peningkatan kapasitas penyuluh 2015

(1)

LAPORAN AKHI R

PENI NGKATAN KAPASI TAS PENYULUHAN

DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN

I NOVASI PERTANI AN

DI PROVI NSI BENGKULU

( 7 Teknologi : padi, saw it- sapi, jeruk gerga,

pengendalian PBK, jagung, kedelai)

UMI PUDJI ASTUTI

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

2015


(2)

LAPORAN AKHI R

PENI NGKATAN KAPASI TAS PENYULUHAN

DALAM PERCEPATAN PENYEBARAN

I NOVASI PERTANI AN

DI PROVI NSI BENGKULU

( 7 Teknologi : padi, saw it- sapi, jeruk gerga,

pengendalian PBK, jagung, kedelai)

Umi Pudji Astuti

Yesmaw ati

Bunaiyah Honorita

Linda Harta

Sanusi Musa

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

2015


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2015.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan laporan masih banyak ditemui berbagai kendala dan kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan sumber perbaikan, mudah-mudahan dapat member manfaat bagi kita semua. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini, diucapkan terimakasih. Semoga hasil kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian di Propinsi Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2015 PenanggungJawab

Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP NI P. 19610531 199003 2 001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. JudulRDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan Dalam Rangka Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Penelitian (L/ B) Lama

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MPDD

b. Pangkat / Golongan : Pembina TK I / I V.b

c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem :

-9. Tahun Mulai : 2014 10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : 1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot dan demcara di BP3K/ BPP.

2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.

12. Output Akhir : Meningkatnya kapasitas komunikasi/ penyuluhan Dalam Rangka Percepatan I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu 13. Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluh

juta delapan ratus dua puluh ribu rupiah)

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibawa, MP NI P.19690427 199803 1 001

Penanggungjawab Kegiatan

Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP NI P.19610531 199003 2 001

Mengetahui, Kepala BBP2TP,

Dr. I r.Abdul Basit, MS

Kepala BPTP Bengkulu,


(5)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

DAFTAR I SI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPI RAN... vii

RI NGKASAN ... viii

SUMMARY... x

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Keluaran yang diharapkan ... 2

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 3

2.1. KerangkaTeoritis ... 3

2.2. Hasil Pengkajian Terdahulu ... 3

I I I . PROSEDUR ... 10

3.1. Metode Pelaksanaan... 10

3.2. Waktu dan lokasi ... 10

3.3. Pelaksanaan kegiatan ... 10

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 13

V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 31

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 32

JADUAL KERJA……… ... 33

PEMBI AYAAN ………... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil

pengkajian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015... 14 2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku

inovasi :petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015... 15 3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatan

kapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 ... 16 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh di

Provinsi Bengkulu tahun 2015 ... 19 5. Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan Singaran

Patih Kota Bengkulu, Mei-September 2015 ... 21 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,

Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015 ... 22 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal di BP3K

Tabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015. ... 24 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di

BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015... 25 9. Sikap Kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai

di BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ... 25 10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di

BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ……….. ... 26 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal Kecamatan

Muara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015 ………... 27 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelah

mengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di Desa Jayakarta Kecamatan Talang I V Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun

2015 ... 28 13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakan


(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman 1. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kabupaten Bengkulu

Selatan ... 39

2. Dokumentasi kegiatan demplot padi di Kota Bengkulu ... 43

3. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kota Bengkulu ... 45

4. Dokumentasi kegiatan demplot kedelai di Kabupaten Lebong ... 46

5. Dokumentasi kegiatan demplot Jeruk di Kabupaten Lebong ... 49

6. Susunan Acara Kegiatan Pertemuan Apresiasi Teknologi antar Pelaku I novasi yaitu Petani, Penyuluh Lapang dan Kontak Tani Tahun 2015 ... 51

7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku I novasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di Desa Sukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2015 ... 52

8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi ... 54

9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari ... 64

10. Petunjuk teknis teknologi kedelai ... 82


(8)

RI NGKASAN

1 Judul : Peningkatan Kapasitas penyuluh, peneliti dalam percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Bengkulu (7 teknologi)

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu

3 Tujuan : 1. Meningkatkan peran penelitidan penyuluh dalam mempercepat proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/ BPP.

2. Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.

4 Keluaran : 1. Meningkatnya peran penelitidan penyuluh dalam percepatan proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan 7 unit demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K . 2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di 6 wilayah BP3K/ BPP.

5 ProsedurPelaksanaan : 1. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan/ Komunikasi Dalam Rangka Percepatan I novasi Pertanian Di Provinsi Bengkulu dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2015.

2. Pendekatan kegiatan desiminasi meliputi : Pertemuan langsung, On farm trial melalui demplot dan demcara di lapangan (BP3K/ BPP),Partisipatif, dan spesifik lokasi. 3. Lingkup kegiatan desiminasi :

a. Pertemuan intern dan stekeholders

b. Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedelai, dan budidaya tumpang sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan penyuluh (BPTP dan lapangan).

c. Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna d. Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi


(9)

Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, (ii) Mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang.

e. Melaksanakan Demonstrasi Plot di wilayah kerja BP3K.

f. Narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah), tentang teknologi padi, integrasi sawit-sapi, jeruk gerga, jagung, kedelai, pengendalian Penggerek buah Kakao), maupun cara menyusun KTI penyuluh.

g. Data dananalisis data,

h. Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul

4. Metode desiminasi : demplot/on farm trial, demcara, pertemuan melalui apresiasi teknologi, pertemuan sebagai nara sumber, dan penyampaian leaflet dan brosur.

6 Capaian : 1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTP oleh petani, KTNA dan penyuluh di 6 wilayah BP3K/ BPP di 4 Kabupaten dan Kota.

2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagi penyuluh di lapangan di 15 BP3K di 4 Kabupaten dan Kota

3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalah dan 3 KTI berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan

7 Manfaat : 1. Tersebarnya inovasi pertanian secara cepat kepada pengguna (petani, KTNA dan penyuluh di wilayah BP3K/ BPP).

2. Tersedianya bahan informasi berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi bagi penyuluh, KTNA dan petani di Daerah. 8 Dampak : 1. Mempercepat peningkatan produktivitas

pertanian

2. Meningkatnya kesejehteraan petani di Daerah

9 Jangka Waktu : Satu Tahun

10 Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluh juta delapan ratus dua puluh ribu rupiah)


(10)

SUMMARY

1 Title : The I mprovement of the Extensionist, Reseacher Capacity in The Accerelaration of Agriculture I nnovation Development in Bengkulu Province (7 Technologies)

2 I mplementing Unit : AI AT Bengkulu 3 Objectives : Bengkulu Province

4 Purpose : 1. To improve the role of researcher and extensionist in accelerating the expansion process of agricultural innovations adoption through demonstration plot activities in BP3K/ BPP.

2. To disseminate 7 technologies of AI AT’s study results to farmers, KTNA and extensionist in the region of BP3K/ BPP.

5 Output : 1. The improvement of the role of researcher and extensionist in accelerating the expansion process of agricultural innovations adoption through demonstration plot activities in BP3K/ BPP.

2. The dissemination of 7 technologies of AI AT’s study results to farmers, KTNA and extensionist in the region of BP3K/ BPP. 5 Methodology : 1. The activity of the improvement of

extension/ communication capacity in order to accelerate the innovation of agriculture in Bengkulu Provincy was held in January -December 2015.

2. The Approach of dissemination activities include: meeting directly, on farm trial through demonstration plot and demonstration way in the field (BP3K/ BPP), participatory and specific location.

3. The scope of dissemination activities are: 1) I nternal and stekeholders meeting.

2) The preparation of materials innovation assessment results (rice technology, integration of plantation oil-cow, gerga citrus, corn, soybeans, cocoa fruit borer control techonologyes) aimed to improve the role of the researcher and extensionist (AI AT and field).

3) The arrangement of information materials: the control of cocoa fruit borers, fermented palm fronds and leaves for animal feed, compost production technology aimed to accelerate innovation delivery to the users. 4) The activity of Technology Appreciation


(11)

researcher, extensionist, and contact farmers. The aim of this activity are: (i) to communicate the assessment result, idea and concept to improve farming performance, (ii) to gain the feedback of agriculture innovation implementation in the field.

5) To I mplement Demonstration Plot in the working area of BP3K.

