sumber secara ekonomis dan fasilitas-fasilitas secara merata.
Sedangkan “kemiskinan alamiah” adalah kemiskinan yang muncul sebagai akibat sumber-
sumber daya yang langkah jumlahnya dan atau karena tingkat perkembangan teknologi yang
rendah.
Adapun ciri-ciri dari kemiskinan, Emil Salim mengatakan dalam bukunya “perencanaan
pembangunan dan pemerataan pendapatan” ada lima ciri-ciri yang dimiliki orang miskin, yaitu
pertama, mereka pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup
modal ataupun keterampilan yang memadai faktor produksi yang dimiliki sedikit sekali sehingga
kemampuan untuk memperoleh tambahan pendapatan menjadi sangat terbatas. Kedua, mereka
umumnya tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asat produksi dengan kekuatan sendiri.
Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha. Sementara mereka
pun tidak memiliki syarat seperti jaminan untuk memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang
sah, sehingga mereka perlu dan butuh kredit terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang
biasanya meminta syarat pelunasan yang cenderung memberatkan si peminjam dan memungut bunga
yang tinggi. Ketiga, tingkat pendidikan mereka rendah, umumnya tidak sampai tamat sekolah
dasar. Waktu yang mereka miliki umumnya lebih banyak tersisa habis untuk mencari nafkah
sehingga tidak ada tersisa lagi untuk belajar. Demikian juga anak-anak mereka tidak bisa
menyelesaikan sekolah karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau
menjaga adik-adik di rumah, sehingga secara turun temurun mereka terjerat dalam keterbelakangan
dibawah garis kemiskinan. Keempat, kebanyakan di antara mereka tinggal di pedesaan dan tidak
memiliki tanah garapan, jika ada relatif kecil, pada umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja
kasar di luar sektor pertanian. Karena sektor pertanian bekerja dengan musiman, maka
kesinambungan kerja kurang terjamin sehingga banyak di antara mereka lalu menjadi “pekerja
keras” self employed yang berusaha apa saja. Akibatnya, dalam keadaan penawaran tenaga kerja
yang banyak, tingkat upah rendah. Perolehan upah yang rendah tentu saja akan mendukung mereka
dalam suasana yang selalu “hidup di bawah garis kemiskinan”. Adanya kesulitan hidup di desa,
langsung atau tidak langsung akan mendorong mereka untuk pergi ke kota urbanisasi dengan
satu harapan dapat memperoleh hidup yang lebih baik. Kelima, di antara mereka yang hidup di kota
kebanyakan masih berusia muda dan kurang memiliki keterampilan skill atau pendidikan,
sementara itu, kota belum siap menerima gerak urbanisasi desa.
III. SUMBER-SUMBER KEMISKINAN 3.1 Jumlah Penduduk yang besar
Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi disertai penyebaran
penduduk yang tidak merata, urbanisasi dan pengangguran merupakan sumber terjadinya
kemiskinan. Salah satu struktural penyebab kemiskinan adalah besarnya jumlah penduduk
pedesaan yang tidak memiliki tanah, terutama tanah sawah, yaitu buruh tani dan juga jumlah petani
kecil atau gurem yang mencakup sepertiga jumlah seluruh penduduk Indonesia yang tingkat hidupnya
masih jauh dibawah kebutuhan minimum. Di Indonesia, para petani merupakan golongan
terendah pendapatannya. Rendahnya pendapatan mereka itu terutama disebabkan oleh produksi yang
rendah. Produksi yang rendah ini disebabkan lahan usaha tani yang sempit dan umumnya dikelolah
dengan teknologi yang sederhana serta peralatan yang terbatas. Keadaan ini tentu akan lebih buruk
lagi apabila lahan garapan si petani adalah milik orang lain yang harus dibayar dengan uang atau
bagi hasil. Rendahnya pendapatan yang mereka peroleh, jelas akan mengakibatkan daya beli
menjadi rendah, yang pada gilirannya tidak mampu membentuk permintaan efektif bagi pertumbuhan
hasil-hasil industri. Di samping itu, mereka tidak mampu menabung dan menambah investasi.
Akibatnya teknologi dan peralatan yang mereka gunakan tetap sederhana dan tidak mengalami
kemajuan, akhirnya produksi dan pendapatan tetap rendah. Bagi negara berkembang, seperti Indonesia,
terdapatnya jumlah penduduk yang melimpah apabila disertai tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang rendah, jelas merupakan penghambat bagi proses percepatan pembangunan.
