan 44 Gambar 7. Panen Gambar 8. Kegiatan Apresiasi Teknologi Gambar 9. Pembukaan dan Kata Gambar 10. Penyampaian teknologi Sambutan dari Kepala BP4K yang diterapkan Gambar 11. Kunjungan lapangan Gambar 12. Pengisian kuesioner 45 Lampiran 3. Dokumentasi demplot jagung di Kota Bengkulu Gambar1.Peninjauan calon lokasi demplot jagung Gambar 2. Penanaman benih jagung Gambar 3. Tanaman jagung umur 7 hari Gambar 4. Pemupukan tanaman jagung Gambar 5. Panen jagung Lampiran 4. Dokumentas Gambar 1. Pembuatan Gambar 3. Pembuata dengan d Gambar 5. Tanaman HST 46 tasi demplot kedelai di Kabupaten lebong n bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pu dan kapur atan lubang tanam ditugal Gambar 4. Penanaman ke an kedelai umur 20 Gambar 6. Tanaman ked HST pupuk kandang kedelai edelai umur 40 47 Gambar 7. Pertanaman kedelai menjelang panen Gambar 8. Pertanaman kedelai siap panen Gambar 9. Pemanenan kedelai Gambar 10. Pengeringan kedelai Gambar 11. Perontokan biji kedelai dengan tresher Gambar 12. Pembersihan kedelai dari kulit dan kotoran 48 Gambar 13. Biji kedelai yang sudah dibersihkan 49 Lampiran 5. Dokumentasi demplot jeruk di Kabupaten Lebong Gambar 1. Peninjauan lokasi demplot jeruk lahan BP3K Gunung Alam Gambar 2. Peninjauan lokasi demplot jeruk lahan BP3K Tabeak Blau Gambar 3. Penyerahan bibit jeruk Gambar 4. Penyiapan lubang tanam jeruk Gambar. 5. Penyiapan lubang jeruk Gambar 6. Lubang tanam jeruk 50 Gambar 7. Penanaman jeruk Gambar 8. Penimbunan lubang jeruk 51 Lampiran 6. Susunan acara dan petugas kegiatanpertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak taniTahun 2015. Waktu Uraian Acara Petugas 10.00 – 10.15 Pembukaan Yesmawati, SP 10.15 – 10.40 Sambutan – sambutan 1. Kepala Desa Sukarami Midian Efendi 2. BPTP Bengkulu Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP 3. Kepala BP4K Bengkulu Selatan 10.40 – 11.10 Budidaya Jagung Linda Harta, S.Pt 11.10 – 11.40 Kiat – kiat mendapatkan angka kredit dari kegiatan demplot Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP 11.40 – 12.20 Kunjungan lapang Tim Kegiatan 12.20 – 13.00 I stirahat dan sholat Pembawa acara 13.00 – 14.30 Diskusi Pembawa acara 14.30 – 15.00 Pendampingan pengisian Bunaiyah Honorita, SP 15.00 - 15.30 Do’a Penutup Engkos Pembawa acara 52 Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di Desa Sukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2015. Gambar 1. Regristrasi peserta apresiasi Gambar 2. Pembukaan acara Gambar 3. Kata sambutan dari Kepala Desa Air Nipis Gambar 4. Kata sambutan dari BP4K Gambar 5.Penyampaian materi budidaya jagung Gambar 6. Penyampaian materi kiat – kiat mendapatkan angka kredit dan pemanduan dalam pengisian kuesioner 53 Gambar 7. Peninjauan kelokasi demplot Gambar 8. Diskusi yang dipandu oleh Korluh BP3K Air Nipis Gambar 7 dan 8. Pertanyaan yang disampaikan penyuluh dan petani 54 Lampiran 8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi PETUNJUK TEKNI S DEMPLOT BUDI DAYA PADI DI KOTA BENGKULU 1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam Rangka Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu 2. Jenis Kegiatan : Diseminasi 3. Lokasi Kegiatan : Kota Bengkulu 4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses adopsi inovasi teknologi budidaya padi. 2. Mendiseminasikan teknologi budidaya padi kepada petani dan penyuluh di wilayah BPP Singaran Patih. 3. Mengetahui minat dan respon petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya padi. 5. Tahapan Pelaksanaan : 5.1. Penentuan Lokasi Demplot Lahan Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran Patih dipilih sebagai lokasi demplot budidaya padi untuk memberikan percontohan langsung kepada petani dan penyuluh di Kecamatan Singaran Patih dan sekaligus memberdayakan BPP sebagai pusat informasi pembangunan pertanian di kecamatan dengan luas lahan demplot sebesar 0,5 ha. 5.2. Penentuan Petani Kooperator Penyuluh Pelaksana Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah Ketua Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran Patih, Bapak Syahabudin dengan didampingi oleh Koordinator Penyuluh BP3K Singaran Patih dan penyuluh pelaksana Desi Anita, SP. 5.3. I mplementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan Demplot budidaya padi dilaksanakan oleh petani kooperator yang telah disepakati oleh penyuluh sebagai pendamping di lapangan. 55 5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya padi terdiri dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi tanaman, jumlah rumpun, jumlah anakan, umur berbunga, produktivitas hasil ubinan, dan komponen hasil jumlah anakan produktiv, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan berat 1000 butir. Data sosial berupa pengetahuan dan persepsi petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya padi yang diterapkan serta data ekonomi meliputi analisis kelayakan perubahan teknologi penerapan sistem tanam jajar legowo 2: 1 dan pemupukan. 5.5. Diskusi Pertemuan di Lahan atau di BPP Singaran patih Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan dan BPP Singaran patih sebanyak 3 kali, yaitu: 1 Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya padi; 2 Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan data; 3 Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot. 6. Metode pelaksanaan Pelaksanaan demplot budidaya padi dilaksanakan dengan 1 perlakuan yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara partisipatif dimulai bulan Mei-September 2015 di BP3K Singaran patih. Teknologi budidaya padi yang akan dilaksanakan adalah: • Varietas unggul • Pengolahan Lahan • Persemaian • Penanaman • Pemupukan • Pengairan • Penyiangan • Pengendalian hama dan penyakit tanaman • Panen dan pasca panen 56 7. Produktivitas hasil ubinan Tinggi tanaman, jumlah rumpun, jumlah anakan, jumlah malai, dan umur berbunga akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali. Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian, pengetahuan dan sikap petani dan penyuluh terhadap teknologi budidaya padi. Data ekonomi yang diambil adalah usahatani padi penggunaan input berupa benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; serta produksi dan harga. 8. Petunjuk Teknis Budidaya Padi a. Varietas unggul. Varietas yang digunakan adalah Cigeulis, dengan deskripsi sebagai berikut: Dilepas tahun : 2002 Tetua : Persilangan Ciliwung Cikapundung I R64 Rataan Hasil : 5 – 8 ton ha gabah kering bersih Umur Tanaman : 115 – 125 hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman : 100 – 110 cm Anakan Produktif : 14 – 16 malai Warna Kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna Daun Telinga : Putih Warna Lidah Daun : Putih Warna Daun : Hijau Muka Daun : Agak Kasar Posisi Daun : Tegak Daun Bendera : Tegak Bentuk Gabah : Ramping Panjang Warna Gabah : Kuning Bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur Nasi : Pulen Bobot 1000 butir : 28 – 29 gram Kadar Amilosa Ketahanan Terhadap Hama Ketahanan Terhadap Penyakit Anjuran : : : : 23 Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Tahan terhadap bakteri hawar daun strain I V Dapat ditanam pada musim penghujan dan kemarau dan cocok ditanam pada lokasi 600 m dpl 57 b. Pengolahan Lahan • Tanah diolah hingga berlumpur dan rata. • Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor, menggunakan bajak singkal dengan kedalaman olah 20 cm. Tunggul jerami, gulma, dan bahan organik yang telah dikomposkan dibenamkan ke dalam tanah bersamaan dengan pengolahan tanah pertama. • Pembajakan dilakukan dua kali, selanjutnya penggaruan untuk perataan lahan dan pelumpuran. c. Persemaian • Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm serta panjang sesuaikan dengan kebutuhan. Luas persemaian adalah 5 dari luas areal pertanaman atau sekitar 500 m untuk tiap hektar pertanaman. • Pupuk kompos secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15 g m. Persemaian diberikan karbufuran untuk menghindari hama burung, orong-orong dan semut. • Sebelum disebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. • Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25- 50 g m atau 0,5 – 1 kg per 20 m. Kebutuhan benih 25 kg ha. Penanaman • Dilakukan pada saat bibit muda 15 – 21 HSS. • 1-3 bibit perlubang. 58 • Sistem tanam legowo Legowo 2: 1 Jarak tanam 20 x 10 x 40 cm = pop. tan 33 rumpun m2. • Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan umur yang sama. d. Pemupukan • Pemupukan dilakukan 3 x selama 1 musim tanam yaitu: pemupukan I = 7-14 HST, I I = 21 – 25 HST dan I I I = 35 – 40HST dengan dosis pupuk spesifik lokasi. • Acuan rekomendasi pemupukan N, P dan K didasarkan pada inovasi Kalender Tanam KATAM Terpadu . Rekomendasi dosis pemupukan untuk demplot seluas 0,5 ha adalah sebagai berikut: Waktu Pemupukan Dosis Pupuk kg Urea NPK Phonska Umur 7 – 14 HST 20 62 Umur 21 – 25 HST 30 63 Umur 35 – 40 HST 37,5 - Jumlah 87,5 125 59 e. Pengairan • Selesai tanam ketinggian air 3 cm selama 3 hari. • Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibuang sampai kondisi macak-macak selama 10 hari. • Fase pembentukan anakan s d fase primordia bunga lahan digenangi air setinggi 3 cm. • Menjelang pemupukan susulan pertama dilakukan drainase dan sekaligus penyiangan. • Fase primordia bunga s d fase bunting lahan digenagi air setinggi 5 cm untuk menekan pertumbuhan anakan baru. • Selama fase bunting s d fase berbunga lahan pertanaman diari 5 cm dan dikeringkan 2 hari secara bergantian. • Fase pengisian biji ketinggian air pertahankan 3 cm. • Seminggu menjelang panen lahan dikeringkan. f. Penyiangan • Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma dan kemungkinan tercampurnya biji gulma dalam benih yang akan dihasilkan. • Penyiangan gulma perlu dilakukan menjelang 21 hari setelah tanam agar ramah lingkungan, hemat tenaga kerja, meningkatkan jumlah udara dalam tanah, dan merangsang pertumbuhan akar lebih baik. • Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung keadaan gulma. Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. I ni dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, jika gulma sudah dikendalikan. 60 g. Pengendalian Hama dan Penyakit • Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHPT Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Terpadu. h. Panen Tepat Waktu • Panen harus memperhatikan: umur tanaman padi, cara pemanenan serta tinggi pemotongan tanaman sebaiknya ketinggian pemotongan sekitar 20 cm dari permukaan tanah dengan maksud jerami yang diangkut dari lahan tidak terlalu banyak sehingga dapat dibuat kompos. • Waktu panen yang tepat dapat di dasarkan : 1. Umur varietas yang tercantum di dalam deskripsi varietas Landak Gasrok Panen tepat waktu 90-95 gabah telah berisi dan menguning. 