6) Speakers at BPP (The preparation of LPM, synopsis, and paper) about rice technology, integration of plantation oil-cow, gerga citrus, corn, soybeans, cocoa fruit borer control techonologies).

7) Data and analysis of data.

8)To prepare of scientific papers like technology information that documented in the library of BPTP and BP3K as many as 3 titles

4. Dissemination method: demonstration plot/ on farm trial, demonstration way, meeting through technology appreciation, speaker, and delivery leaflets and brochures.

6 Achievement : 1. Knowing of 7 technologies of AI AT study result by farmers, extensionist in the region of BP3K/ BPP in 4 districts.

2. Dissemination the way of scientific paper writing to extensionist in 15 BP3K in 4 districts.

3. The completion of scientific papers as many as 4 titles of paper and 3 titles of scientific paper in the form book that documented in the library.

7 Benefit : 1. The spread of agricultural innovation quickly to users (farmers, KTNA and extensionist in the region of BP3K/ BPP).

2. The availability of information materials based on specific location of agricultural innovations for extensionist, KTNA and farmers in the region.

8 I mpact : 1. The acceleration of agricultural productivity increasing.

2. The increasing of farmers welfare in the region.

9 Duration : Annualy


(12)

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan teknologi hasil litkaji diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Output kegiatan litkaji yang layak akan ditindaklanjuti dengan kegiatan desiminasi. Output litkaji disebut “layak” apabila hasil litkaji merupakan output yang berpotensi untuk memberikan outcome, benefit, dan dampak kepada pengguna. Selain output tersebut, kinerja perluasan dan percepatan suatu inovasi pertanian juga sangat dipengaruhi oleh(i) ketepatan (efektif dan efisien) strategi pemasyarakatan inovasi pertanian, (ii) sinergi hubungan antar pelaku inovasipertanian (peneliti, penyuluh, petani, penentu kebijakan, swasta), dan (iii) sinergi hubungan kelembagaan antar institusi yang terkait dengan pembangunan pertanian.

Kinerja sistem alih teknologi akan berhasil dan berdaya guna apabila mendapat dukungan dari tiga kelembagan yang saling terkait yaitu (i) kelembagaan penelitian dan pengembangan, (ii) kelembagaan penyuluhan, dan (iii) kelembagaan petani. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu rangkaian yang saling mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak dapat bekerja sendiri-sendiri.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi, komunikasi dan diseminasi diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan memperluas pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil penelitian dan pengkajian (litkaji) oleh pengguna (pelaku utama dan pelaku usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan inovasi/ teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga sebagai upaya scalling up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan efektif.

Tuntutan pencapaian tujuan pembangunan pertanian saat ini cukup berat (pencapaian swasembada pangan), sehingga bekal kemampuan teknis harus dikuasai oleh petugas di lapangan.Materi penyuluhan oleh penyuluh di lapangan sangat terbatas, di lain pihak, BPTP sebagai unit pelaksanan teknis Balitbangtan


(13)

memiliki berbagai inovasi/ teknologi baru yang cukup banyak dan siap didiseminasikan kepada penyuluh di lapangan.I novasi BPTP masih terbatas sampai di pengguna, sehingga perlu upaya mempercepat penyampaian inovasi/ teknologi baru melalui berbagai metode, saluran dan media penyuluhan yang lebih banyak.

Jumlah penyuluh pertanian di Provinsi Bengkulu sebanyak 579 PNS dan 367 THL, jumlah ini belum sebanding dengan jumlah Desa yang harus didampingi yaitu sebanyak 1.517 (Bakorluh Provinsi, 2015). Demikian halnya dengan jumlah institusi penyuluhan (BP3K) di Provinsni Bengkulu belum sesuai UU no.16 yang mengamanatkan setiap kecamatan memiliki 1 lembaga penyuluhan BP3K. Jumlah BP3K saat ini berjumlah 100 dari 127 Kecamatan sehingga 1 BP3K memiliki wilayah kerja sampai 2 Kecamatan. Melihat kondisi penyuluhan di Provinsi Bengkulu yang sangat terbatas maka perlu adanya upaya dari Pemerintah Pusat untuk meningkatkan dan memperkuat penyuluh di lapangan.

Melalui kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan Dalam Rangka Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian Di Provinsi Bengkulu diharapkan mampu membantu dan memperlengkapi penyuluh di lapangan dalam teknologi serta menumbuhkan kembali berbagai kegiatan dan metode penyuluhan yang efektif sesuai kebutuhan pengguna.

1.2. Tujuan

1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/ BPP. 2. Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan

penyuluh di wilayah BP3K/ BPP.

1.3. Keluaran yang diharapkan

1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/ BPP. 2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan

penyuluh di wilayah BP3K/ BPP. 3.


(14)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Dalam konteks transfer teknologi, Badan Litbang Pertanian telah menggunakan berbagai media sebagai wahana promosi teknologi yang dihasilkan baik itu diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara berkelanjutan. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan menerapkan hasil litkaji tersebut dalam usaha pertanian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Fauzia (2002), ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan BPTP akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan (khalayak pengguna). Untuk itu, BPTP memerlukan suatu sistem informasi dan komunikasi serta diseminasi yang efektif dan efisien agar khalayak penggunanya dapat memperoleh informasi teknologi yang dibutuhkannya dengan mudah dan relatif cepat.

Sebagai terjemahan dari hal “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan yang dalam ini merupakan penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto dalam

Risna, dkk,2012). Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community ) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment ). Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi/ teknologi baru (Wiriatmadja, 1976; Mardikanto, 1993). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.


(15)

Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal dimaksudkan agar penerima manfaat utama penyuluhan yaitu petani dan keluarganya bersedia merubah perilaku mereka yang meliputi perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menolong dirinya sendiri untuk memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Dalam hal ini peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena penyuluh bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan berhubungan langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-masalah yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-masalah tersebut. Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan tenaga-tenaga penyuluh yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan seperti yang direncanakan (Wijianto, Arip, 2008). Peran utama bagi penyuluh pertanian adalah penyuluh sebagai penasehat/ advisor, penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung/middleman, penyuluh sebagai organisatoris dan penyuluh sebagai agen pembaharuan (Marzuki dalam

Saridewi dan Siregar, 2010).

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:

1. Mengerjakan artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.

2. Akibat artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.

3. Asosiasi artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatanlainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.

Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian : 1. Minat dan kebutuhan artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu

kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.

2. Organisasi masyarakat bawah artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.


(16)

3. Keraguan budaya artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.

4. Perubahan budaya artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.

5. Kerjasama dan partisipasi artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.

6. Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.

7. Belajar sambil bekerja artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.

8. Penggunaan metode yang sesuai artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi dan nilai sosial budaya.

9. Kepemimpinan artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.

10. Spesialis yang terlatih artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.

11. Segenap keluarga artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.


(17)

Model diseminasi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah melalui berbagai channel (Gambar.1).

Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) (Badan Litbang Pertanian ,2011)

Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/ aplikatif dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/ membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh. Peran BPTP pada kegiatan Balai Penyuluhan di Kecamatan atau BP3K cukup strategis seperti pada bagan berikut.


(18)

Sumber: presen

2.2. Penelitian Terd

Hasil penelitian dengan saluran kom 1) saluran komunikasi saluran antar pribadi 2) saluran kosmopolit relatif lebih penting penting dibandingkan

adopter) dibandingka kosmopolit relatif leb adopter awal (early ad

Hasil pengkajia Diseminasi Teknologi Provinsi Bengkulu me

sentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015

rdahulu

ian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2 omunikasi menunjukan beberapa prinsip se asi massa relatif lebih penting pada tahap pe

di (interpersonal) relatif lebih penting pada olit lebih penting pada tahap pengetahuan da

g pada tahap persuasi; 3) saluran media ma an dengan saluran antar pribadi bagi adop kan dengan adopter akhir (late adopter); lebih penting dibandingkan dengan saluran

adopter) dibandingkan dengan adopter akhir ( jian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang B ologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kab

menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pe

(2008) berkaitan sebagai berikut: pengetahuan dan a tahap persuasi; dan saluran lokal masa relatif lebih opter awal (early

); dan 4) saluran n lokal bagi bagi ir (late adopter).

