ada banyak hak yang seharusnya mereka dapatkan yang telah diatur oleh undang- undang yang berkaitan.
Berdasarkan kondisi ini pula biasanya kepekaan pekerjaburuh perempuan terhadap keselamatan dan keamanan dirinya tidak begitu tinggi. Menurut
informasi sering kali pekerjaburuh perempuan tersebut mengesampingkannya hanya karena takut tidak mendapat pekerjaan lain, sehingga nanti mengancam
kelangsungan penghasilannya. Oleh karena itu, maka ketika pekerjabruh perempuan itu tidak mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya sebagai
pekerjaburuh perempuan yang bekerja pada malam hari, mereka diam saja. b.
kendala dari Faktor Kesehatan Faktor kesehatan pekerjaburuh merupakan hal yang sangat penting.
Menurut informasi masalah kesehatan yang sering menjadi kendala pada pekerjaburuh perempuan di PTPN X Unit Industri Bobbin yaitu pada saat datang
bulan. Para pekerjaburuh biasanya mengalami gangguan kesehatan pada saat haiddatang bulan seperti: badan lesu, kaki lemas, mudah lelah, nyeri pada perut
dan pinggang pegal-pegal. Selain itu gangguan kesehatan yang sering muncul yaitu badan meriang akibat kerja malam sampai pagi, serta sesak nafas akibat bau
tembakau maka dari itu pihak pengusaha wajib memberikan masker sebagai pencegah adanya pegawai yang sesak karena menghirup bau tembakau.
Masalah kesehatan merupakan hal yang paling utama dan berpengaruh terhadap kinerja pekerjaburuhyang sering d
isebut “mesin uang” oleh pihak pengusaha. Selain itu perempuan yang memiliki jam kerja sampai larut malam
juga memiliki kecenderungan terkena penyakit kanker payudara. Pekerjaburuh perempuan tersebut cenderung tidak memiliki waktu istirahat yang cukup karena
pekerjaannya harus dilakukan sampai pagi, padahal saat tidur malam hari seorang perempuan memproduksi hormon melatonin yang berfungsi untuk memperlambat
hormon estrogen yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara.
3.2.2 Kendala Eksternal
Kendala eksternal merupakan kendala perlindungan hukum bagi pekerjaburuh perempuan yang bekerja pada malam hari yang berasal dari luar
lingkungannya bukan dari diri sendiri. Adapun kendala eksternal yang terjadi menurut informasi yang didapat penulis yaitu:
a. kendala aturan:
Kendala faktor pendidikan menyebabkan minimnya pemahaman pekerjaburuh mengenai aturan-aturan penting yang mengatur mengenai
pekerjaannya seperti; isi Perjanjian Kerja Bersama, Undang-Undang, serta Keputusan Menteri tentang Ketenagakerjaan dan aturan pelaksanaan perlindungan
hukum terhadap pekerjaburuh perempuan yang bekerja pada malam hari yang berlaku. Seharusnya pekerjaburuh paham mengenai penerapan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang dimaksudkan untuk menjaga keseimbangankeserasian hubungan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan
pekerjaburuh sehingga kelangsungan usaha dan ktenagakerjaan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan kerja dapat terjamin.
Kendala aturan ini erat kaitannya dengan faktor pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya, sebab aturan yang berlaku sudah dipertimbangkan oleh
berbagai pihak yang membuat agar tidak merugikan pekerjaburuh perempuan maka dari itu didalamnya terdapa hak-hak yang seharusnya didapat oleh
pekerjaburuh khususnya pekerjaburuh yang bekerja pda malam hari. Berbeda dengan kenyataanya jika aturan yang berlaku secara sengaja maupun tidak, tidak
dilaksanakan maupun diperhatikan oleh pekerjaburuh perempuan. b.
kendala yang berasal dari pengusaha: Merupakan suatu kendala yang berasal dari pihak pengusaha, yaitu
kekurang pedulian pengusaha terhadap hal-hal yang kurang menguntungkan bagi dirinya. Contohnya mengenai perhitungan kandungan kalori dalam makanan dan
minuman bergizi yang diberikan pada pekerjaburuh yang bekerja pada malam hari yang diatur dalam Keputusan Menteri Nomor 224 Tahun 2003 tentang
Kewajiban Pengusaha Yang Memperkerjakan PekerjaBuruh Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00. Menurut informasi pihak pengusaha merasa
tidak perlu banyak mempertimbangkan masalah tersebut karena menurutnya pekerjaburuh tidak akan mengetahui mengenai aturan yang mengatur hal
tersebut.
Selain itu mengenai waktu menyusui, menurut Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan; Pekerjaburuh
perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Dengan
penjelasan yang dimaksud dengan kesempatan sepatutnya dalam Pasal ini adalah lamanya waktu yang diberikan kepada pekerjaburuh perempuan untuk menyusui
bayinya dengan memperhatikan tersedianya tempat yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan, yang diatur dalam peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama. Pihak perusahaan jelas tidak melaksanakan ketentuan tersebut karenanya akan merugikan apabila menyediakan tempat yang sesuai
dalam perusahaan hanya untuk pekerjaburuh yang menyusui anaknya. Menurut informasi perusahaan memberi kesempatan pekerjaburuh untuk menyusui pada
jam istirahat tetapi dengan cara yang berbeda dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku yaitu buruh diperbolehkan pulang untuk menyusui lalu
kembali lagi pada jam selesai istirahat untuk melanjutkan pekerjaannya.
3.3 Solusi Hukum untuk Mengatasi Kendala-Kendala Perlindungan Hukum