2. Kadar air 21-26 , 3. Pada saat 30-35 hari setelah berbunga, dan 4. Kenampakan malai 90-95 gabah telah berwarna kuning. i. Perontokan Gabah Sesegera Mungkin Perontokan gabah sesegera mungkin, paling lama 1-2 hari setelah panen. Cara perontokan: Diiles diinjak-injak, dipukul, dibanting, disisir, kombinasi disisir dan dibanting, dan penggunaan alat mesin perontok. j. Ubinan • Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen. • Legowo 2 : 1 Ukuran Ubinan untuk legowo 2 : 1 dapat digunakan 2,4 x 2,4 m atau lebih. Untuk ukuran petak ubinan legowo 2x 1 m, terdapat 192 tanaman.Dalam 1 ha terdapat 1.736.111 petak ubinan. • Konversi hasil ubinan ke dalam Gabah Kering Giling GKG dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Hasil GKG 14 = 100 - Ka 86 x GKP Keterangan: Ka : Kadar air GKP : Gabah Kering Panen GKG : Gabah Kering Giling 61 9. Nama dan Luas Display Kota Bengkulu No. Nama Luas Lahan hektar Varietas Dosis Pupuk Phonska Urea 1. Syahabuddin 0,5 Cigeulis 125 87,5 10. Tahapan Pelaksanaan No Waktu Uraian Rencana Pelaksanaan Tanggal Pelaksanaan Keterangan 1 Pengolahan Tanah Mei 2015 10 Mei 2015 2 20 hss Persemaian Mei 2015 15 Mei 2015 - 3 0 hst Penanaman Pengendalian Keong 2 Juni 2015 3 Juni 2015 4 7 – 14 hst Pemupukan ke 1 62 kg Phonska dan 20 kg Urea 10 Juni 2015 5 21 hst Penyiangan ke 1 22 Juni 2015 6 21 – 25 hst Pemupukan ke 2 63 kg Phonska dan 30 kg Urea 24 Juni 2015 7 40 hst Penyiangan ke 2 6 Juli 2015 8 35 – 40 hst Pemupukan ke 3 37,5 kg Urea 8 Juli 2015 9 Penyemprotan ke 1 10 Penyemprotan ke 2 11 70 hst Penyemprotan Score 12 Agustus 2015 12 Penyemprotan ke 3 13 Penyemprotan ke 4 14 Penyemprotan ke 5 15 Panen 30 September 2015 16 Hasil Ubinan 1 ......... kg Hasil Ubinan 1 ......... kg Hasil Ubinan 1 .........kg 62

11. Rencana Pelaksanaan

No Uraian Kegiatan BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Koordinasi antar instansi Dinas Pertanian dan BPTP 2 Persiapan lahan Pengolahan lahan 3. Persemaian 4. Penanaman 5. Pemupukan I 20 HST 6. Pemupukan I I 40 HST 7. Pemupukan I I I 50 HST 8. Pengairan 9. Penyiangan 10. Pengendalian OPT hama dan penyakit 11. Pengamatan 12. Panen 13. Perontokkan 14. Pengangkutan hasil panen 15. Penjemuran 63

12. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Padi

No. Uraian Minggu ke- 2 4 6 8 10 12 14 Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah rumpun 3. Jumlah anakan 4. Jumlah malai 5. Umur berbunga 6. Produksi hasil ubinan 7. Berat 1000 butir 64 Lampiran 9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari P ETUNJUK TEKNI S DEMPLOT BUDI DAYA BUDI DAYA JAGUNG SECARA TUMPANGSARI DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN 1. Judul RDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu. 2. Jenis Kerja : Desiminasi 3. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bengkulu Selatan 4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam percepatan proses adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K. 2. Mendiseminasikan teknologi budidaya tumpangsari jagung dengan kacang tanah kepada petani, KTNA dan penyuluh di Kabupaten Bengkulu Selatan. 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyuluh dan petani di Kabupaten Bengkulu Selatan 5. Tahapan Pelaksanaan : 5.1. Penentuan Calon Lokasi Demplot : • Wilayah pengembangan jagung potensi pengembangan jagung • Penyuluh dan petani kooperatif • Tersedia lahan garapan 5.2. Penentuan Lokasi • Kemudahan akses ke lokasi Demplot strategis untuk dikunjungi, memenuhi kondisi fisik lokasi 5.3. Persiapan Lahan • Siapkan cangkul atau traktor dan sarana penunjang lainnya. • Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak 1 – 2 kali hingga gembur sambil diratakan. • Buang rumput – rumput liar atau pepohonan yang tidak berguna, kemudian tampung pada suatu pembuangan limbah pertanian. • Tambahkan pupuk kandang, kemudian dibalik dan dicampur merata dengan tanah lapisan atas. • Buat parit setiap 10 m dengan arah timur – barat 65 Gambar 1 dan 2. Pengolahan lahan Gambar 3 dan 4. Pemberian pupuk kandang 5.4. Penanaman Penanaman kacang tanah dan jagung dilakukan dengan cara ditugal. Penanaman kacang tanah dan jagung tidak dilakukan secara serentak namun kacang tanah ditanam 7 – 10 hari lebih dahulu daripada jagung.Tumpangsari yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah tumpangsari jalur atau Strip-intercropping, dua jalur jagung diikiuti 8 jalur kacang tanah.Jarak tanam kacang tanah adalah 40 cm X 15 cm, jarak tanam jagung 40 cm X 40 cm. 5.4.1. Persiapan Penanaman Membuat lubang tanam menggunakan tugal.Tugal dibuat dari batang kayu yang salah satu ujungnya diruncingkan atau berbentuk baji. Keuntungan menggunakan mata tugal pada penanaman atau pemupukan adalah : 1. Tugal mudah diusahakan dengan biaya relatif lebih murah 2. Kedalaman lubang tanam jangan terlalu dalam ± 5 cm 3. Memudahkan dalam pembuatan lubang tanam maupun pemupukan Cara pembuatan lubang tanaman 1. Rentangkan tali rafia mulai dari sisi petakan dan ikatkan pada ajir 66 2. Lakukan penugalan lubang tanam pertama sejauh 20 cm setengah jarak tanam dari sisi petakan. 3. Lakukan penugalan untuk membuat lubang tanaman berikutnya dengan menggunakan tugal bermata tunggal. Gambar 5. Pemasangan tali untuk jalur tanam Gambar 6. Penugalan untuk lubang tanam 5.4.2. Penanaman a. kacang tanah 1. kebutuhan benih kacang tanah yang ditanam dengan metode tumpangsari jalur dengan perbandingan jumlah benih yang digunakan 80 . Benih yang diperlukan untuk 1 ha sebanyak 64 kg dari 80 kg. Benih kacang tanah dibasahi air hingga merata di tempat yang teduh, kemudian direndam dengan campuran air dan insektisida berbahan aktif karbofuran merk dagang : furadan, darmafur dll dengan konsentrasi 1 gr 10 ml air untuk setiap 1 kg benih. 