Berbagai Metode Kabupaten Lebong pengetahuan dan


(19)

membutuhkan media informasi berupa film pertanian, klinik tani (TVRI ), siaran pedesaan, pertemuan kelompok, dan koran. Sedangkan petugas/ penyuluh lapangan membutuhkan media berupa buku saku, berita TV, berita radio, kursus/ pelatihan, anjangsana, demonstrasi, pertemuan kelompok, temu lapang/ temu teknis dan gelar teknologi. Persepsi petani terhadap pengembangan jeruk menunjukkan 64,29% petani memiliki persepsi yang baik,dan 35,71% petani memiliki persepsi yang kurang baik. Media cetak lebih efektif digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan media audiovisual.

Hasil kajian efektifitas metode diseminasi Jeruk di Kabupaten Lebong disimpulkan bahwa Media cetak (leaflet, liptan, buku saku) lebih efektif digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan media audiovisual (film dan presentasi). Secara statistik penggunaan media cetak dapat meningkatkan tingkat pengetahuan petani; sedangkan temu lapang dapat meningkatkan pengetahuan petani sebesar 74,19% , sedangkan pelatihan teknologi meningkatkan ketrampilan petani sebesar 40% (Astuti, et all

2013)

Hasil pengkajian Wijianto (2008) tentang Hubungan Antara Peran Penyuluh dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel peranan penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota. Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani.

Risna, et all. (2012) dalam pengkajiannya tentang Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyimpulkan bahwa permasalahan dalam peran penyuluhan pertanian yaitu belum melaksanakan peran sebagai supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap pengendalian hama terpadu pada kelompok tani.


(20)

Pengkajian oleh Abdullah,et all. (2008) mengenai Peranan Penyuluhan dan kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong menunjukkan bahwa penyuluhan sangat memiliki peranan penting dalam pengembangan peternakan khususnya dalam penguatan kelompok tani dan peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada peternak. Keberhasilan penyuluhan sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang digunakan.

Berdasarkan hasil penelitian Shawwal,et all. (2012) mengenai penyuluhan terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani (kasus petani padi) di Kabupaten Luwa Utara menunjukan bahwa kontribusi penyuluhan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi, sedangkan pendidikan, pengalaman berusahatani, kontak dengan penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan biaya usahatani memberikan kontribusi positif.


(21)

I I I . PROSEDUR

3.1. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan diseminasi meliputi : demplot/on farm trial, pertemuan dan apresiasi teknologi, pertemuan sebagai narasumber dan penyampaian leaflet dan brosur.

3.2. Lokasi dan Waktu pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan di 10 Kabupaten/ Kota, dimulai bulan Januari – Desember 2015. Kegiatan demplot, peningkatan kapasitas penyuluh lapangan dilaksanakan di 3 Kabupaten dan Kota di wilayah kerja BP3K Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Lebong dan BP3K Kota Bengkulu.

3.3. Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Persiapan

1) Pertemuan Tim/ penajaman RODHP. RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP disusun lebih rinci dan operasional, baik dari aspek administrasi/ keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirinci lagi menjadi petunjuk teknis kegiatan diseminasi misalnya demplot.

2) Koordinasi dengan stakeholders. Koordinasi dilakukan dengan BP4K untuk memberitahukan dilaksanakannya kegiatan desiminasi melalui demplot dan meminta masukkan wilayah mana yang mempunyai potensi untuk pengembangan komoditi tanaman pangan.

3) Hunting lokasi BP3K, sebelum dilakukan hunting lokasi terlebih dahulu berkoordinasi dengan BP3K/ BPP untuk memberitahuakan adanya kegiatan desiminasi melalui demplot yang akan digunakan sebagai ajang pembelajaran bagi petugas penyuluh lapangan. Kemudian dilanjutkan dengan peninjauan langsung ke beberapa calon lokasi demplot.

4) I dentifikasi inovasi yang akan didiseminasikan, penyusunan daftar pertanyaan dan parameter pengukuran.

3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan

1) Pertemuan peneliti, penyuluh BPTP untuk menentukan 7 inovasi teknologi yang didiseminasikan. Hasil diskusi ditentukan 7 inovasi yang


(22)

didesiminasikan tahun 2015 adalah: teknologi Padi, Jagung, Kedelai, Jeruk Gerga, Pengendalian Hama Buah Kakao (PBK), Kelapa Sawit dan Sapi.

Dari 7 I novasi yang didesiminasikan dilakukan melalui penerbitan dan penyebaran bahan informasi berupa leaflet, banner, buku dan Demplot/ demcara

2) Pertemuan dengan stekeholders

3) Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedele, dan budidaya tumpang sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan penyuluh (BPTP dan lapangan).

4) Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna

5) Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi antar pelaku inovasi yaituPeneliti, penyuluh lapangan dan Kontak Tani. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, (ii) Mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang.

6) Melaksanakan Demonstrasi Plot dan demonstrasi cara di wilayah kerja BP3K. 7) Narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah), tentang

teknologi padi, integrasi sawit -sapi, jeruk gerga, jagung, kedele, pengendalian Penggerek buah Kakao), maupun cara menyusun KTI penyuluh.

8) Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul

9) Data dan analisis data meliputi :

Data yang diperlukan dalam kegiatan diseminasi ini Antara lain : data sekunder dari SKPD terkait berupa keragaan dan profil wilayah dan data primer dari petani, penyuluh, petugas sebagai sasaran diseminasi berupa pengetahuan, sikap (motivasi,respon, minat) dan ketrampilan.

I ndikator yang diukur :


(23)

2. Peran penyuluh pertanian pada kegiatan Demplot/ demcara.

3. Jumlah penerima informasi melalui demplot/ demcara maupun pertemuan. 4. Jumlah KTI yang tersusun


(24)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Meningkatkan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam Percepatan Penyebaran I novasi Pertanian di Provinsi Bengkulu ( 7 Teknologi) .

Untuk mencapai tujuan meningkatkan kapasitas penyuluh, peneliti dalam penyebaran 7 inovasi pertanian dilakukan melalui kegiatan:

1. Menyusun petunjuk teknis budidaya padi dengan pendekatan PTT, petunjuk teknis bududaya Jagung di lahan sub optimal, teknis budidaya kedele dan teknis tumpang sari jagung – kacang tanah spesifik Bengkulu

Petunjuk teknis budidaya disusun oleh peneliti, penyuluh BPTP dan penyuluh lapangan, dengan tujuan memberikan acuan bagi penyuluh di lapangan dan petani dalam pelaksanaan demplot yang akan dilaksanakan. Petunjuk teknis ini selanjutnya dibuat dalam bentuk buku dan didokumentasikan di BP4K, BP3K dan BPTP

2. Menyusun daftar pengamatan dan daftar pertanyaan

3. Untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna dilakukan melalui kegiatan:

- Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian ke BP3K setempat dan ke 4 BP4K berupa leaflet 7 judul, banner 5 judul, buku hasil kegiatan 3 judul, buku sekilas diseminasi inovasi teknologi dan media elektronik berupa DVD sebanyak 1 judul

- Pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti, penyuluh lapangan dan kontak tani dilakukan di lokasi demplot dan BP3K sebanyak 4 kali

- Menjadi narasumber di BP3K dan melakukan bimbingan dalam penulisan KTI dari kegiatan demplot.

Penyusunan bahan informasi inovasi hasil pengkajian bertujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna, yaitu berupa bahan cetak dan DVD. Penyusunan bahan informasi inovasi yang sudah dilakukan yaitu berupa bahan cetak dan dilakukan bersama – sama dengan penyuluh lapang yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) tempat lokasi demplot. Bahan cetak dan elektronik yang dibuat seperti pada Tabel.1 berikut.


(25)

Tabel.1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkaj ian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015

No Bentuk Media Judul Jumlah

(exp) 1 Leaflet 1. Fermentasi Daun dan Pelepah Kelapa

Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi 2. Pengendalian Hama PBK

100 100 2 Banner 1. Budidaya Padi Sawah Spesifik Kota

Bengkulu

2. Tumpangsari Jagung Dan Kacang Tanah Di Lahan Kering Spesifik Kecamatan Air Nipis

3. Budidaya Kedelai di Lahan Kering Spesifik Kabupaten Lebong

4. Budidaya Jagung di Lahan Sub optimal Spesifik Kota Bengkulu

5. I ntegrasi Tanaman Kelapa Sawit-Sapi

2 2

2 2 2 3 Buku Selayang

Pandang

Sekilas Diseminasi I novasi Teknologi 30 4 Buku yang

didokumentasikan di perpustakaan BPTP danBP3K

1. Teknologi Budidaya Padi Spesifik Lokasi di Kota Bengkulu

2. Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi Lahan Kering di Kabupaten Lebong

3. Teknologi Budidaya Jagung Spesifik Lokasi Lahan Sub Optimal

5 5

5 5 DVD Teknologi I ntegrasi Tanaman Kelapa

Sawit-Ternak

30

KTI yang berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan merupakan kumpulan hasil pelaksanaan demonstrasi plot yang dilakukan peneliti, penyuluh BPTP bersama dengan penyuluh lapangan dan petani.

Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti, penyuluh lapangan dan kontak tani bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani dan mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi demplot pada 4 Kabupaten dan Kota.

Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti, penyuluh lapangan dan kontak tani telah dilaksanakan di lokasi demplot maupun di BP3K seperti pada Tabel.2


(26)

Tabel 2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015.

No Kegiatan Tanggal pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah Peserta 1 Apresiasi Teknologi Tumpang Sari Jagung-Kacang Tanah 29 Juni 2015 Lahan Demplot Desa Sukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan

31 orang (BP4K Kab. BS, penyuluh se BP3K Air Nipis, Penyuluh + peneliti BPTP, Petani Desa Sukarami) 2 Apresiasi

Teknologi

Budidaya Kedelai

04 Juli 2015 BP3K Tabeak Blau Kec. Lebong Atas Kab. Lebong

31 orang (BP4K Kab. Lebong, Penyuluh BP3K Tabeak Blau, Penyuluh+ Peneliti BPTP, Petani Kec. Lebong Atas) 3 Apresiasi Teknologi Padi Sawah 01 Sept 2015

Lokasi Demplot Padi Kelurahan Panorama, Kecamatan Singaran Patih Kota Bengkulu

30 Orang (Ka BP4K Kota, penyuluh BP3K Singaran Patih, dan Petani Kel. Panorama)

4 Demonstrasi Cara I ntegrasi Kelapa sawit-sapi 17 Sept 2015 Lokasi Kelompok Tani Jayakarta, Kab. Bengkulu Tengah

44 Orang (Penyuluh BP3K Jayakarta, Petani dan Peternak Desa Jayakarta)

Sumber: laporan perjalanan dinas pelaksanaan kegiatan

Tabel 2.menunjukan bahwa kegiatan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani mendapat respon yang positif dari peserta maupun dari BP4K. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya peserta kegiatan apresiasi teknologi dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan setelah melihat langsung lokasi demplot .

Dalam pelaksanaan penerapan metode penyuluhan dilakukan juga evaluasi terhadap pelaksanaan metode penyuluhan seperti pada Tabel 3.


(27)

Tabel 3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatan kapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

Kegiatan

Karakteristik

Pengetahuan Umur Pendidikan

Petani Penyuluh Petani Penyuluh Petani Penyuluh Demplot

Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah

38 41 SMA SMA Meningkat 83,33 %

Meningkat 84,17%

Demplot Kedelai 35 33 SMP SMA

Skor 1,17; Kriteria Sedang Skor 1,15; Kriteria Sedang Demplot Padi Sawah

51 43 SMP S1

meningkat 8,49% Meningkat 11,53% Demcara Fermentasi pelepah kelapa sawit-Kompos sapi

39 42 SD S1 Meningkat 43%

0%

Meningkat 49% 122% Sumber : data terolah 2015

Kegiatan demplot tumpang sari jagung-kacang tanah dan demplot padi sawah dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Pengetahuan petani meningkat sebesar 83,33 % dan penyuluh sebesar 84,17% setelah dilaksanakannya/ diterapkannya teknologi budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah. Melalui penerapan demplot padi sawah dengan pendekatan PTT juga meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh sebesar 8,49% dan 11,53% . Hal ini menunjukkan bahwa demplot menjadi salah satu metode penyuluhan/ diseminasi yang efektif untuk menyampaikan atau mentransfer inovasi teknologi ke pengguna. Penerapan demplot bertujuan agar petani dapat belajar, melihat, dan mempraktekan secara langsung teknologi yang disuluhkan. Metode penyuluhan ini memberikan manfaat dan sesuai dengan karakteristik sasaran dengan tingkat pendidikan dan umur yang beragam.

Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebagaimana tersaji pada Tabel 3 mencerminkan tingkat kesadaran mereka untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Pendapat ini


(28)

didukung oleh pandangan bahwa individu petani dan penyuluh sebagai orang dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar (Apps dalam Sadono D, 2008) sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya perlu dikedepankan. Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan (keterampilan). Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya.

Pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu inovasi teknologi dapat ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi penyuluhan dengan berbagai metode penyuluhan (seperti display/ demplot, temu lapang, dan pertemuan/ anjangsana) dan media penyuluhan (seperti folder, leaflet, poster, dan buku). Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi dan pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai bagian dari perilaku penerapan inovasi. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah faktor dari dalam diri petani seperti umur, pendidikan, status sosial, pola hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme, aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup) dan faktor lingkungan seperti kosmopolitan, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti


(29)

penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana produksi.

Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

Hanafi (1987) mengemukakan bahwa kerumitan suatu inovasi berhubungan negatif dengan kecepatan adopsi yang berarti semakin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pengadopsiannya. Ditambahkan oleh Soekartawi (2005), bahwa bila memang benar teknologi baru akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah teknologi baru tersebut dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi yang dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi inovasi dapat berjalan cepat, maka penyajian inovasi baru tersebut harus lebih sederhana.

Pengetahuan yang dimaksud juga memiliki berbagai level. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain pengetahuan mempunyai enam tingkatan yakni: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau objek yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (pengalaman).Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui. Oleh karena itu ada ungkapan dalam penyuluhan: Saya dengar, maka saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya mencoba, maka saya tahu; Saya mencoba berulang-ulang maka saya paham.

Dari kegiatan demplot tersebut penyuluh yang ada di BP3K dapat membuat Karya Tulis I lmiah (KTI ) berdasarkan kegiatan yang ada di demplot dan pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman dan kreatifitas dalam penyusunan angka kredit.


(30)

Kegiatan peningkatan kapasitas peneliti, penyuluh dalam percepatan penyebaran inovasi pertanian di Provinsi Bengkulu juga berperan aktif dalam kegiatan Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV yang dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang sebagai narasumber, juri dan panitia dibeberapa kegiatan antara lain :

- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu teknologi. Materi yang disampaikan yaitu okulasi jeruk

- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu profesi. Materi yang disampaikan yaitu peningkatan profesionalisme penyuluh.

- Sebagai juri dan panitia pelaksana pada kegiatanTemu karya

- Sebagai juri dan tim pembuatan soal perlombaan pada kegiatan Asah terampil.

4.2. Mendiseminasikan 7 Teknologi Hasil Kajian BPTP Kepada Petani, KTNA dan Penyuluh di Wilayah BP3K/ BPP.

Untuk menyebarluaskan inovasi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh melalui media demonstrasi plot dan penyebaran leaflet.Ada 7 demplot kegiatan yang tertuang dalam tabel 4. Kegiatan demplot dilakukan di wilayah kerja BP3K dan yang melakukan pendampingan dan pengamatan dilakukan oleh penyuluh yang ada di BP3K tersebut.

Tabel 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh di Provinsi Bengkulu tahun 2015

No Komoditas Lokasi Teknologi Budidaya Luas (ha) 1 Padi Sawah Wilayah BP3K Singaran Patih Kota Bengkulu Kelompok Tani Gambung jaya

- Tenologi yang digunakan PTT padi

- Menggunakan sistem pertanaman jajar legowo 2: 1

- Varietas yang digunakan cigeulis - Dosis pemupukan dengan

menggunakan kalender tanam - Dilakukan pengamatan tanaman

dari awal pertumbuhan sampai dengan pemanenan.

- Umur tanaman (panen): 105 hari - Produksi Padi = 8,77 ton/ ha

(hasil ubinan)

0,5

2 Kedelai Wilayah BP3K Jayakarta

- Teknologi yang digunakan PTT kedelai


(31)

Bengkulu Tengah

Anjasmoro

- Lokasi demplot sudah diolah dan siap untuk ditanam benih kedelai tetapi terkendala dengan tidak adanya hujan sehingga lahan mengalami kekeringan. Sehingga tidak dapat dilanjutkan.