3.2 Lingkaran Kemiskinan
Pendapatan rendah, luas tanah garapan sempit, teknologi tradisional dan peralatan yang terbatas
merupakan unsur yang kait-mengait yang membentuk suatu lingkaran yang tak berujung
pangkal. Sadono Sukirno mendefinisikan lingkaran kemiskinan sebagai suatu rangkaian kekuatan-
kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan keadaan
yang membuat suatu negara akan tetap miskin dan akan mengalami banyak kesukaran untuk mencapai
tingkat pembangunan yang lebih tinggi, sedangkan menurut Nurkse lingkaran kemiskinan yang
terpenting adalah keadaan-keadaan yang
42
menyebabkan timbulnya hambatan kepada terciptanya tingkat pembentukan modal yang
tinggi. Pada satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan dan di lain pihak
oleh perangsang untuk menanam modal. Pada negara berkembang keadaan kedua faktor tersebut
tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya tingkat pembentukan modal yang tinggi. Jadi
menurut pandangan Nurkse, terdapat dua jenis lingkaran kemiskinan yang menghalangi negara-
negara berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan yang pesat, yaitu dari segi penawaran
modal dan dari segi permintaan modal. Dari segi penawaran modal lingkaran kemiskinan
dapat dinyatakan sebagai berikut : tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang
diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan masyarakat untuk
menabung juga rendah. Ini akan menyebabkan tingkat pembentukan modal yang rendah.
Selanjutnya , akan menyebabkan sesuatu negara menghadapi kekurangan barang modal dan dengan
demikian tingkat produktifitas akan tetap rendah berikutnya dari segi permintaan modal, lingkaran
kemiskinan dapat dinyatakan sebagai berikut: di negara-negara miskin perangsang untuk
melaksanakan penanaman modal rendah karena luas pasar untuk berbagai jenis barang terbatas. Ini
disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah. Pendapatan yang rendah disebabkan oleh
produktifitas rendah yang diwujudkan oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu.
Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang untuk menanam
modal. Meier dan Baldwin mengemukakan bahwa
lingkaran kemiskinan timbul dari hubungan saling mempengaruhi diantara keadaan masyarakat yang
masih terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yan masih belum dikembangkan. Untuk
mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki, dalam suatu masyarakat harus ada tenaga kerja
yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan melaksanakan berbagai macam kegiatan ekonomi.
Di negara-negara sedang berkembang kekayaan alam belumlah sepenuhnya diusahakan dan
dikembangkan karena tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah, kurangnya tenaga-
tenaga ahli yang diperlukan dan terbatasnya mobilitas dari sumber-sumber daya.
Berdasarkan pendapat Nurkse beserta Meier dan Baldwin di atas, maka lingkaran kemiskinan dapat
digambarkan sebagai berikut.
Sumber : Sadono Sukirno, 1985, Ekonomi Pembangunan hal. 219
GAMBAR 1 LINGKARAN KEMISKINAN
43
Kekayaan alam kurang dikembangkan
Masyarakat masih terbelakang
Pembentukan modal rendah Kekurangan modal
Produktivitas rendah
Pembentukan modal rendah Tabungan rendah
Pendapatan riil rendah 2
1 3
Dari gambar 1 di atas lingkaran kemiskinan dapat dijelaskan sebagai berikut : Lingkaran kemiskinan
dimulai dari hubungan yang saling mempengaruhi diantara keadaan masyarakat yang masih
terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yang masih kurang dikembangkan, ini
menyebabkan produktivitas rendah. Produktivitas rendah mengakibatkan pendapatan riil rendah,
tabungan dan pembentukan modal rendah dan selanjutnya menyebabkan kekurangan modal.
Selanjutnya tingkat produktivitas akan tetap rendah. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa pada
hakikatnya teori lingkaran kemiskinan berpendapat bahwa : I Ketidakmampuan untuk mengerahkan
tabungan yang cukup, II Kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal dan III taraf
pendidikan, pengetahuan kemahiran masyarakat yang relatif rendah merupakan faktor utama yang
menghambat terciptanya modal dan perkembangan ekonomi yang pesat di negara-negara berkembang.
3.3 Ketimpangan Distribusi Pendapatan