2. Masukkan 1 butir benih kacang tanah ke dalam lubang yang telah dibuat. Tutup lubang dengan tanah tipis. b. Jagung 1. Kebutuhan benih jagung yang ditanam dengan metode tumpangsari jalur dengan perbandingan jumlah benih yang digunakan 40 . untuk 1 ha benih jagung sebanyak 6 kg dari 15 kg. Benih jagung dibasahi air hingga merata di tempat yang teduh, kemudian direndam dengan campuran air, insektisida berbahan aktif karbofuran merk dagang : furadan, darmafur dll dengan konsentrasi 1 gr 10 ml air dan fungisida berbahan aktif metalaksil merk dagang cruser, ridomil, saromyl dll 1,25 gr 10 ml air untuk setiap 1 kg benih. 2. Masukkan benih jagung 1 butir kedalam lubang yang telah dibuat. Tutup lubang dengan tanah tipis. 67 Gambar 7. Benih jagung Gambar 8. Benih kacang Gambar 9. Penanaman benih jagung Gambar 10. Penanaman benih kacang 5.4.3. Pemupukan Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan perangkat uji tanah kering PUTK.Dari hasil uji diperoleh kandungan unsur hara tanah yaitu Phospor dengan status sedang, Kalium dengan status sedang, PH tanah dengan status agak masam dan C organic dengan status sedang. 1. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan dengan jarak 5 – 7 cm dari baris tanaman. Larikan tersebut diisi dengan pupuk kemudian segera ditutup dengan tanah kembali. 2. Pemupukan Kacang Tanah a. Pemupukan kacang tanah dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 15 hari setelah tanam sebanyak 280 kg ha pupuk urea, 140 kg ha SP- 36, 60 kg ha KCl. 68 3. Pemupukan Jagung a. Pemupukan jagung dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 15 hari setelah tanam sebanyak 49 kg ha pupuk Urea, 70 kg ha SP-36, 30 kg ha KCl b. Pemupukan susulan kedua jagung dilakukan saat jagung berusia 35 – 40 HST dengan dosis pupuk 91 kg ha Urea. 4. Pemberian kapur pertanian dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama kacang tanah. Pemberian kapur dilakukan dengan cara membuat larikan berjarak 5 – 7 cm dari tanaman. Pada larikan tersebut ditambahkan kapur pertanian dengan dosis 600 kg ha.Larikan diisi dengan kapur dan segera ditutup dengan tanah. 5. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat olah lahan. Pupuk kandang diberikan sebanyak 2 ton ha. 6. Pemberian karbofuran dilakukan pada saat tanaman kacang tanah berumur 28 – 30 HST. Gambar 11. Pemupukan kacang tanah Gambar 12. Pemupukan jagung 5.5. Pemeliharaan Tanaman 5.5.1. Penyulaman 1. Benih kacang tanah dan jagung akan tumbuh 3 – 7 HST. Apabila dalam waktu tersebut ada benih yang tidak tumbuh, harus segera disulam. 2. Penyulaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam baru pada bekas lubang tanam terdahulu. Kemudian tiap lubang diisi 1 benih 69 kacang tanah dan benih jagung yang baru, selanjutnya benih tersebut ditutup dengan tanah tipis. 3. Penyulaman bertujuan untuk mempertahankan jumlah populasi optimal persatuan luas lahan. 4. Penyulaman yang terlambat akan berpengaruh terhadap benih atau tanaman hasil sulaman dan menyulitkan pemeliharaan tanaman selanjutnya. 5.5.2. Penyiangan dan Pembubunan Rumput liar gulma yang tumbuh dilahan penanaman menjadi pesaing tanaman pokok dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Disamping itu gulma sering menjadi sarang hama atau penyakit. Oleh karena itu, gulma harus dibersihkan disiangi.Penyiangan dilakukan berbarengan dengan pemupukan tanaman. 1. Penyiangan pertama dilakukan pada waktu tanaman kacang tanah berumur 10 - 15 hari setelah tanam HST. 2. Penyiangan kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama jagung pada saat Kacang tanah berumur 20 -25 HST atau jagung berumur 10 – 15 HST. 3. Penyiangan ketiga dilaksanakan bersamaan dengan pemupukan kedua jagung pada saat Kacang tanah berumur 45 -50 HST atau jagung berumur 35 – 40 HST. 4. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan rumput liar gulma secara hati – hati agar tidak menggangu perakaran tanaman. 5. Alat bantu penyiangan dapat berupa kored atau parang. Pada waktu penyingan kedua, dilakukan pembubunan, yaitu tanah digemburkan, kemudian ditimbunkan didekat pangkal batang tanaman. 6. Pembubunan memudahkan bakal buah gynofora menembus permukaan tanah, sehingga pertumbuhannya optimal. 5.5.3. Pengairan 1. Pada fase awal pertumbuhan tanaman kacang tanah dan jagung membutuhkan pengairan yang memadai terutama di musim kemarau. 2. Kebutuhan optimal air harus dipertahankanhingga tanaman berumur 3 minggu. 70 3. Pengairan dihentikan 10 hari sebelum panen untuk memudahkan pemanenan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi atau sore hari. 4. Air berlebihan harus segera dibuang dialirkankepetakan lain. Tanah yang becek atau menggenang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. 