- Berita acara terlampir Wilayah BP3K

Tabeak Blau Kab. Lebong

- Teknologi yang digunakan PTT kedelai

- Varietas yang digunakan yaitu Anjasmoro

- Pengolahan dan penanaman dilakukan bersama – sama dengan petani calon penerima program GPPTT kedelai

- Umur tanaman (banen): 81 hari - Produksi = 0,4 ton biji kering / ha

0,3

3 Jagung : 1. Tumpan gsari jagung dengan kacang tanah Wilayah BP3K Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan di lahan anggota Kelompok Wanita Tani Mekarsari Desa Sukarami

- Teknologi yang digunakan yaitu berdasarkan hasil pengkajian pemanfaatan lahan kering masam dengan tumpangsari jagung dan kacang tanah di Provinsi Bengkulu tahun 2014 dan PTT jagung dan kedelai - Varietas yang digunakan yaitu

jagung menggunakan varietas sukmaraga, kacang tanah menggunakan varietas tuban dan talam.

- Dilakukan uji tanah dengan menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK).

- Umur tanaman (panen) jagung: 120 hari, kacang tanah : 85 hari - Produksi Jagung =

- Kacang tanah = - (kekeringan, polong tidak berisi)

0,5 2. Jagung secara monokul tur Wilayah BP3K Muara Bangkahulu Kota Bengkulu Lahan BP3K

- Teknologi yang digunakan yaitu PTT jagung

- Varietas yang digunakan yaitu sukmaraga.

- Umur tanaman (panen): 90 hari - Produksi : 6,67 t/ ha pipilan

kering

0,5

4 Jeruk Lahan BP3K Gunung Alam dan

Lahan BP3K

- Teknologi yang digunakan yaitu pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS).

- Umur tanaman : 6 bulan


(32)

Tabeak Blau - Pemupukan dilakukan 2 kali saat tanam (bulan Mei 2015 ) dan umur 6 bulan (November 2015) 5 I ntegrasi

tanaman Kelapa Sawit-Sapi Wilayah BP3K Jayakarta Kabupaten Bengkulu Tengah

- Demonstrasi cara Fermentasi Pelepah kelapa sawit sebagai pakan termak

- Demonstrasi cara pembuatan kompos dari kotoran padat sapi - Hasil = berat badan sapi

- Kompos telah dikemas dalam karung dan dijual

Peny uluh dan peta ni

Demplot Budidaya Padi Saw ah dengan Pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu ( PTT) di Kota Bengkulu Komponen Hasil Selama Pengamatan

Komponen hasil yang diamati selama penanaman adalah tinggi tanaman, jumlah rumpun per hektar, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, berat 1000 butir serta produksi (hasil ubinan). Komponen hasil yang diamati secara rinci tersaji pada Tabel 5.

Tabel.5 Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan Singaran Patih Kota Bengkulu, Mei-September 2015.

Uraian Hasil Pengukuran

Tinggi tanaman 92 cm

Jumlah rumpun/ ha 333.333 rumpun Jumlah anakan/ rumpun 34 anakan Jumlah anakan produktif 15

Berat 1000 butir 103 gram Produksi (ubinan) 8,77 ton/ ha

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 5. menunjukkan keragaan tanaman yang cukup, belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman dilaksanakan pada musim kemarau (bulan Juni – September 2015). Padi membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Selama musim tanam, Menurut Yetti, H dan Ardian (2010), pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh genotip dan lingkungan. Anakan


(33)

produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum yang dihasilkan sebelumnya.

Kelayakan Usahatani Teknologi PTT Padi Saw ah

Kelayakan usahatani teknologi PTT padi sawah diukur dengan membandingkan dan melihat perbedaan (selisih) pendapatan antara penerapan teknologi PTT padi sawah dengan penerapan budidaya yang biasa dilakukan di tingkat petani. Kelayakan usahatani teknologi PTT secara rinci tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,

Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015

No. Uraian Nilai

Teknologi PTT Non PTT 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Biaya total (Rp/ ha/ MT) - Tenaga kerja - Benih

- Pupuk - Pestisida - Sewa traktor Produksi (kg/ ha/ MT) Harga jual (Rp/ kg) Penerimaan (Rp/ ha/ MT) Pendapatan (Rp/ ha/ MT) R/ C 10.093.750 7.733.750 175.000 975.000 508.000 720.000 4.770 4.000 19.080.000 8.986.250 1,89 8.611.000 7.142.500 112.500 366.000 270.000 720.000 3.060 4.000 12.240.000 3.629.000 1,42 7. 8. 9.

Marginal Keuntungan PTT – non PTT Marginal Biaya PTT – non PTT

MB/ C = (6)/ (7)

5.357.250 1.482.750

3,61

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi sawah dengan pendekatan PTT memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani. Produktivitas padi melalui penerapan PTT adalah sebesar 4,77 ton/ ha sedangkan produktivitas padi yang biasa dilakukan oleh petani adalah 3,06 ton/ ha. Hal ini berarti bahwa penerapan teknologi PTT meningkatkan produktivitas padi sebesar 55,88% . Meskipun penanaman dilakukan pada saat musim kemarau, ada banyak faktor yang mendukung lebih tingginya produktivitas padi melalui pendekatan teknologi PTT dibandingkan dengan sistem budidaya yang biasa diterapkan oleh petani. Faktor -faktor tersebut di antaranya adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, waktu pemupukan dan kesesuaian dengan status hara dan


(34)

kebutuhan tanaman, serta yang paling utama adalah penggunan sistem tanam jajar legowo 2: 1.

Setyanto dan Kartikawati (2008) menyebutkan bahwa dengan sistem tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir tanaman yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). Adanya barisan kosong (legowo) menyebabkan penyerapan nutrisi oleh akar menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang dihasilkan.

Dilihat dari pendapatan yang diterima petani, usahatani dengan pendekatan teknologi PTT lebih besar 147,62% jika dibandingkan dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani dengan margin pendapatan sebesar Rp. 5.357.250/ ha. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya produktivitas padi melalui penerapan PTT padi sawah meskipun total biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya yang biasa dilakukan oleh petani, namun keuntungan yang diperoleh masih lebih tinggi. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung nilai perbandingan marginal keuntungan dan biaya yang dikeluarkan petani (MB/ C) sebesar 3,61 yang menunjukkan bahwa apabila biaya pendekatan PTT (demplot) meningkat dengan kondisi eksternal yang sama masih memberikan keuntungan 3,61 kali lipat.

Menurut Hidayat, Y, dkk (2012), penerapan model PTT padi sawah dengan menggunakan VUB oleh petani kooperator di Kabupaten Halmahera Tengah mampu memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan teknologi yang biasa digunakan petani di lokasi pengkajian. Pendapat ini juga didukung oleh hasil penelitian Asnawi, R (2014) bahwa produktivitas rata-rata padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB lebih tinggi dari lokasi SLPTT LL non VUB dan non SLPTT. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada lokasi SLPTT LL VUB adalah Rp.17.410.000,-/ ha (R/ C= 3,15), lokasi SLPTT LL non VUB Rp. 13.488.806,-/ ha (R/ C= 2,46) dan lokasi non SLPTT Rp.9.885.625,-/ ha (R/ C= 2,34).

Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT)


(35)

Lebong. Komponen PTT kedelai yang dilaksanakan adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, pengolahan dan penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemberian amelioren dan kapur, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Dari pelaksanaan demplot dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komponen hasil yang diamati pada kegiatan demplot kedelai yang dilakukan pada lahan BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (HST), jumlah polong/ rumpun, berat 100 biji (gram), persentase biji rusak (% ) dan produksi (ton/ ha). Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh komponen hasil budidaya kedelai yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015.

Uraian Hasil Pengukuran

Tinggi Tanaman 66 cm

Jumlah Cabang 6 cabang

Umur Berbunga 36 HST

Jumlah polong/ rumpun 141 polong Jumlah biji/ polong 2 biji

Berat 100 biji 90 gram

% biji rusak 20 %

Produksi 0,4 ton/ ha

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 7. menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai yang cukup, belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman kedelai pada musim kemarau. Pada awal pelaksanaan penanaman demplot kedelai kondisi tanah masih dalam keaadan lembab, namun pada saat tanaman mulai umur 2 minggu tanaman kedelai tidak mendapatkan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Dengan kondisi kekeringan atau curah hujan yang sangat rendah tanaman kedelai masih mampu bertahan dengan tinggi tanaman mencapai 66 cm, jumlah cabang 6 cabang perbatang, umur berbunga 36 hari setelah tanam (HST), jumlah polong 141 polong per rumpun hanya saja dengan jumlah biji per polong hanya 2 biji dan kondisi pertanaman tidak mendapatkan


(36)

air yang cukup serta persentase biji rusak yang cukup tinggi (20% ) sehingga produksi hanya 0,4 ton/ ha biji kering.

Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai

Respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau yang berjumlah 21 orang. Respon penyuluh dan petani dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap (kognitif dan afektif) penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai seperti pada Tabel 8,9 dan 10. Tabel 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di

BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015

Tingkat Pengetahuan Nilai %

Terendah (nilai= 3) 3 4,76

Tertinggi (nilai= 8) 8 4,76

Rata-rata Nilai 5,6

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 8. diketahui bahwa tingkat pengetahuan penyuluh dan petani terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8 masing-masing 4,76% . Rata-rata pengetahuan penyuluh dan petani bernilai 5,6 sedangkan 61,90% pengetahuannya berada di atas rata-rata. Melihat kondisi pengetahuan petani maupun penyuluh di wilayah BP3K masih tergolong rendah maka masih diperlukan peningkatan pengetahuan teknis budidaya kedelai melalui berbagai metode penyuluhan di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau.

Selanjutnya sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai merupakan respon penyuluh dan petani. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai disajikan pada Tabel 9.


(37)

Tabel 9. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015

Pertanyaan

% Sikap Kognitif Responden Sangat

Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

1 66,67 33,33

2 42,86 52,38 4,76

3 38,10 61,90

4 33,33 38,10 28,57

5 19,05 19,04 51,91 10

6 23,81 47,62 21,57 7

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 9 terlihat bahwa sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau tentang I nformasi teknologi budidaya kedelai sangat dibutuhkan oleh 66,67% , sedangkan hanya 38,10% responden setuju bahwa penerapan teknologi budidaya kedelai terkendala oleh sistem budidaya yang diterapkan oleh petani dan penyuluh dan selebihnya 61,91% responden tidak setuju. Sikap afektif penyuluh dan petani disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015

Pertanyaan

% Sikap Kognitif Responden Sangat

Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

1 57,14 42,86

2 42,86 57,14

3 28,57 47,62 23,81

4 14,29 54,38 31,33

5 19,05 19,05 61,90

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel. 10 terlihat bahwa pertanyaan no 1 dan 2 seluruh responden setuju dan sangat setuju tentang pelaksanaan demplot untuk menambah pengetahuannya, demikian halnya dengan komponen budidaya yang tidak terbiasa dilakukan petani, 61,90% responden menyatakan tidak set uju dan sangat tidak setuju artinya responden senang dengan teknologi yang diterapkan.

Demplot Budidaya Jagung dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT) di Lahan Sub Optimal

Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati selama pertumbuhan adalah tinggi tanaman, dan komponen hasil meliputi panjang tongkol, lingkar


(38)

tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, bobot 100 butir dan hasil produksi (melalui ubinan). Komponen hasil yang diamati secara rinci tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal Kecamatan Muara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015

Uraian Hasil Pengukuran

Panjang tongkol 17,17 cm

Lingkar tongkol 15,27 cm

Jumlah baris per tongkol 14 baris Jumlah biji per tongkol 473 biji Berat biji per tongkol 161,47 gram

Bobot 100 butir 34 gram

Produksi (ubinan) 6,67 t/ ha pipilan kering

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 11. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung sukmaraga dalam kondisi iklim yang panas masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Dimana produksi ubinan yaitu 6,67 t/ ha pipilan kering jika dibandingkan dengan diskripsi tanaman jagung sukmaraga rata – rata hasil yaitu 6 t/ ha pipilan kering. Rata –rata jumlah baris yaitu 14 baris, jumlah baris ini berada pada kisaran jumlah baris jika dilihat berdasarkan diskripsi tanaman jagung sukmaraga yaitu 12-16 baris. Peningkatan produktifitas tanaman, selain dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genotif dan lingkungan juga ditentukan oleh pemilihan varietas dan teknologi yang digunakan. Menurut Subandi dan I brahim (1990) dan Subandi dan Zubachtirodin (2005) keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi meliputi varietas unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Menurut Suprapto (1992) varietas unggul umumnya mempunyai produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan varietas lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung sukmarga dapat menjadi salah satu alternatif varietas yang bisa digunakan pada saat musim kemarau (kering).


(39)

Demonstrasi Pembuatan Kompos dan Fermentasi Pelepah Kelapa Saw it

Demonstrasi pembuatan kompos dan fermentasi pelepah kelapa sawit dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh dan memperluas adopsi inovasi I ntegrasi tanaman Kelapa Sawit dan Sapi yang telah dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Hasil pengamatan terhadap responden yang menghadiri kegiatan demonstrasi cara seperti Tabel 12. berikut.

Tabel 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelah mengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di Desa Jayakarta Kecamatan Talang I V Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2015.

Kegiatan Petani Penyuluh

sebelum sesudah Beda Sebelum sesudah Beda Fermentasi pelepah

daun Kelapa Sawit

5,47 5,9 0,43 6,94 7,43 0,49 Pembuatan

Kompos

6,21 6,21 0 7,35 8,57 1,22

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Tabel 12 menunjukkan bahwa demonstrasi cara mampu meningkatkan pengetahuan penyuluh dan petani dari 6,94 menjadi 7,43 meningkat sebesar 0,49% dan 5,47 menjadi 5,9 sebesar 0,43% . Pengetahuan penyuluh tentang pembuatan pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit masih dalam katagori sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini penyuluh lapang sudah mengetahui bahwa pelepah daun kelapa sawit bisa digunakan sebagai pakan ternak sapi. Begitu juga dengan petani meskipun terjadi peningkatan tetapi dalam katagori rendah. Pada kelompok yang sama dulu pernah dilakukannya pengkajian tentang pelepah daun sawit untuk pakan ternak tetapi tingkat pengetahuan petani masih belum signifikan meningkat . Artinya disini petani dalam proses adopsi teknologi masih berada pada tahapan sadar dan minat belum sampai pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga masih dipandang perlu dilakukannya pendampingan pengolahan pakan yang berasal dari pelepah daun sawit baik itu pada petani maupun penyuluh lapang.

Untuk pembuatan kompos, pengetahuan penyuluh dan petani dalam katagori tinggi dan sedang dari 7,35 menjadi 8,57 meningkat sebesar 1,22% dan 6,22 menjadi 6,22. Untuk pengetahuan petani tidak terjadi peningkatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa petani sudah memahami mengenai pembuatan


(40)

kompos dari kotoran t ernak. Hal ini diduga disebabkan oleh pengalaman petani yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk tanaman mereka.

Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut.

Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi pembuatan pakan pelepah daun kelapa sawit untuk pakan ternak dan pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih berkembang dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

Aplikasi Fermentasi Pelepah Saw it Ke Ternak

Fermentasi pelepah daun kelapa sawit dari hasil demontrasi cara diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk melihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak yang diberi pakan dari pelepah daun sawit dengan menggunakan teknologi fermentasi. Pemberian fermentasi pelepah daun kelapa sawit dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak


(41)

dan tahap kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 30 hari. Ternak diberi pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebanyak 5 kg/ hari/ ekor. PBBH ternak tertuang dalam Tabel 13.

Tabel 13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakan Fermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit.

Ternak Berat Awal Berat selama 40 hari

PBBH (gr/ ekor/ hari)

1 191,32 205,76 352,1

2 340 349 219,5

3 169,03 174,35 129,7

Rata – rata 233,77

Sumber : Data Primer (diolah), 2015.

Dari Tabel 13 diketahui bahwa pertambahan bobot badan harian rata – rata 233,77 gr/ ekor/ hari. Pertambahan bobot badan ternak tersebut masih tergolong rendah. Menurut Jelan et al (1991) dalam Batubara (2003) sapi yang diberi bungkil inti sawit (50% ) dan silase pelepah sawit (50% ) memberikan pertambahan bobot badan harian sebesar 450 gr/ ekor/ hari. BATUBARA (2002a) menyatakan bahwa penggunaan daun sawit segar sebagai pengganti hijauan dalam konsentrat yang mengandung 30% BI S, memberikan pertambahan bobot badan 760 g/ ekor/ hari dengan R/ C–ratio 1,5 pada sapi hasil persilangan. Penggunaan daun sawit dibatasi oleh tinggi kadar lignin, sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk meningkatkan daya cerna melalui perlakuan fisik, senyawa kimia, biologis atau kombinasi. ABU HASAN et al. (1995), mengatakan bahwa pemberian daun sawit dan pelepah sawit dalam bentuk segar atau silase, tidak memberikan hasil yang berbeda dibanding hijauan sebagai ransum basal.


(42)

V.

KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K mampu meningkatkan kapasitas peneliti dan penyuluh dalam penyusunan Karya Tulis I lmiah (KTI )

2. Kegiatan demplot dan demcara mampu meningkatkan pengetahuan petani serta memberikan respon yang baik kepada petani dan penyuluh di lapangan 3. Penyebaran bahan informasi teknologi (tercetak dan elektronik) maupun demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K mempercepat sampainya informasi teknologi kepada petani, KTNA Kecamatan dan penyuluh di lapangan.

5.2. Saran

Begitu bermanfaatnya kegiatan Demplot di wilayah kerja BP3K dalam transfer teknologi kepada penyuluh dan petani, diharapkan dalam pelaksanaan demplot di BP3K yang difasilitasi oleh Bakorluh dapat menerapkan tahapan yang telah dilakukan oleh BPTP.


(43)

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTP oleh petani, KTNA dan penyuluh di 6 wilayah BP3K/ BPP di 4 Kabupaten dan Kota.

2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagi penyuluh di lapangan di 15 BP3K di Kabupaten dan Kota.

3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalah (1 judul telah dipresentasikan), 3 judul KTI dalam bentuk buku yang didokumentasikan di Perpustakaan BPTP dan BP3K.


(44)

JADWAL KERJA

o. Uraian Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 I Persiapan :

1. Perbaikan RDHP

2. Penyusunan/ pembahasanper baikan RODHP(2 kegiatan) 3. Koordinasi

I I Pelaksanaan : 4. Pengadaan ATK

5. Penentuan petani Demplot, 6. Persiapan, Pertemuan di

lapangan

7. Pelaksanaan Demplot, demcara

8. Penyusunan bahan cetakan dan elektronik

9. Pertemuan petani, penyuluh lapangan di BP3K

10 Field day I I I Evaluasi :

7. Laporan bulanan 8 Analisis Data

9 Laporan tengah tahun, akhir tahun

10 Seminar Hasil 11 Penyusunan KTI


(45)

PEMBI AYAAN

A. Rencana Anggaran Belanja ( RAB)

No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan

Jumlah Biaya (Rp.000) (Rp.000)

1 Belanja Bahan : 61.070

- Bahan saprodi demplot di BPP - Bahan pendukung pertemuan - Bahan informasi (modul, brosur,

leaflet, CD, buku) - ATK, Komputer Suplies

- Konsumsi dalam rangka pertemuan 7 paket 3 1 1 97 5.000 2.000 12.00 3.220 50 35.000 6.000 12.000 3.220 4.850 2 Honor Output Kegiatan

- Honor petugas lapang - UHLpetani Kooperator

40 150 100 35 9.250 4.000 5.250

3 BelanjaJasaProfesi 5.000

- Honor narasumber, pengarah, evaluator

10 500 5.000

4 BelanjaPerjalanan Biasa 45.000

5

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota - Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan 9 OP 5 OH 5.000 100 45.000 500 500 Jumlah 120.820


(46)

B. Realisasi Anggaran

No Jenis Pegeluaran Realisasi Anggaran

(Rp)

Persentase Keuangan

(% )

Persentase Fisik (% ) 1 Belanja Bahan :

- ATK dan komputer supplies

3.470.000 100 100 - Bahan pendukung

pertemuan

5.937.000 98,95 100 - Bahan saprodi

- Bahan I nformasi

35.000.000 12.000.000

100 100

100 100 2 - Konsumsi Pertemuan 4.850.000 100 100 3 Honor Output Kegiatan

- Honor petugas lapang 5.000.000 100 100 - UHL petani kooperator 7.000.000 100 100 4 BelanjaJasaProfesi

- Narasumber, pengarah, evaluator

1.950.000 97,5 100 5 BelanjaPerjalanan Biasa

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan

44.876.200 99,73 100 6 Belanja Perjalanan Dinas

dalam Kota

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan

500.000 100 100


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agustina. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong, 24 November 2008. Palu.

Abu Hasan, O., M. I shida and Z. Ahmad Tajuddin. 1995. Oil palm fronds. technology transfer and acceptance a sustainable utilization for animal feeding Proc. 17thAnn. Conf. MSAP, Penang, Malaysia.

Azwar.S, 2013. Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Pustaka Pelajar. Yogyakarta Astuti,UP dan Ruswendi, 2013. Makalah Seminar Nasional : Berbagai Metode

Diseminasi Teknologi Jeruk RGL di Kabupaten Lebong.

Astuti, UP, 2013. Laporan Akhir Tahun : Efektifitas Berbagai Metode Diseminasi dalam Mendukung MP3MI berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong

Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian serta Program I nformasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Badri.M. 2008. Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi I novasi,

www.teori difusi.

Batubara, L.P. 2002a. Potensi biologis daun sawit sebagai pakan basal dalam ransum sapi potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 30 September–1 Oktober, Ciawi, Bogor. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan.

Batubara, L.P. 2003. Potensi I ntegrasi Peternakan dengan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa Vol.13 No.3

Gardner, P, F, R, B, Perace, dan R, I , Michell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Oleh H, Susilo. Universitas I ndonesia Press. Jakarta.

Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan I de-I de Baru. Penerbit Usaha Nasional : Surabaya.

Hidayat, Y, Saleh, Y, dan Waraiya, M. 2012. Kelayakan Usahatani Padi Varietas Unggul Baru Melalui PTT di Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vo. 31 No.3 2012.

Hubies.S.A.V. Pengaruh Desain Pesan Video I nstruksional t erhadap Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 No.1, Mei 2007 : 1 – 10.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Solo.

Risna, Rosni, M, dan Mariani. 2012. Peran Penyuluhan Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten


(48)

Hulu Sungai Tengah. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03 September 2012.

Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di I ndonesia. Jurnal Penyuluhan Maret 2008, Vol. 4 No.1.

Saridewi, T.R dan Siregar, A.N. 2010.Hubungan antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya.Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1. Setyanto, P dan R. Kartikawati.2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi Rendah

Emisi Gas Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, Vol 27 (3) : 154-163.

Shawwal, S.M dan Asyraf Muhammad. 2012. Kontribusi Penyuluhan Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus Petani Padi) di KabupatenLuwuUtara: http: / / pasca.unhas.ac.id/ jurnal/ files/ 43f06187dabb 751 10dd804a1b697e186.pdf.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas I ndonesia. Jakarta.

Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu (Online). http: / / ejournal .unud. ac.id/ abstrak / (6)% 20soca-sudarta-pks% 20pht(2).pdfdiakses 30 Desember 2009.

Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete dengan Pengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.

Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Cetakan I X. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Subandi , I brahim, M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di I ndonesia. Balitbangtan. Deptan. Jakarta.

Subandi dan Subachtirodin. 2005. Teknologi Budidaya jagung Berdaya Saing Global. Makalah Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan Koordinasi Agribisnis jagung. 1-2 Agustus 2005 di Bogor.

Wijianto, Arip. 2008. Hubungan antara Peranan Penyuluh dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Agritexts No. 24.

Wiriatmadja. 1977. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. C.V. Yasaguna. Jakarta Yetti, H dan Ardian.2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)Varietas I R 42 dengan Metode SRI (System of Rice I ntensification). SAGU, Maret 2010 Vol. 9 No.1: 21-27.