5.5.4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT Organisme penggangu tanaman OPT merupakan salah satu faktor pembatas produksi dalam budidaya tanaman. OPT meliputi hama, penyakit dan gulma. Hama adalah serangga atau hewan mamalia yang keberadaannya menimbulkan kerusakan pada tanaman budidaya atau produknya yang menimbulkan kerugian ekonomi.Penyakit adalah cendawan, bakteri, virus yang keberadaannya menimbulkan kerusakan, namun sangat sulit diketahui saat datang dan awal gejalanya.Gulma adalah tumbuhan yang tidak dinginkan dan kehadirannya dapat menurunkan keuntungan usaha tani. Salah satu penyakit paling berbahaya pada jagung adalah penyakit bulai. Penyakit ini mengakibatkan tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Untuk mencegah penyakit bulai pada tanaman jagung diberikan insektisida karbofuran saat tanaman berbunga. Untuk mencegah serangan hama pada kacang tanah, saat tanaman mulai berbunga diberikan insektisida sistemik berbahan dasar karbofuran. Beberapa OPT yang dominan pada tanaman kacang tanah dan jagung antara lain : A. Kacang tanah 1. Thirps • Gejala : warna putih keperak-perakan pada permukaan daun, serangan berat pada permukaan daun, serangan berat pada musim kemarau 2. Pengendalian : pergiliran tanaman, tanam serempak dan penyemprotan pestisida 3. Kutu daun 71 • Gejala : kutu daun hidup bergerombol pada pucuk tanaman, kuncup bunga atau batang muda. Kutu juga berperan sebagai vector virus. • Pengendalian : penanaman serentak dan penyemprotan insektisida 4. Penyakit bercak daun • Penyebabnya jamur cercoospora personata dan cercoospora arachidicola. Gejalanya timbul bercak berukuran 1 – 5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. 5. Penyakit karat • Penyakit : jamur puccina arachidis speg • Gejala : pada daun terdapat bercak – bercak berwarna coklat muda sampai coklat warna karat. Daun gugur sebelum waktunya. • Pengendalian : gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. B. Jagung 1. Hama penggerek batang • Gejala : kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yang terserang yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan atau pangkal tongkol serta batang mudah patah. Kehilangan hasil akibat serangan dapat mencapai 80 . • Pengendalian : waktu tanam yang tepat, tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah, pemotongan sebagian bunga jantan. 2. Hama kutu daun • Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun menguning dan mengering. Gejala tidak langsung sebagai vector virus menimbulkan mosaic ataupun garis – garis klorose sejajar tulang daun • Pengendalian : musuh alami, parasit, insektisida sistematik karbofuran merk dagang : furadan, darmafur dlldiberikan melalui pucuk pada stadia vegetatif. 72 3. Bercak daun • Gejala pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning serta dikelilingi warna coklat. Bercak berkembang dan meluas dari ujung hingga pangkal daun. • Pengendalian : pergiliran tanaman, mengatur kelembaban laham agar kondisi lahan tidak lembab, menggunakan pestisida. 5.6. Panen dan Pascapanen 1. Kacang Tanah • Panen polong kacang tanah yang belum tua menyebabkan penurunan produksi dan kualitas biji, yaitu berat polong turun drastis dan biji – bijinya menjadi keriput setelah dikeringkan. • Panen polong yang terlalu tua menyebabkan banyak biji tumbuh dan polong tertinggal dalam tanah pada waktu dicabut. • Ciri – ciri kacang tanah siap panen untuk benih dan bahan baku industri makanan adalah : 1. Sebagian besar daun menguning dan gugur rontok. 2. Tanaman berumur 85 – 110 hari, tergantung pada varietasnya. 3. Sebagian besar polongnya 80 telah tua. 4. Kulit polong cukup keras dan berwarna coklat kehitaman. 5. Kulit biji tipis dan mengkilap. 6. Rongga polong terisi penuh. • Setelah dicabut dari tanah dengan hati-hati, batang kacang tanah dipotong dari bagian pangkal tanaman ± 10cm. Polong kacang tanah dibersihkan dari tanah yang melekat. Dilanjutkan dengan pemipilan dan perontokan polong. • Pengeringan dengan cara menebarkan polong kacang tanah diatas anyaman bambu atau tikar dan dijemur dibawah terik sinar matahari sampai kering kadar air 9 -12 . • Kacang tanah dapat disimpan dalam bentuk polong kering atau biji kering. 2. Jagung 73 • Panen dilakukan apabila kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras dan telah terbentuk lapisan hitam Black layer minimal 50 disetiap baris biji. • Panen terlalu awal kadar air masih tinggi dapat berakibat biji keriput, warna kusam dan bobot biji lebih ringan. • Panen terlalu lambat terlebih saat masih hujan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur, bahkan biji dapat berkecambah. • Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau dianginkan jika kondisi hujan. • Disarankan tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah dalam karung karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. • Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering kadar air biji ± 20 dengan alat pemipil. • Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 14 . Jika cuaca hujan pengeringan dilakukan dengan mesin pengering, tidak dianjurkan menyimpan biji jagung dalam kondisi kadar air 14 dalam karung untuk waktu lebih dari 1 bulan. 5.7. Parameter yang diamati 5.7.1. Komponen pertumbuhan vegetatif dan Komponen hasil 1. Jagung a. Pertumbuhan vegetatif I ndikator Hari pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST Tinggi tanaman Serangan OPT Keterangan : HST : hari setelah tanam OPT : organisme pengganggu tanaman b. Komponen hasil I ndikator Hasil Pengamatan Keterangan Tinggi tongkol cm Setelah panen Panjang tongkol cm Setelah panen Lingkar tongkol cm Setelah panen Jumlah biji tongkol biji Setelah panen Berat biji tongkol gram Setelah kering Jumlah produksi kg ha Setelah kering 74 Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga bagian tertinggi tanaman jagung. Komponen hasil jagung yang diamati meliputi tinggi tongkol, panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji tongkol dan hasil produksi tanaman jagung. Tinggi tongkol diukur dengan cara mengukur tegak lurus dari tanah hingga pangkal tongkol tumbuh. Panjang tongkol diukur dengan mengukur panjang tongkol jagung dari pangkal tongkol hingga ujung tongkol jagung. Lingkar tongkol diukur dengan cara mengukur diameter tongkol yang telah dipipil pada 3 titik dan nilainya dirata- ratakan sebagai diameter tongkol. Jumlah biji tongkol diukur dengan cara memipil biji jagung dari tongkolnya dan diukur jumlah biji jagung. Hasil produksi tanaman jagung diukur dengan cara mengambil sampel produksi tanaman melalui ubinan. 