(49)

PERSONALI A

NO Nama/ NI P Jabatan Fungsional/

Bidang Keahlian

Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam/ Minggu) 1 Dr. Umi

Pudji Astuti, MP Penyuluh Madya/ Sosial Ekonomi Pertanian

- Penanggung jawab kegiatan - Membuat RODHP

- Mengadakan rapat perencanaan dengan tim

- Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan - Melakukan koordinasi tim dan pihak

terkait

- Menyusun laporan bulanan, triwulan, tengah tahun dan laporan akhir. - Membuat KTI bidang Sosek dan

penyuluhan 15 2 Yesmawati, SP Peneliti Pertama/ Sosial Ekonomi Pertanian

- Menyusun rancangan demplot - Menyusun indikator pengukuran

demplot

- Mengkoordinir penyuluh lapangan dalam pengukuran komponen hasil - Tabulasi dan análisis data kelayakan

teknis, dan ekonomis - Membuat KTI bidang SOSEK

10 3 Bunaiyah Honorita, SP Penyuluh Pertama/ Penyuluhan

- Menyusun daftar pertanyaan perubahan PSK

- Bersama petugas lapangan mengukur perubahan PSK

- Melakukan tabulasi, dan análisis data - Membantu menyiapkan laporan - Membuat KTI perubahan prilaku

10 4 Linda Harta, S.Pt Penyuluh Pertama/ Nutrisi makanan ternak

- Menyusun daftar pertanyaan perubahan PSK

- Bersama petugas lapangan mengukur perubahan PSK

- Melakukan tabulasi, dan análisis data - Membantu menyiapkan laporan - Membuat KTI perubahan prilaku

10

5 Sanusi Musa

Administrasi keuangan

- Menyiapkan administrasi keuangan (RPD, Rencana pengajuan bahan dan memproses ke PUMK)

- Membantu kegiatan tim di lapangan


(50)

Lampiran 1. Dokumentasi demplot jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan

Gambar 1. Peninjauan calon lokasi demplot

Gambar 2. Penyusunan Petunjuk Teknis Bersama penyuluh yang ada di BP3K

Gambar 3. Pengolahan lahan Gambar 4. Pembersihan rumput


(51)

Gambar 7. Perendaman benih kacang tanah

Gambar 8. Penamanan kacang tanah

Gambar 9. Perendaman benih jagung Gambar 10. Pembuatan lubang tanam


(52)

Gambar 13. Pemupukan tanaman jagung dan kacang tanah

Gambar 14. Penyiangan gulma


(53)

Gambar 17. Pemipilan jagung Gambar 18. Penjemuran secara modern


(54)

Lampiran 2. Dokumentasi demplot padi di Kota Bengkulu

Gambar 1. Olah tanah

Gambar 3. Lokasi persemaian

Gambar 2. Pengambilan sampel tanah

Gambar 4. Penanaman

Gambar 5. Pemupukan Gambar 6. Pengambilan data Ubinan


(55)

Gambar 7. Panen Gambar 8. Kegiatan Apresiasi Teknologi

Gambar 9. Pembukaan dan Kata Gambar 10. Penyampaian teknologi Sambutan dari Kepala BP4K yang diterapkan


(56)

Lampiran 3. Dokumentasi demplot jagung di Kota Bengkulu

Gambar1.Peninjauan calon lokasi demplot jagung

Gambar 2. Penanaman benih jagung

Gambar 3. Tanaman jagung umur 7 hari

Gambar 4. Pemupukan tanaman jagung


(57)

Lampiran 4. Dokumentas

Gambar 1. Pembuatan

Gambar 3. Pembuata dengan d

Gambar 5. Tanaman HST

tasi demplot kedelai di Kabupaten lebong

n bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pu dan kapur

atan lubang tanam ditugal

Gambar 4. Penanaman ke

an kedelai umur 20 Gambar 6. Tanaman ked HST

pupuk kandang

kedelai


(58)

Gambar 7. Pertanaman kedelai menjelang panen

Gambar 8. Pertanaman kedelai siap panen

Gambar 9. Pemanenan kedelai Gambar 10. Pengeringan kedelai

Gambar 11. Perontokan biji kedelai dengan tresher

Gambar 12. Pembersihan kedelai dari kulit dan kotoran


(59)

(60)

Lampiran 5. Dokumentasi demplot jeruk di Kabupaten Lebong

Gambar 1. Peninjauan lokasi demplot jeruk lahan BP3K Gunung Alam

Gambar 2. Peninjauan lokasi demplot jeruk lahan BP3K Tabeak Blau

Gambar 3. Penyerahan bibit jeruk Gambar 4. Penyiapan lubang tanam jeruk


(61)

(62)

Lampiran 6. Susunan acara dan petugas kegiatanpertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak taniTahun 2015.

Waktu Uraian Acara Petugas

10.00 – 10.15 Pembukaan Yesmawati, SP 10.15 – 10.40 Sambutan – sambutan

1. Kepala Desa Sukarami Midian Efendi

2. BPTP Bengkulu Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP

3. Kepala BP4K Bengkulu Selatan

10.40 – 11.10 Budidaya Jagung Linda Harta, S.Pt 11.10 – 11.40 Kiat – kiat mendapatkan angka

kredit dari kegiatan demplot

Dr. I r. Umi Pudji Astuti, MP

11.40 – 12.20 Kunjungan lapang Tim Kegiatan 12.20 – 13.00 I stirahat dan sholat Pembawa acara 13.00 – 14.30 Diskusi Pembawa acara 14.30 – 15.00 Pendampingan pengisian Bunaiyah Honorita, SP 15.00 - 15.30 Do’a

Penutup

Engkos


(1)

7. Pemupukan

Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan menggunakan inovasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu. Pupuk tanaman yang digunakan adalah pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan dosis sebagai berikut:

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ ha)

Urea SP-36 KCl

Umur 7 – 10 HST 162 50 55

Umur 28 – 30 HST 163 50

Cara pemberian pupuk:

• Pupuk dicampur merata dan diaplikasikan dengan cara ditugal sedalam 5 – 10 cm dengan jarak 5 – 10 cm di samping tanaman.

• Lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. 8. Pengendalian hama dan penyakit

Hama

• Hama yang seringkali merusak tanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang, dan penggerek tongkol.


(2)

• Lalat bibit um Pengendalian karbofuran. • Untuk peng

menggunakan tanaman, jika pucuk tanama

Penyakit

• Penyakit utam jamur Peronosd • Penyakit bula

treatment) ya merata denga • Penyakit lainn

Helminthospor Pengendalian

9. Penyiangan Gulma • Dapat dilakuka drainase pada

96

umumnya menyerang tanaman pada awal n harus dilakukan sejak saat tanam deng

nggerek batang, pengendalian disaran an insektisida karbofuran dengan takaran 3 jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplik

an yang terserang.

ama tanaman jagung adalah bulai yang di onosderosporasp.

ulai dapat dikendalikan dengan perlakuan yaitu mencampur benih dengan fungisida me gan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg ben

innya adalah bercak daun yang disebabka osporium sp. Penyakit ini merusak daun ya

n dilakukan dengan membuang daun yang tela

lma

ukan dengan bajak atau sekaligus dengan pem da saat tanaman berumur 14 – 20 HST.

al pertumbuhan. ngan insektisida

rankan dengan 3 – 4 butir per plikasikan melalui

disebabkan oleh

an benih (seed metalaksil secara enih.

kan oleh jamur yang sudah tua. elah mengering.


(3)

• Penyiangan kedua, bergantung pada kondisi gulma. Dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan herbisida kontak paraquat dengan takaran 1,0 – 1,5 liter per hektar.

• Jika menggunakan herbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi pelindung agar tidak mengenai daun dan posisi nozzle ± 20 cm di atas permukaan tanah.

10. Panen dan Pasca Panen

• Panen dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji ± 30% , kelobot mulai mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras dan telah membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% di setiap barisan biji.

• Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar air biji selama pengeringan telah mencapai ± 20% , jagung dipipil.

• Jagung yang telah dipipil dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siap dipasarkan.


(4)

98 2.3. Rencana Pelaksanaan

No Uraian Kegiatan

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Koordinasi antar instansi (Dinas Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP)

2. Pemesanan Benih 3. Persiapan

lahan/ Pengolahan lahan 4. Penanaman

5. Pemupukan ke I (7-10 HST)

6. Pemupukan ke I I (28-30 HST)

7. Pembuatan saluran drainase

8. Penyingan ke I 9. Penyingan ke I I

10. Pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman 11. Pengamatan

12. Panen 13. Penjemuran 14. Pemipilan


(5)

2.4. Jadual Palang

No. Uraian Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

Rencana Realisasi 1. Koordinasi antar instansi (Dinas

Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP) 2 Pemesanan Benih

3. Persiapan lahan/ Pengolahan lahan 4. Penanaman

5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST) 6. Pemupukan ke I I (28 – 30 HST) 7. Pembuatan saluran drainase 8. Penyingan ke I

9. Penyingan ke I I

10. Pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman

11. Pengamatan 12. Panen 13. Penjemuran 14. Pemipilan


(6)