2. Kacang Tanah a. Pertumbuhan vegetatif I ndikator Hari pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST Tinggi tanaman Jumlah cabang Umur 50 tanaman berbunga Serangan OPT b. Komponen hasil I ndikator Hasil Pengamatan Keterangan Jumlah polong tanaman Setelah panen Jumlah biji polong Setelah panen Jumlah biji tanaman Setelah panen Berat biji tongkol gram Setelah kering Jumlah produksi kg ha Setelah kering Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah cabang. Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga titik tumbuh tanaman tertinggi. Titik tumbuh tanaman terletak pada bagian pucuk tanaman.Komponen hasil kacang tanah yang diamati meliputi jumlah polong tanaman, jumlah biji polong, jumlah biji tanaman dan hasil produksi tanaman. Jumlah biji polong diukur dengan cara mengupas biji 75 kacang tanah pada setiap polong tanaman sampel dan mencatat hasilnya. Jumlah biji tanaman dihitung dengan cara mengupas biji kacang tanah pada tanaman sampel. Hasil produksi tanaman diukur dengan cara mengambil sampel produksi tanaman melalui ubinan. 5.7.2. Perkembangan OPT Perkembangan yang akan diamati meliputi hama dan penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah. Pengamatan dilakukan secara periodik. Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Sukmaraga Dilepas tahun : 14 Februari 2013 Umur 50 keluar rambut : ± 58 hari Masak fisiologis : ± 105 – 110 hari Batang : Tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : ± 195 cm 180 – 220 cm Daun : Panjang dan lebar Keragaman tanaman : Agak seragam Warna rambut : Coklat keunguan Bentuk tongkol : Panjang dan silindris Tinggi tongkol : ± 195 cm 90 – 100 cm Kelobot : Tertutup baik 85 Tipe biji : Semi mutiara semi flint Warna biji : Kuning tua Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris tongkol : 12 – 16 baris Bobot 1000 biji : ± 270 g Rata-rata hasil : 6,0 t ha pipilan kering Potensi hasil : 8,5 t ha pipilan kering Ketahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit bulai P. maydis, penyakit bercak daun H. maydis, dan penyakit karat daun Puccinia sp. Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptif tanah masam 76 Lampiran 2. Deskripsi Kacang Tanah A. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Tuban Dilepas tahun : 7 Agustus 2003 SK Mentan : 398 Kpts SR.120 8 2003 Nomor induk : MLG 7547 Kode galur : GH 7547 Asal : Seleksi galur dan massa dari populasi varietas lokal Tuban asal Semanding Hasil rata-rata : 2,0 t ha polong kering Potensi hasil : 3,2 t ha polong kering Tipe pertumbuhan : Tegak Percabangan : Tegak Warna batang : Ungu Warna daun : Hijau Warna bunga : Pusat bendera : kuning muda Matahari : ungu kemerahan Warna ginofor : Rose merah muda Bentuk polong : Berpinggang Jaring kulit polong : Tidak nyata Bentuk biji : Bulat Tinggi tanaman : 45–60 cm Jumlah polong tanaman : 15–20 buah Jumlah biji polong : 2 1 3 Umur berbunga : 28–31 hari Umur panen : 90–95 hari Bobot 100 biji : 35–38 g Bobot 100 polong : 80–85 g Kadar protein : 21,4 Kadar lemak : 42,5 Ketahanan thd penyakit : Tahan layu, toleran karat dan bercak daun dan agak tahan A. flavus Toleransi abiotik : Toleran kekeringan, toleran kahat Fe dan adaptif di Alfisol alkalis Pemulia : Astanto Kasno, Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni, Trustinah, Mujiono, dan A. Munip Ekofisiologis : Abdullah Taufik Fitopatologis : Nasir Saleh, Sumartini 77 B. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Talam Dilepas tahun : 30 Nopember 2010 SK Mentan : 3794 Kpts SR.120 11 2010 Nomor induk : MLG 0512 Nama galur : No. 16 J 912283-99-C-90-8 Asal : Silangan antara varietas Jerapah Jdengan varietas tahan A. FlavusI CGV 1283 Hasil rata-rata : 2,3 t ha polong kering Potensi hasil : 3,2 t ha polong kering Tipe pertumbuhan : Tegak Sapinsh Rata – rata tinggi tanaman : ± 42 cm Bentuk batang : Bulat Warna batang : Hijau Warna daun : Hijau Warna bunga : Pusat bendera : Berwarna kuning muda Matahari : Merah tua Warna ginofor : Hijau-keunguan Bentuk polong : Berpinggang Kontruksi polong : Dangkal Jaring kulit polong : Sedang Pelatuk : Kecil Bentuk biji : Bulat Warna biji : Merah muda tan Jumlah polong tanaman : ± 27 polong Jumlah biji polong : 2 1 3 polong Warna polong muda : Putih Warna polong tua : Putih gelap Posisi polong : Miring ke bawah Umur berbunga : 28–31 hari Umur panen : 90–95 hari Bobot 100 biji : ± 50,3 gram Kadar protein : ± 26,3 Kadar lemak : ± 45,4 Kadar lemak esensial : ± 44,0 dari lemak total Ketahanan thd hama : Berindikasi agak tahan hama kutu kebul Bemisia tabaci Ketahanan thd penyakit : Tahan terhadap penyakit layu bakteri,agak tahan karat daun, agak tahan bercak daun dan tahan A. Flavushingga 3 bulan setelah panen Keterangan : Agak tahan lahan masam pH 4,5–5,6 dengan kejenuhan Al 30–35 Pemulia : Astanto Kasno, Trustinah, Joko Purnomo, Novita N Patologis : Sumarsini Agronomis : Abdullah Taufiq Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Kacang kacangan dan Umbi-umbian, Malang 78 Lampiran 4. Catatan Harian Farm Record Keeping Demplot Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah. No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan jumlah yang mengerjakan Mulai Selesai Laki-laki Perempuan 1 - Mengolah lahan - Membuat bedengan - Membuat lubang tanam 2 Penanaman - Penanaman kacang tanah - Penanaman jagung 3 Pemupukan - Kacang Tanah 10-15 HST - Jagung 10-15 HST - Pemberian kapur pertanian 10-15 HST - Pemberian darmafuran 28-30 HST 4 Pemeliharaan tanaman - Penyulaman : 1. Kacang Tanah 2. Jagung - Penyiangan dan pembubunan : 1. Pertama 2. Kedua 3. Ketiga 10-15 HST 20-25 HST 45-50 HST 5 Pengamatan A. Jagung 1. Tinggi tanaman 2. Panjang tongkol 3. Lingkar tongkol 4. Tinggi tongkol 5. Jumlah biji tongkol 6. Hasil produksi tanaman 7. Umur panen B. Kacang Tanah 1. Tinggi tanaman 2. Mulai berbunga 3. Jumlah polong tanamn 4. Jumlah biji polong 5. Jumlah biji tanaman 6. Hasil produksi tanaman 7. Umur panen 79 Lampiran 5. Kegiatan Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah No Uraian Tanggal Keterangan 1. Tanam Kacang tanah n 2. Penyulaman Kacang tanah n s.d. n + 3 3. Penanaman Jagung n+ 10 4. Pemupukan Kacang tanah Penyiangan gulma n+ 10 s.d n+ 15 5. Penyulaman Jagung n+ 10 s.d n+ 13 6. Pemupukan susulan Jagung Penyiangan gulma n+ 20 s.d n+ 25 7. Pemupukan susulan Jagung Penyiangan gulma n+ 45 s.d n+ 50 8. Panen Kacang Tanah n+ 85 s.d n+ 110 9. Panen Jagung n+ 120 s.d n + 125 80 Lampiran 6. Rancangan Demplot Denah Penanaman Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah Keterangan : Jagung 40cm X 40cm Kacang tanah 40cm X 1 5cm Lampiran 7. Komposisi Pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK 1. Kacang Tanah Hara yang ditambahkan Waktu aplikasi HST 10 – 15 Urea 280 kg ha SP-36 140 kg ha KCl 60 kg ha Catatan : Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umur tanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakan dengan pupuk tunggal. 2. Jagung Hara yang ditambahkan Takaran kg ha Waktu aplikasi HST 10 – 15 35 – 40 Urea 125 – 350 49 kg ha 91 kg ha SP-36 100 – 200 70 kg ha - KCl 50 – 200 30 kg ha - Catatan : Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara dalam tanah dari hasil analisis tanah atau rekomendasi setempat. Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umur tanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakan dengan pupuk tunggal. Dosis pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK 3. Pupuk kompos sebanyak 2 ton ha 4. Kapur pertanian sebanyak 500 kg ha 81 Lampiran 8. Jenis I nsektisida dan Fungisida yang Digunakan 1. Tanaman Jagung c. Karbofuran merk dagang : furadan, darmafur : 16 kg ha d. Metalaksil merk dagang : rindomil, saromyl : 50 ml ha 2. Tanaman kacang tanah a. Karbofuran merk dagang : furadan, darmafur : 16 kg ha Lampiran 9. Form pengamatan Tabel 1. Tabel pengamatan Jagung No. Keterangan Tinggi Tanaman Tinggi Tongkol Produksi Tanaman Tabel 2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah No. Keterangan Tinggi Tanaman Jumlah Cabang Produksi Tanaman Tabel 3. Tabel Pengamatan Komponen Hasil Jagung No. Keterangan Panjang Tongkol Lingkar Tongkol Jumlah Biji tongkol Tabel 4. Tabel Pengamatan Komponen Hasil Jagung No. Keterangan Jumlah polong tanaman Jumlah biji tanaman 82 Lampiran 10. Petunjuk teknis teknologi budidaya kedelai PETUNJUK TEKNI S DEMPLOT BUDI DAYA KEDELAI DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH 1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam Rangka Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu 2. Jenis Kegiatan : Diseminasi 3. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bengkulu Tengah 4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses adopsi inovasi teknologi budidaya kedelai. 2. Mendiseminasikan teknologi budidaya kedelaikepada KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K Jayakarta. 3. Mengetahui minat dan respon KTNA dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya kedelai. 5.Tahapan Pelaksanaan : 5.1. Penentuan Lokasi Demplot Lahan BP3K Jayakarta dipilih sebagai lokasi demplot budidaya kedelai untuk memberikan percontohan langsung kepada KTNA dan penyuluh di Kecamatan Talang Empat dan sekaligus memberdayakan BP3K sebagai pusat informasi pembangunan pertanian di kecamatan. 5.2. Penentuan Petani Kooperator Penyuluh Pelaksana Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah koordinator penyuluh BP3K Jayakarta. Koordinator penyuluh akan menunjuk penyuluh sebagai pendamping lapangan petani. 5.3. I mplementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan Demplot budidaya kedelai dilaksanakan oleh petani kooperator atau pelaksana demplot yang ditunjuk dan telah disepakati dengan penyuluh sebagai pendamping di lapangan. 83 5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya kedelai terdiri dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi tanaman cm, berat polong gram, berat brangkasan gram, kandungan unsur hara dalam tanah N, P, K, dan Capada saat awal dan akhir percobaan. Data sosial berupa pengetahuan, persepsi, dan respon petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya kedelai.Sedangkan data ekonomi meiputi analisis kelayakan perubahan teknologi. 5.5. Diskusi Pertemuan di Lahan atau di BP3K Jayakarta Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan atau BP3K Jayakarta sebanyak 3 kali, yaitu: 1 Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya kedelai; 2Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan data; 3 Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot. 6. Metode pelaksanaan: Pelaksanaan demplot budidaya kedelai dilaksanakan dengan 1 perlakuan yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara partisipatif dimulai bulan Januari s d Desember 2015 di BP3K Jayakarta. Teknologi budidaya kedelai yang akan dilaksanakan adalah: • Varietas unggul • Benih bermutu dan berlabel • Penyiapan lahan • Penanaman • Pemupukan • Pemberian bahan organik dan ameliorant • Pengendalian hama dan penyakit tanaman • Panen dan pasca panen 7. Data yang Diambil Data yang diambil dalam pelaksanaan demplot teknologi budidaya kedelai mulai dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan meliputi data agronomi dan data sosial ekonomi. Data agronomi yang diambil terdiri dari: 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah cabang 3. Umur berbunga 4. Jumlah polong 5. Jumlah biji per 6. Berat 100 biji 7. Produktivitas h 8. Persentase biji Tinggi tanaman, periodik setiap 2 m Data sosia pengetahuan dan ekonomi yang dia benih, pupuk, pest 8. Petunjuk Teknis B A. Varietas unggul. Varietas yang d berikut: Dilepas tahun Daya hasil Warna hipokotil Warna epikotil Warna daun Warna bulu Warna bunga Warna kulit biji Warna polong m Warna hilum Bentuk daun Ukuran daun Tipe tumbuh Umur berbunga Umur polong ma Tinggi tanaman Percabangan Jml. buku batan Bobot 100 biji Kandungan prot Kandungan lema Kerebahan Ketahanan thd p Sifat-sifat lain 84 olong per rumpun per polong iji s hasil ubinan biji yang rusak , jumlah cabang, dan umur berbunga akan 2 minggu sekali. sosial yang diambil meliputi data profil wilay an sikap penyuluh terhadap teknologi budiday diambil adalah usahatani kedelai penggunaa estisida, tenaga kerja; produksi dan harga. is Budidaya Kedelai l. digunakan adalah Anjasmoro, dengan desk : 22 Oktober 2001 : 2,03–2,25 t ha til : Ungu il : Ungu : Hijau : Putih : Ungu iji : Kuning masak : Coklat muda : Kuning kecoklatan : Oval : Lebar : Determinit a : 35,7–39,4 hari masak : 82,5–92,5 hari n : 64 - 68 cm : 2,9–5,6 cabang ang utama : 12,9–14,8 iji : 14,8–15,3 g otein : 41,8–42,1 mak : 17,2–18,6 : Tahan rebah d penyakit : Moderat terhadap karat daun : Polong tidak mudah pecah an diamati secara ilayah pengkajian, aya kedelai. Data aan input berupa deskripsi sebagai n B. Benih Bermutu • Benih memilik • Diperoleh dari C. Penyiapan Lahan • Olah tanah sec • Taburkan bah sebanyak 3 ton D. Penanaman • Tugal lahan ya • Buat jarak tan terjadi akumula • Jumlah popula kebutuhan ben E. Pemupukan Pupuk tanaman d dosis sebagai berik Waktu Pem Saat Tanam Umur 14 HST F. Amelioran pada la • pH 4,5-5,3 seba • pH 5,3-5,5 seba • pH 5,5-6,0 seba 85 utu dan Berlabel iliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang t ari benih berlabel yang sudah lulus proses sertif n secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali di ahan organik pupuk kompos pada lahan ya ton hektar. yang telah diolah dan siap dengan kedalaman tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji lubang ta ulasi serangan hama penyakit serta kekuranga ulasi tanaman antara 350.000-500.000 tanam enih 40-60 kg ha, tergantung pada ukuran biji. dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, d erikut: mupukan Dosis Pupuk kg h Urea SP-36 50 40 50 35 lahan kering masam banyak 2 ton kapur ha banyak 1 ton kapur ha banyak 0,5 ton kapur ha g tinggi 85 . rtifikasi. li digaru. yang telah diolah an 2 – 3 cm. tanamagar tidak gan air. aman ha dengan biji. , dan KCl dengan g ha KCl 50 50 86 G. Pengendalian hama dan penyakit Beberapa hama utama pada tanaman kedelai yang perlu diwaspadai dan dikendalikan adalah: Lalat bibit Ophiomyia phaseoli, Pengisap polong Riptortus linearis, Ulat grayak Spodoptera litura, Penggerek polong Etielia zincekenella. Teknik pengendaliannya yaitu: 1. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Jika populasi hama tinggi atau kerusakan daun 12,5 dan kerusakan polong 2,5 , tanaman perlu disemprot dengan insektisida efektif. 2. Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, serta penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau yang ditanam pada pematang sawah. 3. Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Pakopsora pachyrhizl, hawar daun Pseudomonas syringae dikendalikan dengan Mancozep dan virus yang belum dapat dikendalikan dengan pestisida. Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida Decis. Waktu pengendalian adalah pada saat tanaman berumur 14, 28 dan 42 hari atau menyemprot berdasarkan populasi hama vektornya. Hama Ulat Grayak Hama Penggerek Polong 87 H. Panen dan Pasca Panen • Panen dilakukan pada umur 82,5–92,5 hari, saat biji mencapai fase masak yang ditandai dengan95 polong telah berwarna coklat atau kehitaman dan sebagian besar daun pada tanaman sudah rontok. Panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang. • Brangkasan kedelai hasil panen langsung dihamparkan dibawah sinar matahari dengan ketebalan 25 cm selama 2-3 hari tegantung cuaca menggunakan alas. Pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai 14 . • Hindari menumpuk brangkasan basah lebih dari 2 hari sebab akan menjadikan benih berjamur dan mutunya rendah. Brangkasan kedelai yang telah kering kadar air sekitar 14 secepatnya dirontokkan baik secara manual maupun mekanis threser. Hama Penggerek Pucuk Penyakit Hawar Daun 88

2.3. Rencana Pelaksanaan